Anda di halaman 1dari 3

SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL (SAUM) SOLUSI MENGATASI KEMACETAN

DI PERKOTAAN
Kemacetan lalulintas adalah permasalahan transportasi yang tidak akan pernah lepas dari setiap daerah
perkotaan, baik di kota-kota di tanah air maupun kota-kota di negara lain. Kota Malang sebagai kota
menengah mungkin masih belum terlalu dihadapkan kepada problem yang satu ini, akan tetapi secara
perlahan namun pasti kemacetan lalulintas akan tak bisa kita hindari lagi.

Pertambahan jumlah penduduk akibat arus urbanisasi sudah tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah kota
Malang, mengingat begitu banyaknya faktor-faktor penarik yang dimiliki kota Malang secara langsung akan
mengundang penduduk dari daerah luar untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota ini. Begitu pula
dengan kota-kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Bandung ternyata menjadi tempat tujuan
utama dari kaum urban dalam mencari penghidupan baru.

Tidak dapat dipungkiri, telah terjadi pergeseran pola pencaharian penduduk dari yang semula hanya
mengenal bidang agrikultur dan perikanan menuju sektor industri sebagai imbas dari pertumbuhan
ekonomi dalam dua dasawarsa terakhir ini. Sedangkan kita tahu bahwa kebanyakan pusat-pusat industri
memilih lokasi yang berdekatan dengan perkotaan sebagai daerah konsumen potensial dan tentunya juga
karena memiliki prasarana pendistribusian, berupa pelabuhan, bandar udara dan jaringan jalan yang
memiliki aksesibilitas tinggi kesegala daerah.

Selain itu daerah perkotaan memiliki sarana-sarana umum yang baik, misalnya pendidikan, kesehatan,
perekonomian, kebudayaan dan sebagainya yang merupakan faktor penarik bagi warga luar daerah untuk
berbondong-bondong menetap didaerah perkotaan.
Tidaklah mengherankan apabila jumlah penduduk kota melonjak drastis padahal lahan kota relatif tetap.
Pertambahan jumlah warga kota tentunya akan menyebabkan kebutuhan warga kota sehingga jumlah
pergerakan yang terjadi akan meningkat pula. Kenaikan pergerakan ini akan membuat volume lalulintas
makin besar dan akhirnya kapasitas jalan yang tersedia pada ruas-ruas jalan pada akhirnya harus
ditingkatkan pula untuk mengimbanginya.

Untuk memperbesar kapasitas jalan, langkah yang paling baik adalah dengan memperlebar badan jalan
dan melakukan perbaikan geometri jalan. Selain itu dapat pula dilakukan pemberlakuan aturan tentang
jenis-jenis kendaraan boleh melaluinya, penataan parkir, manajemen lalulintas (traffic management)
maupun dengan penataan land use secara tepat.

Namun keterbatasan alokasi lahan untuk jaringan jalan di daerah perkotaan yang tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan pada akhirnya akan menyebabkan metode-metode ini akan
mencapai titik jenuh (saturation point) yang tidak mampu lagi mengatasi problem kemacetan lalu lintas
pada masa-masa mendatang.

Untuk itulah, studi tentang Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) perlu dimulai sejak sekarang sebagai
alternatif moda transportasi kawasan perkotaan pada masa mendatang. Sebagai sarana transportasi masa
depan, SAUM haruslah memiliki keunggulan-keunggulan antara lain :
1.Kemampuan daya angkut besar
2.Kecepatan yang tinggi
3.Keamanan terjamin
4.Kenyamanan yang memadai
5.Biaya perjalanan terjangkau
6.Aksesibilitas tinggi
7.Ramah lingkungan

Untuk memenuhi persyaratan itu, maka SAUM harus merupakan sistem transportasi baru yang tidak terikat
dengan jaringan jalan raya yang telah ada, dan alternatif terbaik adalah sarana kereta api yang khusus
melayani kebutuhan masyarakat di kawasan perkotaan. Adapun penempatan jaringan rel dari kereta api ini
dapat dipilih dari tiga alternatif mulai dari yang termurah hingga termahal, yaitu di permukaan tanah (trem),
diatas tanah (kereta layang/sky train), maupun bawah tanah (kereta bawah tanah/subway).

Agar memiliki aksesibilitas tinggi maka SAUM harus mempunyai jaringan rel yang meng-akses semua
kawasan penting di seluruh penjuru kota. Dan untuk menghemat biaya investasi jaringan, maka panjang
prasarana jaringan harus diambil rute selurus mungkin (rute terpendek)

Sebenarnya, penerapan SAUM di beberapa kota besar di Indonesia bukan hal baru. Misalnya kota
Surabaya, pada masa kolonial Belanda sudah ada sarana trem yang melayani pergerakan penduduk kota
Surabaya pada saat itu. Akan tetapi entah mengapa pad akhirnya trem tersebut akhirnya tidak difungsikan
lagi dan sekarang jaringan rel trem tersebut sudah raib entah kemana. Agaknya kita harus mengakui
bahwa pemerintah RI pada saat itu belum memiliki kebijakan mengenai transportasi perkotaan yang
bersifat strategis atau mungkin karena tidak mempunyai cukup dana untuk mengoperasikan trem sehingga
sarana transportasi ini kemudian dihentikan pengoperasiannya. Dan setelah lebih dari lima dasawarsa,
akhirnya pemerintah kota Surabaya mulai kerepotan dengan problem kemacetan lalulintas yang serius
pada beberapa ruas jalan di Surabaya.

Hambatan terbesar dari penerapan SAUM adalah biaya investasi yang amat mahal, yang meliputi biaya
pembangunan awal (stasiun, kereta api, jaringan rel, pelatihan SDM yang mengoperasikan), biaya
pemeliharaan serta biaya operasional. Oleh karena itu diperlukan kerjasama pihak swasta yang berani
melakukan investasi jangka panjang semacam ini. Dengan pertimbangan tersebut SAUM harus diterapkan
pada koridor utama dengan perkiraan jumlah penumpang lebih dari 30.000-40.000 orang/arah/jam. Dan
untuk mendapatkan penumpang sebanyak itu maka perlu dilakukan upaya terpola sebagai berikut :
•Adanya sistem pengumpan pada jalur SAUM
•Frekuensi perjalanan kereta api harus sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik kedatangan pengguna
jasa pada sisitem tersebut
•Pengembangan lokasi stasiun SAUM sebagi pusat kegiatan yang dapat menarik orang sehingga bisa
berfungsi sebagai tujuan/asal perjalanan
•Penerapan sistem penunjang yang dapat menjamin digunakannya sistem kereta api seoptimal mungkin
•Pemberian kemudahan bagi pengguna sistem ini
Saya turut mengajak rekan-rekan mahasiswa sipil Universitas Brawijaya Malang khususnya yang tertarik
mendalami bidang transportasi untuk melakukan riset tentang teknologi SAUM mulai sekarang. SAUM
adalah solusi terbaik untuk mengatasi banyak sekali problem lalu lintas sebagaimana kita lihat saat ini.
oleh : M Helmy Hisyam
(Mahasiswa Sipil FT Unibraw)
ditulis pada tanggal : 15/04/2001
Diposkan oleh hardwork di 20.52
Label: Artikel saat masih kuliah

Anda mungkin juga menyukai