Disusun Oleh :
Rahma Tania Firdausyi 17321024
Agpri Ayu Karisma 17321033
Clariza Orivia Ghaisani 17321047
Tengku Haniffinda Nugraheni 17321071
Saila Azizul 17321073
Jamilatul Makrifah 17321099
Dina Rynduning Firdausi 17321112
Nurfadhela Faizti 17321113
TRANSKRIP
1. DEEPUBLISH
Keterangan :
P : Pewawancara
N : Narasumber
Analisis
Deepublish merupakan salah satu penerbit di Yogyakarta yang beralamat di Jl. Rajawali,
Gg. Elang 6 No.3 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Dayakan, Sleman. Berdasarkan informasi yang
kami dapatkan dari Mas Dadang, selaku satu – satunya PR di Deepublish, struktural PR ada persis
di bawah General Manager (GM), tidak sejajar dengan divisi – divisi lainnya seperti divisi sales
and marketing, HC, dan juga DOP.
Tugas utama PR di Deepublish adalah branding. Branding yang dilakukan adalah dengan cara
melakukan bazar – bazar ke perguruan tinggi dan mengikuti berbagai event di Yogyakarta. Selain
event bazar Deepublish juga menyiapkan event workshop. Menurut pemaparan Mas Dadang,
beliau juga melobby tempat dan menyiapkan merchandise untuk pembicara workshop tersebut.
Selain itu PR Deepublish juga bertugas untuk memerhatikan kesejahteraan lingkungan, oleh
karenanya diadakan Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu untuk mendukung acara
sosialnya Deepublish juga menyediakan buku untuk didonasikan, mahasiswa yang hendak
melakukan KKN atau social experiment lain jika ingin mendapat donasi buku dapat dengan segera
menghubungi Deepublish. Menurut kami, hal tersebut adalah hal yang baik dilakukan untuk
menarik insight masyarakat dan juga berakibat pada citra positif yang akan muncul di benak
masyarakat.
Menurut kami tugas yang dikerjakan Mas Dadang memang sudah tepat seperti PR pada umumnya,
tujuan utamanya yaitu branding untuk mendapatkan citra positif di mata masyarakat. Tetapi
menurut kami alangkah lebih baik jika PR tidak hanya diisi oleh satu orang karena segala Sesuatu
yang akan dilakukan pasti memerlukan pertimbangan. Menurut kami akan lebih baik jika dalam
satu divisi ada perundingan terlebih dahulu untuk menimbang (plus minus) dari keputusan yang
akan diambil. Selain itu alasan mengapa setidaknya ada lebih dari satu orang PR yaitu untuk
melakukan back-up apabila salah seorang anggota divisi sedang berhalangan dan mengantisipasi
kekosongan divisi apabila ada anggota divisi tersebut yang resign.
2. MASJID ULIL ALBAB
Keterangan
N1 : Narasumber 1 (Mas Osa)
N2 : Narasumber 2 (Mas Ilham)
P : Pewawancara
P : Kami dari UII komunikasi FPSB, perkenalkan dulu nama saya Saila Azizul. Masnya mungkin
mau ngenalin diri dulu.
N2 : Saya Ilham.
P : Biar santai aja jadi kita nggak usah terlalu formal ya mas.
P : Jadi kami tuh dapat tugas Manajemen PR, kami tuh disini kayak ingin memetakan, sebelumnya
mau nanya dulu disini tuh ada PRnya atau gimana ya?
N2 : Nah kalau takmir itu dibagi sekitar jadi lima divisi, itu ada pembinaan sama ya salah satunya
tuh PR.
P : Kalau gitu bisa minta tolong dijelasin mas PR disini tuh yang dikerjakannya apa aja.
N2 : Sebenernya terantung juga sih, kalau divisi relasi public (PR) itu dia jadi ada kebagi bagian
ya takmir itu kita focus sm kajian dan internal keluar. Nah jadi kalau relasi public disini dia lebih
focus ke masjid-masjid sekitar sebenernya. Jadi ada empat belas masjid yang gabung ke ikatan
masjid. Sama biasanya dia berhubungan langsung sama ustad. Jadi kalau misalnya kita ngadain
kajian atau acara gitu yang berhubungan secara langsung keustadnya itu bukan PR kita tapi PJnya
langsung dari divisi PR, tapi yang menjemput sama yang biasa nemenin itu dari relasi publicnya.
Nah relasi public ini sebenarnya megang kayak social kita juga, jadi kan bisa dibilang PR itu juga
social keluar kan nah itu salah satunya dengan ulima, nah kegiatannya itu salah satunya ada bakti
social,ada ngadain kajian di masjid-masjid dekat UII, sama satu lagi tuh edutrip sama eltrip. Nah
itu cuman tambahan sih, tapi mereka emang biasanya yang bagian nganter-nganter ustad. Jadi
orang-orang yang bisa nyetir itu biasanya kaya relasi public. Tapi kalau misalnya ngomongnya itu
langsungnya itu ke orang yang bertanggung jawab gitu, jadi kan kita ada yang ngurus kajian, nah
kajian ini semisal berhubungan dengan ustad atau apa jadi dipegang langsung sama si
N1 : Jadi soanya dulu pernah kan jadi divisi publik ini emang mau semua relasi digabung satu
divisi tapi. Setelah beberapa musyawarah itu menghasilkan kalau misanya memang relasi ke
masjid lain itu bagusnya dipegang sama divisi yang langsung handle kajian , tapi mereka
bekerjasama dengan Repub ini. Nah Repub kita ini juga sebenarnya kita itu masjidnya menjaga
relasi sama ustad-ustad sama dosen-dosen UII, salah satunya itu Pak Harsoyo, Ustad Aud, atau
bahkan dulu kaya “........”, rektor sebelum Pak Harsoyo itu kita sering ke rumahnya gitu. Jadi kita
tu relasi publik ini, kan tadi kajian udah dipegang sama PR kan ke ustad-ustad. Tapi untuk di UII
itu dipegang sama mereka. Jadi kita emang rutin silaturahmi sama wakil rektor, sama rektor, itu
udah biasa.
N2 : Yah tadi kan untuk divisi Repub kan tadi yah karena ada pembagian, yah balik lagi sih jadi
kan karena ada kajian ke ustad, ke masjid lain yang misalnya relasi antar masjid itukan dipegang
oleh kajian langsung. Nah untuk divisi Repub yang dikita itu secara divisi yang kepengurusan itu
tai menghandle nya bagian eem… ke relasi kampus lah ibaratnya, jadi kaya yang berhubungan
dengan kita itu dijaga baik, kaya misalnya kan direktur DPPAI itu kita jaga baik, ketua umum kita
jaga baik, terus juga rektor-rektor UII juga kita jaga baik dan pokoknya semua ustad itu kalo bisa
kita jaga baik. Soalnya dari situ ya Alhamdulillah, takmir ini dimudahkan dalam hal-hal
kepengurusan, misalnya ada butuh apa di kampus atau apa itu dipermudah dan khususnya kita
public relations nya disitu. Bedanya sama humas mungkin yah kalo sepemahaman saya kan, humas
kan yang berhubungan dengan masyarakat kan jadi kalo ada mau komunikasi ke humas nah kalo
kita kan emang jadi semuanya itu bisa dikomunikasi, jadi kaya misalnya mbak ke Mas Osa atau
Mas Gifari yah itu nanti tinggal ngomong aja gitu. Dan humas itu dipakenya di acara, dibagian
sponsor biasanya tapi kalau di kepengurusan organisasi itu nggak ada humas spesifik itu nggak.
N1 : PR yah heem.
Analisis
Menurut kelompok kami, Masjid Ulil Albab ini memiliki PR yang sistem kerjanya masih
belum sesuai dengan kinerja PR itu sendiri. Disini tertera bahwa pekerjaan PR adalah menjaga
hubungan baik dengan relasi-relasinya seperti ustad-ustad, ketua umum, rektor-rektor UII, direktur
DPPAI, serta masjid-masjid sekitar. Sebenarnya pekerjaan itu tepat bagi seorang PR yakni
menjaga hubungan baik. Namun, menjaga hubungan baik saja belum cukup bagi seorang PR.
Membranding dengan masjid-masjid lain supaya Masjid Ulil Albab ini lebih unggul dibanding
dengan masjid yang lain bukan menjadi proker PR disini.
Pekerjaan seorang PR di Masjid Ulil Albab juga belum terlalu fokus karena selain menghubungi
ustad atau relasi yang akan berkepentingan untuk mengisi kajian di Masjid Ulil Albab, pekerjaan
PR disana juga mengantar-jemput ustad-ustad itu. Seperti yang kita ketahui bukanlah ranah PR
untuk mengantar-jemput relasinya. Maka dari itu, kami menyimpulkan bahwa di Masjid Ulil
Albab ini memang terdapat PR. Hanya saja pekerjaan PR itu masih kurang spesifik dan merangkap
ke bidang-bidang lain yang bukan ranahnya.