Anda di halaman 1dari 43

TATA CARA DOA ROSARIO

Paroki St. Yosef


Delitua
Keuskupan Agung Medan
2019
Kidung Maria
Aku mengagungkan Tuhan
hatiku bersukaria karena Allah penyelamatku.
Sebab Ia memperhatikan daku,
hamba-Nya yang hina ini.
Mulai sekarang aku disebut yang bahagia,
oleh sekalian bangsa.
Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang
Mahakuasa,
kuduslah nama-Nya.
Kasih sayang-Nya turun-temurun,
kepada orang yang takwa.
Perkasalah perbuatan tangan-Nya,
dicerai-beraikan-Nya orang yang angkuh hatinya.
Orang yang berkuasa diturunkan-Nya dari takhta,
yang hina dina diangkat-Nya.
Orang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan,
orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan kosong.
Menurut janji-Nya kepada leluhur kita,
Allah telah menolong Israel hamba-Nya.
Demi kasih sayang-Nya kepada Abraham serta
keturunannya,
untuk selama-lamanya.

2
PENGANTAR
Bapa ibu, Saudara saudari dan seluruh Umat Allah yang kudus separoki St.
Yosef Delitua. Salam hangat dari kami Para Pastor dan DPP. Tidak terasa kita
sudah sampai di bulan Oktober 2019 ini. Dalam tradisi Gereja Katolik, kita
mengenal bulan Oktober sebagai Bulan Rosario. Dengan menamai bulan Rosario,
seluruh Umat Katolik diajak untuk bersama Maria Bunda Tuhan kita Yesus Kristus
berdoa Rosario setiap hari. Berdoa rosario yang dimaksud dilakukan secara
bersama maupun secara pribadi, baik di rumah-rumah keluarga secara bergilir,
gua maria, dan tempat rohani maupun tempat lain yang mendukung.
Doa rosario ini diperuntukan untuk semua atau setiap umat Katolik. Tidak
terbatas hanya pada orang dewasa, tetapi juga berlaku untuk orang muda (OMK,
Remaja (BIR), anak-anak (BIA) dan yang sudah lanjut Usia (Lansia). Oleh karena
itu, diharapkan setiap kita untuk mengajak, membawa keluarga kita untuk berdoa
rosario dimana kita berlingkungan. Orang yang setia melaksanakannya, rahmat
Tuhan senantiasa dicurahkan kepada saudara-saudari.
Sepanjang bulan Rosario ini, pertama-tama dan utama kita berdoa rosario
yang lengkap lima peristiwa atau 50 kali salam maria. Dengan ini diharapkan
tidak ada lagi Rosario yang dipotong-potong. Misalnya hanya tiga peristiwa, atau
hanya sekali salam maria keliling bila tidak sungguh-sungguh mendesak.
Dalam doa Rosario lingkungan, kami juga siapkan renungan pendek dan
katekese singkat terkait bacaan Injil harian. Ini dilaksanakan setelah Rosario
berlangsung.
Sekali lagi, kami Para Pastor dan DPP mengucapkan selamat memasuki
bulan rosario untuk kita semua. Tuhan memberkati.

Oktober 2019

RP. Simon Kemit, OFMConv.


Pastor Paroki

3
DASAR BIBLIS DOA ROSARIO

Dasar Alkitabiah doa Rosario


Dalam doa Rosario, ada dua jenis doa yang saling menopang dan memberi
makna. Pertama, doa vokal berupa perdarasan doa salam Maria, doa Bapa kami,
doa kemuliaan, dll. Seiring dengan itu, kita ikut serta merenungkan kelimabelas
keutamaan yang dilakukan oleh Yesus dan Maria. Kedua, doa batin berupa
renungan tentang misteri-misteri utama kehidupan, kematian dan kemuliaan
Yesus dan Maria. Di sini kita sedikit melihat dasar Biblisnya doa Rosario.
A. Doa Vokal. Doa vokal terdiri dari tiga unsur yaitu, Doa bapa kami, doa
salam maria dan doa kemuliaan.
Pertama, Doa Bapa kami. Tidak seorangpun dalam konteks perjanjian Baru
dapat meragukan bahwa Doa Bapa Kami ini bersumber dari Injil Matius 6:9-13.
Teks itu berbunyi, “Bapa Kami yang di surga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah
kerajaanMu, jadilah kehendakMu…”. Doa ini diajarkan oleh Yesus kepada para
murid-Nya bukan karena para murid belum pernah atau tidak dapat berdoa,
melainkan untuk memberi ciri khas kepada kepada kelompok mereka. Yesus
menyapa Allah sebagai Bapa. Dengan sapaan itu, Yesus menunjukkan bahwa Ia
memiliki relasi istimewa dengan Bapa. Ia berkata: “Aku dan Bapa adalah satu
(Yoh. 10:10), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh.10:38), Barang
siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Yoh. 14:9). Relasi khas itu tidak
hanya terjadi dalam kesatuan personal, tetapi juga dalam kesatuan karya. “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
dirin-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak (Yoh. 5:19). Dengan cara itu
Yesus mengajak para murid-Nya untuk ikut serta membangun relasi khas dengan
Bapa sama seperti Dirinnya. Artinya Yesus mengikutsertakan mereka (para
murid) dalam kedudukannya sebagai Anak Allah serta memberi kuasa untuk
berbicara dengan Allah secara akrab dan penuh kepercayaan. Mereka berhak
mendekati Allah dengan sikap serupa seorang anak mendekati bapaknya.
Kedua, Doa Salam Maria. Seperti halnya Doa Bapa Kami, Doa Salam Maria,
dapat dengan mudah kita menemukan teksnya dalam Kitab Suci. Doa Salam Maria
seperti telah ditunjukkan di atas terdiri dari dua bagian: “Salam Maria…” dan
“Santa Maria”. Bagian pertama dari Doa Salam Maria bersumber pada perpaduan
adegan salam Malaikat Gabriel dan pujian Elisabeth terhadap Maria. Salam
malaikat Gabriel berbunyi” Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai
engkau!” (Luk. 1:28). Sedangkan oujian Elisabeth berbunyi: “Diberkatilah negkau
di antara semua perempuan, dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk. 1:42). Bagian
kedua doa salam Maria, seperti telah dikatakan di atas, ditambahkan oleh Gereja
pada abad pertengahan, berkenaan dengan doktrin tentang maria sebagai Bunda

4
Allah (theotokos) seperti dirumuskan dalam Konsili Efesus tahun 431. Gelar itu
diberikan kepada Maria untuk merespons kecaman Nestorius yang melarang
penggunaan gelas Bunda Allah bagi Maria oleh Umat dan para rahib yang
berdevosi kepada Maria saat itu. Tambahan itu tidak hanya dianggap logis
mengingat peran Maria dalam tata keselamtan, tetapi juga bersumber pada Kitab
Suci. Ajaran itu kiranya bersumber pada teks ini: “Siapakah aku ini sampai ibu
Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai
kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana” (Luk. 1:43-45). Perlu kita ketahui bahwa Elisabeth
adalah manusia pertama yang menyapa Maria sebagai Bunda Tuhan. Sapaan
Elisabeth itu bukan sapaan biasa, melainkan sapaan yang dinspirasikan oleh Roh
Kudus. Sapaan itu bagi Maria menjadi bukti bahwa apa yang disampaikan oleh
Malaikat Gabriel bakal terlaksana di dalam dirinya. Ia akan mengandung dari
Roh Kudus dan menjadi Bunda Tuhan.
Ketiga, Doa Kemuliaan Kepada Bapa. Kemuliaan kepada Bapa yang secara
liturgis berbentuk doksologi merupakan suatu bentuk pujian kepada Allah
Tritunggal. Bentuk pujian senada banyak ditemukan dalam Kitab Suci khususnya
dalam sura-surat Paulus. Dan cukuplah kita mengutip dua teks: “Bagi Dia, satu-
satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai
selama-lamanya! Amin” (Roma. 16:27). “bagi Dialah yang dapat melakukan lebih
banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa
yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam
Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef. 3:20-21).
Seperti telah ditunjukkan di atas, doa ditambahkan ke dalam Doa Rosario pada
saat doa Rosario telah utuh bentuknya. Tambahan ini juga dianggap logis, karena
Doa Rosario merupakan doa pengganti pendarasan Mazmur dalam Ibadat harian
pada saat itu. Seperti halnya pada akhir pendarasan setiap mazmur dalam Ibadat
Harian ditutup dengan Doa kemuliaan kepada Bapa, demikian pula pada akhir
setiap puluhan Doa Rosario diakhiri dengan Doa kemuliaan kepada Bapa yang
merangkum ungkapan pujian kepada Allah Tritunggal.

B. Doa Batin. Doa batin doa Rosario berisi renungan tentang dua puluh
peristiwa Tuhan kita Yesus Kristus dan misteri Bunda Kita, Perawan Maria.
Peristiwa-peristiwa itu dikelompokkan dalam peristiwa Gembira, peristiwa
sedih, peristiwa muia dan peristiwa terang.

5
TATA CARA DOA ROSARIO
1. Lagu pembukaan
2. Tanda salib
3. Syahadat
4. Kemuliaan
5. Bapa Kami
6. Salam, Putri Allah Bapa. Salam Maria penuh rahmat…
7. Salam, Bunda Allah Putra. Salam Maria penuh rahmat…
8. Salam, mempelai Allah Roh Kudus. Salam Maria penuh rahmat…
9. Kemuliaan…
10. Terpujilah nama Yesus, Maria dan Yosef
11. Peristiwa (Gembira/Terang/Sedih/Mulia) Pertama ...
a. Bapa Kami ...
b. Salam Maria ... (10 kali)
c. Kemuliaan ...
d. Terpujilah ...
e. Ya Yesus ...

Doa Fatima
Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari
api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat
membutuhkan kerahiman-Mu, Amin.

12. Peristiwa (Gembira/Terang/Sedih/Mulia) Kedua ...


a. Bapa Kami ...
b. Salam Maria ... (10 kali)
c. Kemuliaan ...
d. Terpujilah ...
e. Ya Yesus ...
13. Peristiwa (Gembira/Terang/Sedih/Mulia) Ketiga ...
a. Bapa Kami ...
b. Salam Maria ... (10 kali)
c. Kemuliaan ...

6
d. Terpujilah ...
e. Ya Yesus ...
14. Peristiwa (Gembira/Terang/Sedih/Mulia) Keempat ...
a. Bapa Kami ...
b. Salam Maria ... (10 kali)
c. Kemuliaan ...
d. Terpujilah ...
e. Ya Yesus ...
15. Peristiwa (Gembira/Terang/Sedih/Mulia) Kelima ...
a. Bapa Kami ...
b. Salam Maria ... (10 kali)
c. Kemuliaan ...
d. Terpujilah ...
e. Ya Yesus ...
16. Bacaan
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Inilah Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut…..
17. Renungan/Katekese (Fakultatif)
18. Sharing (Fakultatif)
19. Doa Permohonan (Spontan)
20. Bapa Kami
21. Doa Penutup
22. Lagu Penutup/Kolekte

DOA PENUTUP
Salam, Tuan Puteri, Ratu Suci, santa Bunda Allah, Maria; Engkau adalah
perawan yang dijadikan Gereja, dipilih oleh Bapa Yang Mahakudus di surga, dan
dikuduskan oleh Dia bersama dengan Putera terkasih-Nya Yang Mahakudus serta
Roh Kudus Penghibur; di dalam dirimu dahulu dan sekarang ada segala kepenuhan
rahmat dan segalanya yang baik.
Salam, istana-Nya; salam, kemah-Nya; salam, rumah-Nya; Salam pakaian-
Nya; salam, hamba-Nya; salam, Bunda-Nya, serta kamu semua, keutamaan yang
suci, yang oleh rahmat dan penerangan Roh Kudus dicurahkan ke dalam hati kaum
beriman, untuk membuat mereka yang tidak setia menjadi setia kepada Allah.

7
1. Peristiwa-Peristiwa dalam Doa Rosario
 Peristiwa-peristiwa Gembira : Pada hari Senin dan Sabtu
 Peristiwa-peristiwa Sedih : Pada hari Selasa dan Jumat; pada masa Puasa.
 Persitiwa-peristiwa Mulia : Pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu
 Peristiwa-peristiwa Terang : Pada hari Kamis.

 Peristiwa Gembira
1) Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk 1:26-38)
2) Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk 1:39-45)
3) Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk 2:1-7)
4) Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk 2:22-40)
5) Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk 2:41-52)

 Peristiwa Terang
1) Yesus dibaptis di Sungai Yordan (Mat 3: 13-17)
2) Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-
12)
3) Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (Mat
3:2, 4:17-23, Mrk 1:15)
4) Yesus menampakkan kemuliaan-Nya (Mat 17:1-9)
5) Yesus menetapkan ekaristi (Mrk 14:22-23, Luk 22:19-29)

 Peristiwa Sedih
1) Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk
22:39-46)
2) Yesus didera (Yoh 19:1)
3) Yesus dimahkotai duri (Yoh 19:2-3)
4) Yesus memanggul salib-Nya ke gunung Kalvari (Luk 23:26-32)
5) Yesus wafat di salib (Luk 23:44-49)

 Peristiwa Mulia
1) Yesus bangkit dari antara orang mati (Luk 24:1-12)
2) Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53)
3) Roh Kudus turun atas Para Rasul (Kis 2:1-13)
4) Maria diangkat ke surga (1Kor 15:23; DS 3903)
5) Maria dimahkotai di surga (Why 12:1; DS 3913-3917)

8
Selasa, 01 Oktober 2019
Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
Mat. 18:1-5.

I njil yang kita renungkan bersama pada hari ini berisikan kisah tentang
bagaimana Yesus selalu menekankan pentingnya kerendahan hati dalam
diri setiap pengikutnya. Mengapa demikian? Karena kerendahan hati adalah jalan
menuju pada kekudusan.
Kerendahan hati atau ‘humility‘ berasal dari
kata ‘humus‘ (Latin), artinya tanah/ bumi. Jadi,
kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri
‘membumi’ ke tanah. Kerendahan hati membuat kita
selalu menyadari kelemahan kita dan bergantung
kepada rahmat Tuhan. Itulah sebabnya Yesus
memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
tengah para rasul. Seorang anak kecil biasanya
memiliki tingkat kebergantungan yang tinggi.
Kebergantungan yang dimakasudkan di sini adalah
menyandarkan segala harapan pada kemahakuasaan
Allah.
Bagaimana caranya agar kemahakuasaan Allah yang berkarya dalam diri
kita? Pertama, "Kamu harus bertobat, kamu harus berubah dalam akal budimu,
dalam perilaku dan tabiatmu, pemikiranmu harus lain, baik mengenai dirimu sendiri
maupun mengenai Kerajaan Sorga, jika kamu ingin mendapat tempat di dalamnya.
Sifat angkuh, pengejaran akan keinginan yang berlebihan, dan haus akan
kehormatan dan kekuasaan dalam dirimu harus dipertobatkan, dimatikan, dan
diubahkan sepenuhnya, supaya kamu menjadi layak seutuhnya." Setiap langkah
yang disesatkan oleh dosa harus ditebus dengan satu langkah kembali melalui
pertobatan. Ketika Petrus bertobat karena menyangkali Gurunya, ia pun diubahkan.
Kedua, kamu harus menjadi seperti anak kecil. Perhatikanlah, anugerah
mengubah kita menjadi seperti seorang anak kecil, namun bukan menjadi kecil
dalam pemikiran atau mudah terombang-ambing atau pandai menarik perhatian
tetapi sebagai anak kecil, kita harus menjalani hidup tanpa beban dan menyerahkan

9
segala sesuatunya ke dalam tangan Bapa kita yang di sorga untuk mencukupkan
segala sesuatunya bagi kita. Kita harus, seperti halnya anak kecil, polos dan cinta
damai, bebas dari segala niat jahat. Seperti halnya anak-anak bertubuh kecil dan
rendah (pendek), demikian juga kita harus menjadi kecil dan rendah dalam roh dan
dalam pikiran mengenai diri kita. Inilah sifat yang akan menghasilkan tabiat-tabiat
lain yang baik. Masa kanak-kanak adalah masa untuk belajar.
Santo Agustinus pernah berkata, 3 ciri dari orang yang bijaksana adalah yang
pertama, rendah hati, yang kedua rendah hati dan yang ketiga rendah hati. Mari kita
mengejar kekudusan dengan belajar untuk rendah hati.
Hari ini Gereja Kudus bersukacita karena memperingati para malaikat
pelindung (guard angel). Malaikat pelindung adalah malaikat yang kita yakini
melindungi kita dalam perkembangan dan seluruh perjalanan hidup kita. Gereja
Katolik, sangat menekankan agar menambahkan nama kudus (sebagai pelindung)
kepada anak-anak yang akan dibaptis. Maksudnya adalah agar sang santo/a yang
dipakai sebagai nama pelindung meyertai dan mendoakan segenap perjalanan hidup
mereka.

 Pertanyaan Sharing
1. Pernahkah kita merasa tinggi hati? Mengapa?
2. Bagaimana cara kita mengatasi rasa tinggi hati tersebut?
3. Apa niat yang akan kita buat untuk dapat merendahkan hati kita seperti anak
kecil yang polos?

Rabu, 02 Oktober 2019


Peringatan wajib Para malaikat pelindung
Mat. 18:1-5,10

A dakalanya pada saat kita berada di puncak keberhasilan hidup kita, kita
merasa ini adalah hasil dari upaya kita sendiri. Kita melupakan jikalau
kehidupan kita sebenarnya ada orang-orang di sekeliling kita yang memungkinkan kita
meraih hasil pencapaian kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kitapun harus sadar ada Tuhan
yang selalu menopang dan memimpin kehidupan kita untuk meraih pencapaian tersebut.
Siapakah kita manusia yang adalah ciptaan dan bukan siapa-siapa? Oleh sebab itu, baik
dalam kehidupan sehari-hari kita dan juga dalam kehidupan rohani kita, kita harus
menyadari siapakah yang terbesar.
Di dalam Matius 18:1-4, murid-murid Yesuspun lupa sebenarnya siapakah mereka
dengan mereka menanyakan siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dalam beberapa

10
peristiwa yang terjadi dalam pelayanan Yesus, seringkali kita melihat hanya beberapa murid
saja yang terlibat langsung, sedangkan ada beberapa yang tidak. Hal inilah yang
menyebabkan murid-murid Yesus menanyakan Yesus tentang siapakah yang terbesar dalam
Kerajaan Surga atau dengan kata lain siapakah yang terbesar di antara mereka.
Namun Yesus dalam bagian tersebut menjawab dengan
cara yang unik dengan memanggil seorang anak kecil dan berkata:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.” (Mat 18:3) Yesus tidak langsung menjawab
mengenai yang terbesar, melainkan siapakah yang akan masuk
dalam Kerajan Surga. Sudah pasti dalam Kerajaan Surga yang
terbesar adalah pemilik dari kerajaan tersebut yang tiada lain adalah
Allah itu sendiri. Yesus menekankan yang mau masuk ke dalam
Kerajaan Surga adalah yang mau bertobat dan menjadi seperti
anakkecil. Bertobat adalah suatu hal yang penting, menyadari akan siapakah kita manusia
dan mengakui Tuhan yang adalah pencipta kita. Dengan demikian kita tidak lagi mengejar
siapakah yang terbesar melainkan menuruti apa yang memang Tuhan kita inginkan.
Menjadi seperti anak kecil, pada ayat 4 memberitahukan tentang 3 kata
barangsiapa: barangsiapa merendahkan diri, barangsiapa menyambut dan barangsiapa
menyesatkan.
Pertama, mau merendahkan hati karena seorang anak kecil pada dasarnya mengikuti dan
bergantung kepada orang tuanya. Kitapun dalam mengikuti Tuhan kita sudah sepantasnya
demikian, mengikuti dan bergantung kepada-Nya.
Kedua, mau menyambut Tuhan seperti halnya seorang anak kecil menyambut seseorang
tanpa adanya maksud-maksud tertentu.
Ketiga, mengandung akan janji Tuhan dimana “Kepolosan Rohani” kita akan dipimpin dan
dijaga oleh Tuhan sendiri, sehingga penyesat-penyesat tidak akan dapat merusak kita. Di
sisi yang lain kita diingatkan juga agar jangan sampai menjadi penyesat bagi orang lain.
Dengan demikian, orang-orang seperti inilah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Sharing
a) Bagaimanakah kita saat ini, apakah kita sudah benar-benar bertobat dan menjadi seperti
anak kecil yang merendahkan hati, menyambut dalam nama Tuhan dan tidak menjadi
penyesat karena kita sudah pasti akan dijaga oleh Tuhan?
b) Apa niatku ke depannya untuk dapat melakukan yang terbaik?

Kamis, 03 Oktober 2019


Luk. 10:1-12.

11
D ikisahkan oleh Penginjil Lukas bahwa pada suatu kesempatan Tuhan
menunjuk tujuh puluh dua murid. Mereka diutus pergi berdua-dua
mendahului Yesus ke setiap kota yang akan dikunjungiNya. Di terjemahan Kitab
Suci dalam bahasa lain, jumlah murid yang diutus adalah 70 orang. Angka 70 itu
angka yang menunjukkan kesempurnaan atau kepenuhan di dalam Kitab Suci.
Contoh: di dalam Kitab Kejadian bab 10 terdapat daftar bangsa-bangsa di seluruh
dunia yang berjumlah 70 bangsa. Dari situ Abraham dipanggil Tuhan untuk keluar
dari negerinya dan pergi ke negeri yang baru (Kejadian 12). Janji Tuhan terpenuhi
ketika keturunan Abraham yakni Yakub dan keturunannya yang berjumlah 70 jiwa
pergi ke Mesir (Kej 46:2). Ketujuh puluh keturunan Yakub di Mesir semakin
bertambah banyak. Mereka nantinya diwakili oleh 70 tua-tua Israel (Kel 24:1). Di
kemudian hari ketujuh puluh tua-tua Israel ini diadopsi oleh Israel dan membentuk
dewan Yahudi berjumlah 70 orang yang disebut Sanhedrin.
Yesus telah mengutus keduabelas rasulNya. Kini Ia mengutus tujuh puluh
dua muridNya. Banyak orang tentu bertanya, mengapa Yesus sudah mengutus
duabelas rasul dan kini mengutus lagi tujuh puluh dua murid? Satu penjelasan yang
mungkin adalah bahwa Tuhan Yesus mengetahui masa depan GerejaNya. Gereja
memang tidak hanya berkembang karena peran dua belas rasul tetapi merupakan
kerja sama kedua belas rasul dengan orang-orang yang mendengar dan percaya
kepada Kristus. Keduabelas Rasul saat ini diwakili oleh hirarki yakni para gembala
di dalam Gereja. Ketujuh puluh murid mewakili semua umat beriman yang percaya
pada Kristus. Jadi Hirarki dan umat Allah berjalan bergandengan dalam satu
kesatuan dan perutusan untuk mewartakan damai yang dijanjikan Tuhan.
Pesan-pesan penting Yesus bagi para muridNya adalah pertama, Doa. Para
murid berdoa memohon kepada Tuhan untuk mengirim utusan untuk bekerja di
kebun anggurNya. Harus diingat bahwa Tuhan yang punya pekerja untuk kebun
anggurNya maka tugas umat beriman adalah berdoa tanpa henti dan meminta
pekerja-pekerja. Kedua, Keberanian dan kegembiraan untuk mewartakan.
Sehubungan dengan ini, para murid harus tahan banting terhadap aneka penderitaan
dan penganiayaan. Mereka diutus Tuhan seperti ke tengah-tengah serigala. Mereka
akan dianiaya dan ditolak. Ketiga, semangat kemiskinan. Semangat kemiskinan
adalah kunci kesuksesan dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Para murid belajar
dari kemiskinan Kristus. Mereka diingatkan untuk menggantungkan seluruh
harapan mereka pada penyelenggaraan ilahi. Keempat, Para murid membawa misi
perdamaian kepada segenap umat manusia. Dia sendiri mengatakan, “DamaiKu
Kutinggalkan bagimu dan damai yang Kutinggalkan itu tidak sama dengan yang
dunia tawarkan kepadamu” (Yoh 14:27). Barang siapa membawa damai ia akan
disebut bahagia dan menjadi anak Allah (Mat 5:9)

12
Sharing
a) Siapkah aku diutus untuk menjadi murid Yesus untuk membawa kerukunan di
tengah-tengah keluarga dan masyarakat?
b) Apa yang akan kulakukan untuk merealisasikannya?

Jumat, 04 Oktober 2019


Peringatan wajib St. Fransiskus Assisi
Luk. 10:13-16

njil hari ini mengisahkan kekecewaan Yesus


I pada sikap orang-orang di kota Khorazim dan
Betsaida karena kekerasan hatinya yang tidak mau bertobat
untuk menerima tawaran keselamatan. Begitu pula Yesus
kecewa pada orang-orang di kota Kapernaum, yang merasa
bahwa sudah diselamatkan, karena Tuhan telah masuk ke
dalam kotanya dan membuat keajaiban, namun tidak
bertobat dari kehidupan jahatnya. Kekecewaan Yesus ini
timbul akibat kebekuan hati dan sikap mereka yang
menolak kabar keselamatan yang ditawarkan Allah;
Dengan demikian, Yesus memperingatkan mereka
seandainya tidak bertobat, maka disaat penghakiman
terakhir dosa orang dikota Sidon dan Tirus akan lebih ringan dibandingkan dengan
mereka.
Injil hari ini, merupakan ajakan untuk bertobat dan kembali kejalan yang
benar. Kita diajak untuk membuka hati akan kemurahan Tuhan yang telah memberi
keselamatan dengan cuma- cuma. Sampai hari ini, tawaran keselamatanpun masih
terbuka bagi mereka yang mau bertobat dari dosanya; ini adalah kabar gembira
karena pintu keselamatan masih terbuka bagi semua orang yang ingin kembali ke
jalan kehidupan. Oleh sebab itu, sebagai murid Kristus dengan beragam aktifitas
panggilan hidup, kita mempunyai misi untuk terus berkarya serta mewartakan kabar
gembira tentang keselamatan bagi semua orang.
Jadi menjadi seorang Kristiani berarti menjadi pewarta kabar keselamatan,
ini berarti kita menjadi orang kepercayaan Kristus dalam membangun kerajaan
Allah; jadi Janganlah berkecil hati atau bermurung hati jika pewartaan kita ditolak,
sesungguhnya bukan kita yang ditolak melainkan Kristus; Yesus sendiri berkata,

13
“Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku; dan barangsiapa
menolak kalian, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia
yang mengutus Aku"; dengan kata lain, mereka menolak keselamatan untuk
memilih kematian. Ini adalah kebebasan setiap orang untuk menerima atau menolak
tawaran Allah; kita cuman pembantu yang melaksanakan perintah Tuannya. Jadi
sekali lagi, ajakan untuk kita semua supaya jangan menutup pintu hati agar bisa
menerima Tuhan yang datang untuk menyelamatkan kita. Biarkanlah Roh kudus
berkarya dalam hati supaya kita bisa merasakan kemurahan dan cinta Allah.

Sharing:
a) Maukah kamu membuka pintu hatimu akan kemurahan Tuhan?
b) Maukah kamu bertobat dan kembali kejalan yang benar?
c) Maukah kamu menjadikan Yesus sebagai penyelamat hidupmu?
d) Maukah kamu setelah bertobat, bekerja untuk pertobatan bagi sesamamu?

Sabtu, 05 Oktober 2019


Luk. 10:17-24

I njil hari ini berbicara tentang kegembiraan para murid, karena dalam
nama Yesus mereka mampu mengalahkan dan mengusir kekuatan roh
jahat yang dipimpin Iblis; oleh karena itu, Yesus pun ikut bergembira dengan apa
yang diperbuat oleh para murid, karena mereka tidak menyia-nyiakan kepercayaan
yang telah diberikannya. Yesus ingin memberi arti dari sukacita mereka, bahwa
sukacita yang sesungguhnya itu ada dalam kerajaan surga, maka Iapun berkata
“janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah
karena namamu terdaftar di surga”; di sini Yesus ingin menjelaskan supaya para
murid mengerti bahwa yang terpenting bukan karena kemenangan mereka atas
kekuatan roh Jahat, namun karena mereka layak menjadi anak-anak Allah dan ambil
bagian dalam kerajaan surga.

14
Di sini Yesus mengatakan secara terbuka
kepada para murid bahwa kekuatan yang
sesungguhnya bukan berasal dari manusia
melainkan dari Allah dan mereka telah
menerimanya dari Allah, dan hanya di dalam nama
Yesus kekuatan itu bisa terjadi. Yesus juga berkata
bahwa berbahagialah mereka karena mendengar dan
melihat sendiri kehadiran Allah di tengah umat
manusia, dengan mujizat-mujizat yang terjadi;
karena sesungguhnya banyak raja dan nabi yang
ingin mendengar dan melihat kehadiran sang Mesias di tengah umat manusia namun
tidak bisa.
Yesus ingin menekankan bahwa kebahagiaan itu dikarenakan bahwa Allah
berkenan menyatakan dirinya kepada mereka, agar mereka tahu bahwa keselamatan
sudah berada diambang pintu. Allah telah mengunjung Israel hambanya dan
memenuhi janjinya kepada leluhur mereka untuk menyelamatkan bangsanya dari
kematian kekal. Disinilah arti panggilan para murid, berkolaborasi dengan Allah
untuk mewartakan kerajaan Allah dan keselamatan bagi semua orang.
Dengan demikian, bagi orang kristiani, melalui sakramen pembaptisan kita
terdaftar menjadi pengikut Kristus, berarti bersatu dengan Kristus, jadi jika kita
berbahagia di dalam Kristus, bukan berarti karena kemenangan kita atas kekuatan
jahat di dunia ini, melainkan karena kita telah menjadi milik Kristus untuk
selamanya, dan yang paling penting adalah, karena nama kita telah tertulis di dalam
kerajaan Surga.

Sharing:
a) Mampukah kita mengalahkan hal-hal yang menghambat kita untuk menjadi
anak Allah?
b) Apa usaha kita untuk mengalahkan hambatan-hambatan tersebut?

Senin, 07 Oktober 2019


Luk. 10:25-37

P erumpamaan tentang “Orang Samaria yang baik hati” ini


menunjukkan bahwa segala sesuatu berpusat pada kasih,
Yesus
bukan

15
kewajiban-kewajiban hukum. Santo Paulus memahami hal inti benar, ketika dia
menulis, “Kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Rm 13:10).
Orang yang tergeletak babak belur setengah mati di jalan antara Yerusalem
dan Yerikho karena habis dirampok dan dipukuli adalah seorang Yahudi, sedangkan
yang datang menolongnya adalah seorang Samaria.
Pada zaman itu hubungan antara orang Yahudi dan orang Samaria sangatlah
buruk, termasuk di dalamnya ketegangan rasial. Yang ingin dikemukakan Yesus
adalah bahwa kasih yang sejati tidak mengenal batas-batas yang disebabkan
perbedaan dalam suku, ras, status sosial dlsb. Perintah untuk mengasihi sesama
mengacu pada semua orang, termasuk orang-orang asing yang tinggal di tengah-
tengah kita, mereka yang termajinalisasi dalam masyarakat, orang-orang miskin, …
yang lapar!
Seperti cintakasih yang ditunjukkan oleh orang
Samaria itu, kasih Yesus juga tanpa batas-batas yang
bersifat diskriminatif. Kita – orang-orang kristiani – juga
harus mengasihi tanpa diskriminasi macam apa pun.
Menunjukkan cintakasih dan belas kasihan dapat
mengubah hati kita. Hal itu dapat mengajar kita untuk
memandang setiap pribadi sebagai anak yang sangat
dikasihi Allah, pantas dan layak sebagai pribadi yang
bermartabat – batasan apa pun yang ada.
Marilah kita keluar untuk bertemu dengan orang-
orang lain, siapa pun mereka itu. Perhatian penuh cintakasih dari kita kepada orang-
orang yang kita jumpai dapat membantu “menggairahkan” kembali kehidupan
seseorang yang hampir mencapai titik terendah. Lalu marilah kita semakin dekat
dengan Allah utnuk menerima kasih dan kerahiman-Nya.

Sharing
a) Apabila ada tetangga kita yang tidak kita sukai mengalami kesusahan, apakah
kita mau membantu mereka?
b) Bagaimana cara kita mengasihi keluarga dan sesama kita?

Selasa, 08 Oktober 2019


Luk. 10:38-42

K isah Maria dan Marta ini adalah sesuatu yang sangat terkenal di
kalangan orang Kristen. Pelajaran apakah yang dapat kita timba dari

16
peristiwa tersebut? Marta terikat dengan tradisi, dimana setiap tamu harus dihormati
dengan jalan dilayani sebagaimana mestinya. Ia menghormati Yesus sebagai
seorang Rabbi. Maka ia menyibukkan diri dengan mempersiapkan segala
sesuatunya dalam rangka menghormati orang besar yang berkenan berkunjung ke
rumahnya. Marta tidak terlalu membutuhkan pengajaran dari Yesus. Rasanya hal itu
tidak terlalu penting bagi dia.
Lain dengan saudaranya Maria. Ia tidak melihat
Yesus sebagai tamu semata-mata. Ia membutuhkan
pengajaran yang akan disampaikan Yesus kepadanya
secara pribadi. Sebab Yesus telah datang ke rumahnya. Ia
ingin mendapatkan pengajaran yang sangat berguna bagi
hidupnya. Lagi pula, tradisi Yahudi membiasakan seorang
Rabbi tidak mengajar perempuan. Perempuan diajar oleh
suami atau orang tuanya. Sekarang ada kesempatan
seorang rabbi datang ke rumahnya dan bersedia untuk
memberi pengajaran kepadanya. Ia tidak menyianyiakan
waktu itu. Menurut Marta, Maria tidak sopan dengan
membiarkan dia sendirian repot di dalam persiapan
melayani seorang tamu besar.
Tuhan Yesus dalam Injil Markus mengatakan: Aku datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
banyak orang. Maria memahami hal ini, sehingga ia duduk di kaki Tuhan, suatu
sikap merendahkan diri, untuk menerima pengajaran dari Tuhannya.
Inilah sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Yesus datang ke
dalam hidup kita, pertama-tama, Ia melayani kita. Ia mati untuk kita, Ia bangkit
untuk kita, Ia naik ke surga demi kita. Dia duduk di sebelah kanan Bapa untuk
menjadi pembela bagi kita. Ia mengutus Roh Kudus untuk memimpin kita di
sepanjang perjalanan hidup. Ia satu hari kelak datang untuk menjemput kita, supaya
dimana Ia ada, di situ pun kita ada.
Setelah kita dilayani dalam uraian seperti di atas, barulah kita mungkin
melayani Dia di dalam hidup ini. Kepada Petrus Yesus berkata: jika kau tidak
membiarkan aku mencuci kakimu – dalam hal ini kita sebut dengan istilah melayani
engkau – maka engkau tidak akan mendapat bagian di dalam Aku. Hal yang sama
juga berlaku bagi kita. Yesus lebih dahulu melayani kita, barulah kita dimampukan
untuk melayani dia di dalam setiap aspek kehidupan ini.
Ada banyak orang yang mengambil posisi seperti Marta. Mereka aktif di
Gereja dengan berbagai kegiatan. Tetapi dalam kegiatan itu, mereka tidak menerima
pengajaran dari Tuhan. Yesus menegor Marta dengan kesibukannya. Ia tidak tahu
bahwa dialah sesungguhnya yang harus dilayani lebih dahulu, bukan Tuhan Yesus.

17
Sharing
a) Siapakah yang kita layani dalam aktifitas kita setiap hari? Diri kitakah atau Tuhan
Yesus?
b) Bagaimana caranya aku melayani keluargaku?

Rabu, 09 Oktober 2019


Luk. 11:1-4

ebutuhan untuk berdoa dan mendoakan orang pada


K zaman sekarang ini terasa semakin perlu. Dimasa
yang penuh dengan persaingan, ketidak pastian dan yang
ditandai dengan egoisme ini manusia perlu peneguhan dan
mendapatkan jaminan. Manusia tentu ingin bertahan ditengah
situasi hidup yang demikian.
Sayangnya, banyak orang mencarinya lewat ilmu
pengetahuan dan dengan mengumpulkan harta sebanyak
banyaknya. Padahal seringkali justru disanalah timbul banyak persoalan. Alih alih
semakin diteguhkan dan beroleh kepastian, orang malah semakin jauh dari Tuhan
dan sesama. Ilmu pengetahuan dan kekayaan bukanlah jawaban. Jika demikian cara
apakah yang perlu ditempuh agar kita beroleh peneguhan? Jawabannya adalah
berdoa. Doalah sumber kekuatan, dan peneguhan. Doalah yang memberi jaminan
karena didalamnya ada harapan.
Hari ini kita mendengarkan Injil tentang doa Bapa Kami versi Injil Lukas
(11 : 1-4). Kita percaya bahwa doa yang penuh kuasa dan refleksi mendalam ini
diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri ketika para murid meminta-Nya supaya
mengajarkan sebuah doa. Para murid memerlukan sebuah doa karena mereka telah
menyaksikan betapa doa telah memberikan kekuatan dan kuasa dalam kehidupan
Yesus.
Doa “Bapa Kami “ adalah doa inti yang diajarkan Yesus sendiri. Setiap kata
dalam doa “Bapa Kami” bisa menjadi permenungan tersendiri. Namun disini , mari
kita renungkan satu kata pertama yang paling besar pengaruhnya yaitu: ”Bapa” ,
Tuhan tidak lagi disapa dengan nama nama yang asing, atau dengan kata ganti yang
menunjukkan seolah olah Tuhan itu jauh. Sebutan “ Bapa ” mengantar manusia
berada tepat di pangkuan Bapa, seperti anak di pangkuan ayahnya, yang kuat tetapi
penuh kasih untuk menghidupi, membimbing dan melindungi, ia hadir disini
bersama kita. Panggilan “ Bapa ” juga menghancurkan tembok pembatas antara

18
orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Tuhan bukan hanya milik bangsa tertentu,
melainkan milik setiap orang.
Kita semua yang telah mengimani Kristus, telah diangkat dalam roh oleh
Roh Kudus untuk bersama sama menjadi anak anak Bapa. Konsekuensinya adalah
kita semua bersatu sebagai saudara dalam satu Bapa yaitu Bapa di Surga. Yesus,
Putra Bapa, menjadi Saudara sulung bagi kita. Dan sebagai anak, kita membawa
sifat bawaan dari Bapa Ilahi, yaitu kasih. Kasih inilah yang menjadi bukti nyata
bahwa kita adalah anak anak Bapa. Kasih-Nya sungguh agung atas kita dan
kesetiaan-Nya kekal untuk selama lamanya. Tugas kita sekarang adalah
mewartakan kasih itu kepada semua orang, agar semakin banyak orang yang
diselamatkan dan dipersatukan dengan Bapa.

Sharing
a) Seberapa seringkah kita bertemu dengan Allah melalui doa?
b) Apakah saya sudah menghafal doa “Bapa kami?”
c) Ketika saya disuruh memipin doa, apakah saya siap? Kalau tidak mengapa, dan
apa usaha saya untuk ke depannya?

Kamis, 10 Oktober 2019


Luk. 11:5-13

njil hari ini Yesus bersabda “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
I carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu.” (Luk 11:9 ) Ada seorang pertapa muda mulai gelisah. Ia merasa
belum mengalami banyak kemajuan dalam hidup rohani. Doanya hanya itu itu saja
, seakan tidak pernah didengarkan Tuhan. Ia lalu datang kepada pertapa tua dan
menceritakan semua pengalamannya Pertapa tua itu dengan penuh kasih
menyambut dan mendengarkan keluhan pertapa muda itu. Dengan bijaksana ia
berkata : “Saudaraku, jangan gelisah, Bertahun tahun saya juga merasakan doa saya
tidak seluruhnya dikabulkan Tuhan . Berdoalah dengan setia dan biarkanlah Tuhan
yang mengejakan semua. Dia tahu yang terbaik bagimu.”
Resah, gelisah, cemas seringkali menyelimuti lubuk hati tiap insan. Ada
perasaan bahwa doanya tiada arti, tanpa makna, kosong dan hambar. Inilah
tantangan iman kita, tetap setia berkajang dalam doa, atau sebaliknya mudah putus
asa.

19
Tiap saat kita mengadakan komunikasi dengan Allah dalam doa. Yesus
berharap agar kita tidak menyerah untuk mengetuk hati Allah. Tuhan tentu saja
sudah mengetahui isi hati kita. Namun , kita tetap diharapkan untuk memohon
sebagai tanda ketaatan kita kepada kehendak Allah.
Meminta sesuai kehendak Allah adalah wujud doa yang benar. Bunda Maria
juga taat kepada Allah, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu“ (Luk 1:38).
Pasrah dalam iman itu, bukanlah sikap pasif , melainkan aktif mencari kehendak
Allah. Indah sekali janji Tuhan bagi jiwa kita yang merindukannya. Tak ada batasan
bagi jiwa untuk selalu memohon kepada-Nya. Setiap saat, setiap waktu, setiap jiwa,
boleh datang. Jiwa yang terbuka dan rendah hati akan mendapatkan tempat dihati
Yesus.
Rahmat Allah akan kita terima, jika kita
memintanya dengan penuh iman. Apakah kita sudah
berbuat demikian? Ataukah hanya duduk diam dan
mengeluh, menggerutu, karena rahmat Allah tak
kunjung hadir dalam diri kita? Kita kerap kurang
sabar, kita ingin serba cepat termasuk dalam hal
memohon kepada Tuhan. Cobalah menyerahkan
segalanya kepada kemurahan Tuhan, Jika kita
bersikap sabar, murni, bersih, percaya, pasrah,
rendah hati dan setia dalam doa, niscaya Tuhan membuka hati-Nya dan
mengabulkan doa doa kita..

Sharing
a) Kapan terakhir kalinya anda berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan?
b) Bagaimana caranya anda menyampaikan permohonan tersebut? Apakah hanya
sekedar mengatakan apa yang dikehendaki, lalu menunggu sampai Tuhan
mengabulkannya? Ataukah anda meminta dengan sangat (bahkan mendesak)
agar Tuhan (segera) mengabulkannya ?
Yesus mengajarkan “rahasia” sukses doa kepada para murid –Nya, Apa
artinya? Sikap yang harus dimiliki dalam berdoa adalah ketekunan yang tidak tahu
malu.
Apa maksudnya ? Yesus mau agar kita berdoa tanpa henti hentinya kepada
Bapa-Nya. Tidak cukup kita berdoa sekali dua kali dan selanjutnya membiarkan
Tuhan “bekerja” mengabulkan doa kita, melainkan berdoalah terus menerus, siang
dan malam dengan penuh kepercayaan. Belajarlah dari kisah seorang janda yang
mendesak sang hakim untuk memenangkan perkaranya. Juga kisah santa Monika,
ibu santo Agustinus. Tanpa bosan bosannya dia memohon kepada Tuhan agar anak

20
anaknya menjadi seorang pengikut Kristus. Setelah puluhan tahun doanya
dikabulkan oleh Tuhan.

Jumat, 11 Oktober 2019


Luk. 11:15-26

danya kejahatan di dunia dan banyak orang beragama terlibat dalam


A kejahatan itu, bagi kebanyakan orang menyebabkan rasa putus asa atau
menantang kritik yang pedas. Argumen yang sering mereka ajukan adalah kalau
Allah itu cinta kasih dan Putra-Nya telah menjadi manusia untuk menebus manusia,
mengapa dunia nampaknya masih dikuasai oleh kejahatan? Apakah dunia belum
ditebus? Pertanyaan dan sekaligus persoalan semacam ini kerap dilontarkan banyak
orang bahkan kita pada diri kita sendiri.
Perang antara roh baik dan roh jahat merupakan gagasan Injil hari ini. Yesus
kembali menunjukkan kuasa-Nya, yakni dengan mengusir roh jahat yang disebut
dengan beelzebul. Kuasa yang ditunjukkan oleh Yesus ini sangat jelas dan pesannya
pun sangat terang, yakni bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi lebih baik dan
jangan mau menjadi budak kejahatan. Dalam hidup keseharian kita lebih mudah
tergoda mengikuti godaan setan karena tampak seolah-olah lebih indah dan
menyenangkan padahal bila kita sadari sungguh bisa menyesatkan.
Pesan Injil ini hendak menegaskan bahwa bila kita terus-menerus
mendekatkan diri pada Yesus maka kita akan berhasil mengusir segala bentuk
kegelapan. Salah satu jalan untuk memupuk kedekatan dengan Yesus adalah dengan
doa. Doa yang tulus akan mampu mengusir segala bentuk roh jahat. Tulus dalam
arti jangan pernah mendua dalam memeluk sebuah kepercayaan. Hanya dengan
kebulatan tekat mengikuti Yesus kita akan terbebas dari jerat setan.

Sharing
a) Sudahkah aku mendekatkan diriku dengan Yesus?
b) Bagaimana caraku mendekatkan diriku dengan Yesus sehingga aku dijauhkan
dari hal-hal yang jahat?

21
Sabtu, 12 Oktober 2019
Luk. 11:27-28.

da dua orang saling bersahabat, pada awalnya


A keduanya adalah ateis. Mereka tidak percaya
kepada Tuhan. Dalam perjalanan waktu, salah seorang dari
mereka bertobat menjadi Katolik. Ia menemukan kebahagiaan
dalam mengikuti Yesus .
Suatu hari kedua orang sahabat itu berjumpa. Mereka terlibat dalam
percakapan hangat. Sang ateis bertanya, “Jadi kau sudah bertobat menjadi pengikut
Kristus? ” “ Ya ” jawab si Katolik. “ Kalau begitu kau tahu banyak tentang Yesus,
Misalnya, dimana ia dilahirkan? “ pancing si ateis. “Aku tidak tahu “ jawabnya
santai. Percakapan itu terus berlanjut , “ Berapa usia – Nya waktu Ia meninggal?“
Aku tidak tahu “ jawab si Katolik. “ Berapa kali Ia berkotbah ? “ desak si ateis. “
Aku tetap tidak tahu , kawan “ jawab si Katolik dengan gemas.
Teman ateis mengkritik , “Lho, sebagai seorang yang telah bertobat dan
mengikuti Yesus, rupanya kau mengetahui sedikit sekali tentang – Nya “ Akhirnya
teman Katolik menjawab dengan bijak, “ Kau memang benar, Aku malu karena
begitu sedikit pengetahuanku tentang Dia. Tetapi aku tahu hal ini: Tiga tahun yang
lampau aku seorang pemabuk, hutangku banyak, keluargaku berantakan, anak
istriku selalu takut, aku jarang pulang kerumah. Sekarang aku tidak minum lagi,
Hutang hutangku sudah lunas, Keluarga kami bahagia. Anak anak senang
menantikan aku pulang kerumah setiap sore. Itu semua karya Kristus bagiku.
Sebanyak inilah yang aku ketahui tentang Kristus”
Yesus datang ke dunia untuk membawa perubahan besar, yaitu agar manusia
bertobat dan kembali ke pangkuan kasih – Nya. Jawaban manusia akan menentukan
kebahagiaan hidupnya.
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan
memeliharanya." (ay 28). Kerap kali orang berpikir bahwa kebahagiaan itu karena
faktor luar, seperti: kecukupan sandang pangan, kesehatan, perumahan dan

22
pendidikan. Ada lagi yang menambahkan: mempunyai kendaraan, roda dua atau
empat, Apakah kalau semua itu terpenuhi dengan sendirinya kita bahagia? Jangan
salah.
Kebahagiaan dialami bukan karena faktor luar. Kebahagiaan akan kita
dapatkan, kita rasakan bila diri kita sendiri bisa menerima yang kita alami saat ini.
Kalau kita mengukur kebahagiaan dari materi, kita tidak akan pernah bahagia, Apa
ukuran cukup itu? Kita diberi ini itu dan menurut perhitungan sebelumnya sudah
cukup, tetapi sekarang tidak merasa cukup lagi. Orang akan semakin membutuhkan
yang lain, lagi, lagi, dan lagi. Ini menandakan bahwa arah manusia adalah menuju
yang tidak terbatas yaitu Allah Sang Pencipta dan Penyelenggaraan hidup ini.
Kalau kebahagiaan itu bukan dari luar, semestinya harus dicari di “ dalam “
diri kita. Di hati kita , mendengarkan suara hati sendiri tentang kebahagiaan .
Perasaan perasaan yang muncul dan berkecamuk dalam diri kita, seperti iri hati,
marah, ingin ini itu, dan ingin menang, bila tidak kita arahkan, akan menguasai
hidup kita dan membuat kita tidak bahagia
Manusia berasal dan akan kembali kepada Sang Pencipta. Tidak ada yang
akan hidup di dunia ini selama lamanya. Selama kita hidup di dunia ini, hendaknya
senantiasa menyediakan waktu untuk mendengarkan Allah yang berbicara lewat hati
kita, serta berani mencoba mewujudkannya. Dengan demikian kita akan sedikit
demi sedikit merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Maka Sabda Tuhan hari ini
hidup dalam diri kita

Sharing
a) Sungguhkan aku mengenal Yesus?
b) Darimana aku mengenal Yesus?
c) Sudahkah aku menjadikan Kitab Suci menjadi bacaan wajib setiap hari?

Senin, 14 Oktober 2019


Luk. 11:29-32

23
D itegaskan bagaimana sejarah keselamatan telah diwartakan mulai dari
nenek moyang dan telah tertulis dalam Kitab Suci. Panggilan dasar dari
hidup kita adalah :” ....... menjadi milik Kristus, dipanggil dan dijadikan orang
kudus” Kalau panggilan dasar kita sedemikian dasar
dan mendalam, apa yang telah kita upayakan agar
hidup sesuai dengan panggilan dasar itu? Santo Paulus
telah meneguhkan hati kita mengenai panggilan dasar
dan mewujudkan kekudusan hidup. Tentu kekudusan
hidup tidak hanya berlaku dalam soal olah rohani,
namun juga nyata dalam perbuatan sehari hari, dalam
setiap kesempatan hidup kita.
Kita diajak untuk teguh setia dalam iman sebagaimana kesetiaan Yesus
Kristus yang menurut daging dilahirkan dari keturunan Daud, namun menurut Roh
Kekudusan dinyatakan sebagai Putera Allah yang berkuasa berkat kebangkitan-Nya
dari antara orang mati.
Sangat berbeda dengan apa yang kita dengarkan dalam bacaan Injil, dengan
sangat tegas Yesus mengatakan bahwa “ angkatan ini angkatan yang jahat, mereka
menuntut suatu tanda, tetapi mereka takkan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus”
Pertanyaannya: Mengapa Yesus tidak mau memberikan tanda kepada
mereka? Karena Yesus sendiri adalah tanda. “ Sebab sebagaimana Yunus menjadi
tanda bagi orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi
tanda bagi angkatan ini. “Lewat pernyataan ini Tuhan Yesus mau menegaskan
bahwa Dia lah satu satunya tanda dari Allah, yang lewat – Nya, rencana keselamatan
akan diwujudkan. Maka, menerima dan mendengarkan Dia merupakan peluang
untuk menerima rahmat keselamatan.
Seperti orang orang yang diceritakan dalam Injil, kita pun kerap kali mencari
Tuhan Yesus dan mendengarkan Dia. Apakah ketekunan mendengarkan Dia telah
menumbuhkan semangat untuk menata hidup berdasarkan ajaran-Nya? Ataukah kita
hanya mendengarkan pengajaran-Nya tetapi mengabaikan pelaksanaannya dalam
hidup? Bila itu yang terjadi, maka rahmat keselamatan tidak mungkin kita terima.
Karena itu sudah seharusnya kita tekun dan setia mendengarkan ajaran Tuhan dan
tekun juga melaksanakan dalam hidup.

Sharing:
1. Apakah aku sungguh-sungguh mau menerima Yesus menjadi Juru Selamatku?
2. Bagaimana usahaku untuk menerima Yesus di dalam hatiku?

24
Selasa, 15 Oktober 2019
Luk. 11:37-41

ritik itu tidak gampang untuk disampaikan . Kalau tidak hati hati ,
K kritik hanya melahirkan sakit hati dan membuahkan balas dendam
serta sulitnya pengampunan.
Yesus menjadi contoh bagi kita mengenai bagaimana mengkritik sesama.
Yesus dengan berani menyampaikan kritikan atau teguran kepada orang orang Farisi
pada waktu yang tepat dan cara yang jitu.
Yesus mengkritik kehidupan orang Farisi justru mereka berhenti pada
penghayatan hidup yang legalistik, yakni hidup demi peraturan dan hukum tertulis
dan hanya demi menutupi keberadaan hatinya yang jahat. Hukum dan Peraturan
menjadi tidak bermakna bila tidak diimbangi oleh dasar hati yang bersih, Sebab
kalau demikian maka hukum dan peraturan tidak lebih sebagai kedok sekaligus alat
untuk menutupi kejahatan dan membenarkan keburukan , Yesus menentang setiap
upaya pembenaran diri yang semu.
Kesempurnaan yang diinginkan Yesus agar hidup
kita berkenan dihadapan Allah adalah bukan hanya sisi luar
atau tampaknya saja sempurna, tetapi sisi dalam juga harus
sempurna, Sisi dalam yaitu kedalaman hati harus sempurna.
Orang tidak boleh menutupi kejahatan hatinya dengan hal hal
yang tampak dari luar sebagai perbuatan suci dan taat pada
peraturan dan hukum. Perbuatan baik yang tampak dari luar
harus merupakan cerminan bersihnya hati dari kejahatan.
Dengan demikian hidup menjadi sempurna dihadapan Allah.
Orang harus jujur dihadapan Allah dan sesama,
hukum dan peraturan dibuat bukan untuk pembenaran diri, tetapi agar hidup
manusia menjadi benar. Hidup yang penuh kemunafikan sungguh “celaka” atau
tidak berkenan dihadapan Allah

Sharing
a) Lihatlah kedalam diri sendiri, apakah kecaman Yesus itu juga pantas untukku?
b) Hal hal apa saja yang perlu dikecam dan perlu segera diubah?

Rabu, 16 Oktober 2019


Luk. 11:42-46

25
njil hari ini berisi kecaman Yesus terhadap orang Farisi dan ahli Taurat.
I Kecaman berlanjut dari Injil kemarin. Isi Injil hari ini dan kemarin,
menekankan sikap dan kemunafikan orang Farisi dan ahli ahli Taurat. Yesus melihat
dan menganggap mereka sebagai orang orang munafik. Kemunafikan yang
dimaksud dalam hal ini adalah mereka bertingkah laku seolah olah baik tetapi di
dalam hati mereka terancang sebuah kejahatan.
Yesus berkata keras dan tegas , tanpa malu malu dan
secara terbuka Yesus berkata keras kepada orang orang
Farisi dan ahli ahli Taurat. Tentu saja mereka tersinggung
dan sakit hati. Bila demikian , yang dikatakan Yesus itu
benar, karena memang mengenai hati mereka, pusat
hidupnya. Mereka membayar perpuluhan namun
mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Kepada ahli Taurat,
Yesus mengatakan “Celakalah kalian, sebab kalian
meletakkan beban beban berat yang tidak terpikul pada
orang tetapi kalian sendiri tidak menyentuh beban itu
dengan satu jaripun”
Peringatan Yesus kepada para pemuka Yahudi inipun juga ditujukan kepada
kita semua, Bagi Yesus , beriman dan taat kepada Allah tidaklah hanya berpegang
pada hukum yang berhubungan dengan Allah melainkan bersikap adil terhadap
sesama. Bila menaruh cinta kepada Allah berarti juga menaruh cinta kepada sesama.
Walaupun kita bukan orang Farisi namun kita pun kerap membebani orang dengan
beban beban yang berat. Atau kita melihat saudara kita membawa “beban” , kita
tidak sedikitpun mau membantu. Melihatpun tidak, malah menjauh. Bila demikian
, Yesus juga mengatakan kepada kita: “ Celakalah kamu “

Sharing:
a) Apa yang dapat aku berikan kepada sesama, dan relakah aku membantu
meringankan bebannya?
b) Apakah kita sering merasa lebih tinggi atau lebih hebat dari yang lain, lebih tahu
dari yang lain, dan seperti orang Farisi memberi “beban berat” kepada orang lain
saja?

Kamis, 17 Oktober 2019


Luk. 11:47-54

26
Biasanya untuk mencuri hati banyak orang, seseorang penguasa bisa
membangun sebuah monumen bagi dirinya sebagai peringatan untuk mengenang
para korban. Dengan itu, secara lihai ia bisa berkelit dari kewajiban untuk secara
serius membawa pelaku kekejaman itu ke meja pengadilan. Cukup sebuah tanda
kecil, dengan harapan orang akan melupakan kejahatan yang terjadi. Begitu
selanjutnya, kejahatan dihapus secara halus dengan tanda semu.
Yesus berjumpa dengan orang-orang semacam itu. Mereka pura-pura
menghormati para nabi dengan membangun makam indah bagi mereka, tetapi
dengan itu mereka sebenarnya membenarkan nenek-moyang yang telah mengambil
tanggung jawab atas segala persoalan yang masih ada. Yesus tidak membiarkan
kebaikan semu ini dipakai sebagai tempat persembunyian bagi orang-orang yang
takut bertanggung jawab.
Pada zaman Yesus, orang Farisi dan ahli-ahli Taurat merupakan orang-orang
paling terpelajar di antara masyarakat pada waitu itu. Pengetahuan yang mereka
miliki membuat mereka sombong dan selalu merasa benar. Mereka menuntut semua
orang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang mereka tetapkan, tapi mencari
lobang supaya mereka sendiri tidak perlu mengikuti peraturan itu untuk kepentingan
diri sendiri.
Injil hari ini membuka mata dan hati kita akan realita hidup kita yang
dirasuki dengan hal yang busuk dengan sikap hidup orang-orang Farisi yang tidak
benar dan jujur. Yesus mengecam mereka karena mereka mempergunakan
pengetahuan yang merekan miliki untuk menindas orang lain., padahal mereka
sendiri tidak mematuhi peraturan Tuhan yang telah mereka ketahui luar kepala.
Pengetahuan memang biasa menjadi berkat juga bisa menjadi kutuk kalau
dipergunakan secara tidak benar.
Tuhan menekankan bahwa pengetahuan dan kebenaran hanya berasal dari
Tuhan karena Tuhan adalah kebenaran itu sendiri. Jika kita dianugerahi otak yang
cemerlang, bakat yang menonjol, kepandaian, ingatlah bahwa semuanya itu berasal
dari Tuhan. Tidak akan ada yang kita bawa ke dunia dan tak akan yang kita bawa
bila saatnya ajal kita tiba, semua adalah anugerah Tuhan semata.
Marilah dengan aneka macam keutamaan dan nilai-nilai kehidupan yang kita
ketahui juga kita hayati atau laksanakan dalam hidup kita sehari-hari. Jika kita
memiliki “kunci” pengetahuan hendaknya kita fungsikan untuk lebih mengetahui
dan memahami aneka pengetahuan, keutamaan/nilai-nilai kehidupan dan tentu saja
kemudian kita hayati dalam hidup.
Sebaliknya jika kita jatuh dalam dosa karena kelemahan kita sebagai
manusia, janganlah menjadi putus asa.

27
Seperti yang dikatakan oleh St. Teresa Avila “if you do something wrong,
don’t punish yourself-change” Tuhan akan membantu kita untuk mengatasi
kelemahan kita dan membentuk hidup kita sesuai dengan rencana-Nya bagi kita.
Sabarlah dalam pencobaan, nantikanlah Tuhan bekerja dalam hidup kita sekalian.
Mazmur “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pengawal mengharapkan pagi”
Untuk saudara/iku seiman di pengungsian Paroki Tumbajae-Manduamas, tetaplah
dalam pengharapan kita bersama dalam iman, Tuhan pasti memberkati kita. Jangan
pernah menyerah Tuhan di pihak kita. Amin
Sharing
1. Apakah kita tetap merasa benar di hadapan Tuhan, walau kita berdosa?
2. Apakah kita tetap juga merasa benar di hadapan sesama (suami/istri/saudara/i,
anak atau tetangga?

Jumat, 18 Oktober 2019


Luk. 10:1-9

njil Hari ini, Sebagai murid harus siap diutus dalam misi Kristus. Seperti
I padi yang sudah kuning dan membutuhkan penuai, begitu pula ladang
Tuhan membutuhkan pekerja (2). Karena itu Yesus mengutus tujuh puluh murid
untuk pergi memberitakan bahwa Kerajaan Allah telah tiba. Sifat pelayanan itu
mendesak dan penuh bahaya maka mereka harus waspada (2-3, karena mereka
bagaikan anak domba yang diutus ke tengah-tengah serigala). Konsentrasi mereka
harus terpusat karena mereka mesti bersegera melaksanakan tugas itu. Segala
sesuatu yang mengakibatkan penundaan, harus diabaikan karena mereka harus
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mereka juga tidak boleh memusingkan diri
dengan segala keperluan yang harus mereka bawa.
Meskipun tampaknya pengorbanan mereka begitu besar, belum tentu
tanggapan yang akan mereka terima selalu menyenangkan.
Adakalanya mereka akan mengalami penolakan yang
mengecewakan (10-11). Namun demikian, mereka harus tetap
memberitakan Kerajaan Allah dan juga menyembuhkan orang
sakit. Bila berita itu ditolak, haruslah diucapkan suatu
peringatan mengenai hukum Allah. Yang amat
menggembirakan adalah bahwa Yesus menyiratkan betapa
berarti dan mulianya penugasan itu, karena penerimaan
terhadap mereka diidentikkan dengan penerimaan terhadap

28
Allah sendiri. “Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku dan
barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan yang menolak Aku ia menolak
Dia yang mengutus Aku”. Ini puncak penugasan sekaligus jaminan dukungan Yesus
yang terus menerus.
Mendesaknya misi Tuhan Yesus ke dunia, menyadarkan kita bahwa misi itu
ditujukan untuk semua orang, dan harus segera dilakukan! Meskipun terbayang
ancaman dalam menjalani tugas ini namun penyertaan dan dukungan dari Tuhan
Yesus kiranya menghilangkan keraguan kita.
Sharing
1. Siapkah kita diutus untuk mewartakan Yesus Kristus di tengah-tengah keluarga
dan sesama kita?
2. Usaha apa yang akan kita lakukan untuk mewartakan Yesus?

Sabtu, 19 Oktober 2019


Luk. 12:8-12

Mengakui merupakan salah satu faktor penting untuk menjalani hubungan


dengan sesama. Hubungan tanpa ada pengakuan sama halnya dengan orang yang
tidak serius menjalin hubungan. Jika dua pribadi menjalin hubungan pasti saling
mengakui segala kekurangan dan kelebihan tanpa syarat. Injil Yesus Kristus pada
hari ini berbicara tentang, “Pengakuan”. Yesus Bersabda “Setiap orang mengakui
Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-
malaikat Allah dan barang siapa menyangkal Aku di depan manusia dia akan
disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”. Dari Sabda Allah ini dapat kita
mengerti bahwa pengakuan kita terhadap Putra Allah yang mahatinggi merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang yang percaya
dan memberikan diri untuk mengikuti-Nya diminta untuk mengakuinya sebagai
Allah satu-satunya yang hidup. Jika kita sudah mengakuinya, Allah akan
menganugerahkan hadia yang sangat besar bagi kita, yakni mengakui kita di
hadapan-Nya dan di depan malaikat-malaikat-Nya. Sebaliknya, jika kita tidak
mengakui Dia, kitapun tidak diakui-Nya di hadapan Allah dan di depan malaikat-
malaikat-Nya.
Pengakuan Simon Petrus kepada Yesus “Engkaulah Mesias Anak Allah”
dapat menjadi model bagi kita. Pengakuan Simon ini membuat dia semakin dekat
dan mengenal Yesus Kristus. Jadi pengakuan kita terhadap Yesus Kristus sangatlah
penting. Kita adalah putera-puteri Allah. Sebagai putra-putri-Nya, kita harus
mengakui Dia sebagai Allah satu-satunya yang hidup dan berkuasa hingga selama-
lamanya. Tidak jarang bahwa orang yang percaya kepada-Nya akan dikucilkan dan

29
dianiaya. Akan tetapi, meskipun kita mengalami penyiksaan kita harus tetap percaya
bahwa Allah akan mengutus Roh Kudus-Nya untuk mengajari dan membela kita di
hadapan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah. Jadi Allah tidak akan pernah
membiarkan kita sendirian dalam menjalani hidup kita sehari-hari. Yang terpenting
di sini ialah kita selalu menyerahkan diri kepada penyelenggaraan-Nya.

Sharing:
a) Menurut kita, siapakah Roh Kudus itu?
b) Apakah Roh Kudus senantiasa mendampingi kita dalam kehidupan sehari-
hari? Berikan contohnya!
c) Apa niatku kedepannya untuk melibatkan Roh Kudus di dalam setiap
aktifitasku?

Senin, 21 Oktober 2019


Luk. 12:13-21

eserakahan adalah keinginan


K yang tak terkendali untuk
memiliki lebih dari yang dibutuhkan. Laki laki
yang dipakai Yesus sebagai tokoh
perumpamaan pada Injil digambarkan
sedemikian kayanya sehingga bingung
menyimpan segala harta miliknya itu.
“Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan
segala hasil tanahku “ (Luk 12 : 17) Harta yang sedemikian melimpah bisa membuat
seseorang kebingungan, sama dengan kebingungan yang dialami seorang lain yang
tak memiliki apapun. Bagi Yesus yang penting bukanlah kondisi memiliki atau tak
memiliki harta. Yang penting bagi kita sebagai orang beriman adalah sikap kita
terhadap harta milik itu. Jika harta milik justru membuat semakin mengarahkan
perhatian pada diri kita saja, tak ada gunanya harta tersebut.
Mungkin hati kita akan merasa sejuk jika orang kaya yang didalam
perumpamaan itu mengatakan bahwa ia akan merasa senang hati membagikan harta
kekayaan yang dimilikinya itu kepada orang orang yang tak seberuntung dirinya,
Sayangnya, keinginan semacam itu tak muncul dari hatinya. Harta benda yang
melimpah telah membutakan matanya.

30
Sikap orang kaya dalam perumpamaan itu menyerupai Ebenezer Scrooge,
karakter serakah dan tamak yang diciptakan novelis terkenal Charles Dickens.
Dikisahkan bahwa dalam suatu malam Natal yang dingin dan sepi. Scrooge
dikunjungi roh roh dari masa lalunya, masa kini dan masa depannya. Ketiga roh
zaman itu menggambarkan situasi situasi yang pernah, sedang dan yang akan
dialaminya. Terlebih setelah melihat kondisi yang akan dialaminya jika ia terus
mempertahankan sikap serakah dan tamaknya. Scrooge akhirnya tersadar ada lebih
banyak sukacita dalam berbagi dengan orang lain dari pada menimbun segala
sesuatu untuk dirinya seorang.
Kita bisa membayangkan bahwa orang kaya yang menjadi tokoh
perumpamaan dalam Injil hari ini akhirnya meninggal di dalam gudang harta
bendanya. Jasadnya tergeletak dikelilingi harta bendanya. Baik dirinya maupun
harta bendanya tak memberikan manfaat atau berkat bagi siapapun, juga bagi dirinya
sendiri. Menjadi jelas bahwa Yesus menyebut orang kaya itu bodohKebodohan
terbesar dari orang kaya itu adalah bahwa ia tak mampu melihat manfaat dari harta
itu, baik bagi dirinya dan terlebih bagi orang lain yang lebih membutuhkan. Ia tak
mampu menunjukkan sikap yang tepat terhadap harta benda itu. Ketamakan dan
keserakahan, sekali lagi membuatnya egois dan bodoh.
Tentu saja, orang beriman seperti kita tak berharap akan mati dengan
dikelilingi harta benda. Kita berharap jika suatu saat Allah memanggil kita,
disekeliling kita berkumpul orang orang yang mengasihi kita. Kasih yang tumbuh
diantara orang orang tersebut dan diri kita tentu berkat relasi yang kita bangun
dengan mereka, bukan relasi kita dengan harta yang kita miliki. Semoga semangat
yang diajarkan Yesus kepada kita dalam bersikap terhadap harta benda membuat
kita mampu menemukan kepuasan dan kebahagiaan dalam berbagi dengan orang
lain, lebih dari pada membuang buang waktu dan hidup kita hanya dengan berusaha
untuk menjadi kaya bagi diri kita sendiri.
Sharing:
a) Apakah kita akan menggadaikan iman kita demi harta? Mengapa?
b) Bagaimana kita menggunakan harta yang kita miliki untuk kemuliaan Tuhan?

Selasa, 22 Oktober 2019


Luk. 12:35-38

31
endaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu
H tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti
orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari
perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera
dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang
didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan
mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan
apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka
berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini
Bagi seorang pekerja atau pelayan 'pinggang tetap berikat' berarti merupakan
sikap siap sedia untuk bekerja maupun menanggapi aneka kemungkinan dan
kesempatan yang terjadi. Di malam hari perlu tambahan pelita menyala untuk
penerangan. Maka sabda Yesus hari ini merupakan ajakan bagi kita semua untuk
senantiasa dalam keadaan siap siaga menanggapi aneka kemungkinan dan
kesempatan. Memang untuk itu kita perlu mengusahakan kesehatan dan kebugaran
tubuh kita seutuhnya: hati, jiwa, akal budi dan tubuh sungguh sehat dan bugar,
sebagaimana seorang prajurit yang senantiasa siap sedia untuk berperang.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah
yang kudus, di dalam Tuhan.Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi
tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Ef 2:19-22). Kutipan ini kiranya
mengingatkan kita semua di dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun
untuk memiliki sikap mental 'handarbeni', tanggungjawab terhadap lingkungan
hidup seisinya. Dengan kata lain secara sempit kita diharapkan memiliki sikap
mental 'merawat' dengan baik. Orang-orang Indonesia ini pada umumnya lemah
dalam perawatan atau pemeliharaan: membeli atau membuat bergairah, tetapi
merawat atau memelihara apa yang telah dibeli dan dibuatnya boleh dipertanyakan.
Maaf kalau sedikit porno: orang bergairah 'membuat anak', tetapi mendidik dan
merawat anak sebagaimana dikehendaki oleh Allah boleh dipertanyakan. Ada
kecenderungan dalam hal merawat dan mendidik diserahkan kepada orang lain,
entah itu pembantu atau neneknya. Jika dalam hal manusia saja lemah dalam
perawatan, maka kami percaya yang bersangkutan juga akan lemah dalam
perawatan aneka macam sarana-prasarana atau perkakas dan barang yang telah
dibeli dan dimilikinya. Kita semua dipanggil untuk menjadi perawat-perawat atau
pengurus-pengurus atau pengelola-pengelola yang baik dan handal, sehingga

32
kebersamaan hidup sungguh menarik, mempesona dan mengesan, banyak orang
tergerak untuk menggabungkan diri ke dalam kebersamaan hidup kita. Semoga
dimana pun berada kita tidak merasa asing atau menjadi orang asing, maka ketika
mendatangi tempat baru hendaknya segera belajar cara hidup dan cara bertindak
yang baik di tempat baru tersebut, menyatu dengan warga masyarakat setempat.
Kami berharap juga agar keluarga atau komunitas kita tidak menjadi asing bagi
lingkungan masyarakat.
"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang
takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan
bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan
tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan
memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan
berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm
85:10-14)

Sharing
a) Apabila Yesus ingin bertamu ke dalam hati kita, apa yang akan kita persiapkan?
b) Apakah aku mau menjadi pelayan bagi sesamaku? Apa yang akan kuperbuat?

Rabu, 23 Oktober 2019


Luk. 12:39-48

M alam itu, di kota Philadelphia, Amerika Serikat, hujan badai turun


dengan derasnya. Seorang pengusaha hotel kecil yang merangkap
sebagai manager dan receptionis menerima sepasang suami istri dari luar kota yang
membutuhkan kamar untuk menginap. Saat itu, tahun 1889, belum ada teknologi
pemesanan hotel secara online. Para pelancong sering kali terpaksa berspekulasi
untuk memperoleh penginapan disuatu daerah. “Mohon maaf, hotel kami hanya
memiliki 24 kamar dan saat ini semua sudah penuh” jawab sang manager. “Baiklah
kalau begitu kami akan mencari hotel lain saja” jawab sang tamu. Saat sepasang
suami istri itu akan berbalik pergi, sang manager berkata: “Tidak mungkin saya
membiarkan bapak dan ibu berkeliling mencari penginapan ditengah badai dan
gelapnya malam ini. Saya tidak ingin bapak dan ibu mengingat hotel kami ini
sebagai hotel yang menolak tamu disaat kesusahan. Sebagai pengelola, saya tinggal
disalah satu kamar terbaik di hotel ini. Kalau kami bersihkan dan rapikan kamar itu,
apakah bapak dan ibu berkenan untuk menginap disini?” Malam itu, seluruh

33
keluarga sang manager tidur di dalam kantor hotel mereka saat sepasang tamu itu
tidur dengan tersenyum di kamar mereka yang nyaman.
Lebih dari tiga tahun berlalu, pada suatu pagi, sang manager menerima surat
dengan amplop indah dan tinta emas. Sang tamu yang hadir di tengah badai pada
malam yang gelap itu mengundangnya untuk datang ke kediaman sang tamu di New
York. Saat sang manager tiba di New York, sang tamu menyambutnya dengan
hangat dan mengajaknya melihat sebuah pencakar langit. “Bangunan ini akan
menjadi hotel termegah di dunia, saya ingin anda mengelolanya.” Sang tamu adalah
William Waldorf Astor, salah satu orang terkaya di dunia saat itu. Sang manager
adalah George Charles Boldt yang akhirnya menjadi seorang milliarder pemilik
berbagai jaringan hotel di Amerika Serikat. Bangunan itu adalah hotel Waldorf
Astoria, yang saat ini adalah salah satu jaringan hotel kelas atas termewah dan
terbaik di dunia. (bdk Steve Kosasih, “Teguh tersenyum di tengah badai” Harian
Kompas edisi Kamis 26 Nopember 2015, hal 39)
Kisah pengalaman hidup seorang milliarder di atas mengajak kita
merenungkan bahwa dalam hidup ini Tuhan hadir dalam aneka cara dalam
pengalaman hidup. Kita mungkin tidak menyangka akan mengalami krisis dan badai
hidup seperti kisah tadi, Sang manager tidak menyangka akan kedatangan tamu
yang luar biasa ditengah hujan badai dan malam gelap. Kita mungkin akan
menolakkarena hanya bikin susah saja. Namun, sebagai umat beriman, Tuhan
mengingatkan kita untuk selalu siap sedia. “Hendaklah kalian juga siap-sedia,
karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka." (Luk
12:40). Ada ungkapan “heri est historia, crastinum mysterium” yang artinya
kemarin adalah sejarah, masa depan adalah misteri. Tuhan tidak selalu datang
membawa damai dan ketenangan. Tuhan memberikan tantangan dan godaan agar
kita semakin dikuatkan. Berimanlah teguh daripada sebelumnya. Hanya mereka
yang telah teruji oleh guncangan (tantangan) layak menjadi pengikut Tuhan dalam
kehidupan. Apapun pengalaman hidup yang kita alami dan rasakan, itu semua
karena kehendak Tuhan. Pengalaman hidup dalam penderitaan, tertekan, krisis dan
kegagalan sesungguhnya mampu meningkatkan dan mengubah nilai diri serta harkat
kita. Dari kegagalan, orang bisa belajar jauh lebih banyak daripada dari
kemenangan. Kemenangan sering membuat orang jadi bodoh. Pujian dan
kemenangan akan melemahkan diri kita.

34
Untuk dapat menemukan kehendak Tuhan
bukanlah perkara mudah, bagi orang yang selalu
berusaha hidup benar, jujur terhadap Dia dan sesama,
maka hidupnya akan tenteram karena berkenan kepada-
Nya. Hidup kita dihadapan Tuhan terkadang seperti
seorang hamba terhadap tuannya. Hamba tidak tahu
banyak tentang tuannya, yang dia ketahui hanyalah
menjalankan tugas sebaik mungkin, dengan demikian
dia bebas dari hukuman dan hidupnya akan selamat.
Demikian pula halnya dengan orang beriman, ia hidup dalam penyerahan diri secara
total kepada Allah, walaupun terkadang kehadiran dan keberadaan-Nya terasa
gelap. Penyerahan diri kepada Allah bukan merupakan tindakan pasif, dalam arti
tidak berbuat apa apa. Penyerahan diri harus dilihat dalam konteks panggilan hidup.
Manusia dipanggil dan diutus supaya pergi dan berbuah, manusia dipanggil untuk
berbuat sesuatu, sebagai perwujudan serah diri kepada Tuhan, itulah iman.
Sabda Tuhan mengajarkan agar manusia selalu siap menghadapi realitas,
Kesetiaan kepada-Nya terkadang menuntut kesanggupan kita untuk menghadapi
penyangkalan terhadap harta dan sesama, walaupun hal tersebut tidaklah selalu
harus terjadi, Pendampingan Roh Kudus akan memampukan manusia
menyelaraskan hubungannya dengan Allah dan sesama. Bersatu dan dekat dengan
Allah menjadi hal yang paling mendasar dalam hidup manusia,

Sharing:
a) Ketika ada teman atau kerabat kita yang mengalami kesusahan, apa yang
akan kita lakukan?
b) Apakah kita telah berlaku sebagai hamba Tuhan yang baik dan setia?

Kamis, 24 Oktober 2019


Luk 12:49-53

ara gara menjadi pengikut Yesus, seorang pemudi diancam tidak akan
G diakui lagi sebagai anak dari orang tuannya. Dia memang sempat
bimbang antara memilih Yesus atau mengikuti kehendak orang tuanya. Sebagai
anak , dia memang menyayangi orang tuanya dan tidak ingin kehilangan mereka.
Namun dilain sisi, dia merasa terpanggil untuk menjadi pengikut Yesus. Memang
dia mengakui bahwa yang memperkenalkan dirinya dengan Yesus itu adalah
pacarnya. Tetapi setelah berusaha serius mengikuti Yesus, rasanya dia makin

35
mantap dan bahagia. Bahkan dia makin bisa menghayati bahwa menjadi pengikut
Yesus memang harus berani menyangkal diri dan memanggul salib. Teladan hidup
dan ajaran Yesus telah memberi kekuatan baginya. Walaupun ditolak dan dibunuh
oleh banyak orang, Yesus tetap setia kepada Bapa dan berkenan memohonkan
ampun bagi mereka, Dia pun igin seperti Yesus dalam menyikapi orang tuanya.
Santo Paulus menggambarkan pengikut
Yesus sebagai “orang yang dipenuhi oleh seluruh
kepenuhan Allah“ Untuk memenuhi kepenuhan
Allah, sumber segala kebahagiaan itu kita harus
melewati jalan yang sulit. Hal ini dialami oleh
Yesus sendiri dalam memenuhi panggilan Bapa-
Nya. Dia sendiri harus bersusah hati “Aku harus
menerima baptisan, dan betapakah susahnya
hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa
damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu,
bukan damai, melainkan pertentangan. ”
Makin kita mendekat pada Allah, makin kita merasakan ada begitu banyak
pertentangan batin yang harus kita hadapi, Seorang pemudi di atas harus
menghadapi penolakan orang tuanya. Dia menghadapi resiko dikucilkan, Bagi orang
lain lagi, karena mengikuti Yesus, dia mungkin kehilangan jabatan, kekuasaan,
pengaruh, status sosial, fasilitas, harta benda, dan berbagai keuntungan lainnya.
Namun bagi orang yang telah mampu mengatasi pertentangan batinnya dan tetap
setia pada Allah, dia sungguh akan mengalami kedamaian sejati. Sebab hanya Allah
lah sumber segala kedamaian itu. Tuhan akan melakukan jauh lebih banyak daripada
apa yang kita doakan atau pikirkan asalkan kita mau berserah kepadanya.

Sharing:
Yesus sudah melemparkan Sabda-Nya kedalam hati kita masing masing.
Pertanyaannya:
a) Apakah Sabda-Nya itu sudah membakar hati kita? Dengan kata lain apakah
Sabda Tuhan yang kita dengarkan itu telah membuat kita berubah dalam segala
hal?
b) Apakah watak kita yang keras sudah menjadi halus?
c) Apakah hati kita yang dipenuhi dengan dendam dan benci sudah berubah
menjadi hati yang pemaaf dan gampang mencintai?

36
Jumat, 25 Oktober 2019
Luk 12:54-59

arus kita akui, betapa susahnya mau hidup baik, Kita


H tahu bahwa membicarakan kejelekan orang lain itu
tidak baik, ya tetap kita lakukan, Asyik ya kalau kita
membicarakan kejelekan orang lain. Kita tahu bahwa tidak jujur
itu tidak baik, tetapi kenapa kita suka sekali berbohong kepada
pimpinan atau sesama demi nama baik dan keamanan posisi kita.
Susahnya berbuat baik walau pikiran dan kehendak kita
ingin yang baik ternyata juga dikatakan oleh Santo Paulus (
Roma 7:18-19) . “Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal
berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang
aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku
perbuat.“
Dengan demikian secara logika, kalau kita terus menerus begitu, kita akan
hancur dan mengalami maut selamanya. Namun syukurlah, dan itulah yang
sebenarnya mau disampaikan oleh Santo Paulus, kita mempunyai Penyelamat dan
Penebus yang sanggup melepaskan kita dari belenggu kejahatan dan dosa dalam diri
kita . Dialah Tuhan Yesus Kristus.
Menilik kerapuhan tubuh kita yang hanya bisa berbuat jahat dan dosa
rasanya kita menjadi lemas dan tak berpengharapan. Tetapi kita mesti ingat, kita ini
telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya kita memerlukan
kuasa Kristus. Semakin kita sering mendengar dan melaksanakan Sabda Tuhan,
semakin sering kita merayakan Ekaristi dan Adorasi Ekaristi, semakin kita tekun
berdoa bersama atau pribadi, yakinlah bahwa pelan namun pasti kita akan
mengalami Tuhan yang mengalahkan dosa yang mengeram dalam diri kita. Pelan
tapi pasti, kita semakin sering melakukan yang baik dan mulia melalui perkataan
dan pelayanan kita sehari hari kepada sesama.

Butir permenungan (tidak ada sharing)


Tidak sedikit orang yang tenggelam dalam penyesalan berlarut larut atas
dosa atau kesalahannya dimasa lalu,Tidak sedikit orang yang begitu kasihan kepada
dirinya sendiri seperti misalnya menjadi kurban kesalahan sesamanya, entah
difitnah , entah dicurangi, entah dikhianati. Rasa dendam muncul tak berhenti, rasa
sedih menggema dihati, Inilah contoh hukum lama , hukum dosa yang mengeram
dalam hidup kita yang konkret. Kita harus mohon agar Tuhan Yesus membebaskan

37
diri kita dari semua yang membebani hidup ini, sebab Kristus dalam Roh Kudus
sebenarnya telah berdiam di tubuh kita pula.

Sabtu, 26 Oktober 2019


Luk 13:1-9

adang kita mempunyai gambaran


K yang salah terhadap penderitaan
orang lain, kita sering menilai , jika seseorang
banyak menderita didunia, pasti dosanya
banyak, sedangkan orang yang hidupnya enak
didunia ini karena diberkati Tuhan sendiri,
Maka kita mudah menyalahkan orang yang
menderita sebagai orang yang dikutuk Tuhan,
jelas pandangan ini tidak benar karena banyak orang baik yang menderita didunia
ini, dan banyak orang jahat yang hidupnya enak didunia ini
Orang Yahudi menganggap orang orang Galilea yang mengalami
penderitaan itu karena dosanya lebih besar atau juga orang yang mati ditimpa
menara Siloam dosanya lebih besar dari yang lain. Namun Yesus menjawabnya,
tidak. Kalau mereka tidak bertobat, maka mereka dapat binasa dengan cara
demikian pula. Yesus menyadarkan mereka dan kita semua agar tidak menuduh
orang lain berdosa karena penderitaannya. Yesus menyadarkan kita bahwa orang
baik pun dapat mengalami penderitaan dan kesusahan didunia ini.
Yang perlu kita kembangkan adalah pertobatan, membangun persatuan
dengan Tuhan sendiri, entah sedang enak atau tidak enak, Dengan semakin bersatu
dengan Tuhan, kita akan kuat menghadapi situasi hidup kita, entah mudah ataupun
sulit. Dengan bersatu bersama Tuhan, kita akan tahan dalam memikul salib
penderitaan kita masing masing.

Butir permenungan (Tidak ada sharing)


"Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua
orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? (Luk 13,2)
Laporan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar tentang pertobatan. Semua
orang harus bertobat, Tidak boleh ada yang merasa dirinya lebih suci. Merasa lebih
baik atau lebih suci, mungkin itulah yang ada didalam hati beberapa orang yang
melapor kepada Yesus.

38
Pertama: marilah kita yakin bahwa sejelek jeleknya atau bahkan sejahat
jahatnya orang, mereka masih selalu dapat bertobat dan berubah menjadi baik.
Kedua: semua perubahan mendasar itu hanya mungkin bila digerakkan oleh
Tuhan sendiri, Marilah kita mohon rahmat pertobatan dan perubahan mendasar bagi
orang orang yang barangkali telah mengecewakan dan menyakiti kita, yang telah
berbuat tidak baik kepada kita. Bukankah bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil ?

Senin, 28 Oktober 2019


Luk 6:12-19

M anusia selalu dihadapkan pada banyak pilihan. Mulai dari hal kecil
sampai besar yang sangat penting dan menentukan dalam hidup.
Dalam hal kecil, memilih dapat kita lakukan seturut selera dan keinginan kita.
Sebaliknya, kita akan kesulitan memilih bila dihadapkan pada pilihan yang penting
dan menentukan. Untuk hal seperti ini kita tidak boleh memutuskan pilihan
berdasarkan selera dan keinginan. Pengalaman membuktikan bahwa bila kita
memilih hal penting berdasarkan selera dan keinginan pribadi, maka pilihan itu
sering salah.
Dalam Injil hari ini dikisahkan bagaimana Yesus memilih para rasul-Nya.
Pilihan Yesus tidak berdasar pada selera dan keinginan hati-Nya saja. Sebelum
menjatuhkan pilihan itu Yesus terlebih dahulu menyepi dan berdoa untuk mencari
kehendak Bapa, sehingga pilihan Yesus adalah pilihan Bapa. Apa yang diputuskan
oleh Yesus berkenan di hati Bapa-Nya. Paulus dalam suratnya juga menunjukkan
kepada jemaat di Korintus bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu
masalah, yakni melalui orang-orang benar dan beriman. Tentu orang-orang benar
dan beriman akan menyelesaikan masalah itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Fransiskus Assisi juga mengalami keraguan yang berat untuk menentukan
pilihan hidupnya. Maka, dia pergi berdoa di depan Salib Tuhan dengan doa singkat:
"Tuhan apa yang Engkau inginkan untuk aku perbuat". Tuhan menjawab doa
Fransiskus, dan mulai saat itu Fransiskus memilih cara hidup sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh Tuhan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita hidup
sesuai dengan keinginan Tuhan atau seturut selera dan keinginan kita sendiri saja?

Sharing:
1) Pernahkah kita berada pada situasi sulit untuk menentukan pilihan?
2) Apa yang kita lakukan pada saat itu?

39
3) Kita tentunya memilih untuk mengikuti Yesus. Apa yang kita lakukan untuk
mengikuti Yesus?

Selasa, 29 Oktober 2019


Luk. 13:18-21

K alau kita mendengar kata bijaksana, pikiran kita mungkin langsung


tertuju kepada orang yang memiliki kepekaan. Dalam Perjanjian
Lama salah satu tokoh kebijaksanaan ialah Salomo. Salomo dikenang menjadi orang
bijaksana karena dia mampu menjawab persoalan dengan baik.
Sumber kebijaksanaan kita yang paling utama ialah Allah. Dalam bertindak
Allah senantiasa menunjukkan kebijaksanaan-Nya. Kebijaksanaan-Nya selalu
didasarkan atas cinta kasih kepada manusia. Karena itu, dalam Gereja perkawinan
itu dilihat sebagai tanda kasih Allah yang mencintai umat-Nya. Maka cinta kristiani
harus utuh dan sejati. Cinta kasih kristiani tidak boleh mendasarkan diri pada
keinginan daging, yang disebut seksualitas, menyempit menjadi genitalita
(kelamin). Suami-istri membangun cinta atas dasar keseluruhan: jiwa-raga, budi-
hati-rasa, dimurnikan dalam kejernihan ajaran Kristus.
Perkawinan sebagai Sakramen dalam Gereja itu termasuk misteri, rahasia
besar, yang dapat diterangkan untuk ditemukan arah dan kerangkanya, tetapi hanya
akan ditemukan maknanya, dengan menghayatinya secara benar: "Laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. Agar kita bisa memberi penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan, maka kita mesti hidup dalam kebenaran. "Janganlah mengambil bagian
dalam perbuatan-perbuatan kegelapan sebab tidak membuahkan apa-apa."
Kita diajak agar meninggalkan perbuatan-perbuatan yang mengarahkan kita
kepada kejahatan. Kejahatan adalah musuh jiwa orang yang percaya. Cinta Sejati
tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus

Sharing
1) Ketika ada orang yang ingin berbuat jahat kepada kita, apa yang kita lakukan?
2) Apa yang akan kulakukan untuk tidak berbuat jahat kepada sesama?

Rabu, 30 Oktober 2019


Luk 13:22-30

40
“A ku tidak tahu dari mana kalian datang.” Itulah yang dikatakan Yesus
kepada seseorang yang mau masuk dalam Kerajaan Allah , padahal
orang itu telah mengatakan bahwa dirinya makan dan minum bersama Yesus dan
telah menerima pengajaran dari Yesus. Namun, dua kali Yesus mengatakan bahwa
Ia tidak kenal dengan orang itu. Dan Yesus menutup pintu bagi orang orang yang
tidak dikenalnya. Karena itu mengenal Yesus menjadi hal yang penting bagi setiap
orang yang mau masuk kedalam Kerajaan Allah. Permasalahannya sekarang adalah
apa yang dimaksud dengan “mengenal” dalam konteks kisah ini?
“Mengenal” dalam konteks Kitab Suci
tidak sekedar tahu atau mengenal secara
intelektual. Kalau hanya soal kenal dan tahu,
setanpun sering digambarkan dalam Kitab
Suci jug tahu siapa Yesus. “Mengenal” disini
punya arti mengimani, mengakui, dan
membangun relasi dengan Yesus sampai akhirnya mengikuti. Maka, mengenal jauh
lebih dalam daripada sekedar intelektual yaitu, menyangkut keterbukaan hati untuk
berelasi dan mengikuti. Karena itu, mengenal Yesus berarti mengimani Dia sampai
kita menyelaraskan hidup kita sesuai dengan kehendak dan perintah-Nya. Itulah
sebabnya mengenal saja tidak cukup untuk mengantar kita masuk kedalam Kerajaan
Allah tanpa disertai keterbukaan hati dan perubahan sikap.
Kita pantas bersyukur bahwa banyak orang yang dengan tekun mempelajari
Kitab Suci agar semakin mengenal Yesus, dengan setia pula dia berdoa , berdevosi,
dan beribadat untuk membangun relasi dengan Yesus sampai akhirnya dengan
tangguh menjalankan perintah -Nya,
Namun, difihak lain sering kita dengar, itu pasangan suami-isteri, Suta dan
Siti sudah sekian tahun menikah, ingin bercerai. Itu Suster Centilwati sudah 10 tahun
menjadi biarawati, lagi goncang mau keluar. Itu romo Sibukwanto sudah hampir 9
tahun ditahbiskan, lagi krisis dan ingin keluar. Frater Gojegana sudah menjalani
Tahun Pastoral, sekarang panggilannya sedang menggelepar ingin keluar.
Krisis hidup panggilan atau krisis iman bisa menerpa siapa saja, termasuk
kita. Tetapi bilamana kita merenungkan kata kata Santo Paulus dalam Roma 8:26-
30 dengan hati bening sambil berdoa didepan Salib Kristus tentulah akan lain. Kata
kata Santo Paulus begitu kuat, penuh keyakinan dan kena hingga lubuk hati kita.
Apa yang kita takutkan dalam hidup ini? Konflik, ketidakcocokan, ketidaksetiaan
pasangan, kesulitan ekonomi, kegagalan karya? Itu tentu dapat menggoncangkan
kita. Tetapi apakah itu sudah cukup menjadi alasan untuk memisahkan kita dengan

41
Kristus? Putra-Nya saja diserahkan oleh Allah kepada kita, bagaimana Dia tidak
menganugerahkan segalanya bersama anak-Nya itu kepada kita?

Butir permenungan (Boleh disharingkan)


Krisis hidup iman dan panggilan senantiasa berakar pada satu titik yang
paling mendasar, hubungan kita dengan Tuhan Yesus Kristus. Kesetiaan kita pada
panggilan imamat, membiara, membujang demi Kerajaan Allah atau berkeluarga
hanya mungkin kita bangun apabila kita tidak pernah berpisah dari kasih Kristus.
Krisis hidup panggilan biasanya berhubungan dengan hal ini itu dan ketika orang
begitu emosi, orang memilih meninggalkan panggilannya. Namun apabila orang
yang sedang krisis itu mau menatap Salib Kristus, kasih cinta - Nya yang tidak
pernah tercabutkan, betapa kita rela kalah dari himpitan kesulitan krisis itu?
Bukanlah Tuhan akan menguatkan kita dan Dia lebih dari semuanya itu? Salib itulah
sebagai motivasi bagiku.

Kamis, 31 Oktober 2019


Luk 13:31-35

Y esus sendiri menyadari urgensi di dalam pelayanan-Nya. Ia berkata,


hari ini dan esok adalah untuk melayani, karena hari ketiga Dia harus
mati untuk menyelamatkan umat manusia (ayat 32-33). Yesus menangisi Yerusalem
yang menolak untuk menerima dan percaya kepada-Nya. Maka mereka hanya akan
menyaksikan peristiwa salib tanpa dapat menikmati khasiatnya.
Pesan ini juga merupakan peringatan bagi kita. Bertobatlah dan masuklah ke
dalam Kerajaan Allah segera, selama pintu masih terbuka. Yesus berkata bahwa kita
harus berusaha keras untuk masuk karena belum tentu ada kesempatan lain. Ini
bukan berarti bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan usaha manusia, tetapi
karena waktunya begitu singkat. Bagaikan hadiah yang sedang diperebutkan banyak
orang, kita harus menggapainya. Kita tidak bisa bersikap pasif! Segera atau kita akan
kehilangan! Karena itu, jangan tunda! Jangan sampai terlambat!
Inilah waktunya untuk mengambil keputusan! Jangan sampai kesempatan
ditutup dan kita akan menyesal selama-lamanya.
Untuk dilakukan: Bila Anda belum atau tidak merasa perlu mengambil
keputusan mengenai keselamatan Anda, sekaranglah saat yang tepat.

42
1) Pernahkah aku menerima Sakramen Tobat?
2) Apa yang kualami setelah menerima Sakramen Tobat?
3) Apabila belum pernah menerima Sakramen Tobat, apakah yang aku lakukan
untuk mempersiapkan diri menerima Sakramen Tobat?

43

Anda mungkin juga menyukai