Dosen Pengampu:
Globila Nurika, S.KM., M. KL.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Selama masa pandemi COVID-19, perilaku konsumen dan gaya hidup sosial
berubah. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa globalisasi menciptakan
kondisi lingkungan baru, di mana penyakit dapat muncul dan menyebar lebih mudah
secara geografis dan lintas spesies, telah menyebabkan untuk mendukung apa yang
disebut pendekatan One Health. One Health merupakan pendekatan yang membahas
keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Jika terdapat satu aspek
yang terganggu, maka akan mengganggu aspek lainnya. Kesehatan manusia sangat erat
kaitannya dengan kesehatan hewan dan lingkungan sekitar, sehingga kerjasama semua
sektor sangat diperlukan. Karena itu dapat disimpulkan bahwa konsep One Health (satu
kesehatan) adalah suatu upaya kolaboratif dari berbagai sektor, utamanya kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun
global untuk mencapai kesehatan yang optimal.
COVID-19 merupakan salah satu contoh penyakit yang menyebabkan masalah
kesehatan yang harus diselesaikan dengan pendekatan One Health. Kesehatan dan
kebersihan lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh
seseorang. Telah diketahui bahwa, COVID-19 disebabkan oleh salah satu jenis virus
dari keluarga besar Coronavirus, yang umumnya ditemukan pada hewan. Meski saat ini
belum ditemukan bukti bahwa hewan peliharaan dapat menularkan COVID-19, namun
protokol kesehatan menganjurkan agar selalu mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setelah berkontak dengan hewan peliharaan menjadi penting untuk dilakukan.
Kebiasaan ini juga dapat melindungi kita semua terhadap berbagai bakteri umum seperti
E. coli dan Salmonella yang dapat berpindah antara hewan peliharaan dan manusia
(Haven et al., 2016)
Selain COVID-19, pendekatan One Health juga dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan kesehatan, misalnya penyakit zoonosis (penyakit bersumber dari hewan,
misalnya rabies), resistensi antibiotik, penyakit vector-borne (misalnya malaria, demam
berdarah dengue), isu keamanan pangan, isu kesehatan mental, penyakit kronis dan lain-
lain. Penyakit zoonosis, atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia,
saat ini menjadi isu kesehatan global. Beberapa yang muncul belakangan ini adalah
Ebola, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Zika dan COVID-19. Namun
kesadaran masyarakat terhadap penyakit menular ini masih rendah (Hartwell, 2014)
Upaya komunitas kesehatan masyarakat dalam mengoreksi, mengontrol, dan
mencegah risiko kesehatan lingkungan yang dapat dipengaruhi oleh globalisasi.
Misalnya, globalisasi menimbulkan tantangan tambahan untuk mengidentifikasi bahaya
dan hubungan sebab akibat. Tugas yang terkait dengan mengidentifikasi bahaya harus
memperhitungkan faktor-faktor yang meluas dan jauh melampaui batas negara, lebih
banyak pemangku kepentingan, dan yurisdiksi yang berada di luar jangkauan kesehatan
masyarakat pihak berwajib. Contoh yang baik adalah adanya pelaporan peningkatan
wabah yang penyakit bawaan makanan yang melibatkan lebih dari satu negara yang
telah dikaitkan, sebagian, dengan globalisasi industri makanan.
WHO (World Health Organization) menjelaskan bahwa Ekonomi Sirkulasi
merupakan sebuah konsep yang berfokus pada perputaran alur penutupan material dan
pengurangan konsumsi sumber daya oleh model konsumsi untuk mempertahankan nilai
tertinggi dari bahas dan produk perubahan pola pemanfaatan untuk memperpanjang usia
produk. Ekonomi Sirkulasi telah diidentifikasikan sebagai peluang untuk maju menuju
pembangunan berkelanjutan, efisiensi sumber daya, dan ekonomi rendah karbon.
Ekonomi Sirkulasi sering menjadi ekonomi default dalam pengaturan berpenghasilan
rendah karena tingkat konsumsi yang lebih rendah dan ketersediaan barang material
yang lebih sedikit (Wright et al., 2019). Kesehatan lingkungan bertujuan untuk
mencegah dampak buruk terhadap kesehatan manusia dari semua faktor yang berasal
dari lingkungan (seperti limbah, air, dan polusi udara) dan menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan (Wright et al., 2019).
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Definisi One Health : interface of human and animal health
One health merupakan strategi dunia untuk mencapai kesehatan optimal manusia,
hewan dan lingkungan dengan melakukan upaya kolaborasi interdidipliner dan
komunikasi dlaam semua aspek pelayanan kesehatan bagi manusia, hewan, dan
lingkungan. Strategi ini bertujuan untuk mempromosikan, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan serta kesejahteraan dari seluruh spesies dengan memperluas
kolaborasi antara dokter, dokter hewan, serta ahli kesehatan di bidang lingkungan.
Terdapat 8 pendekatan one health yakni
1. Menyadari interdependensi, dan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia,
hewan, dan lingkungan
2. Menyadari bahwa komunikasi, kolaborasi, dan kepercayaan antara praktisi
kesehatan manusia dan hewan merupakan jantung dari konsep One Health
3. Memiliki visi yang luas dan mencangkup disiplin lain seperti ekonomi dan perilaku
social yang esensial untuk keberhasilannya
4. Mempromosikan doable seperti peningkatan surveilens dan response untuk
kemunculan penyakit infeksius sembari mengembangkan pendekatan yang lebih
luas
5. Menekankan partisipasi komunitas dan pengembangan kapasitas komunitas, serta
secara khusus membuka dialog yang transparan
6. Membutuhkan aksi ‘ground up’ maupun ‘top down’
7. Menyadari bahwa pemahaman akan ekosistem, termasuk ekobiologi molekuler
adalah hal yang penting untuk one health
8. Menyadari bahwa One Health adalah komponen utama dari ketahanan dan
keamanan pangan
2.6.2. Peranan Circular Economy dan Life Cycle Assessment pada Produk Plastik
LCA produk plastik dikategorikan menjadi lima tahap yaitu, bahan baku pelet
plastik, pembuatan produk plastik, penggunaan/penggunaan kembali produk plastik,
akhir hidup, dan pembuangan ke lingkungan. Tujuan keseluruhan LCA adalah untuk
menganalisis siklus hidup produk plastik dari awal hingga akhir dan dampaknya
terhadap lingkungan. Selain hal itu, Diperlukan juga undang-undang dan kebijakan yang
tegas dan fokus yang lebih besar pada penerapan pungutan, pajak, serta kebijakan dalam
meminimalkan penggunaan plastik di tingkat lokal, nasional, dan internasional (Kumar,
et al., 2021). Perubahan konsumsi masyarakat yang drastis dapat mengurangi jumlah
sampah kemasan plastik yang menjadi tantangan karena konsumerisme sangat terlihat di
seluruh dunia (Andrades, Martins, Fardim, Ferreira, & Santos, 2016). Timbulan sampah
dapat dikurangi dengan transisi menuju ekonomi sirkular, yaitu dengan pengelolaan
sampah dan pengelolaan sumberdaya semua pihak dan produk dirancang untuk
mencegah timbulan sampah (Pincelli, Junior, Matias, & Rutkowski, 2021).
3.2. Saran
Masalah terkait polusi sampah plastic tidak hanya terjadi di satu negara, tapi juga
dialami oleh negara lain didunia. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan dikeluarkannya
kebijakan dalam pelarangan penggunaan plastic dan diganti dengan bahan yang lebih
ramah lingkungan atau bahan yang dapat digunakan kembali. Selain itu, perlu dilakukan
kerjasama dari semua pihak, karena dalam menangani terkait sampah tidak hanya cukup
dari pemerintah saja, tetapi masyarakat juga harus sadar akan ancaman dampak dari
sampah plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrades, R., Martins, A., Fardim, L., Ferreira, J., & Santos, R. (2016). Origin of
Marine Debris is Related to Disposable Packs of Ultraprocessed Food. 109 (1),
192-195.
Calleja, D. (2019). Mengapa “Ekonomi Plastik Baru” harus menjadi ekonomi sirkular.
Institut Veolia.
Hartwell, H. (2014). Global public health workforce. Perspectives in Public Health,
134(5), 234. https://doi.org/10.1177/1757913914545568
Haven, N., Haven, N., & Skolnik, R. (2016). Global Health 101 Lecturer in Public
Health.
Indohun. (Jakarta). Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health : Konsep dan
Pengetahuan tentang one Health. Indohun National Coordinating Office.
Kamsiati, E., Herawati, H., & Purwani , E. Y. (2017). Potensi Pengembangan Plastik
Biodegradable Berbasis Pati Sagu dan Ubi Kayu di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian, 36(2), 67-76.Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan. 2016. Implementasi One Health di Indonesia
Kilas Jatim. 2020. Pemkab Lumajang Tegaskan Pengurangan Plastik Sekali Pakai.
Diakses pada 8 November 2021, dari https://kilasjatim.com/pemkab-lumajang-
tegaskan-pengurangan-plastik-sekali-pakai/
Kumar, R., Verma , A., Shome, A., Sinha, R., Sinha, S., Jha, P., . . . Prasad, P. (2021).
Impact of Plastic Pollution on Ecosystem Services, Sustainable Development
Goals, and Need to Focus on Circular Economy and Policy Interventions. Journal
Sustainability, 1-40.
Monoarfa, S., Larsen, L. B., & Shimomura, N. (2021). The Economic,Social, and
Environmental Benefits of A Circular Economy in Indonesia. Jakarta: Kementerian
PPN/Bappenas, Embassy Of Denmark, UNDP.
Roxxane, M. (2021). Bumi di Bawah Tekanan: COVID-19 dan Polusi Plastik. Jurnal
Ilmiah Ilmu Sosial, 7(1), 49.
Sugiarti, Risa. 2021. Indonesia Hasilkan 175 Ton Sampah per Harinya, sedikit Bisa
Didaur Ulang. Diakses pada 8 November 2021, dari
https://www.liputan6.com/health/read/4490103/indonesia-hasilkan-175-ribu-ton-
sampah-per-harinya-sedikit-yang-bisa-didaur-ulangXWright, C. Y., Godfrey, L.,
Armiento, G., Haywood, L. K., Inglesi-Lotz, R., Lyne, K., & Schwerdtle, P. N.
(2019). Circular economy and environmental health in low- And middle-income
countries. Globalization and Health, 15(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/s12992-
019-0501-y