Oleh
Kelompok 4
Rachma Deli Fachrin, Rachmat Wahyudi Putra, Wagianto, Beni Mapanta,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya kami dari kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah berjudul, TEORI EKOLOGI
DAN APLIKASINYA – EKOLOGI MANUSIA, sebagai salah satu syarat tugas mata
kuliah Ekologi Manusia (ILK 1.82.1008) pada Program Magister Ilmu Lingkungan
dengan lancar dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, terutama dalam menghadirkan jurnal-jurnal atau referensi yang berkaitan
dengan judul di atas. Kami membuka kesempatan seluas-luasnya untuk menerima
masukan dan kritikan yang membangun dari pembaca sekalian. Dan kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat kiranya bagi pembaca dan penulis sendiri.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi antara manusia dengan lingkungan terjalin ratusan ribu tahun lalu,
sebagai awal peradaban manusia. Awalnya hubungan manusia dengan lingkungan
berlangsung begitu harmonis, manusia memanfaatkan alam hanya untuk sekedar
memenuhi kebutuhan dasar hidup berupa pangan, sandang dan papan. Namun
demikian, pertumbuhan penduduk memaksa manusia untuk menyediakan melebihi
apa yang disediakan alam.
1.2. Tujuan
Penulisan makalah terkait dengan teori ekologi dan pandangan ekologi manusia,
diharapkan membuka kesadaran tentang pentingnya pemanfatan sumberdaya alam
yang lebih bijaksana oleh manusia demi keberlangsungan hidup seluruh makhluk yang
ada di alam semesta.
Penulisan makalah ini merujuk kepada tulisan dan data-data yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu baik berupa buku, paper, journal bahkan berita media
sebagai khasanah keilmuan yang universal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kata ekologi pertamakali digunakan oleh Ernts Heckel tahun 1869, berasal dari
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau
tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Ekologi didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan
anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya (Subagja et al. 2001). Namun
demikian, ada yang menyebutkan ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Rososoedarmo et al. 1985)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu dasar yang mempelajari
tentang hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya (Barlian dan
Iswandi. 2020).
Secara umum ekologi dapat diklasifikasikan menjadi dua bidang sub keilmuan,
yaitu sinekologi dan autekologi (Barlian dan Iswandi. 2020). Sinekologi, ditafsirkan
sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam komunitasnya, artinya ekologi
yang ditujukan pada lebih satu jenis makhluk hidup, misal, ekologi hutan yang terdapat
didalamnya berbagai jenis tumbuhan dan jenis binatang. Sedangkan autekologi,
merupakan studi hubungan timbal balik suatu jenis organisme dengan lingkungannya
yang pada umumnya bersifat eksperimental dan induktif. Contoh studi autekologi
seperti; ekologi tikus yang diberi perlakuan khusus, sebagian tikus diberi ruang gerak
terbatas, sebagian yang lain ruang geraknya bebas, kemudian kedua tikus tersebut
diukur perkembangan otaknya setelah waktu tertentu dan dibandingkan satu sama
lainnya.
Manusia sebagai bagian dari ekosistem menjadi titik sentral dari lingkungan yang
komplek. Manusia sebagi organisme yang mempunyai kelebihan akal dan fikiran
dibanding organisme lainnya, merasa yang paling berkuasa. Penemuan-penemuan
yang pada mulanya untuk kesejahteraan manusia menjadi bumerang terhadap
kehidupannya bila prinsip-prinsip ekologi diabaikan (Barlian dan Iswandi. 2020)
1. Daur Air
Daur air atau siklus air merupakan sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air
yang ada di alam semesta, dimana air mampu berpindah-pindah dari daratan, lalu
ke udara, lalu ke daratan lagi, dan air pun mampu tersimpan pada dasar permukaan
dengan 3 fase yaitu cair yang berbentuk air, padat yang berbentuk es, dan gas yang
berbentuk udara.
2. Daur Fosfor
Fosfor merupakan salah satu jenis elemen yang penting dalam kehidupan, sebab
semua makhluk hidup membutuhkan fosfor yang berbentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat),
yang berguna untuk sumber energi metabolisme pada sel. Fosfor berbentuk ion yaitu
ion fosfat atau (PO43-), dan ion ini terdapat dalam bebatuan.
Hasil dari terjadinya erosi dan pelapukan menyebabkan fosfor terbawa ke arah
sungai, bahkan sampai ke laut dan membentuk sedimen. Sedimen yang mengandung
fosfat bisa naik ke atas permukaan disebabkan terjadinya geseran gerak dasar bumi.
Kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan melaui akarnya mengambil fosfat yang masih
berbentuk larutan yang berada di dalam tanah.
Sumber fosfor yang terdapat di bumi berasal dari bebatuan, tanaman, tanah dan
bahan organik. Daur fosfor yang berupa hasil pelapukan bebatuan dinamakan input,
sedangkan outputnya berupa fiksasi mineral dan pelindikan yang dihasilkan oleh
output fosfor.
3. Daur Sulfur
2) Oksidasi hidrogen sulfida, sulfida, dan sulfur elemental menjadi sulfat (SO42−)
3) Reduksi sulfat menjadi sulfida
4) Diserap dan digunakannya sulfida kedalam material-material organik di
lingkungan sekitar
Sulfur merupakan zat kimia yang sangat penting bagi lingkungan sekitar dan juga
untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu, siklus sulfur ini harus dijaga dengan sebaik
agar tidak terganggu dan berdampak kepada makhluk hidup.
4. Daur Karbon
Daur karbon nerupakan sebuah proses pergerakan dan transformasi bentuk dari
zat kimia karbon di permukaan bumi. Karbon bergerak antara pedosfer, biosfer,
hydrosfer, dan atmosfer di alam semesta. Karbon adalah salah satu zat kimia dasar
yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Selain itu, karbon juga dibutuhkan oleh
lingkungan untuk menjaga stabilitasnya serta menjalankan fungsi-fungsi tertentu,
karena itu, siklus karbon sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan disekitar
kita dan juga menopang kehidupan manusia.
5. Daur Nitrogen
Landasan etika dan moral yang penuh kebaikan dan kebijaksanaan, maka
manusia sebagi subyek yang memilik akal pikiran sudah sepatutnya memperlakukan
alam dengan baik dan penuh kebijaksanaan. Alam adalah sebuah realitas hidup yang
karenanya pula berharap diperlakukan secara ‘manusiawi’.
Krisis lingkungan global yang sedang berlangsung dewasa ini belum pernah
terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia sebelumnya. Berbagai solusi yang
ditawarkan para ilmuwan belum menyentuh akar masalah sebenarnya, sehingga
penanganannya hanya berifat temporal dan parsial. Kerusakan lingkungan yang begitu
parah telah menjadi perhatian utama dunia belakangan ini baik kalangan pemerintah,
ilmuwan, akademisi dan masyarakaat luas. Namun demikian, kerusakan dan degradasi
lingkungan belum terselesaikan dengan baik. Penyelesaian masalah lingkungan hidup
dewasa ini hanya terpusat pada sisi rekomendasi teknis praktis yang belum melibatkan
refleksi filosofis ilmiah, atau bahkan melupakan dimensi spiritual. Sementara itu, faktor
utama yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup adalah kerakusan dan
ketamakan manusia yang secara langsung dapat disbahkan bahwa adanya krisis
spiritual dalam diri manusia sebagai penyebab terjadi segala krisis lingkungan.
Cara pandang dan berfikir manusia modern telah mengubah lingkungan sebagai
benda mati yang dapat dieksploitasi sekehendak hati. Ledakan penduduk dan
teknologi industry sebagai penyebab utama terjadinya degradasi pada lingkungan yang
berakibat terancamnya kesehatan dan kesejahteraan makhluk hidup. Kota-kota besar
dunia tertutup oleh awan pekat berwarna kehitam-hitaman dan menyesakkan dada.
Polusi udara sudah melebihi ambang batas yang diperkenankan. Selain polusi udara,
ancaman manusia lainnya adalah tercemarnya air yang kita minum dan makanan yang
kita makan, keduanya tercemar oleh berbagai macam bahan kimia beracun.
Selanjutnya, bahan kimia sebagai racun menjadi bagian penting dalam kehidupan
manusia. Semakin mempertegas bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
semakin mendorong manusia kepada kehancuran lingkungan, merusak sistem ekologi
yang menjadi gantungan keberadaan manusia di permukaan bumi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kasus kerusakan lingkungan sebagian
besar bersumber pada perilaku manusia. Tragedi meledaknya reactor nuklir Chernobyl
yang disebabkan tidak terkendalinya reaksii fisika nuklir menyebarkan dampak radiasi
tidak hanya pada wilayah sekitarnya tetapi hampir ke seluruh Eropa. Kasus lain adalah
rutinnya kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, pencemaran lingkungan pada
industri kimia PT. Indorayon Utama di Sumatera dan pertambangan emas di Sulawesi
Utara yang hakekatnya adalah perilaku perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
tidak peduli terhadap lingkungan. Maraknya illegal logging, impor B3, perdagangan
satwa liar menunjukkan degradasi lingkungan bukan hanya dilakukan perorangan
tetapi melibatkan birokrasi dan oligarki.
Degradasi lingkungan hidup yang sedang berlangsung saat ini, memerlukan
perubahan radikal dalam etika lingkungan masyarakat moderen. Diperlukan tata cara
pandang manusia terkait lingkungan yang baru, yang tidak hanya berlaku untuk
hubungan sesame manusia saja, tetapi melingkupi interaksi manusia dengan seluruh
kehidupan di alam. Etika yang memandang alam semesta mempunyai nilai dan wajar
diperlakukan secara beretika. Dengan etika dan moral lingkungan yang baru, manusia
dituntut untuk menjaga dan melindungi alam semesta. Alam dan seluruh isinya
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan dimanfaatkan bagi keberlangsungan
hidup manusia dan makhluk lainnya.
Paradigma lama antroposentrisme harus ditinggalkan dan untuk merealisasikan
etika baru diperlukan komitmen bersama, bersinergi menjadi sebuah gerakan bersama
secara global dengan melibatkan semua kelompok lapisan masyarakat untuk bersama-
sama membangun budaya, etika dan gaya hidup baru dengan penuh kearifan merawat
alam semesta sebagai tempat yang nyaman bagi semua makhluk hidup. Membangun
Gerakan bersama tersebut dapat dimulai, dipertahankan, diajarkan dan diwariskan dari
satu individu kepada individu lainnya, dari satu komunitas kepada komunitas lainnya
dan selanjutnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dekandensi lingkungan
yang sudah sampai tahap yang memprihatinkan, mengharuskan gerakan bersama ini
untuk segera dilaksanakan. Krisis ekologi adalah krisis kehidupan, sehingga
menyelematkan lingkungan berarti pula menyelematkan kehidupan. Perubahan pola
hidup dan pola pikir manusia terhadap lingkungan segera dilaksanakan, jangan
menunggu sampai terlambat sehingga kehidupan manusia dan makhluk lainnya
terancam punah.
KESIMPULAN
Sebagai ilmu dasar yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antar
makhluk hidup dengan lingkungannya, ekologi tidak terlepas dari bagaimana peran
manusia dalam memperlakukan alam. Ekologi manusia adalah bagaimana cara
pandang manusia memahami keterkaitan manusia dengan lingkungannya.
Interaksi manusia dengan lingkungan telah terjadi ratusan ribu tahun lalu,
dibuktikan dengan penemuan fosil homo sapiens sebagai awal peradaban manusia.
Awalnya manusia hadir dipermukaan bumi berkolaborasi, menyatu dengan lingkungan
dan memanfaatkan alam hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa
pangan, mengambil langsung dari alam dan mengandalkan teknologi sederhana.
Seiring bertambahnya populasi manusia, meningkatkan kebutuhan manusia akan
pangan sebagai awal manusia mengeksploitasi alam secara berlebihan.