Seminar Kasus KMB
Seminar Kasus KMB
Disusun oleh :
Kelompok 8
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 8
Oleh:
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya kami selaku penulis mampu menyelesaikan makalah laporan kasus
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosis Media Ulkus
Kornea di Ruang Melati RSUD Dr. Soetomo Surabaya” ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini memuat penjelasan mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus ulkus kornea yang menjalani perawatan di Ruang Melati
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Proses penyusunan makalah ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi didalamnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna
mengembangkan sekaligus membenahi makalah ini agar lebih baik kedepannya.
Tim Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan ........................................................................................................3
1.3.1. Tujuan umum .....................................................................................3
1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................4
2.1 Pengertian Stroke Iskemik.........................................................................4
2.2 Etiologi Stroke Iskemik .............................................................................4
2.3 Patofisiologi Stroke Iskemik .....................................................................4
2.4 Manifestasi Klinik Stroke Iskemik ............................................................5
2.5 Pemeriksaan Penunjang Stroke Iskemik ...................................................6
2.6 Penatalaksanaan Stroke Iskemik ...............................................................7
2.7 Komplikasi Stroke Iskemik .......................................................................8
2.8 WOC Stroke Iskemik ................................................................................8
2.9 Pengertian Terapi Oksigen Hiperbarik ......................................................8
2.10 Dasar Fisiologis Terapi Oksigen Hiperbarik .............................................8
2.11 Administrasi Oksigen Hiperbarik ............................................................10
2.12 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ........................................................10
2.13 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik .............................................11
2.14 Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ..................................................11
2.15 Rasionalitas Penggunaan Terapi Hiperbarik Pada Stroke Iskemik .........12
2.14 Mekanisme Terapi Hiperbarik Pada Stroke Iskemik...............................13
BAB 3 LAPORAN KASUS ..................................................................................16
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Terapi Oksigen Hiperbarik .....................16
3.2 Kasus .......................................................................................................22
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................38
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................38
4.2 Saran ........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39
Lampiran 1 .............................................................................................................40
Lampiran 2 .............................................................................................................40
1
BAB 1
PENDAHULUAN
& Angga, 2019). Peradangan kornea jika tidak didiagnosis secara dini serta
tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kerusakan pada
kornea sampai dapat berlanjut menjadi ulkus. Ulkus kornea adalah keadaan
patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat disertai defek kornea
pada jenis kelamin laki-laki (Sharma, et al., 2015). Usia penderita ulkus
kornea infeksius terbanyak adalah orang yang berusia 40-60 tahun (Gandhi, et
al., 2014) dan pada sebuah penelitian di India menunjukan 65% kasus ulkus
non-infeksius terbanyak terjadi pada rentang usia 18-45 tahun (Sharma, et al.,
hingga 800 per 100.000 orang per tahun. Menurut data infodatin tahun 2014,
mata. Ulkus kornea non-infeksius bisa mengenai satu atau kedua mata. Ulkus
penduduk di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini menjadi salah satu faktor yang
berperan untuk terjadinya cedera mata hingga terjadi ulkus kornea. Akibat
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul (Suharjo dan Hartono,
2007). Komplikasi yang mungkin timbul akibat ulkus kornea antara lain
kornea?
1.3 Tujuan
ulkus kornea.
Surabaya.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan
kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak
mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat
kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang
disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra
tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh–pembuluh darah yang ada
didalamnya, pembuluh–pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas
sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan.
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata.
Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk
membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke
kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus
nasolakrimalis untuk ke hidung.
1. Segmen Anterior dan Posterior
a. Palpebra (Kelopak Mata)
b. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera, kecuali
kornea. Konjungtiva memiliki banyak pembuluh darah.
5
ini akan menimbulkan bekas luka atau jaringan parut yang permanen.
Bila bekas luka cukup besar, penglihatan akan menjadi terganggu.
3) Stroma
Stroma merupakan lapisan paling tebal dari kornea yang berada tepat di
belakang lapisan Bowman. Lapisan ini tersusun dari air serta kolagen
dan merupakan area pembiasan cahaya pada kornea.
4) Membran Descement
Membran descemet merupakan jaringan tipis dan terkuat pada kornea.
Membran ini terbuat dari kolagen dan berfungsi sebagai tempat
bersandarnya sel-sel endotel sekaligus melindungi sel-sel tersebut dari
infeksi serta cedera.
5) Endhotel
Lapisan endotel merupakan lapisan tunggal dan tipis yang terletak pada
bagian terdalam kornea dan bersentuhan langsung dengan aqueous
humor. Lapisan ini berfungsi menjaga kornea tetap jernih dan mengatur
kadar air pada mata, dengan cara menyerap air dari stroma.
Iris merupakan diafragma yang terletak di antara kornea dan mata, terdiri
dari diamer luar dan dalam. Iris berfungsi untuk mengatur intensitas
cahaya yang masuk.
g. Pupil
Pupil berfungsi untuk menentukan cahaya yang masuk ke bagian mata
yang lebih dalam. Diameter normal pupil adalah 3-5 mm. Kurang dari 3
mm disebut miosis, dan diameter lebih dari 5 mm disebut midriasis.
h. Lensa
Lensa bentuknya bikonfex, transparan dan avaskuler. Lensa terdiri dari 3
lapisan, yaitu kapsul, kortex dan nukleus.
i. Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sensitif
terhadap cahaya. Pada retina terdapat fotoreseptor.
j. Aqueous Humor
Aqueous humor terletak di balik kornea. Strukturnya sama dengan cairan
sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas
dengan udara luar melalui kornea.
k. Vitreous Humor
Vitreous humor terletak di belakang lensa. Bentuknya berupa zat
transparan seperti jelly yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan
membuat bola mata membulat.
l. Bintik kuning
Merupakan bagian retina yang peka terhadap cahaya, karena merupakan
tempat perkumpulan sel-sel yang berbentuk kerucut dan batang.
m. Saraf optik
Saraf optik merupakan saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam
retina untuk menuju ke otak.
n. Otot mata
Muskulus levator palpebralis superior inferior : mengangkat kelopak
mata
Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata : untuk menutup mata
8
2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e. Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal,
immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan (exposur);
h. Neurotropik (Broniek,2014).
3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) (Amatya,2012).
C. Patofisiologi Ulkus Kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk
dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di
retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan (Patel, 2012).
Kornea merupakan bagian yang utuh dari segmen anterior mata. Lapisan
yang utuh tersebut mampu melindungi bagian mata dibelakangnya (BMD, iris,
pupil dan segmen posterior). Kornea menurut struktur anatomisnya memiliki
5 (lima) lapisan meliputi lapisan epitel, membran bowman, stroma, membran
descement dan lapisan endotel. Apabila ada trauma yang mengenai bagian
kornea, maka akan membuat lapisan permukaan kornea berubah menjadi tipis,
yang artinya kornea tidak lagi memiliki pertahanan yang utuh terhadap
mikroorganisme. Hal ini mengakibatkan cahaya yang masuk ke mata yang
seharusnya dapat dibiaskan dengan sempurna menjadi tidak normal akibat
permukaan kornea yang tidak utuh, sehingga muncul gangguan kerusakan
integritas kornea. Nervus trigeminus yang ada di kornea menjadi terangsang
sehingga mampu menimbulkan sensasi nyeri.
Selain itu, saat permukaan kornea berubah menjadi tidak utuh,
mikroorganisme mampu menginvasi mata dengan mudah. Hal itu
menyebabkan terbentuknya infiltrat pada kornea dan memicu pembentukan
11
c. Cryotherapy
Merupakan terapi pendinginan dengan menggunakan
nitrogen yang berfungsi mencegah infeksi dengan
merusak jaringan yang membuat mikroorganisme
mati.
d. Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan
diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti:
1) Dengan pengobatan tidak sembuh;
2) Terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan;
3) Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya
perforasi.
4) Dilakukan keratoplasti bila infeksi sudah
dinyatakan selesai atau tertangani dengan
baik, dan bagian mata mulai dari belakang
kornea hingga makula lutea tidak ada infeksi
dan kecacatan. Tujuan dari keraoplasti adalah
bukan untuk mengobati ulkus, tetapi untuk
memperbaiki daya penglihatan (refraksi).
3. Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan
kornea. Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea.
Penipisan lapisan
kornea
Luka di kornea
BAB 3
IDENTITAS
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama :
Klien mengeluh cemas akan kondisi matanya, karena sebelumnya klien mengaku belum pernah sakit.
Ya tidak
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal dunia
------ : Tinggal Bersama
2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20 x/menit
T :...................................................................
4. Sistem Persyarafan
a. S : 36,1o C Masalah Keperawatan :
b. GCS : E 4 V 5 M 6
c. Refleks fisiologis patella triceps biceps Tidak ada masalah keperawatan
d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
e. Keluhan pusing ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :................................................................... Klien tidak mengeluh pusing
S :...................................................................
T :...................................................................
26
5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak
Tidak ada masalah keperawatan
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
Klien tidak ada keluhan kencing ...................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: Tidak ada …..................................................
Jenis :...........................................
Ukuran :............................................ Klien tidak terpasang alat bantu
Hari ke :............................................ berkemih
g. Produksi urine : 62,5 ml/jam 1500 cc/hari
Warna : Jernih
Bau : Khas
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 3000 cc/hari parenteral: - cc/hari
k. Balance cairan:
IWL = 15 X KgBB/24jam Balance Cairan = Intake - Output
= 15 X 55 Kg/24jam = 3000 – (IWL + Urine)
= 825 cc/24jam = 3000 – (825+1500) = 675
o. Lain-lain:
Tidak ada ................................................................................................................... ....................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
27
6. Sistem pencernaan
a. TB : 150 cm BB : 55 Kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 24,4 Interpretasi : Normal
c. LOLA : Tidak terkaji Tidak ada masalah keperawatan
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
Risiko cedera
OD OS Gangguan Penglihatan
Tidak ada edema dan spasme Palpebra Tidak ada edema, spasme positif
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
Aurcicula
MAE
Membran
Tymhani Tidak terkaji
Tidak terkaji
Rinne
Weber
Swabach
b. Tes Audiometri:
Klien tidak dilakukan tes audiometri.............................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
................................................................................................................................... .....................
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: Bebas terbatas
Masalah Keperawatan :
b. Kekuatan otot: 5 5
5 5 Tidak ada masalah keperawatan
c. Kelainan ekstremitas: ya tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
e. Fraktur : ya tidak
- Jenis : Tidak ada
f. Traksi: ya tidak
- Jenis :...................
- Beban :................... Tidak ada
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri: ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
Tidak ada keluhan nyeri
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer : Baik
j. Kompartemen syndrome ya tidak hiperpigmentasi
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................ Tidak ada riwayat operasi
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :................... Klien tidak terpasang drain
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM (Range of Motion) : Tidak terkaji
o. POD (Prevention of Dissability) : Tidak terkaji
p. Cardinal Sign : Tidak terkaji
q. Lain-lain:
Tidak ada................................................................................................................................ ........
.......................................................................................................................................................
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
e. Lain-lain:
Tidak ada
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Masalah Keperawatan :
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah keperawatan
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
TERAPI
(………………………)
33
ANALISIS DATA
Keruh,
Jernih Kornea infiltrate
sulit
dievaluasi,
Dalam BMD terdapat
hipopion
Sulit
Bulat Pupil dievaluasi
Sulit
Radier Iris dievaluasi
Sulit
Jernih Lensa dievaluasi
Reflek Reflek
Fundus negatif
positif
17 n.palpasi
TIO
mmHg
08 Oktober DS : Benda asing (insecta) Resiko Infeksi
2019 - Klien mengatakan matanya masuk ke mata
berair
Timbul rasa gatal
DO :
- Mata sinistra tampak tertutup Reflek mengucek mata
kasa
- Mata tampak berair Kerusakan integritas
- Konjungtiva hiperemis kornea
-
- TTV = Infiltrasi kornea
TD : 110/60 mmHg
N : 68 x/menit Terbentuk jaringan
S : 36,8o C nekrosis
RR : 20x/menit
Penipisan lapisan
kornea
Resiko infeksi
35
RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL WAKTU INTERVENSI
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Selasa, 08.10.2019 08.30 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional 1. Monitor tanda-tanda ansietas verbal maupun
sekunder dengan kurang terpapar informasi nonverbal.
dibuktikan dengan tampak gelisah dan merasa 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
khawatir (D.0080) kepercayaan.
3. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Pahami situasi yang membuat cemas.
jam, tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil: 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
1. Pasien tidak nampak gelisah. 5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang dialami.
2. Mampu mengungkapkan perasaannya terkait 6. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
kondisi yang dialami, seperti penyebab cemas 7. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
yang dirasakan. 8. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
3. Tidak merasa khawatir terhadap prosedur yang ketegangan.
kan dijalani. 9. Latih teknik relaksasi.
10. Kolaborasi pemberian obat antiansietas.
Selasa, 08.10.2019 08.38 Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
psikomotor akibat gangguan penglihatan (D.0136) menyebabkan cedera.
2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 cedera.
jam, tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil: 3. Sediakan pencahayaan yang memadai.
1. Tidak terjadi cedera saat beraktivitas. 4. Pastikan barang-barang pribai mudah dijangkau.
2. Tidak ada luka fisik di tubuh pasien akibat cedera. 5. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam
3. Tidak terjadi prolapsus isi bola mata. kondisi terkunci.
6. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien.
8. Menganjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi
serat.
9. Menganjurkan untuk batuk kecil dengan posisi
memeluk bantal.
10. Menganjurkan untuk tidak mengejan saat BAB.
37
Rabu, 9/10/19 1,2,3 06.35 1. Menyiapkan keperluan pasien Al 13.00 S: pasien mengatakan sudah tidak Al
Shift pagi sebelum operasi. cemas, terasa nyeri di luka operasi
06.40 2. Memastikan lokasi operasi sudah dengan skala 5 dari 1-10, nyerinya
diberi penanda. semakin terasa saat beraktivitas dan
06.51 3. Mengantar pasien operasi menuju berkurang saat tidur. Kecemasan (-)
GBPT. karena sudah dioperasi.
O: TD 130/80 mmHg, RR 22x/menit,
Nadi 90x/menit. Tampak ekspresi
meringis menahan nyeri.
A: masalah ansietas teratasi, timbul
masalah baru: nyeri post operasi.
P: intervensi dimodifikasi dengan
manajemen nyeri hingga tingkat nyeri
menurun (skala 2 dari 1-10).
I: kolaborasi pemberian Tramadol 50
mg IV. Pantau skala nyeri secara
berkala.
Shift Pagi mata moxifloxacin oleh keluarga. tidak berair dan nyeri berkurang.
09.05 2. Mengedukasi tentang pentingnya O: S 36,8 derajat celsius
konsumsi obat sesuai resep, tepat A: masalah teratasi
waktu dan konsumsi makanan P: intervensi dihentikan, pasien acc
bergizi. KRS dan kontrol setelah 1 minggu
09.15 3. Mengedukasi tentang pentingnya sejak KRS.
kontrol sesuai jadwal yang telah
disepakati.
42
BAB IV
PEMBAHASAN
dengan cara mengajarkan batuk kecil dengan bantal yang diletakkan di perut dan
mencegah agar tidak mengejan dengan cara mengedukasi klien untuk
mengkonsumsi buah dan sayur serta perbanyak minum air serta berkolaborasi
dengan dokter pemberian obat analgetik untuk menurunkan nyeri.
45
DAFTAR PUSTAKA
Karthikeyan, R.S., Ganesa, R., Lakshmi, J., Sixto, L., Jonida, T., Arne,
R., et al. Host
response and bacterial virulence factor expression in
Pseudomonas aeruginosa and Streptococcus pneumoniae corneal
ulcers. Pone Journal. 2013 Jun;8(6):867.
Kunwar M, Adhikari, R.K., Karki, D.B. Microbial flora of corneal
ulcers and their
drug sensitivity. MSJBH.2013;12(2):14-16.
Lalitha, P., Sun, C.Q., Prajna, N.V., Karpagam, R., Geetha, M., O’Brien,
K.S., et al.
In vitro susceptibi-lity of filamentous fungal isolates from a
corneal ulcer clinical trial. Am J Ophtalmol. 2014
Feb;157(2):31826.
Yum, H.R., Kim, M.S., Kim, E.C. Retrocorneal membrane after
Descemet
endothelial keratoplasty. Cornea. 2013 Sep;32(9):128890.
Yuan, F., Wang, L., Lin, C., Chou, C., Li, L A cornea substitute derived
from fish
scale: 6month follow up on rabbit model. J Ophthalmol. 2014
Jun;91(10):40.
Khater, M.M., Selima, A.A., El-Shorbagy, M.S. Role of argon laser as
an adjunctive
therapy for treatment of resistant infected corneal ulcers. Clin Ophthalmol.
2014;23(8):1025-30