Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PULANG PISAU
Jl. WAD Duha,Komplek Perkantoran Kabupaten Pulang Pisau, 74811 Kal-Teng

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU
Nomor : 440/703/SK/RSUD-PP/I-2019

TENTANG
PANDUAN RUJUKAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah Pulang Pisau, maka diperlukan panduan rujukan
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a diatas, maka perlu menetapkan keputusan direktur tentang
panduan rujukan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau
Mengingat : 1. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah No. 32Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG


PISAU TENTANG PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PULANG PISAU

KESATU : Menetapkan Panduan Rujukan Pasien Pada Rumah Sakit Umum Daerah
Pulang Pisau sebagai mana tercantum dalam lampiran keputusan ini
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan Panduan Rujukan Pasien pada Rumah
Sakit Umum Daerah Pulang Pisau dilaksanakan oleh Direksi Rumah
Sakit Umum Daerah Pulang Pisau
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan : Pulang Pisau


di
Pada : tanggal bulan tahun
tanggal 8 Januari 2019

Plt. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Pulang Pisau,

dr. MULIYANTO BUDIHARDJO, M.Hlth.Sc.


Pembina Utama Muda
NIP. 19610826 199703 1 002
PANDUAN RUJUKAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU

BAB I
DEFINISI RUJUKAN

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah


kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan pemeriksaan laboratorium (permenkes 922/2008).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi:
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.

Syarat Rujukan
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan
wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan
dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis
Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu
rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
4. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan, baik yang
merujuk atau yang menerima rujukan.
5. Adanya tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
6. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
a. Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
b. Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
c. Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
7. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
8. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
9. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke
arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
10. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil
selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi,
cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat
rujukan tepat waktu;
b. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan
kegawat daruratan;
c. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem
komunikasi;
11. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. berdasarkan hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa
keadaan pasien tidak dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan
karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut
kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan
kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit
kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang
setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan
lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan
pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit
yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan
menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

Sistem Informasi Rujukan


Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan
dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan kedokter tujuan rujukan, yang
berisikan antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status pasien
keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK,
tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk
pemeriksaan penunjang, kemajuan pengobatan dan keterangan tambahan yang
dipandang perlu.
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien
rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi balasan
rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan,
yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal, status pasien keluarga miskin
(gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK, tujuan rujukan
penerima, nama dan identitas pasien,hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien
saat keluar dari perawatan dan follow up yang dianjurkan kepada pihak pengirim
pasien.
Informasi pengiriman spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi Surat
Rujukan Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status pasien
keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau JAMSOSTEK,
tujuan rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan nomor spesimen yang dikirim,
tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas
pasien asal spesimen dan diagnos klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan
Spesimen).
Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh
pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim dengan
menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan. Informasi
permintaan tenaga ahli / dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala Puskesmas atau
Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota atau oleh Dinas Kesehatan Kab/ Kota yang ditujukan ke Dinas Kesehatan
Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan Tenaga Ahli, yang berisikan antar lain :
nomor surat, tanggal, perihal Permintaan Tenaga Ahli dan menyebutkan jenis
spesialisasinya, waktu dan tempat kehadiran jenis spesialisasi yang diminta, maksud
keperluan tenaga ahli diinginkan dan sumber biaya atau besaran biaya yang
disanggupi.
Informasi petugas yang mengirim, merawat atau meminta tenaga ahli selalu
ditulis nama jelas, asal institusi dan nomor telepon atau handphone yang bisa
dihubungi pihak lain. Keterbukaan antara pihak pengirim dan penerima untuk
bersedia memberikan informasi tambahan yang diperlukan masing-masing pihak
melalui media komunikasi bersifat wajib untuk keselamatan pasien, spesimen dan
alih pengetahuan medis.

13.2.
BAB II
RUANG LINGKUP

Kegiatan yang Tercakup dalam Sistem Rujukan


1. Pengiriman pasien
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih
lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk
kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan
pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.
2. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan:
Bahan spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk,
dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan
guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang
diagnostik yang tepat
b. Pemeriksaan Konfirmasi
Sebagian spesimen yang telah di periksa di laboratorium Puskesmas,
rumah sakit atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke
laboratorium yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan
pertama.
3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan
Dokter Spesialis dari Rumah Sakit dapat berkunjung secara berkala ke
Puskesmas.Dokter Asisten Spesialis / Residen Senior dapat ditempatkan di
Rumah Sakit Kabupaten / Kota yang membutuhkan atau Kabupaten yang
belum mempunyai dokter spesialis. Kegiatan menambah pengetahuan dan
ketrampilan bagi Dokter umum, Bidan atau Perawat dari Puskesmasatau
Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota dapat berupa magang atau pelatihan di
Rumah Sakit Umum yang lebih lengkap.

Jenis-jenis rujukan (menurut lingkup pelayanan)


1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
a. Transfer Of Patient
penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau
sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
b. Transfer Of Specimen
pengiriman bahan-bahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu
atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.
c. Transfer Of Knowledge/ personel
pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan
2. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas
kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular, Pemberian pangan
atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah, Pemberian makanan, tempat
tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam
Menurut tata hubungannya
• Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk
• Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit
umum daerah).

Tingkatan Rujukan
• Internal antar petugas di RS
• Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
• Antar masyarakat dan puskesmas
• Antar puskesmas dan RS, laboratorium/ fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

Kriteria Pembagian Wilayah Pelayanan Sistem Rujukan


Karena terbatasnya sumber daya tenaga dan dana kesehatan yang disediakan,
maka perlu diupayakan penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara
efektif dan efisien. Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam sistem rujukan ini setiap unit
kesehatan mulai dari Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit
akan memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan
wilayah dan tingkat kemampuan petugas atau sarana. Ketentuan ini dikecualikan
bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian wilayah pelayanan dalam
sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah administrasi
pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:
1. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, misalnya
fasilitas Rumah Sakit sesuai dengan tingkat klasifikasinya.
2. Kerja sama Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran.
3. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang
digunakan ke Sarana Kesehatan atau Rumah Sakit rujukan.
4. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan.

Pembiayaan
Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada
asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang
bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab
pasien dan/atau keluarganya. Biaya transportasi rujukan merupakan bagian dari jasa
pelayanan yang menjadi tanggung jawab pihak penjamin (Askes, Jamkesmas,
Jamkesda, Jamsostek dan Assuransi lain). Bagi pasien korban kecelakaan lalulintas,
biaya rujukan ditanggung oleh PT Asuransi Jasa Raharja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di perusahaan asuransi tersebut.

Mekanisme atau Alur Rujukan


Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal
merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan
horizontal rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal
dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan
vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengankebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila:
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dankewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedualebih
baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alas an
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatandan/atau ketenagaan.

Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:


1. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien
sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;
2. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat
darurat; dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada
penerima rujukan.

Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:


a. identitas pasien;
b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan;
c. diagnosis kerja;
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. tujuan rujukan; dan
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan:


a. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan
medis pasien harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus
dirujuk;
b. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan
kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume
catatan medis;
d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan
e. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan
stabilitas pasien dipertahankan selama dalam perjalanan;
f. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan
umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat
rujukan;
g. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada
pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan (PPK 2 dan PPK 3)
tempat rujukan.
h. Surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar (PPK 1)
kecuali dalam keadaan darurat;
i. Ketentuan-ketentuan yang ada pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda dan SKTM
dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku

Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Menerima Rujukan :


a. menerima surat rujukan danmembuat tanda terima pasien;
b. mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan
c. membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan, serta
melaksanakan perawatan;
d. melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;
e. memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan pengirim rujukan;
f. membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, apabila
kondisi pasien tidak dapat diatasi, dan mengirim tembusannya kepada sarana
pelayanan kesehatan pengirim pertama;
g. membuat rujukan balik ke PPK 2 atau PPK 1 untuk menindaklanjuti perawatan
selanjutnya yang tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik atau
subspesialistik setelah kondisi pasien stabil
BAB III
TATA LAKSANA

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan


A. Merujuk dan Menerima Rujukan Pasien
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun
kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien,
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien,
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1. Prosedur Standar Merujuk Pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis
/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi
pasien.
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan di rawat inap atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir).
Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.

2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO).
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai
kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat
inap atau pulang paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan /perawatan
yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien yang
mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas
/RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih
mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian
surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur selanjutnya
sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
8. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.
3. Prosedur Standar Membalas Rujukan Pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib
mengembalikan pasien ke RS / Puskesmas / Polindes/Poskesdes
pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi
penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit
/Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis, tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukan di Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes
pengirim.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien
sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan RumahSakit /
Puskesmas tersebut dalam keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada
Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim pasien
mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah
Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban
memberi surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang
pernah diterimanya kepada Rumah Sakit / Puskesmas /
Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima
petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana
komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili
dan sebagainya.
3. Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan
4. Prosedur Standar Menerima Balasan Rujukan Pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh RumahSakit/
Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah
ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan
rujukan telah diterima.

B. Merujuk dan Menerima Rujukan Specimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya


Pemeriksaan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya dapat dirujuk
apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/teknik pemeriksaan
laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat
dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit
atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut harus
mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.

Prosedur Standar Pengiriman Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik


Lainnya
a. Prosedur Klinis:
1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan
yangakan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas,
kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain
serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah
sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas.
b. Prosedur Administratif:
1. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostic
lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status
Gakin / Non-Gakin / ASKES/ JAMSOSTEK, informasi jenis
spesimen/penunjang diagnostic lainnya pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengirim.
2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing intansinya.
3. Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya
kealamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
4. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan
spesimen/penunjang diagnostik lainnya tersebut.

Prosedur Standar Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik


Lainnya
a. Prosedur Klinis
1. Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostic lainnya
sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan
memperhatikan aspek sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit,
keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk
diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan
3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang
diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis
dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
b. Prosedur Administratif
1. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostic
lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor
surat dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK,
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengirim.
2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang
telah ditentukan masing-masing instansinya.
3. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
4. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan
format standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi
pengirim.

Prosedur Standar Mengirim Balasan Rujukan Hasil Pemeriksaan Spesimen


dan Penunjang Diagnostik Lainnya.
a. Prosedur Klinis:
1. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat
rujukan specimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima,
telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap
2. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung
jawabkan.
3. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada
tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen.
b. Prosedur Administratif:
1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
2. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masing-
masing instansi.
3. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga
kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk
membacanya.
4. Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat
pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim
dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.

C. Rujukan Pengetahuan dan Tenaga Ahli/Dokter Spesialis


Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan
pengiriman dokter ahli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat
berasal dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota yang
ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas Kesehatan yang memang
mampu menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan tenaga
ahli /dokter spesialis antara lain:
1. Rumah Sakit / Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli,
misalnya Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota.
2. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang mapan memberikan
bantuantenaga ahli, misalnya Rumah Sakit Umum Provinsi.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dimana Rumah Sakit
/Puskesmas yang membutuhkan tersebut berada.
4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang akan
memberikan bantuan tenaga ahli tersebut berada.
Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga ahli /dokter spesialis meliputi
antara lain:
1. Bimbingan klinis untuk deteksi dini kasus-kasus rujukan.
2. Bimbingan klinis melakukan tindakan pra-rujukan.
3. Bimbingan klinis penanganan kasus-kasus yang masih menjadi
kewenangan puskesmas melakukan Pelayanan Obstetri Neonatal
Dasar (PONED).
4. Bimbingan klinis untuk tindak lanjut (follow up) kasus kasus rujukan
balik yang diterima oleh puskesmas, puskesmas pembantu dan
polindes.
5. Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-kasus
yang sering dijumpai di puskesmas, puskesmas pembantu dan
polindes.

Prosedur Standar Permintaan Rujukan Pengetahuan (Tenaga Ahli)


1. Puskesmas / Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang memerlukan tenaga ahli
membuat surat permintaan tenaga ahli.
2. Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi
melanjutkan permintaan tenaga ahli tersebut ke Direktur Rumah Sakit tujuan
dan tembusan kepada Kepala Staf Medik Fungsional (SMF) yang dituju paling
lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima.
4. Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda, akomodasi, konsumsi dan
honor atau insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang bersangkutan.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan pelaksanaannya.
6. Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di wilayahnya dengan
tembusan ke Rumah Sakit atau Instansi yang mengirim.
7. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1

Prosedur Standar Pengiriman Tenaga Ahli


1. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga ahli
berkonsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk disesuaikan
dengan program rujukan di Provinsi tersebut.
2. Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah Sakit /
Instansi tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas bagi tenaga ahli
yang bersangkutan sesuai permintaan.
3. Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan arsip.
4. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan

Anda mungkin juga menyukai