Anda di halaman 1dari 4

Tenosinovitis Fleksor Akut

Tenosinovitis fleksor merupakan keadaan dimana terjadi ketidaknormalan pada


tendon fleksor di tangan. Kasus akut disebabkan oleh infeksi sedang infeksi kronik
disebabkan oleh diabetes mellitus, artritis, dan over-use.
Gejala dan Tanda
Pada pasien yang datang dengan luka penetrasi disertai nyeri, kemerahan, dan
demam, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan 4 tanda Kanavel (gambar 12), yaitu:
- Jari dalam posisi sedikit fleksi
- Bengkak dalam bentuk fusiform
- Nyeri tekan sepanjang selubung tendon fleksor
- Nyeri pada saat dilakukan fleksi jari secara pasif

Tanda Kanavel bisa saja tidak ditemukan dalam keadaan berikut:


- Pemberian antibiotik yang segera
- Kondisi yang sangat dini
- Status immunocompromized
- Infeksi kronik

Etiologi
Penyebab utama tenosinovitis tendon fleksor yaitu trauma penetrasi, infeksi
(penyebab tersering yaitu flora normal kulit – Staphulococcus dan Streptococcus,
paling sering Staphylococcus aureus). Penyebab lain:

- Luka gigitan: spesies Haemophyllus, bakteri anaerob dan gram negatif;


- Hematogenous: Mycobacterium tuberculosis, Neisseria gonorrhoe;
- Miscelaneus: Pseudomonas aeruginosa.

Patofisiologi
Infeksi tendon fleksor adalah suatu infeksi pada bagian selubung yang tertutup
dan digiti II, digiti III, digiti IV yang berjalan di atas carpal neck pada level annular
pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke ruang fasia tangan, struktur tulang yang
berdekatan atau pada level annular pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke
ruang fasia tangan, struktur tulang yang berdekatan atau ruang synovial joint dan
dapat menembus hingga ke lapisan kulit.

Terapi
Pada kasus dini pemberian antibiotik intravena sangat berpengaruh. Antibiotik
yang diberikan antara lain:
- Cefazolin 1 – 2 gram IV tiap 6 – 8 jam
- Clindamycin 600 – 900 mg IV tiap 8 jam
- Ampicilin surbactan 1,5 – 3 gram IV tiap 8 jam
Dapat dilakukan splinting pada posisi aman. Elevasi segera setelah infeksi terkontrol.
Lakukan rehabilitasi dengan digital range of motion exercise segera setelah infeksi
terkontrol.

Pelvic Inflammatory Disease ( Penyakit Radang Panggul)


Pada wanita, komplikasi yang paling umum dari gonore atau infeksi Chlamydia tidak diobati
adalah PID (Pelvic Inflammatory Disease), yang terjadi ketika infeksi traktus genitalia bawah
menyebar ke traktus bagian atas. Telah ditetapkan juga bahwa organisme aerobik dan
anaerobik selain N. gonorrhoeae dan C. trachomatis terlibat dalam PID. Telah dihipotesiskan
bahwa penyebaran ke traktus genitalia atas mikroorganisme yang menular secara seksual
memfasilitasi akses flora normal vagina ke traktus genitalia atas menyebabkan PID.
Temuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan PID yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri
tekan adneksa, dan nyeri gerak serviks. Pasien sering mengeluhkan keputihan yang purulen.
Spektrum klinis PID berkisar dari non-gejala ke penyakit yang berat. Pada PID non-gejala,
pasien asimtomatik tetapi memiliki bukti infeksi C. trachomatis pada pengujian laboratorium
spesimen dari serviks dan jaringan parut pada tuba. Pasien dengan PID berat mengalami
demam, mual, dan muntah dan tampak sakit. PID memiliki gejala sisa kronis yang utama,
termasuk nyeri panggul kronis, infertilitas, dan peningkatan risiko kehamilan ektopik.

USG panggul diperlukan pada pasien yang hadir dengan demam, keputihan yang purulen ,
dan nyeri adneksa. Evaluasi USG sangat membantu dalam mengevaluasi untuk tubo -
ovarium abses, yang terbentuk ketika bakteri berkumpul dalam saluran tuba. Pada USG,
abses tubo - ovarium muncul sebagai massa kistik berdinding tipis dengan air fluid level.
Abses tubo - ovarium harus dipertimbangkan dalam mendiagnosis siapa pun dengan PID,
terutama pasien dengan nyeri unilateral adneksa. Abses tubo - ovarium mungkin memerlukan
intervensi bedah .
Epididimitis

Sering kali disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yang dapat diisolasi dari uretra atau
dari aspirasi epididimis. Neisseria gonorrhoeae epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan Neisseria
gonorrhoeae uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.

Servisitis

Neisseria gonorrhoeae menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-
gejala yang khas membedakan servisitis karena Neisseria gonorrhoeae dan servisitis karena
organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang
ektopi.

Endometritis

Servisitis oleh karena infeksi gonococcal dapat meluas ke endometrium sehingga terjadi
endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan.
Salfingitis (PID)

Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden infeksi yang dapat
menyerang salah satunya adalah Neisseria gonorrhoeae. Infeksi yang terjadi secara ascenden
ini yang memungkinkan infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita
dengan PID umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu lantaran infeksi
menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim juga.

Orchitis

Penyakit ini menular kepada pria terutama karena penyakit gonore dan klamidia. Bakteri
penyebab orchitis kerap kali menyebabkan epididimitis, yaitu peradangan pada struktur
kantung pembuahan (epididymis) pada bagian belakang testis. Penyakit ini menimbulkan rasa
sakit yang hebat dan pastinya menyebabkan gangguan kesuburan. Namun, kamu tidak perlu
khawatir karena jika diobati secara baik, banyak dari pengidap orchitis akan sembuh secara
total tanpa menimbulkan komplikasi,

Anda mungkin juga menyukai