Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Compressive Strength Semen Ionomer Kaca

Modifikasi Resin

The Effect of Adding Chitosan to the Compressive Strength of Resin Modified Glass
Ionomer Cement

Citra Putri Rengganis, Agus Sumono, Hafiedz Maulana


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Korespondensi: Citra Putri Rengganis. Email: c.rengganis4@gmail.com

ABSTRACT

Background: Resin modified glass ionomer cement (RMGIC) is one of the restorative
material that is frequently used in dentistry. RMGIC is brittle, since the particle sizes are very small
and attachment between components are weak therefore the mechanical properties of the
RMGIC are relatively poor compared to the its aesthetic properties. To improve the mechanical
properties of RMGIC, an additional alternative material i.e chitosan is needed to increase
compressive strength. Purpose: To investigate the effect of chitosan addition to the compressive
strength of RMGIC. Methods: Twenty four RMGIC samples were formed in silinder 3 mm in
diameter and 6 mm in height samples were devided into 4 groups which were treated with
0.013%, 0.026%, 0,039% addition, and without chitosan addition. The compressive strength was
performed using a universal testing machine with 1 mm/minute of crosshead speed until fracture.
The data was analized by using one way Anova and LSD test. Result and conclusion: The addition
of 0.039% chitosan can increase the compressive strength of RMGIC.

Keywords: Resin modified glass ionomer cement, chitosan, compressive strength

Pendahuluan
Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia.
Survei Riset kesehatan Dasar Republik Indonesia tahun 2013 enyatakan bahwa
sebanyak 25,9% penduduk Indonesia menderita karies. Dari data Riskesdas tahun 2013
tersebut menunjukan bahwa prevalensi karies di Indonesia mengalami peningkatan
2,7% di hitung dari tahun 2007.1
Salah satu upaya penanggulangan karies yaitu dengan melakukan perawatan
restorasi gigi. Restorasi gigi memiliki tujuan yaitu untuk mengembalikan struktur anatomi
dan fungsi pada gigi.2 Salah satu macam dari restorasi yakni restorasi plastis. Bahan
yang dapat di gunakan untuk restorasi plastis adalah semen ionomer kaca modifikasi
resin (SIKMR).3
Keunggulan utama dari SIKMR sebagai bahan restorasi yaitu memberikan
permukaan restorasi yang lebih halus, kemampuan ikatan dengan jaringan dentin dan
email, fluor yang dilepaskan dan kombinasi waktu kerja yang lebih lama dan waktu
pengerasan yang lebih singkat dibandingkan dengan semen ionomer kaca
konvensional.4 SIKMR memiliki kerugian antara lain mudah menyerap air dan
penggunaan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan daya tahan tidak cukup
terhadap fraktur, gaya abrasi, dan bahan kimia, serta tidak mampu menahan siklus
stress yang besar. Selain itu SIKMR memiliki kekerasan yang lebih rendah dibandingkan
dengan bahan semen ionomer kaca konvensional.5 Maka untuk memperbaiki sifat
mekanis SIKMR, para peneliti terus menguji SIKMR dengan penambahan bahan alami.
Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan bahan alternatif untuk meningkatkan
sifat mekanis adalah kitosan.6
Kitosan (2-amino-2-deoxy-D-glu-can) adalah suatu polisakarida derivat kitin
yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa kuat (NaOH) yang
dihasilkan dari proses N-deasetilasi dan merupakan biopolimer alami dengan struktur
molekul menyerupai selulosa. Kitosan dapat diperoleh dengan hasil konversi dari kitin.
Sedangkan kitin dapat diperoleh dari kulit udang, cangkang kepiting, dan serangga. 7
Pada penelitian (Petri et al, 2006) dijelaskan bahwa campuran polimer hidrogel
terutama asam poliakrilat , logam garam, dan kitosan, yang dibentuk secara langsung
pada mic-rochannel jaringan keras gigi dapat memperkuat ikatan antar komponen
bahan restorasi tersebut.8
Dalam bidang kedokteran gigi telah dikembangkan kitosan untuk berbagai
tujuan. Berdasarkan penelitian Trimurni et al (2006) menyatakan bahwa salah satu
tujuan penambahan kitosan bermolekul tinggi yang diperoleh dari cangkang kepiting
blangkas (Lymulus polyphemus) yaitu untuk memacu dentinogenesis jika dipakai
sebagai bahan pulp capping.9 Kemudian penelitian Petri et al (2006) menunjukkan
bahwa semen ionomer kaca konvensional modifikasi kitosan molekul rendah dengan
penambahan 0,0044% berat kitosan dapat meningkatkan sifat mekanik yaitu flexural
strength kemudian pada berat persen kitosan 0,012% tidak memberikan efek apapun
dan pada berat yaitu 0,045% justru memperendah sifat mekaniknya.8 Penelitian
Ferawati (2011) menyatakan bahwa penambahan kitosan nano bermolekul tinggi dari
cangkang kepiting blangkas sebanyak 0,015% berat, dapat meningkatkan
compressive strength dan sebanyak lebih dari 0,022% berat justru terlihat penurunan
compressive strength dari semen ionomer kaca modifikasi resin nano yang signifikan.10
Maka timbul pemikiran oleh peneliti untuk melihat pengaruh penambahan kitosan
bermolekul rendah terhadap compressive strength bahan restorasi semen ionomer
kaca modifikasi resin dengan menggunakan berat persen yang berbeda dari
penelitian sebelumnya.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah rancangan eksperimental laboratoris
dengan model rancangan penelitian berupa the post-test only control group design.
Jumlah sampel yang di gunakan adalah 24 sampel. Sampel yang digunakan pada pe-
nelitian ini berupa spesimen yang dibuat dengan menggunakan cetakan. Cetakan
terbuat dari bahan akrilik berbentuk tabung dengan diameter 3 mm dan tinggi 6 mm.
Bahan yang digunakan adalah semen ionomer kaca GC FUJI II LC, serbuk
kitosan udang windu (Penaeus monodon) (Bio-chitosan, Indonesia), dan asam asetat
1% (Laboratorium Dasar Bersama Universitas Airlangga). Larutan kitosan didapatkan
dari melarutkan 1 gram kitosan dalam 50 mL asam asetat 1%.
Sampel SIKMR dibagi menjadi 4 kelompok sampel, setiap kelompok terdiri dari 6
sampel. Kelompok sampel terdiri dari kelompok kontrol SIKMR tanpa penambahan
kitosan. Kelompok 0,013% terdiri dari SIKMR dengan penambahan kitosan 0,013%.
Kelompok 0,026% terdiri dari SIKMR dengan penambahan kitosan 0,026%. Kelompok
0,039% terdiri dari SIKMR dengan penambahan kitosan 0,039%
SIKMR bubuk dan cairan diaduk diatas papper pad dengan menggunakan
spatula plastik 25-30 detik kemudian pada sampel kelompok perlakuan, kitosan
ditambahkan berdasarkan berat persen kelompok masing-masing dan dicampur
dengan SIKMR sampai homogen, campuran bahan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam cetakan sampel yang terbuat dari lempeng akrilik berbentuk tabung
dengan tinggi 6 mm dan diameter 3 mm yang sudah dilapisi celuloid strip dan glass
plate pada bagian bawah cetakan, kemudian disinari menggunakan light cure
selama 20 detik lakukan seterusnya hingga campuran bahan tersebut memenuhi
cetakan.
Compressive strength sampel diukur menggunakan alat Universal Testing
Machine dengan kecepatan 1 mm/menit.
Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari pengukuran compressive strength SIKMR dengan dan
tanpa penambahan kitosan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata dan standar deviasi compressive strength SIKMR pada setiap
kelompok (MPa).
Kelompok Rata-rata±SD

Kelompok I 47,18 ± 11,56

Kelompok II 54,25 ± 10,66

Kelompok III 54,26 ± 20,83

Kelompok IV 68,41 ± 20,83

Keterangan:
Kelompok I (kontrol) : SIKMR tanpa kitosan
Kelompok II : SIKMR + 0,013% kitosan
Kelompok III : SIKMR + 0,026% kitosan
Kelompok IV : SIKMR + 0,039% kitosan

Tabel 1 menunjukan rata-rata nilai compressive strength kelompok perlakuan


lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasarkan data pada Tabel 1, diperoleh
histogram perbandingan rata-rata nilai compressive strength kelompok kontrol tanpa
penambahan kitosan dan kelompok perlakuan dengan penambahan kitosan
(Gambar 1). Kelompok 4 dengan penambahan kitosan 0,039 % memiliki compressive
strength yang paling besar daripada kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3. Namun
secara uji statistik di dapatkan hasil bahwa hanya pada kelompok perlakuan dengan
penambahan 0,039% kitosan saja yang mengalami peningkatan compressive strength
yang signifikan.

Gambar 1. Histogram rata-rata nilai compressive strength SIKMR


Keterangan:
K1 : SIKMR tanpa kitosan
K2 : SIKMR + 0,013% kitosan
K3 : SIKMR + 0,026% kitosan
K4 : SIKMR + 0,039% kitosan

Pembahasan
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok 4 yaitu dengan
penambahan kitosan 0,039% pada semen ionomer kaca modifikasi resin menunjukkan
peningkatan compressive strength yang paling besar dibandingkan dengan kelompok
perlakuan lain. Sesuai dengan penelitian Puspitasari et al. (2013) yang menjelaskan
bahwa penambahan kitosan pada semen ionomer kaca dengan berat persen hingga
0,4% masih dapat meningkatkan compressive strength semen ionomer kaca.11 Pada
penelitian Adiana (2016) menunjukkan bahwa penambahan kitosan nano gel lebih
dari 0,2% pada basis gigi tiruan akrilik akan meningkatkan sifat mekanik dari basis gigi
tiruan tersebut.12 Kemudian penelitian Fehragucci (2012) yang menjelaskan bahwa
semakin tinggi konsentrasi kitosan yang ditambahkan pada alginat maka dapat
meningkatkan sifat mekanik alginat dengan cara memperbaki ikatan silang antara
polimer-polimer sehingga menjadikan ikatan tersebut semakin kuat.13 Hal ini
disebabkan kitosan memiliki gugus amina dan gugus hidroksil yang mempunyai reaksi
kimia tinggi.14 Adanya gugus amina ini menjadikan kitosan bermuatan parsial positif
kuat. Muatan positif tersebut menyebabkan kitosan dapat menarik molekul-molekul
yang bermuatan parsial negatif, oleh karena itu gugus asetamida dan gugus hidroksil
pada kitosan dapat berikatan dengan partikel hidroksil dan gugus karboksilat dari
cairan semen ionomer kaca oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terjadi karena
adanya atom hidrogen yang memiliki muatan positif bertemu dengan atom yang
memiliki muatan negatif dengan keelektronegatifan tinggi sehingga terjadi daya tarik–
menarik elektron.15 Oleh karena itu, ikatan hidrogen dapat mengikat bagian
komponen yang bertegangan tinggi sehingga menurunkan tegangan permukaan
antar komponen. Turunnya tegangan antar komponen akan menurunkan gaya kohesi
dan sebaliknya meningkatkan gaya adhesi. Ketika tegangan permukaan antar
komponen menurun, maka perlekatan antar komponen meningkat, sehingga
compressive strength akan bertambah.8
Pada kelompok 4 menunjukan peningkatan yang signifikan bila di bandingkan
dengan kelompok 1, namun pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelompok 2
yaitu dengan berat persen 0,013% dan kelompok 3 dengan berat persen 0,026% tidak
mengalami perbedaan yang signifikan dari kelompok 1. Begitu juga kelompok 2 dan 3
bila dibandingkan dengan kelompok 4 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Hal ini dapat dikarenakan penambahan kitosan yang sangat sedikit sehingga tidak
terjadi pencampuran bahan semen ionomer kaca modifikasi resin dan kitosan secara
sempurna sehingga menyebabkan gugus asetamida membentuk ikatan hidrogen
yang minimal, sehingga compressive strength semen ionomer kaca tidak menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Sesuai dengan penelitian Gunawan (2011) yang
menyatakan bahwa kelompok semen ionomer kaca yang telah ditambahkan dengan
0,012% kitosan setelah diuji flexural strength menunjukkan hasil yang tidak signifikan.16
Kemudian didukung juga dengan penelitian Hartatik et al. (2014) menjelaskan bahwa
penambahan kitosan pada bioplastik sebanyak lebih dari 3% menunjukkan flexural
strength yang tidak signifikan.17
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa penambahan kitosan pada
semen ionomer kaca modifikasi resin meningkatkan compressive strength semen
ionomer kaca modifikasi resin. Maka hasil penelitian yang peneliti peroleh sesuai
dengan hipotesis peneliti yaitu ada pengaruh penambahan kitosan dari kulit udang
windu terhadap compressive strength semen ionomer kaca modifikasi resin.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan


compressive strength semen ionomer kaca modifikasi resin dengan penambahan
kitosan 0,013%, 0,026% dan 0,039%. Penambahan kitosan pada semen ionomer kaca
modifikasi resin dengan berat persen 0,039% memiliki compressive strength paling
tinggi.
Perlu diadakan Penelitian lanjutan dengan menguji ikatan kimia antara kitosan
dengan semen ionomer kaca modifikasi resin. Selain itu perlu dilakukan penelitian
dengan menguji sifat fisik bahan restorasi seperti perubahan warna dan kekasaran
bahan semen ionomer kaca modifikasi resin dengan penambahan kitosan, kemudian
dilakukan pengujian dengan menggunakan jumlah berat persen yang bervariasi dan
jumlah sampel yang lebih banyak.

Daftar Pustaka

1) Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Kesehatan
Dasar Nasional Tahun 2013. Jakarta : Dinas Kesehatan RI.

2) Kay, E. 2016. Dentistry at the Glance. British: British Library.

3) Garg, N., dan A. Garg. 2015. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.

4) Noort, V. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. New York: Elsevier Ltd.

5) Craig, R. G., J. M. Power, dan J. C. Wataha. 2000. Dental Material Properties and
Manipulation. 7th ed. India: Mosby.

6) Kaban, J. 2009. Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

7) Kaimudin, L. 2016. Karakterisasi kitosan dari limbah udang dengan proses


bleaching dan deasetilasi yang berbeda. Majalah Biam. 12(1): 1-7.

8) Petri, D.F.S., J. Donega, dan A. M. Benassi. 2007. Preliminary study on chitosan


modified glass ionomer restoratives. J Dent Materials, 23: 1004-10.

9) Trimurni, A., A. Harry, dan F. Wandania. 2006. Laporan akhir penelitian riset
penggunaan iptek kedokteran. Medan: FKG Universitas Sumatera Utara.

10) Ferawati. 2011. Pengaruh Penambahan Kitosan Nano dari Blangkas terhadap
Compressive Strength Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (in vitro). Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

11) Puspitasari, D.A., A. Meizarini, dan E. Munadziroh. 2013. Penambahan kitosan


pada cairan semen ionomer kaca terhadap kekuatan tekan hancur. Material
Dental Journal. 4(2): 67-70.

12) Adiana, S. 2014. Penggunaan kitosan sebagai biomaterial di kedokteran gigi.


Dentika dental Journal. 18(2): 190-193.

13) Fehragucci, H. 2012. Pengaruh Penam-bahan Plasticizer dan Kitosan terhadap


Karakter Edible Film Ca- Alginat. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

14) Mourya, V. K., N. Inamdar, dan A. Tiwari. 2010. Carboxymethyl chitosan and its
applications. Adv. Mat. Let. 1(1): 12.

15) Kurniawan Y., dan M. Nur. 2005. Studi pemodelan dinamika proton dalam ikatan
hidrogen H2O padatan satu dimensi. Berkala Fisika. 8(3): 107-117.
16) Gunawan, I. 2011. Pengaruh Penam-bahan Kitosan Nano dari Blankas terhadap
Flexural Strength dari Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin pada Kavitas Klas II
(site 2 size 2) Minimal Intervensi (in vitro). Skripsi. Medan:

17) Hartatik, Y.D., L. Nuriyah, Iswarin. 2014. Pengaruh Komposisi Kitosan terhadap
Sifat Mekanik dan Biodegradable Bio-plastik. Tesis. Malang: Fakultas Mate-
matika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai