Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

PENGUJIAN FISIK TELUR

OLEH :

KELOMPOK B4
RUPERTUS U. L. NETO (1509010030)
MARIA T. KA’AUNI (1509010030)
YUSTINA PETRONELA (1509010030)
RIZKY Y. MANAFE (1509010031)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein
dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna
yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Hal ini ditandai
dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah telur dikonsumsi. Akan tetapi
disamping bernilai gizi tinggi, telur juga mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak
.Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas
dan penanganan pasca produksi telur . Tindakan ini penting agar produksi telur yang
dicapai dengan segala usaha ini dapat sampai ke konsumen dengan kualitas yang masih
tetap baik (Sulistiati, 2003) .
Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya mikroba-mikroba
perusak ke dalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur, menguapnya air dan gas
karena pengaruh suhu lingkungan. Ruang penyimpan yang mlembab akan menyebabkan
kerabang berjamur (Steward, 1999).
Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya terdapat bahan
makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang segar kuning telumya terletak
ditengah-tengah, bentuknya hula dan warnanya kuning sampai jingga Beberapa pendapat
mengatakan bahwa makanan berpengamh langsung terhadap warm kumng telur
(mengandung pigmen kuning). Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap
dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air, protein, lemak karbohidrat, vitamin dan
mineral (Sarwono, 2001).
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan yaitu :
lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan lapisan
"Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan
tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar,
karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak
(Sirait, 2001).
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi
mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan poripori kulit yang
berguna untuk pertukaran gas dan dalam dan luar kulit telur, tebal kerabang telur berkisar
antara 0,33 - 0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yakni : umur type
ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kulit
telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat
turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004).

1.2 Tujuan
1. Melakukan pengujian fisik telur
2. Mengetahui kualitas telur dari perhitungan indeks putih telur
3. Mengetahui kualitas telur dari perhitungan indeks kuning telur
4. Mengetahui kualitas telur dengan pengujian Haugh Unit (HU)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang
paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme
ini sebenarnya dibuat untuk melindungi embrio unggas sehingga terjamin pertumbuhannya sampai
ia menjadi anak unggas (Lukman et al. 2009b). Menurut hartono (2012), ada beberapa sifat fisik
telur yaitu :
2.1.Struktur Telur
Telur memiliki struktur yang khusus karena mengandung zat gizi yang disediakan bagi
perkembangan sel telur yang telah dibuahi menjadi seekor ayam. Bagian esensial dari telur
adalah putih telur (albumen) , yang mengandung banyak air dan berfungsi sebagai peredam
getaran. Secara bersama–sama putih telur (albumen) dan kuning telur (yolk) merupakan
cadangan makanan yang siap digunakan oleh embrio. Telur dibungkus dilapisi oleh kerabang
yang berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan fisik, tetapi juga mampu berfungsi untuk
pertukaran gas untuk respirasi (pernafasan). Telur ayam berdasar beratnya terbagi atas
albumen 56% sampai dengan 61%, yolk 27% sampai dengan 32% dan kerabang 89% sampai
dengan 11%.

2.2.Warna telur
Kualitas cangkang telur dipengaruhi oleh ketebalan cangkang dan keporositasan yang
berfungsi untuk mengatur pertukaran O2, CO2, dan uap air. Semakin tipis cangkang telur
maka kehilangan air (moisture loss) semakin tinggi. Tekstur cangkang yang baik adalah tidak
terdapat bintik-bintik hitam dan spot berwana pucat, sehingga warnanya seragam. Ukuran
telur dipengaruhi oleh umur unggas, stress, nutrisi dan kualitas air pakan. Semakin kecil
ukuran telur cangkangnya lebih kuat (karena persebaran kalsium pada cangkang).

2.3.Berat telur
Menurut Indratiningsih dan Rihastuti (1996), berat telur pada saat peneluran
bervariasi antara 52 sampai dengan 57,2 gram dan mempunyai hubungan linear dengan lama
penyimpanan, makin lama penyimpanan makin besar persentase penurunan berat telur.
2.4.Ukuran telur
Ukuran telur dibagi menjadi 6 golongan, yaitu jumbo dengan berat lebih dari 65 gr,
extra large 60 sampai 65 gr, large/ besar 55 sampai 60 gr, medium 50 sampai dengan 55 gr,
small/kecil 45 sampai 50 gr, dan peewee di bawah 45 gr (Stewart dan Abbott, 1972).

2.5.Bentuk telur
Bentuk telur dapat ditentukan dengan indeks telur yaitu perbandingan antara lebar
(diameter) telur dengan panjang telur dikalikan 100. Bentuk telur yang baik mempunyai
indeks telur sebesar 74 (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Bentuk telur ada lima macam
yaitu sperical (spheris), elliptical (ellips),biconical (biconus), conical (conus) dan oval
(Indratiningish dan Rihastuti, 1996)

2.6. Kualitas Telur


Kualitas telur ayam dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu kualitas telur bagian
luar (eksterior) dan kualitas telur bagian dalam (interior). Kualitas telur eksterior meliputi
bentuk telur, berat telur, kebrsihan kerabang. Sedangkan kualitas interna telur meliputi indeks
putih telur, indeks kuning telur, warna dan berat kuning telur dan keadaan rongga udara serta
nilai Haugh Unit (Indratiningsih, 1996).
Menurut Sarwono (1994), kualitas (mutu telur) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelas atau tingkatan yaitu :
 Mutu kelas I (AA Quality). Telur jenis ini kulitnya tidak retak, tidak berlubang dan
tidak pecah. Permukaan telur halus, bersih dan tidak tercemar kotoran. Bentuk
normal, ruang udara kurang dari 0,3 mm, putih telur pekat, kuning telur terletak di
tengah, warna terang, dan jika diteropong bebas dari noda hitam (Sarwono, 1994).
 Mutu kelas 2 (A Quality). Telur bermutu kelas dua, mempunyai kulit tidak
berlubang, tidak retak, dan tidak percah. Bentuk normal dan tampak berisi. Ruang
udara kurang dari 0,6 mm. Putih telur jernih dan agak pekat, kuning telur agak
bergeser dari pusat, warna terang dan bebas dari kerusakan lain (Sarwono, 1994).
 Mutu kelas 3 (B Quality). Telur ini mempunyai ciri-ciri kulit tidak retak, tidak
berlubang dan tidak pecah. Tetapi telur ini agak kotor karena terdapat sedikit noda.
Ruang udara tidak teratur, tetapi tidak menggelembung. Putih telur jenrih dan tidak
encer, kuning telur tidak terletak di pusat karena bergeser. Warna kuning telur
kurang, kadang-kadang terdapat bercak noda, tapi belum menimbulkan kerusakan
yang berat. Lebar ruang udara sekitar 0,75 mm (Sarwono, 1994).
 Mutu kelas 4 (C Quality). Telur kelas ini kulitnya tetap bersih, tidak retak, tidak
berlubang dan tidak pecah. Ruang udara sudah sangat lebar, yaitu lebih dari 0,99
mm. Kuning telur sudah mulai encer, warna kurang dan ukuran terlihat besar, bila
dimakan telur terasa hambar (Sarwono, 1994)

2.7. Indeks albumen


Menurut Buckle et al. (1978), indeks albumen bervariasi antara 0,054 sampai
dengan 0,174. Apabila telur disimpan, makin lama indeks albumen akan menurun dan
semakin kecil, ini disebabkan karena putih telur semakin encer

2.8.Indeks yolk
Indeks kuning telur yang baik berkisar antara 0,40 sampai 0,42, apabila telur terlalu
lama disimpan, maka indeks yolk menurun menjadi 0,25 atau kurang. Hal ini disebabkan
kuning telur semakin encer dan semakin lebar telurnya yang baru mempunyai indeks yolk
sebesar 0,30 sampai dengan 0,50 (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). H.

2.9. Warna yolk


Warna kuning telur ditentukan oleh pigmen xantofil yang berasal dari pakan,
terutama jagung kuning. Pigmen tersebut diserap usus, selanjutnya diangkut dan disimpan
dalam kuning telur. Faktor lain yang menentukan warna yolk adalah strain, coccidiosis
dan stress. Telur yang dihasilkan oleh ayam berproduksi tinggi bagian kuning telurnya
berwarna lebih muda dibandingkan telur yang berasal dari ayam berproduksi rendah,
karena pigmen yang diperoleh dari pakan dibagikan merata pada sejumlah telur yang
dihasilkan (Sarwono, 1994)
2.10. Rongga udara
Rongga udara berguna sebagai tempat memberi udara sewaktu embrio bernafas.
Makin lama kantong udara, umur telur relatif makin lama. Membesarnya rongga udara
disebabkan oleh menguatnya air di dalam isi telur (Sarwono, 1994). Bertambah besarnya
rongga udara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tekstur kerabang, temperatur
serta kelembaban lingkungan (Indratiningsih, 1996).

2.11. Haugh Unit (HU)


Haugh Unit (HU) digunakan untuk menentukan kualitas telur yang menyatakan
hubungan antara berat telur dengan tinggi albumen (Card and Nieshein, 1975). HU
dinyatakan dengan rumus:
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 W 0,37)

Keterangan: H = tinggi albumen kental (mm)


W = berat telur (gram) (Card and Neishein, 1975).

Berdasarkan HU, menurut Sarwono, (1994) Dikutip dari Munawaroh, Naimatun., (2010)
kualitas albumen dapat digolongkan menjadi empat, yaitu :
 (AA) highest untuk HU diatas 72,
 (A) high untuk HU antara 60 sampai 72,
 (B) intermediate jika HU antara 31 sampai 60 dan
 (C) low untuk HU di bawah 31

BAB III
METODEOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Tanggal 31 Oktober 2018, pelaksanaan praktikum dilakukan di Laboratorium FKH
Undana.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang di gunakan saat praktikum adalah :
3.2.1 Alat
Timbangan analitik
Jangka sorong
Cawan petri
Alat peneropongan listrik
3.2.2 Bahan
2 butir telur segar
Air putih
Garam

3.3 Metode
3.3.1 Pemeriksaan sebelum telur di buka :
 Pemeriksaan Organoleptik
- Melakukan pemeriksaan pada warna kulit telur, bentuk telur, permukaan telur
secara kasat mata tanpa alat bantu.
- Menimbang berat telur sebelum dibuka menggunakan timbangan analitik.
- Melakukan pemeriksaan menggunakan peneropongan listrik untuk
mengetahui adanya darah, embrio yang tumbuh dalam telur.
 Pemeriksaan kantung hawa
- Melakukan pemeriksaan kantung hawa menggunakan peneropongan listrik.
 Perendaman telur pada air garam
- Melakukan perendaman telur pada larutan air garam untuk mengetahui
kualitas telur tersebut.

3.3.2 Pemeriksaan setelah telur di buka:


 Pemeriksaan kantung hawa pada bagian dalam telur.
 Menghitung indeks putih telur menggunakan jangka sorong.
 Menghitung indeks kuning telur menggunakan jangka sorong.
 Menghitung haugh unit kualitas telu bagian dalam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Fisik Telur
1. Pemeriksaan Organoleptik
No Gambar Keterangan
1.  Warna : coklat
 Bentuk : Oval
 Permukaan : Halus
 Hasil peneropongan : tidak ada bercak
darah dan embrio pada telur.

2. Pemeriksaan Kantong Hawa


No Gambar Keterangan
1.  Tinggi kantong hawa : 0,35 cm
 Diameter kantong hawa : d1 (2,66
cm); d2 (2,60 cm).
𝑑1𝑥𝑑2
 Rata – rata diameter : = 2,63 cm
2

3. Perendaman telur pada air garam 10%


No Gambar Keterangan
1.

Telur tenggelam di dalam air garam

4.1.2 Pemeriksaan Fisik Telur Setelah Dibuka


1. Pemeriksaan Kantong Hawa
No Gambar Keterangan
1.  Tinggi kantong hawa : 0,45 cm
 Pemeriksaan tinggi kantong hawa
berkaitan dengan grade telur.
 Diameter: d1(1,95 cm); d2 (1,97 cm).
𝑑1𝑥𝑑2
 Rata – rata diameter : = 1,96 cm
2

2. Indeks Putih Telur


Nilai indeks putih telur didapatkan dengan cara melakukan pengukuran diameter
dan tinggi putih telur pada putih telur kental menggunakan jangka sorong. Hasil yang
didapat adalah sebagai berikut :
 Tinggi putih telur : 0,51 cm
 Diameter putih telur : d1 (8,52 cm); d2 (9,88 cm)
𝑑1𝑥𝑑2
 Rata – rata diameter : = 9,2 cm
2
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
 Indeks Putih Telur = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 (𝑑1+𝑑2)
0,51 𝑐𝑚
 Indeks Putih Telur = 9,2 𝑐𝑚

 Indeks Putih Telur = 0,05 cm


Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai indeks putih telur adalah 0,05
cm. Nilai indeks putih telur masih masuk dalam standar normal, dimana nilai
normal indeks putih telur adalah 0,050 – 0,176.

3. Indeks Kuning Telur


Komponen yang digunakan untuk mengukur indeks kuning telur adalah
perbandingan tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
 Tinggi kuning telur: 1,35 cm
 Diameter kuning telur : 4,30 cm
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
 Indeks Kuning Telur = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
1,35 𝑐𝑚
 Indeks Kuning Telur = 4,30 𝑐𝑚
 Indeks Kuning Telur = 0,31 cm
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai indeks kuning telur adalah 0,31
cm. Nilai indeks kuning telur masih masuk dalam standar normal, dimana nilai
normal indeks kuning telur adalah 0,33 – 0,52 cm.

4. Perendaman dengan Air Garam 10%


Perendaman telur dengan air garam dilakukan untuk mengetahui kualitas telur.
Prinsip yang digunakan pada perendaman telur adalah, sebagai berikut :
 Telur mengambang : kantong hawa besar dan kalitas telur kurang baik.
 Telur tenggelam : kantong hawa kecil dan kualitas telur baik.
Hasil yang didapatkan dari perendaman adalah telur tenggelam. Hal ini sesuai
dengan hasil pengukuran kantong hawa yang kecil dan menandakan bahwa kualitas
telur baik.
5. Haugh Unit
Pengkuran haugh unit adalah suatau pengukuran kualitas telur bagian dalam yang
didapat dari hubungan antara tinggi putih telur dan bobot telur. Berdasarkan hasil
pengukuran, tinggi putih telur adalah 0,51 cm dan bobot telur sebesar 64,5 gram.
Pengukuran Haugh Unit dapat dilakukan dengan rumus, sebagai berikut :

Keterangan :
H : tinggi telur (mm)
W : berat telur (gram)
Hasil perhitungan Haugh Unit (HU) :
HU = 100 log (5,1 mm + 7,57 – 1,7 x 64,50,37)
HU = 100 log (5,1 mm + 7,57 – 1,7 x 4,67)
HU = 100 log (12,67 – 7,93)
HU = 100 log (4,74)
HU = 67,5
Jadi berdasarkan hasil perhitungan Haugh Unit, didapatkan hasil yaitu besaran
haugh unit 67,5.
4.2 Pembahasan
1. Pemeriksaan Organoleptik
Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptik, didapatkan bahwa telur ayam berwarna
coklat, berbentuk oval, memiliki permukaan yang halus dan pada saat diteropong tidak
terdapat adanya bercak dan embrio di dalam telur. Hasil ini sesuai dengan SNI 01-3926-
2006 yang menyatakan bahwa :
 Bentuk telur yang baik adalah proporsional, tidak benjol-benjol, tidak terlalu lonjong
dan tidak terlalu bulat.
 Warna kulit telur yang baik adalah coklat karena kulit telur yang berwarna coklat
relative lebih tebal dibandingkan dengan kulit telur berwarna putih. Hal ini dapat
memiminimalisir masuknya mikroorganisme dari luar. Ketebalan kulit telur berwarna
coklat rata-rata adalah 0,51 mm, sedangkan kulit telur berwarna putih adalah 0,44 mm.
 Tekstur kulit telur yang halus serta keadaaan kulit telur yang utuh menandakan mutu
telur baik.
2. Pemeriksaan Kantong Hawa setelah Telur Dibuka
Berdasarkan hasil pengukuran, tinggi kantong hawa adalah 0,45 cm. Dan diameter
kantong hawa adalah 1,96 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa telur ayam masih tergolong
dalam telur ayam segar atau umur penyimpanan masih baru (grade AA). Hal ini sesuai
dengan grade telur menurut BSN (2008) yaitu a). grade AA, memiliki tinggi telur 0,3 cm,
b). grade A, memiliki tinggi telur 0,6 cm, c). grade B, memiliki tinggi telur 0,75 cm, dan
d). grade c, memiliki tinggi telur > 0,75 cm.
3. Pemeriksaan Indeks Putih Telur
Indeks putih telur merupakan perbandingan tinggi albumin kental dengan diameter
putih telur kental. Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan, didapatkan nilai indeks
putih telur yaitu 0,05 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa indeks putih telur ayam yang
diperiksa termasuk dalam indeks putih telur normal jika dilihat menurut BSN (2008) yaitu
berkisar antara 0,050 – 0,176 cm.

4. Pemeriksaan Indeks Kuning Telur


Indeks kuning telur merupakan perbandingan tinggi kuning telur dengan diameter
kuning telur. Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan, didapatkan nilai indeks putih
telur yaitu 0,31 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa indeks kuning telur ayam yang diperiksa
lebih rendah dari standar normal jika dilihat berdasarkan standar normal yang ditetapkan
oleh BSN (2008) yaitu berkisar antara 0,33 – 0,52 cm. Makin lama telur disimpan, nilai
indeks kuning telur makin kecil akibat migrasi air (Buckle, et al., 2007).
5. Perendaman telur dengan air garam
Perendaman telur dengan air garam mendapatkan hasil telur tetap tenggelam. Hal ini
berarti bahwa tinggi/kedalaman kantong hawa belum terlalu dalam serta kualitas telur
masih baik dan masih dapat dikonsumsi.
6. Pemeriksaan Haugh Unit (HU)
Hasil perhitungan haugh unit adalah 67,5 dengan grade A jika dilihat berdasarkan
BSN (2008) yang menyatakan rataan normal perhitungan HU yaitu diberi nilai AA: >72;
A: 61-72; B: 31 – 61; dan C: <61. Hasil ini dapat menyatakan bahwa kualitas telur baik,
sesuai dengan pernyataan Rosidah (2006) dalam Sumitra et al (2012) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi putih telur, maka tinggi pula nilai Haugh Unitnya dan semakin tinggi
kualitas telurnya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan fisik telur, pengukuran dan perhitungan tinggi kantong
hawa, pengamatan telur setelah dibuka mulai dari pengukuran indeks putih telur dan
pemeriksaan haugh unit menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan rataan normal. Walaupun
pada pengukuran indeks kuning telur, nilai indeks kuning telur kurang dari rataan normal,
namun secara umum dapat disimpulkan bahwa kualitas telur masih baik dan layak
dikonsumsi. Pengukuran dan perhitungan dari berbagai aspek seperti kualitas telur ayam ras
untuk konsumsi maka dapat diambil kesimpulan bahwa telur ayam yang dijual dipasar rata-
rata dalam kondisi baik, dan layak dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Telur Ayam Konsumsi (SNI 3926:2008). Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari
Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Card, L.E. and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.
Hartono. 2012. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia. Surabaya.
Haryono. 2000. Langkah – langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Temu Teknis
Fungsional non Peneliti. Balai Peneitian Ternak : Bogor
Indratiningsih dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak Susu dan Telur. Fakultas
peternakan UGM. Yogyakarta.
Sarwono. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Jakarta (ID). Penebar Swadaya, Bandung.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 2001 . Telur Pengawetan dan Manfaatnya. Seri
Industri Kecil. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta .
Sirait,Celly. H. 2001 . Telur dan Pengolahannya . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Bogor
Steward, G .F. and J .C. Abbott. 1999. Marketing Eggs and Poultry . Third Printing . Food and
Agricultural Organization (FAO), The United Nation. Rome.
Steward, G. F. and J. C. Abbott. 1972. Marketing Eggs and Poultry. Third Printing. Food and
Agricultural Organization (FAO) the United Nation, Rome.
Sulistiati. 2003. Pengaruh Berbagai Macam Pengawet dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas
Telur Konsumsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor .
Sumarni. 2004. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan
Pertanian, ternak, Ciawi Bogor .
Sumitra PMS, Sukada IM dan Suada IK. 2012. Pengetahuan Pedagang Tradisional dalam
Penanganan Telur Ayam. Indonesia Medicus Veterinus 1 (5): 657 – 673. ISSN : 2301 – 784
LAMPIRAN

Pengukuran diameter kantong hawa Hasil penimbangan telur


sebelem pembukaan telur

Pengamatan telur setelah dibuka Pengukuran diameter putih telur

Pengukuran diameter kuning telur roses perendaman telur pada air garam

Anda mungkin juga menyukai