Anda di halaman 1dari 12

I.

SKENARIO

An A perempuan usia 6 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan BAB cair


sedikit sedikit disertai darah dan lendir, sejak 3 hari yang lalu. Frekuensi BAB 6-
10x/hari. Penderita juga mengeluhkan badannya terasa lemah, nyeri perut serta
nyeri disekitr anus waktu defekasi dan demam.
Pada pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum tampak sakit sedang
TD: 100/70, HR: 104x/menit, RR: 24X/menit, Temp: 38,7OC
Pemeriksaan fisik khusus:
Kepala: Kelopak mata tidak cekung
Abdomen : turgor kulit normal
Pada pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah: leukosit 16.000, diff count: 1/0/8/87/20/6
Pemeriksaan urin dalam batas normal
Pemeriksaan tinja dengan 3 spesimen: ditemukan tropozoit inti 1 dengan RBC
didalamnya, pseudopodium dibentuk cepat dengan pergerakan aktif progresif.

1. An. A perempuan (6th) dibawa ke puskesmas dengan keluhan BAB cair sedikit-
sedikit disertai darah dan lendir, sejak 3 hari lalu dengan frekuesi 6-10x/hari. (***)
a. Bagaimana komposisi dan bentuk feses normal?
Bahan feses biasanya terdiri dari 100 gram air dan 50 gram bahan padat yang
terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Produk-produk
sisa utama yang diekskresikan di feses adalah bilirubin dan feses biasanya
berbentuk lonjong.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21580/4/Chapter%20II.pdf

b. Bagaimana frekuensi BAB normal pada anak usia 6 tahun?


Pada umumnya frekuensi normal defekasi adalah berkisar tiga kali sehari sampai
tiga kali dalam seminggu. Seseorang dengan frekuensi defekasi kurang dari tiga
kali dalam seminggu dikatakan mengalami konstipasi dan lebih dari tiga kali
sehari dengan konsistensi feses yang cair dikatakan mengalami diare (Tresca,
2009).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21580/4/Chapter%20II.pdf

c. Apa yang dimaksud diare?


Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat)
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21580/4/Chapter%20II.pdf

d. Apa saja jenis-jenis diare?


Terdapat beberapa pembagian diare:
A. Berdasarkan lamanya diare:
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).
B. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
1. Diare sekresi (secretory diarrhea)
2. Diare osmotic (osmotic diarrhea) (Suraatmaja, 2007)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf
e. Bagaimana gejala dari masing-masing jenis diare?

f. Bagaimana mekanisme terbentuknya feses yang cair disertai darah dan


lendir?

Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel –sel darah merah akan dimakan
oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar
dengan memproduksi enzim proteolitik . Luka – luka akibat destruksi epitel dapat dangkal
karena hanya mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa. Pada submukosa
tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka menjalar ke lateral dan menyebabkan
ulkus yang mengganggu. Selain itu tropozoit dapat menimbulkan mikroabses di submukosa,
yang akhirnya pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus – ulkus berbentuk
botol.

g. Bagaimana interpretasi dari keluhan BAB An. A?


An. A menderita disentri yang disebabkan oleh parasit entamoeba histolytica
i. Bagaimana patofisiolgi dari keluhan An. A?

Disentri adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica,
suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal (protozoa). Disentri disebabkan invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare
yang disertai lendir dan darah. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit
polimorfonuklear.
Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel –sel darah merah akan
dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari
usus besar dengan memproduksi enzim proteolitik . Luka – luka akibat destruksi
epitel dapat dangkal karena hanya mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai
submukosa. Pada submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka
menjalar ke lateral dan menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu tropozoit
dapat menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya pecah melalui epitel,
yang juga akan menimbulkan ulkus – ulkus berbentuk botol.

Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal vena porta.
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau
tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan ( Food
Borneo Disease ).

j. Bagaimana dampak dari keluhan An. A bagi kondisi tubuhnya?


Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.
k. Bagaimana faktor resiko penyebab diare secara umum?

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

1. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan


Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit untuk membersihkan botol susu
3. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
4. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor lingkungan antara lain:


1. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
Kakus (MCK)

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak
gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI,
2011).

3. Pemfis Umum dan khusus.(*)


a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik umum An. A?

Pemeriksaan Umum
A. Pada Kasus
1. TD : 100/70
2. HR : 104x/menit
3. RR : 24x/menit
4. Temp : 38,7

B. Normal
1. TD

2. HR
1. Bayi baru lahir : 140 kali per menit
2. Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
3. Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
4. Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
5. Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
6. Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
7. Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
8. Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
9. Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
10. Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
11. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

3. RR
– Bayi : 30 – 40 kali per menit
– Anak : 20 – 50 kali per menit
– Dewasa : 16 – 24 kali per menit

4. Temperature
 Suhu normal anak : 36,3 – 37,7 derajat Celcius
 Suhu normal bayi : 36,1 – 37,7 derajat Celcius
 Suhu normal dewasa : 36,5 – 37,5 derajat Celcius

C. Interpretasi pada kasus


1. TD : 100/70 (Normal)
2. HR : 104x/menit (Normal)
3. RR : 24x/menit (Normal)
4. Temp : 38,7 (Tinggi)

D. Daftar Pustaka
1. http://mediskus.com/dasar/suhu-tubuh-normal-manusia-bayi-dewasa (Diakses pada
24 Agustus 2016, 07.52 WIB)
2. https://freyadefunk.wordpress.com/2011/11/16/tanda-tanda-vital-dan-pemeriksaan-
fisik-pada-bayi/ (Diakses pada 24 Agustus 2016, 07.49 WIB)
3. http://tekanandarahnormal.com/wp-content/uploads/2012/03/tabel-tekanan-darah-
manusia.jpg (Diakses pada 24 Agustus 2016, 07.12 WIB)
4. http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.co.id/2013/02/denyut-nadi-manusia.html
(Diakses pada 24 Agustus 2016, (07.37 WIB)
b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik khusus An. A?

Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang- kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas
sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.

c. Bagaimana mekanisme terjadinya kelainan pada pemeriksaan umum?


Yang mengalami kelainan hanya demam.
Demam yang terjadi pada amebiasis disebabkan karena E.histolytica menginvasi
mukosa usus, menyebabkan penghancuran jaringan sehingga terjadi sedikit
respon inflamasi lokal karena kapasitas sitolitik organisme (Nelson, 2000).
Pirogen eksogen yang dihasilkan oleh agen infeksi merangsang leukosit untuk
menghasilkan pirogen atau pirogen endogen atau IL-1. IL-1 merangsang produksi
prostaglandin di dalam hipotalamus sehingga terjadilah demam.
d. Apa yang menyebabkan turgor kulit tetap normal dan kelopak mata tidak
cekung pada kondisi An. A?
Karena hanya menderita diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
LI

DIARE (DISENTRI)

Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-
anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Pada umumnya frekuensi normal defekasi adalah berkisar tiga kali sehari sampai tiga kali
dalam seminggu. Seseorang dengan frekuensi defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu
dikatakan mengalami konstipasi dan lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang
cair dikatakan mengalami diare (Tresca, 2009).

Bahan feses biasanya terdiri dari 100 gram air dan 50 gram bahan padat yang terdiri dari
selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Produk-produk sisa utama yang
diekskresikan di feses adalah bilirubin dan feses biasanya berbentuk lonjong.

Etiologi

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium


perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (
melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:


1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

1. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan


Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit untuk membersihkan botol susu
3. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor lingkungan antara lain:

1. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
Kakus (MCK)

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak
gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI,
2011).

Klasifikasi

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Berdasarkan lamanya diare:

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.


2. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
(Suraatmaja, 2007).

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

1. Diare sekresi (secretory diarrhea)


2. Diare osmotic (osmotic diarrhea). (Suraatmaja, 2007)
Patofisiologi disentri

Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica,
suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal (protozoa). Disentri disebabkan oleh invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir
dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.

Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel –sel darah merah akan dimakan
oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar
dengan memproduksi enzim proteolitik . Luka – luka akibat destruksi epitel dapat dangkal
karena hanya sampai mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa. Pada
submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka menjalar ke lateral dan
menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu tropozoit dapat menimbulkan mikroabses
di submukosa, yang akhirnya pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus –
ulkus berbentuk botol. Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal
vena porta.

Patogenesis Diare

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan
40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004). Virus akan masuk ke dalam
tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel
epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-
sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel
epitel squamous yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan
makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam
lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan
yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman,
2006).

Gejala Diare

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang, kemudian akhirnya timbul diare. Feses akan
menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna feses lama-kelamaan
bias berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
(Kliegman, 2006).

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun- ubun besar menjadi
cekung, dan selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dan Alatas,
1985). Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi
menjadi :

 Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

 Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang- kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas
sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.

 Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air
mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang
dingin yang dingin d an pucat.

 Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)


Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya
pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah,
hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu
minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian
kapiler sangat memanjang detik dengan kulit yang dingin dan pucat.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN KHUSUS

A. PEMERIKSAAN UMUM (vital sign)


a. Mengukur Tekanan Darah
Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :
- Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek….( Suara sistol )
- Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar
tekss..,atau tekrd…
- Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah
tanpa bising, terdengsr deg..deg…
- Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
- Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang ( Suara Diastol )
b. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bilatidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
c. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di
dada amati pergerakan dinding dada klien
d. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada
rectal atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi
pada orang dewasa bisa per-oral atau per-rektal.
B. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS ( mata dan abdomen )

A. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis, eksoftalmus,
endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus.
Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
B. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi ;

 Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :

1. Bentuk : cekung/cembung
2. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil
3. Umbilikus : hernia atau tidak
4. Gambaran vena : spider navy
5. Gambaran peristaltik

 Auskultasi
 Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan di sendi
lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah. Apabila
ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati, limpa,
dan ginjal.

DIFF COUNT:
Basofil 0-1%
eosinofil 1-3%
neutrofil batang 3-5%
neutrofil segmen 50-70%
limfosit 25-35%
monosit 4-6%

DAFTAR PUSTAKA
1. http://mediskus.com/dasar/suhu-tubuh-normal-manusia-bayi-dewasa
2. https://freyadefunk.wordpress.com/2011/11/16/tanda-tanda-vital-dan-pemeriksaan-
fisik-pada-bayi/
3. http://tekanandarahnormal.com/wp-content/uploads/2012/03/tabel-tekanan-darah-
manusia.jpg
4. http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.co.id/2013/02/denyut-nadi-manusia.html
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23245/4/Chapter%20II.pdf
6. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf

Anda mungkin juga menyukai