Arki Vanesaputri 17151051033 Dwi Wahyudi Latif 171510501042 Moh. Auriza Y. 171510501051 M. Alimun Wasik 171510501080 Riski Amaliandi 171510501090 Ahmad rofiqi 171510501123 Sulistiyanto Y. R 171510501154 Citra Aisyah Fauzi 171510501170 Erika Irfan R HM 171510501043 Rifngatul ‘Atiqoh 171510501148 Rozita Trimaulina Sari 171510501175
Sejarah IPM Dunia
Akhir 1600 dan awal 1700 ditemukan berbagai insektisida botani. Tahun 1915 Sanderson mempublikasikan hasil penelitiannya tentang pengendalian hama berbadasarkan sistematika dan biologi hama. Dia menyarankan pengelolaan hama dengan teknik budidaya, pentingnya kesehatan tanaman, pengendalian hayati, pengendalian fisik / mekanik, dan pengendalian kimia. Pada tahun 1939 sifat insektisidal pada DDT (Dichloro Diphenyl Trichlorethane) ditemukan pertama kali oleh Paul Herman Mueller seorang ilmuan dari Jerman. Penemuan tersebut dianggap para entomology sebagai era penggunaan insektisida modern. Tahun 1940, DDT ditetapkan sebagai sebuah insektisida, Tahun 1941, tersedianya pestisida berspektrum luas dan persisten sejak PD II, dan memberikan kontributor utama pada peningkatan produksi pangan dan serat dunia. Tahun 1942, BHC ditemukan sebagai insektisida. Tahun 1943, 2,4-D ditemukan efektif sebagai herbisida. Tahun 1946, lalat rumah ditemukan resistant pada DDT. Tahun 1950, mulai muncul pandangan bahwa pestisida sintetik seolah-olah dapat memecahkan masalah hama dan penyakit secara permanen. Tahun 1950, pestisida nabati menjadi umum pada tanaman. Tahun 1959 Stern, Smith, van den Bosch dan Hagen mempublikasikan satu paper ttg “Integrated Control” di Jurnal Hilgardia. Tahun 1960, penyeruan pengurangan pestisida oleh penasehat sains presiden. Pada tahun 1961, Geir dan Clark mengajukan ide pengelolaan (management) terhadap populasi serangga hama yaitu “Pengelolaan Populasi Protektif” (Protective Population Management) kemudian menjadi Pest Management. Tahun 1962 Rachel Carson mempublikasikan buku “Silent Spring”, kemudian publik mengetahui dan sadar bahwa chlorinated hydrocarbons meracuni penguin, kodok pohon, ikan , dan air susu ibu. Tahun 1963, senat menyerukan pembetukan komisi perlindungan lingkungan. Tahun 1965, toleransi pestisida pertama pada makanan. Tahun 1967 Smith dan van den Bosch memberi istilah IPM (Integrated Pest Management) . Tahun 1970 penggunnaan herbisida telah menyaingi penggunaan insektisida dan fungisida di dunia, baik dalam jumlah bahan aktif maupun dalam tonase yang diaplikasikan guna melindungi tanaman dari gangguan gulma. Di Indonesia produksi beras terbukti semakin meningkat sejak dilepaskan varietas unggul pada tahun 1970 bersama-sama dengan penggunaan insektisida dan pupuk buatan secara intensif. Tahun 1970, awal revolusi hijau pestisida, pupuk sintesis dan varietas unggul (IR5, IR8, C4, Pelita I-1 dan Pelita I-2) yang merupakan paket produksi. Tahun 1972, penggunan DDT dilarang. Tahun 1973, proyek IBP di mulai, antaralain control hama yang ditekankan sebagai suatu sistem, alat pemodelan keputusan yang di perkenalkan, dan hanya untuk serangga. Tahun 1973, kebutuhan pupuk dan pestisida bagi petani disubsidi oleh pemerintah. Tahun 1978, proyek CIPM menggantikan IBP yaitu termasuk gulma dan pathogen dan peserta analisis ekonomi. Selain itu juga program IPM di mulai. Tahun 1979 Universitas California Statewide diakui sebagai perguruan tinggi yang mengembangkan konsep dan strategi PHT. Tahun 1980 akhir, pemerintah AS mulai menetapkan IPM sebagai strategi utama pengelolaan hama. Tahun 1984, IPM menjadi sebuah anggaran Negara federal. Tahun 1993, inisiatif pht akan di kembangkan di AS. Tahun 2000, upaya untuk mengembangkan dan menjalankan PHT. IPM mendirikan IPM Holland BV di Belanda untuk mengelola produksi benih IPM dan varietas gratis untuk ekspor. Ahun 2001, Dufour seorang pakar dari NCAT (National Center for Appropriate Technology) yang telah mengemukakan pendekatan baru dalam penerapan PHT, yaitu PHT Biointesif (suatu sistem pendekatan pengelolaan hama yang didasarkan pada pemahaman ekologi hama). Pada tahun 2005 Altieri dan Nicholls mengemukakan landasan ekologi yang lebih sesuai bagi PHT agar penerapan PHT dapat menuju terciptanya sistem pertanian berlanjut (sustainable agriculture), yaitu agroekologi. Tahun 2010, IPM mendirikan IPM Brasil untuk mengembangkan produksi benih varietas IPM berkualitas tinggi untuk pasar Brasil dan IPM Prancis untuk mengelola produksi benih varietas IPM untuk pasar dan ekspor Prancis. Perusahaan juga mengakuisisi A. J. Allan Ltd, sebuah perusahaan benih kentang berkualitas tinggi di Skotlandia untuk melengkapi kemampuan produksi dan pemasaran IPM. Tahun 2015 perusahaan mendirikan IPM Portugal untuk mempromosikan dan mengembangkan penjualan varietas IPM di pasar Portugis.