Anda di halaman 1dari 15

Pemikiran Enviromentalism Deep Ecology

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
Dosen Pengampu: Dr. Yohanes Harsoyo

Kelompok 12 :
Kristian Wijaya 161324004
Claudia Armitha Kurnia Putri 161324022
Vivi Destiana Sari 161324037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
A. TEORI LAHIR
1) Sejarah Deep Ecology
Teori Deep Ecology adalah teori etika lingkungan atau
ekosentrisme yang sangat terkenal. Deep Ecology memusatkan
kedalaman etika pada seluruh komponen ekologis, baik komponen biotik
maupun abiotik.
Deep Ecology adalah filsafat baru atau Ecosophy yang bertumpu
pada perubahan dari antroposentrik menjadi gerakan lingkungan murni.
Filsafat ini ditandai dengan tafsir baru tentang identitas manusia dengan
cara menghilangkan dualisme rationalistik antara manusia dan
lingkungannya. Karenanya, Deep Ecology menekankan pada nilai-nilai
intrisik pada spesies lain, sistem dan proses proses yang terjadi di alam.
Posisi ini melahirkan pandangan system ekosentrik pada etika
lingkungan hidup. Deep Ecologymenyebutkan dirinya sebagai “deep”
karena ia mempertanyakan hal-hal kompleks dan spiritual tentang peran
manusia di ekosfir.
Ekologi telah mempertontonkan kepada kita bahwa alam hanya
hidup dalam keadaan keseimbangan dinamik dan hanya mampu
menerima perubahan-perubahan kecil. Kaum Environmentalis percaya
kegiatan umat manusia yang begitu luas telah mendorong biosfir tidak
lagi dalam keadaan seimbang seperti gejala penurunan biodiversitas dan
perubahan iklim.
Konsekuensi dari cara pandang ini adalah ideologi peradaban barat
telah menyebabkan hilangnya sumber-sumber kehidupan. Inilah yang
melahirkan kebutuhan paradigma baru seperti Deep Ecology yang
mampu menjadi panduan kegiatan manusia menghindari kerusakan
lingkungan yang lebih buruk. Frasa “deep ecology” diungkap oleh Filsuf
Norwegia Arne Naess pada 1972 dan ia kemudian memberikan sebuah
landasan teorinya. Naess menolak gagasan bahwa segala sesuatu bisa di-
ranking sesuai nilai nilai relatifnya. Seperti, manusia dinilai lebih tinggi
dari binatang. Ia menyatakan semua bentuk kehidupan berhak hidup di
dunia. Tak ada satu pun spesies yang memiliki hak lebih dari spesies
lain. Deep Ecology memperoleh dukungan ilmiah dari lapangan ilmu
ekologi dan sistem dinamis. Naess tidak menggunakan logika induksi
dalam menyampaikan filsafatnya tetapi secara langsung masuk pada
metafisika termasuk gagasan tentang “self”. Salah satu pikiran
berpengaruh pada deep ecology adalah “Hipotesis Gaia”.
Teori ini diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf lingkungan
asal Norwegia, pada tahun 1973. Kemudian beberapa ilmuwan seperti
George sessions, Bill Deval, John Seed, dan Theodore Roszak serta
ilmuan lainnya ikut pula mengembangkan konsep-konsep teori ini. Tidak
hanya itu, meskipun menjadi pencetus teori deep ecology, Arnes Naess
banyak mendapatkan inspirasi dari beberapa tokoh filsuf dan tokoh
lingkungan lain, seperti Rachel Carson, Mathama Gandhi, dan Barukh
Spinoza.
2) Deskripsi Teoritik
Filsafat pokok DE lebih sering disebut dengan ecosophy. Eco yang
berari rumah tangga dan sophy yang berarti kearifan. Artinya, ecosophy
adalah kearifan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai rumah
tangga dalam arti luas. Sehingga ecosophy ini bukanlah hanya sekedar
teori, melainkan juga menjadi kearifan (wisdom). Kearifan manusia itu
nantinya diharapkan tidak merusak lingkungan. Ecosophy juga disusun
untuk memperbaiki kecenderungan cara pandang ekologi yang lebih
komprehensif dan revolusioner, agar mampu menjawab semua masalah
lingkungan. Kecenderungan ini disebut sebagai ekologisme. Sebagai
sebuah teori, DE adalah teori yang normatif, teori kebijakan dan teori
gaya hidup. Hal itu dikarenakan DE memberikan pandangan normatif
bahwa alam semesta dan segala isinya bernilai pada dirinya sendiri. DE
juga disebut teori kebijakan karena cara pandang dan perilaku ecosphy
tidak hanya untuk individu, namun harus menjiwai dan mempengaruhi
kebijakan publik. Teori gaya hidup karena cara pandang dan norma
lingkungan telah membentuk gaya hidup dan budaya yang baru bagi
masyarakat. Gagasan DE sebagai gaya hidup dikuatkan Naess dengan
semboyanya, sederhana dalam sarana, tetapi kaya akan tujuan (simple in
means but rich in ends).
Deep Ecology tidak hanya mengkritik teori-teori pembangunan
yang anti-lingkungan, namun juga mengkritik teori lingkungan sendiri
yang ia anggap kurang mendasar dalam melihat permasalahan. Hal itu ia
sampaikan dalam bukunya The Shallow and the Deep, Long-range
Ecological Movement: A Summary. Naess membedakan antara shallow
ecological movement (SEM) to deep ecological movement. SEM dikritik
Naess karena SEM merupakan representasi dari antroposentrisme. SEM
dianggap hanya memikirkan bahwa permasalahan lingkungan hanyalah
masalah teknis, sehingga tidak membutuhkan perubahan besar dalam
kesadaran lingkungan dan ekonomi. Hal tersebut membuat SEM hanya
dapat mengatasi gejala dari isu lingkungan, bukan akar permasalahanya.

B. LATAR BELAKANG AHLI


Tokoh utama dalam teori Deep Ecology adalah Arne Dekke Eide
Naess seorang ahli filsuf Norwegia yang lahir 27 Januari 1912 di Slemdal,
Oslo, Norwegia yang menciptakan istilah “ekologi mendalam” dan
merupakan tokoh intelektual dan inspirasional yang penting dalam
pergerakan lingkungan hidup pada akhir abad ke dua puluh. Arne Naess
meninggal pada 12 Januari 2009 di Oslo, Norwegia.
Filsafat ecosophy ini menurut Naess harus dapat berfungsi sebagai
landasan filosofis dalam rangka penerimaan prinsip-prinsip Deep Ecology, di
antaranya: (a) sikap hormat terhadap semua cara dan bentuk kehidupan di
alam semesta (biospheric egalitarianism—in principle); (b) manusia
hanya salah satu spesies di tengah begitu banyak spesies lain. Semua spesies
ini mempunyai nilai yang sama (prinsip non-antroposentrisme); (c) prinsip
realisasi diri yang memandang manusia tidak hanya sebatas sebagai makhluk
sosial (social animal), tetapi juga makhluk ekologis (ecological animal); dan
(d) Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas
ekologis dalam suatu hubungan simbiosis.
Pengembangan dan inspirasi dari beberapa tokoh filsuf dan tokoh lingkungan
lain seperti berikut:
1) Rachel Carson
Rachel Louise Carson (27 Mei 1907 – 14 April 1964) adalah
biolog kelautan dan penulis alam Amerika Serikat yang tulisannya
sering berhubungan dengan peluncuran pergerakan lingkungan global.
Carson lahir pada tanggal 27 Mei 1907, di sebuah peternakan kecil
keluarga dekat Springdale, Pennsylvania, di Sungai Allegheny dari
Pittsburgh. Dia mulai menulis cerita (sering melibatkan hewan) pada
usia delapan tahun, dan cerita pertamanya diterbitkan saat ia bersia
sebelas tahun. Dia sangat menikmati St Nicholas Magazine (majalah
yang memuat berita rentang cerita pertama Carson), karya-karya
Beatrix Potter, dan novel-novel Gene Stratton Porter, dan pada tahun-
tahun remajanya, Herman Melville, Joseph Conrad dan Robert Louis
Stevenson. Alam, terutama laut, adalah benang merah sastra favoritnya.
Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring, telah menjadi
inspirasi Naess dalam pengembangan deep ecology. Seperti yang
dikatakan Carson bahwa sudah terlalu banyak pencemaran yang
dilakukan oleh manusia akibat dari pestisida dan perang dunia II.
Carson juga menentang antroposentrisme yang menganggap manusia
adalah penngendali alam. Carson menganggap hubungan manusia
dengan alam adalah sebuah kenyamanan.

2) Barukh Spinoza
Baruch de Spinoza (24 November 1632 – 21 Februari 1677)
adalah filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir
dan besar di Belanda. Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme.
Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi
tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan
alam semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu
seluruh alam jasmaniah. Oleh karena pemikirannya ini, Spinoza pun
disebut sebagai penganut panteisme-monistik. Menurut Spinoza, sifat
substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi
Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah.
Hanya Allah yang memiliki sifat yang tak terbatas, abadi, mutlak,
tunggal, dan utuh. Selain itu, Spinoza juga mengajarkan apabila Allah
adalah satu-satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan
berasal daripada Allah. Hal ini berarti semua gejala pluralitas dalam
alam baik yang bersifat jasmaniah (manusia, flora dan fauna, bahkan
bintang) maupun yang bersifat rohaniah (perasaan, pemikiran, atau
kehendak) bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan tergantung
sepenuhnya dan mutlak pada Allah.

3) Mahatma Gandhi
Mohandas Karamchand Gandhi (lahir di Porbandar, Gujarat,
India Britania, 2 Oktober 1869 – meninggal di New Delhi, India, 30
Januari 1948 pada umur 78 tahun) adalah seorang pemimpin spiritual
dan politikus dari India. Gandhi adalah salah seorang yang paling
penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Ia adalah
aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, mengusung gerakan
kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Mahatma Gandhi dalam
wisdom terkenalnya mengakatan bahwa kebesaran beserta kemajuan
moral suatu bangsa ditentukan dari bagaimana hewan-hewan yang
hidup di sana diperlakukan. Wisdom ini mendorong deep ecology
mengembangkan prinsip-prinsip politik hijaunya dan kesetaraan asasi
semua mahkluk hidup.

C. SUBSTANSI TEORI
Deep Ecology merupakan salah satu pendekatan dalam memandang isu
lingkungan. Konsep ini di kemukakan oleh Naess, ia mengemukakan dengan
istilah Ecosophy. Secara gramatikal Ecosophy terdiri dari 2 suku kata yaitu
Eco yang berarti rumah tangga dan Sophy yang berarti kearifan. Secara
harfiah Ecosophy dapat diartikan sebagai kearifan mengatur hidup selaras
dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas.
Kearifan ini menjelma sebagai suatu pola hidup atau gaya hidup (way of
life). Sehingga mereka yang menganut pendekatan ini mereka selalu hidup
selaras dengan lingkungan sekitarnya. Mereka akan merawat atau menjaga
lingkungan seperti mereka menjaga dan merawat rumah tangganya. Sehingga
manusia tidak lagi dilihat dalam suatu kesatuan yang terpisah, tetapi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling berhubungan.
Pendekatan Deep Ecology ini menekankan pada tidak hanya sekedar
teori semata namun juga bergerak pada tataran praksis. Arne Naess sangat
menekankan perubahan gaya hidup karena melihat krisis ekologi yang
dialami saat ini semua berakar pada perilaku manusia, seperti pola produksi
dan konsumsi yang sangat eksesif dan tidak ekologis, semua teknologi yang
ditemukan oleh manusia cenderung untuk merusak lingkungan baik secara
langsung maupun tidak.
Konsekuensi dari pendapat Naess ini harus ada perubahan mendasar
dari perilaku manusia yang pada awalnya melihat lingkungan sebagai obyek,
sehingga lingkungan dilihat sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Manusia kurang bahkan hampir tidak menganggap lingkungan
sebagai ”mitra sejajar” manusia. Seharusnya lingkungan berkedudukan
sejajar dengan manusia, manusia dan lingkungan saling tergantung dan saling
mengisi.
Deep Ecology dari Arne Naess ini harus dilihat sebagai latar belakang
kritiknya terhadap antroposentrisme atau lebih luas dikenal sebagai shallow
ecological movement yang memusatkan perhatian pada bagaimana mengatasi
masalah pencemaran dan pengrusakan sumber daya alam. Salah satu pilar
utama dari shallow ecological movement adalah asumsi bahwa krisis
lingkungan merupakan persoalan teknis, yang tidak membutuhkan perubahan
dalam kesadaran manusia dan sistem ekonomi. Shallow ecological movement
lebih cenderung mengatasi gejala-gejala dari sebuha isu lingkungan bukan
akar permasalahan atau sebab utama dampak, termasuk faktor manusia dan
sosial yang lupa untuk diperhatikan.
Deep Ecology memiliki delapan platform aksi yang dirumuskan oleh
Naess dan Sessions. Adapun platform deep ecology adalah sebagai berikut:
 Kesejahteraan dan perkembangan kehidupan manusia dan mahkluk
lain di bumi, memiliki nilai pada dirinya sendiri. Nilai-nilai ini tidak
bergantung apakah dunia selain manusia mempunyai kegunaan atau
tidak bagi kehidupan manusia.
 Kekayaan dan keanekaragaman bentuk kehidupan mempunyai
sumbangsih bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dan juga nilai pada
dirinya sendiri, serta mempunyai sumbangsih bagi perkembangan
manusia dan mahkluk lain di bumi.
 Manusia tidak memiliki hak untuk mereduksi kekayaan dan
keanekaragaman alam, kecuali untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
vital.
 Perkembangan kehidupan manusia dan kebudayaanya berjalan seiring
dengan penurunan yang cukup berarti dari populasi penduduk.
Perkembangan kehidupan mahkluk lain, membutuhkan penurunan
tersebut.
 Kehadiran manusia dalam mencampuri dunia diluar manusia sudah
berlebihan. Hal tersebut berlangsung terus memburuk dengan cepat.
 Perubahan yang signifikan untuk kondisi lingkungan yang lebih baik,
dibutuhkan perubahan kebijakan. Sehingga akan mempengaruhi dasar
dari struktur ekonomi, teknologi dan idologi.
 Tujuan utama perubahan ideologi adalah mencapai kualitas hidup yang
baik, bukanya menetapkan standar hidup. Selanjutnya akan ada
kesadaran perbedaan antara suatu hal yang besar dan suatu yang hebat.
 Orang-orang yang telah menerima pemikiran deep ecology, memiliki
kewajiban secara langsung maupun tidak langsung untuk ambil bagian
dalam memperjuangkan perubahan penting ini.
1) Prinsip-Prinsip Keilmuwan
Dari platform-platform tersebut, kamudian Naess juga menentukan 4
prinsip dalam deep ecologynya.
a. Prinsip biospheric egalitarianism – in principle, yaitu pengakuan
bahwa semua organisme dan mahluk hidup adalah anggota yang
sama statusnya dari suatu keseluruhan yang terkait sehingga
mempunyai martabat yang sama. Bagi Naess hak semua bentuk
kehidupan untuk hidup adalah sebuah hak universal yang tidak bisa
diabaikan.
b. Prinsip Non Antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian
dari alam, bukan di atas atau terpisah dari alam. Manusia tidak
dilihat sebagai penguasa dari alam semesta, tetapi sama statusnya
sebagai ciptaan Tuhan. Deep Ecology melihat bahwa manusia
tergantung pada lingkungan (perspektif bioregional).
c. Manusia berpartisipasi dengan alam, sejalan dengan kearifan
prinsip-prinsip ekologis. Hal ini mengarahkan bahwa manusia
harus mengakui keberlangsungan hidupnya dan spesies lainnya
tergantung dari kepatuhan pada prinsip-prinsip ekologis. Disini
sikap dominasi digantikan dengan sikap hormat kepada alam.
d. Prinsip Realisasi Diri (Self-Realization), manusia merealisasikan
dirinya dengan mengembangkan potensi diri. Hanya melalui itu
manusia dapat mempertahankan hidupnya. Bagi Naess realisasi diri
manusia beralngsung dalam komunitas ekologis.
Pada pendekatan Deep Ecology adanya pengakuan dan penghargaan
terhadap keanekaragaman dan kompleksitas ekologis dalam suatu
hubungan simbiosis. Hubungan simbiosis ini mengarahkan bahwa hidup
secara bersama dan saling menggantungkan, sehingga keberadaan yang
satu menunjang keberadaan yang lain.

2) Beberapa program atau tindakan yang berkaitan dengan


pengembangan industri berwawasan lingkungan melalui :
a) Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang
dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan,
ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis Virtual
Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak
harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui
pertukaran limbah dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda.
b) By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling
mempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan
bahan) daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang
sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem, by-product synergy,
industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning,
zero emission network.
c) Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu
daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan,
sosial dan ekonomi. Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan
Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi
bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan.
Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi:
1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri,
menggunakan pendekatan
 Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang
 Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi
 Meminimisasi timbulan limbah
 Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk
potensial dan mencari pasar limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas
ekosistem alam
 Mengurangi beban lingkungan yang diakibatkan oleh adanya
pelepasan energi dan bahan ke lingkungan
 Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan
karakteristik dan sensitivitas (kepekaan) alam
 Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi
bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya
secara lokal bila diperlu
3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan
untuk keperluan industri
 Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian
energi
 Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi
pemakaian bahan-bahan yang penyebarannya kurang
memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang (recapture)
 Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin
(Dematerialisasi)
4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang
dari evolusi sitem industri
5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan
ekonomi masyarakat lokal
 Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan
kesempatan kerja
 Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem
regional melalui berbagai investasi dalam program-
program masyarakat
Sebagai kesimpulan bahwa tujuan dari kawasan Industri
Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi
bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak
lingkungan. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur
kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produk bersih, efisiensi
energi, dan kemitraan antar perusahaan. Selain itu sangat dibutuhkan
juga kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku industri dan
masyarakat untuk membangun Eco Industrial Park (EIP) yang dapat
meningkatkan efisiensi lingkungan, ekonomi, dan sosial sehinga
kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.

3) Organisasi Greenpeace sebagai Tindakan Pelestarian Lingkungan


a. Sejarah Greenpeace
Di tahun 1971, motivasi dan visi untuk menjadikan dunia
menjadi hijau dan damai berawal. Sekelompok aktivis berlayar dari
Vancouver, Canada dengan kapal nelayan tua, Phyllis Cormack.
Mereka adalah para aktivis pendiri Greenpeace, mereka percaya
bahwa setiap orang dapat melakukan perubahaan.
Misi mereka untuk menyaksikan dampak buruk dari uji coba
nuklir yang di lakukan Amerika Serikat di Amchitka, sebuah pulau
kecil di pesisir barat Alaska, yang merupakan tempat perlindungan
terakhir bagi 3.000 berang-berang dan rumah elang kepala botak
dan satwa liar lainnya.
Walaupun mereka menggunakan kapal tua bernama Phyllis
Cormack, yang mengalami berbagai halangan sebelum sampai di
Alaska, perjalanan mereka menimbulkan banyak perhatian publik.
Amerika Serikat masih terus mendanai uji coba bom nuklir di
Amchitka, tapi suara penolakan terus bergaung dan akhirnya
didengar. Pada tahun yang sama, uji coba nuklir berakhir pada
tahun yang sama, dan pulau tersebut dideklarasikan menjadi suaka
alam untuk burung. Kini, Greenpeace menjadi organisasi
internasional yang berkampanye untuk perlindungan lingkungan
secara global yang berkantor pusat di Amsterdam, Belanda.
Greenpeace mempunyai 2,8 juta pendukung di seluruh dunia dan
memiliki kantor regional di 41 negara.

b. Aksi yang dilakukan Greenpeace di Indonesia


Perlu Aksi Segera Untuk Menyelamatkan Terumbu Karang
Spermonde
oleh Greenpeace Indonesia 2 September 2019
Makassar, 2 September 2019. Terumbu karang di perairan
Indonesia, seperti di Kepulauan Spermonde, perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya. Pasalnya, perusakan terhadap terumbu karang terus terjadi.
Salah satunya melalui penangkapan ikan tidak ramah lingkungan,
misalnya penggunaan bom ikan dan racun sianida atau bius, yang
masih marak dilakukan. Inilah pesan utama dari diskusi publik
yang diadakan oleh Pembela Lautan (Ocean Defender) Greenpeace
Indonesia bekerja sama dengan MSDC (Marine Science Diving
Club) Universitas Hasanuddin dengan tajuk ‘Peran Terumbu
Karang dan Ancaman yang Dihadapi Bagi Keberlanjutan
Ekosistem Laut,’ di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin.
Tim Pembela Lautan sebelumnya sudah melakukan
kegiatan dokumentasi bawah laut di Kepulauan Spermonde,
tepatnya di Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, dan
Kodingareng Keke. Hasil pengamatan, kerusakan yang disebabkan
oleh bom dan bius cukup kentara. “Kami menyelam di tiga titik
dalam satu hari, dan selama penyelaman, kami mendengar tiga kali
suara bom ikan. Bila tidak ada pengawasan dan penegakan hukum
yang kuat, saya sangat khawatir tidak lama lagi karang di
Kepulauan Spermonde ini akan habis dan hancur,” ujar Ria Qorina
Lubis, Fotografer Bawah Laut Pembela Lautan Greenpeace
Indonesia.
Catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
jumlah lokasi terumbu karang yang tergolong baik menurun. Data
tahun 2018, kegiatan pemantauan terhadap 1.067 lokasi terumbu
karang memperlihatkan hanya 70 lokasi dalam kategori sangat baik
dan 245 lokasi kategori baik. Sementara yang tergolong kategori
jelek sebanyak 386 lokasi, atau sekitar 36% dari total lokasi.
Terkait terumbu karang di kawasan Spermonde, LIPI sudah lama
mengamati praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan
sehingga berdampak buruk terhadap kondisi terumbu karang.
Banyak hal yang menjadi alasan melakukan praktik ilegal tersebut,
mulai dari tuntutan ekonomi, rendahnya kesadaran hingga
lemahnya penegakan hukum. Alhasil, kesehatan terumbu karang di
perairan Makassar dinilai rendah, masuk dalam rentang poin 1-3,
bersama dengan Nias, Lampung, Bintan dan Biak.
“Kesehatan terumbu karang di kawasan Spermonde
maupun di berbagai daerah lain di Indonesia, harus menjadi
perhatian serius pemerintah, karena perannya sangat strategis bagi
kehidupan pesisir,” tambah Syahputrie Ramadhanie, Koordinator
Ekspedisi Pembela Lautan. Peran terumbu karang pun sangat
penting bagi manusia seperti sumber obat-obatan dan sumber
penghasilan bagi para nelayan. “Kita harus bangun aksi bersama
untuk menyelamatkan terumbu karang dari praktik penangkapan
ikan dengan peledak dan bius ikan,” imbuh Syahputrie lagi.
“Kita tidak sadar bahwa terumbu karang merupakan salah
satu sumber kehidupan bagi kita. Oleh karena itu, kita perlu untuk
menjaganya dengan membiasakan diri memulai kebiasaan hidup
ramah lingkungan,” ucap Muhammad Irfandi Arief, Ketua MSDC
Universitas Hasanuddin.
Sebagai bagian dari ekspedisi, tim Pembela Lautan juga
melakukan kegiatan bersih-bersih dan audit merek di Pantai Biru,
Tanjung Bunga, pada Minggu (1/9), bersama dengan sejumlah
komunitas lokal. Berbagai merek barang kebutuhan sehari-hari
(fast moving consumer goods) ditemukan melalui proses audit.
Nantinya, hasil audit merek ini akan disatukan dengan kegiatan
serupa di daerah lainnya selama bulan September ini – bulan
berlangsungnya kegiatan world cleanup day.
DAFTAR PUSTAKA

Naess, Arne. 1993. Ecology, community, and Life Style, Outline of an Ecoshophy.
Trans by David Rothenberg Cambridge: Cambridge University Press.
Reksohadiprodjo, Sukanto. 1989. Ekonomi Lingkungan (suatu pengantar).
Yogyakarta: BPFE.
Zen, M T. 1981. Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai