Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS AKULTURASI KEBUDAYAAN ANTARA MASYARAKAT

TRANSMIGRAN DENGAN MASYARAKAT LOKAL

Lukman Firdaus, Yohanes Bahari, Imran


Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak
Email : luck.firdaus@gmail.com

Abstract
The objective of this research was to know the Acculturation of Culture between
Transmigrant Communities with Local Communities in Desa Tunggal Bhakti Kecamatan
Kembayan Kabupaten Sanggau. This research uses descriptive qualitative approach
method. The techniques of data collection observation, interviews, and documentation.
The research instruments were the directive of observation, directive of interview, and the
documentation tools. The research showed the Acculturation in the form of social
organization has been mixed, because social organization carries the name of an ethnic but
its membership has mixed up. Caused by several factors namely marriage, inheritance of
membership and religion.Acculturation in the form of livelihood in the form of livelihood
change, job change and cooperation among tribes. Changes in the system of the shift of
the Dayak agricultural system from cultivation of dry field to wet field, changes in the
work of the Javanese became better and can be rubber gardening, and inter-tribal
cooperation on the activities pengarih or sambetan. Acculturation Language in the form of
Javanese language blend Dayak people can speak Java and vice vers. Acculturation of
Arts in the form of participation and enthusiasm of citizens towards Javanese arts (Kuda
lumping) and the original art of Dayak tribe (Tari Perang)
Keyword : Acculturation, Culture, Ethnic, Javanese, Dayak

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial maka diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa
pasti terjadi interaksi yang intensif antara warga menyebabkan hilangnya kepribadian
transmigran dengan penduduk lokal dan akan kebudayaan itu sendiri”.
terjadi adaptasi oleh kelompok pendatang atas Menurut C. Kluckhom dalam ( Soerjono
kebudayaan setempat di tempat tinggal baru. Soekanto) bahwa, Tujuh unsur kebudayaan
Dengan kata lain, terjadi pembauran atau yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu:
akulturasi kebudayaan. Pembauran atau (1) Pakaian, perumahan, alat-alat rumah
akulturasi, sesuai dengan pendapat yang tangga, senjata, alat-alat produk, transpor, dan
dikemukakan oleh Koentjaraningrat sebagainya. (2) Mata pencaharian hidup dan
(2000:247), ia berpendapat bahwa “ Akulturasi sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai sistem produksi, sistem distribusi, sistem
proses pencampuran dua kebudayaan atau distribusi dan sebagainya). (3) Organisasi
lebih. Dalam akulturasi atau acculturation atau sosial (sistem kekerabatan, organisasi politik,
culture contact diartikan oleh para sarjana sistem hukum, sistem perkawinan). (4)
antropologi mengenai proses sosial yang timbul Bahasa (lisan maupun tertulis). (5) Kesenian
bila suatu kelompok manusia dengan suatu (Seni rupa, seni suara, seni gerak, dan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur- sebagainya). (6) Sistem pengetahuan. (7)
unsur dari suatu kebudayaan asing dengan Religi (sistem kepercayaan). C. Kluckhom
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur dalam ( Soerjono Soekanto, 2012 : 154)
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan

1
2

Provinsi Kalimantan Barat merupakan merupakan etnis lokal yang telah lama
salah satu tujuan para transmigran dan mendiami desa tersebut bahkan sebelum desa
pemerintah juga telah menyiapkan beberapa tersebut menjadi desa transmigrasi, dan ada
desa menjadi tempat untuk dijadikan desa juga etnis jawa yang mana menjadi etnis
transmigrasi. Seperti Desa Tunggal Bhakti yang pendatang desa tersebut dan sekarang menjadi
telah dijadikan desa transmigrasi sejak tahun etnis mayoritas disana.
1980. Desa tersebut sekarang telah dihuni Dari hasil pra riset didapati data jumlah
beberapa etnis seperti etnis dayak yang penduduk berdasarkan etnisnya sebagai berikut:
:

Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Etnis Desa Tunggal Bhakti

Jenis Kelamin
No Etnis Laki-Laki Perempuan

1 Dayak 81 Orang 58 Orang


2 Melayu 6 Orang 17 Orang
3 Jawa 832 Orang 769 Orang
4 Sunda 25 Orang 15 Orang
5 Minang 4 Orang
6 Tionghoa 2 Orang
7 Batak 3 Orang
Jumlah 949 orang 863 orang

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa Bhakti Kecamatan Kembayan Kabupaten


jumlah penduduk asli lebih sedikit Sanggau”.
dibandingkan dengan penduduk pendatang,
yang mana hal ini menunjukkan bahwa pasti METODE PENELITIAN
terjadi akulturasi di desa Tunggal Bhakti, Dari Berdasarkan judul, latar belakang serta
hasil wawancara dengan Bapak Kepala Desa rumusan masalah yang diteliti maka peneliti
Tunggal Bhakti, dapat dikatakan bahwa telah menggunakan metode penelitian kualitatif
terjadi beberapa pergeseran kebudayaan. Salah dengan jenis penelitian deskriptif. Dengan
satu contohnya pada awal dibentuknya demikian dalam penelitian ini, peneliti
pemekeran desa tersebut pada tahun 2008 acara menggambarkan sesuai dengan fakta-fakta
bersih desa yang dilakukan pada setiap malam 1 secara nyata. Penelitian ini dilaksanakan di
suro ditanam kepala hewan sembelihan untuk Desa Tunggal Bhakti Kecamatan Kembayan
pembuatan bundaran di desa tersebut namun Kabupaten Sanggau. Oleh karena itu, lokasi
sekarang penanaman kepala hewan sudah penelitian dalam penelitian ini berdasarkan
ditiadakan tempat berlangsungnya kegiatan sehari-hari
Atas dasar penjelasan di atas peneliti yang berkaitan dengan akulturasi empat unsur
tertarik untuk meneliti tentang Bagaimana budaya yaitu organisasi sosial, mata
Akulturasi Kebudayaan (dalam hal organisasi pencaharian, bahasa, dan kesenian serta alamat
sosial, mata pencaharian, bahasa, dan kesenian) dari informan yang diteliti. Penelitian kualitatif
yang terjadi di Desa Tunggal Bhakti antara sebagai human instrument. Jadi, instrumen
masyarakat transmigran (Suku Jawa) dengan penelitan ini adalah peneliti itu sendiri,
masyarakat lokal (Suku Dayak). Adapun judul sehingga semuanya ditentukan oleh peneliti.
penelitian ini adalah“ Analisis Akulturasi Sumber data primer ini didapat oleh peneliti
Kebudayaan Antara Masyarakat Transmigran yang dijadikan informan dalam penelitian ini
dengan Masyarakat Lokal di Desa Tunggal adalah warga suku dayak dan warga suku jawa
di Desa Tunggal Bhakti sebagai sampel diambil
3

tiga orang suku dayak dan tiga orang suku jawa. dari simpang Desa Tunggal Bhakti sedang ada
Sumber data sekunder diperoleh peneliti dari kegiatan paguyuban Tri Wulan yaitu paguyuban
studi kepustakaan yang meliputi dokumentasi, gabungan kecamatan kembayan. Disana peneliti
jurnal penelitian, buku-buku referensi yang menemui ada bapak nanang pada kegiatan
mendukung serta penelitian-penelitian yang tersebut. Bapak nanang merupakan anggota
terdahulu. Pengumpulan data dalam penelitian paguyuban Kresno Manunggal. Pada kegiatan
ini akan digunakan beberapa teknik diantaranya ini terlihat ada beberapa warga suku bukan jawa
: observasi, wawancara, studi dokumentasi. seperti Suku dayak dan suku melayu karena
Adapun alat-alat pengumpul data yang memang diundang.
digunakan dalam penelitian ini yaitu : panduan Dilihat dari pertanyaan Apa Organisasi
observasi, panduan wawancara, alat sosial yang ada di Desa Tunggal Bhakti,
dokumentasi. Jadi dalam penelitian ini informan yang bernama Lidya Ningsih (Warga
menggunakan alat-alat dokumentasi yaitu : Suku Dayak) (wawancara tanggal 14 Januari
catatan lapangan, kamera dan tape recorder. 2017 dirumah Lidya Ningsih pukul 10.00)
Analisis data dilakukan selama proses menyatakan bahwa“Arisan Keluarga, ini
penelitian yaitu reduksi data, display data dan dilakukan sebulan sekali, dari garis keturunan
mengamati kesimpulan. Kemudian butir-butir ibu. Ya bisa dibilang formalah soalnya ada
kesimpulan diverifikasi agar menjadi lebih ketua, ada bendaharanya kayak gitulah. Dan
valid. Menurut Sugiyono (2014: 366) uji saya kadang mengajak suami saya biar tau lah
keabsahan data dalam penelitian kualitatif gimana adat kami”. Selanjutnya informan yang
meliputi “uji credibility (validitas internal), bernama Ahun (Warga Suku Dayak)
transferability (validitas eksternal), (wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah
dependability (reliabilitas), dan confirmability jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “arisan
(objektivitas)”. keluarga, yang keanggotaannya diambil dari
garis keturunan Ibu, diadakan satu bulan sekali
HASIL DAN PEMBAHASAN di rumah saudara yang kena cabut undi bulan
PENELITIAN kemaren”. Selanjutnya informan yang bernama
Hasil Penelitian Jirun (Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal
Pada tanggal 17 Januari 2017 di kediaman 17 Januari 2017 dirumah Jirun pukul 13.00)
bapak ‘Julianus Jirun Pada pukul 13.00 peneliti menyatakan bahwa “Arisan keluarga, seperti
sedang mewawancarai keduanya (bapak jirun yang dikatakan bapak ahun tadi”. Selanjutnya
dan bapak ahun) ketika itu mereka informan yang bernama Surimah (Warga Suku
membicarakan tentang arisan keluarga, bapak Jawa) (wawancara tanggal 24 Januari 2017
ahun menanyai mengapa bapak jirun tidak dirumah Surimah pukul 10.00) menyatakan
mengikuti arisan keluarga bulan lalu (bulan bahwa “Kayak perkumpulan ya, itu ada Majelis
desember) maka dijawab oleh bapak jirun ia Taklim, Paguyuban, dan Arisan”.
mengikuti arisan keluarga dari pihak keluarga Selanjutnya.informan yang bernama Nanang
istrinya yang terjadi di desa Pengadang (Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 25
Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Januari 2017 dirumah Nanang pukul 08.00)
sekitar 20 Km dari desa Tunggal Bhakti, menyatakan bahwa “Paguyuban krisna
sedangkan arisan bulan lalu (bulan desember) Manuggal, paguyuban Pasundan”.Selanjutnya
arisan dari pihak mereka (bapak Jirun dan informan yang bernama Supranto (Warga Suku
Bapak Ahun) dilakukan di Desa Muara Ilai Jawa) (wawancara tanggal 26 Januari 2017
kecamatan kembayan dan diwaktu yang dirumah Supranto pukul 09.00) menyatakan
bersamaan jadi bapak jirun memilih mengikuti bahwa “Paguyuban Banyumasan, Paguyuban
yang di Pengadang karena dari pihak istrinya Krisna Manunggal”.
sudah tiga kali tidak mengikuti arisan tersebut. Pertanyaan berikutnya yaitu Apakah anda
Pada tanggal 20 Januari 2017, pukul mengikuti sebuah organisasi sosial yang ada di
19.30 – 21.00 dikediaman bapak Sudiarto di desa ini informan yang bernama Lidya Ningsih
Desa Kembayan yang jaraknya sekitar 7 Km (Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal 14
4

Januari 2017 dirumah Lidya Ningsih pukul disepakati sewaktu pertemuan sebelumnya.
10.00) menyatakan bahwa “saya mengikuti, tapi Biasanya saya ajak mantu saya yang suku
kalo sempatlah, hitung-hitung untuk Dayak”.
mempererat tali silaturahmi”. Selanjutnya
informan yang bernama Ahun (Warga Suku Akulturasi Kebudayaan berupa Mata
Dayak) (wawancara tanggal 17 Januari 2017 Pencaharian
dirumah jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa Hasil Observasi
“saya mengikuti organisasi sosial ini, saya juga Pada tanggal 17 Januari 2017, pada pukul
merupakan ketua dari arisan keluarga saya, kan 10.00 – 10.30, Peneliti berkeliling desa Tunggal
setiap orang dayak berbeda – beda Bhakti dan ditemui banyaknya sawah-sawah,
perkumpulannya kadang saya menghadiri dua kebun karet, dan kebun sawit. Di sekitar
arisan satu bulannya karena istri saya juga ikut halaman rumah warga ada yang mempunyai
arisan ini, ya kalau dekat ya ikut kalau lagi kolam, ada yang mempunyai kebun.
capek ndak ikut lah”. Selanjutnya informan Pada tanggal 24 Januari 2017, pada pukul
yang bernama Jirun (Warga Suku Dayak) 10.00 saat peneliti mengunjungi kediaman ibu
(wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah surimah, peneliti diajak menuju sawah yang
Jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “Ikut, sedang panen dan ada kegiatan pengarih
kadang-kadang malah satu bulan dua kali (bahasa dayak) atau sambetan (bahasa jawa)
karena dari pihak istri kan lain lagi kelompok atau gotong royong saat panen padi. Disana
arisannya, kayak bulan kemarin saya ikut arisan peneliti menemui kerjasama antarsuku karena
yang dari pihak istri. Kalau ada yang mau nikah pada kegiatan gotong royong ini ada beberapa
dari anggota kita masing-masing bawa ayam suku dayak disana yang ikut bekerja.
seekor, untuk dikasi ke yang mau nikah tadi. Pada pagi hari tanggal 25 Januari 2017,
Kalau acara arisan tu pasti makan-makan bah pukul 06.00 ibu surimah mulai mempersiapkan
ya paling uang arisan tu dipakai untuk beli dagangan beliau. Peneliti melihat beliau sedang
makanan, kan rumah selanjutnya sesuai cabut melayani seorang anak kecil yang membeli
undi bulan kemarin. Dah dia dapat uang dia lagi ayam. Beliau melayaninya dengan baik dengan
yang nyiapkan tempat sama makannya gitu berbahasa jawa.
bah”. Selanjutnya informan yang bernama Pada Tanggal 28 Januari 2017, pada pukul
Surimah (Warga Suku Jawa) (wawancara 05.00, di Desa Tunggal Bhakti Peneliti melihat
tanggal 24 Januari 2017 dirumah Surimah beberapa pedagang keliling mulai bersiap-siap
pukul 10.00) menyatakan bahwa “Mengikuti dengan motornya dan dagangan yang akan
majelis taklim, setiap hari selasa dan jum’at dibawa ke beberapa desa. Karena setiap
untuk hari selasa itu untuk istighosah, jika hari pedagang sayur keliling ini berbeda-beda
jum’at untuk dzikir”. Selanjutnya.informan kampung yang dimasuki mereka. Termasuk
yang bernama Nanang (Warga Suku Jawa) peneliti menemui pak de Supranto menyiapkan
(wawancara tanggal 25 Januari 2017 dirumah dagangannya dan hari ini dia bilang mau ke
Nanang pukul 08.00) menyatakan bahwa “ Iya, desa Serangkang.
Paguyuban Krisna Manunggal bukan di desa ini
saja sih, tapi se-kecamatan kembayan. Kita Hasil Wawancara
perkumpulan jawa dan sunda tapi tidak jarang Dilihat dari pertanyaan Apa pekerjaan
ada suku lain karena terwariskan anda sekarang, informan yang bernama Lidya
keanggotaannya”. Selanjutnya informan yang Ningsih (Warga Suku Dayak) (wawancara
bernama Supranto (Warga Suku Jawa) tanggal 14 Januari 2017 dirumah Lidya Ningsih
(wawancara tanggal 26 Januari 2017 dirumah pukul 10.00) menyatakan bahwa “ya gini lah,
Supranto pukul 09.00) menyatakan bahwa “ kalo pagi noreh nanti dah anak pergi sekolah
ikut yang paguyuban Banyumasan, kita baru buka warung. Kadang bapak yang noreh.
pertemuannya satu bulan sekali setiap tanggal Kebun sawit pun ada sikit lah”. Selanjutnya
10, tapi terkadang dimajukan atau dimundurkan informan yang bernama Ahun (Warga Suku
tergantung yang buat acara, dan tempatnya Dayak) (wawancara tanggal 17 Januari 2017
5

dirumah jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa Selanjutnya informan yang bernama Jirun
“saya bertani, ada sawah, ada kebun karet. Saya (Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal 17
juga dipercayai warga menjadi kepala dusun Januari 2017 dirumah Jirun pukul 13.00)
kaliketanan ini dan menjadi tetua adat dayaknya menyatakan bahwa “Pernah lah, kan waktu
dari tahun 2000 sampai 2016 ini lah kau itung pengarih ndak pandang suku, siapa yang punya
sendirilah berapa tahun tu, sekarang saya sudah sawah disitu wajib ikut, mau jawa, mau batak,
mengajukan surat pergantian kepada pak kepala mau sunda semua sama saja”. Selanjutnya
desa ndak tau lah ditanggapinya ndak, udah informan yang bernama Surimah (Warga Suku
beberapa kali saya ngajukan surat tu masih juga Jawa) (wawancara tanggal 24 Januari 2017
ndak ditanggapinya. Capek bah udah 16 tahun dirumah Surimah pukul 10.00) menyatakan
ndak diganti-ganti”. Selanjutnya informan yang bahwa “kerjasamanya sama orang kembayan,
bernama Jirun (Warga Suku Dayak) yang nyetok ayam potong kalau ayamnya si sur
(wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah (nama anaknya) sudah habis”.
Jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “Saya Selanjutnya.informan yang bernama Nanang
bertani, ada sawah, kebun karet. Kalo sawit (Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 25
ndag mampu mahal biayanya. Saya juga bantu- Januari 2017 dirumah Nanang pukul 08.00)
bantu pak Ahun ngurus sanggar tari ini”. menyatakan bahwa “Pernah, kerjasama itu ga
Selanjutnya informan yang bernama Surimah pandang suku ya. Saya juga menjual
(Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 24 dagangankan kedaerah serangkang, senaning
Januari 2017 dirumah Surimah pukul 10.00) pokok daerah atas (perkampungan dayak)”.
menyatakan bahwa “Dagang ayam cumanya Selanjutnya informan yang bernama Supranto
jam segini ya udah habis, dan sembako ini (Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 26
saja”. Selanjutnya.informan yang bernama Januari 2017 dirumah Supranto pukul 09.00)
Nanang (Warga Suku Jawa) (wawancara menyatakan bahwa “Ya pernah, ini sayur
tanggal 25 Januari 2017 dirumah Nanang pukul terkadang kan ngambil dari pekebun-pekebun
08.00) menyatakan bahwa “ Dagang Keliling, yang ada di desa Tunggal Bhakti ini, kan
buat kerupuk, jualannya seperti kerupuk ini dan mereka ada yang jawa ada yang Dayak”.
kadang-kadang bawa dagangan lain juga”. Pertanyaan berikutnya yaitu apakah ada
Selanjutnya informan yang bernama Supranto perubahan pekerjaan akibat pengaruh dari
(Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 26 tempat tinggal ataupun hal lainnya informan
Januari 2017 dirumah Supranto pukul 09.00) yang bernama Lidya Ningsih (Warga Suku
menyatakan bahwa “Pedagang sayur keliling”. Dayak) (wawancara tanggal 14 Januari 2017
Pertanyaan berikutnya yaitu Apakah anda dirumah Lidya Ningsih pukul 10.00)
pernah bekerjasama dengan suku lain informan menyatakan bahwa “Ya semenjak ada orang
yang bernama Lidya Ningsih (Warga Suku tran kan dijatah tu tanahnya jadi kita udah ndak
Dayak) (wawancara tanggal 14 Januari 2017 beladang kalo beladangkan pindah-pindah ya
dirumah Lidya Ningsih pukul 10.00) ganti besawah orang-orang tu. Kalo sawit
menyatakan bahwa “kerjasamanya ya jual sinipun bukan dari penduduk bah, tapi ada
karet, jual sawit ini pun bukan liat sukunya, tapi sebagian punya penduduk kebanyakan sih
liat siapa yang paling berani ngambil mahal di perusahaan”. Selanjutnya informan yang
situ kita jual”. Selanjutnya informan yang bernama Ahun (Warga Suku Dayak)
bernama Ahun (Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah
(wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “ada
jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “iya, beberapa sistem yang berubah misalnya waktu
karena saat pengarih (gotong royong) tu kita dulu kita berladang dilahan kering sekarang
ndag pandang suku mau jawa, mau melayu, karena mereka (suku Jawa) datang dan
mau dayak, yang punya lahan disitu kita garap tanahnya telah dijatah pemerintah ya kita
sama-sama, nanti dah lahan kita selesai lahan beralih ke sawah (lahan basah). Itu jag sih yang
mereka lagi, gantian. Pengarih ni berlaku dari berubah kalo dari sisi pertaniannya Tapi lahan
mulai mau tanam padi sampai ke panennya”. basah (Sawah) ini justru lebih berdampak
6

positif, karena lebih efisien, pengerjaannya Bahasa Jawa ibu Lidya juga melayaninya
cepat, kalo ahan keringkan ladangnya mau dengan bahasa jawa. Pada pukul 11.05- 12.00
dibakar dulu, dah itu baru ditugal, eh lama lah saat masa pulang berladang ada beberapa
pokoknya lebih enak lahan basah. Tapi ada kelompok petani yaitu yang bersuku dayak
tradisi yang hilang saat ini yaitu perang arang datang dan bercengkrama didepan warung ibu
saat pengarih. Ya jadi kita saat pengarih tu lidya dengan menggunakan bahasa dayak dan
lepas dah habis nugal kan ada arang bekas ditanggapi dengan baik oleh ibu lidya dengan
bakaran tu nah tu diambil terus dicolek kemuka bahasa dayak. Saat Suaminya pulang bekerja
kawan habis hitam muka kita”. Selanjutnya juga ibu lidya juga sempat berbicara bahasa
informan yang bernama Jirun (Warga Suku sunda.
Dayak) (wawancara tanggal 17 Januari 2017 Pada tanggal 17 Januari 2017, di
dirumah Jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa kediaman Bapak Jirun, saat peneliti akan
“ ya seperti yang dikatakan bapak ahun tadi, berpamitan pulang peneliti melihat bapak ahun
pergantian ladang ke sawah. itu saja sih yang menyapa seseorang ibu – ibu bersuku jawa
saya tahu” Selanjutnya informan yang bernama dengan bahasa jawa Bapak Ahun menyapa ibu
Surimah (Warga Suku Jawa) (wawancara tersebut dari teras agak berteriak “badhe tindak
tanggal 24 Januari 2017 dirumah Surimah pundi bu de “.
pukul 10.00) menyatakan bahwa “kalau
perubahan ya contohnya saya tetap dagang, Hasil Wawancara
hanya saja jika di sinikan lebih mudah, kita Dilihat dari pertanyaan Apa bahasa
skala kecil saja untuk masyakat desa, kalau ada yang anda gunakan saat berinteraksi dengan
acara, misalnya mau tahun baru, dekat-dekat masyarakat yang berbeda suku, informan yang
lebaran sama natal biasanya di tambah bernama Lidya Ningsih (Warga Suku Dayak)
jumlahnya”. Selanjutnya. informan yang (wawancara tanggal 14 Januari 2017 dirumah
bernama Nanang (Warga Suku Jawa) Lidya Ningsih pukul 10.00) menyatakan bahwa
(wawancara tanggal 25 Januari 2017 dirumah “saya bisa bahasa jawa, ya kalau orang ngajak
Nanang pukul 08.00) menyatakan bahwa “Jelas ngomong jawa ya pake bahasa jawa, kayak
berubah mas, hidup di Kalimantan ini asal mau sama si bapak ya saya kadang pakai bahasa
begerak jadi duit, peluangnya lebih mudah sunda”. Selanjutnya informan yang bernama
dibanding di Jawa” . Selanjutnya informan yang Ahun (Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal
bernama Supranto (Warga Suku Jawa) 17 Januari 2017 dirumah jirun pukul 13.00)
(wawancara tanggal 26 Januari 2017 dirumah menyatakan bahwa “ Saya bisa berbahasa jawa,
Supranto pukul 09.00) menyatakan bahwa “ Bahasa Jawa kasar lah,Bahasa halusnya pun
ndak tau kalau orang lain ya, tapi kalau saya sih bisa ya tapi sedikit-sedikit ,ya kalo suku lain
ada perubahan, soalnya kalau di kalimantan macam melayu, batak saya pakai bahasa
rasanya jualannya lebih gampang ketimbang indonesia karena ndak tau bahasa mereka”.
bertani waktu di Jawa dulu”. Selanjutnya informan yang bernama Jirun
(Warga Suku Dayak) (wawancara tanggal 17
Akulturasi Kebudayaan berupa Bahasa Januari 2017 dirumah Jirun pukul 13.00)
Hasil Observasi menyatakan bahwa “Pakai bahasa Indonesia
Pada tanggal 14 januari 2017, di kediaman saja, ya tapi kadang kalo ketemu orang jawa
ibu Lidya Ningsih, pada pukul 10.00 -11.00, bisa lah bahasa jawa sedikit-sedikit”.
peneliti menemukan bahwa terdapat unsur Selanjutnya informan yang bernama Surimah
akulturasi bahasa yang terjadi yaitu pertama (Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 24
saat peneliti baru berkunjung ke kediamannya Januari 2017 dirumah Surimah pukul 10.00)
peneliti membeli jajanan diwarung miliknya menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia, saya
dengan menggunakan bahasa indonesia dan ndak bisa bahasa dayak, ya paling mereka yang
ditanggapi dengan baik oleh ibu Lidya Ningsih pakai bahasa Jawa” Selanjutnya.informan yang
ini. Kemudian beberapa saat ada orang bersuku bernama Nanang (Warga Suku Jawa)
Jawa membeli galon dengan menggunakan (wawancara tanggal 25 Januari 2017 dirumah
7

Nanang pukul 08.00) menyatakan bahwa “ya Tapi kadang-kadang jag lah”. Selanjutnya
itu tadi lihat teman bicara juga, lebih sering informan yang bernama Jirun (Warga Suku
bahasa indonesia tapi pakai bahasa dayak Dayak) (wawancara tanggal 17 Januari 2017
sedikit-sedikit bisa, karena sering naik sih dirumah Jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa
(pergi ke perkampungan dayak)”. Selanjutnya “ Tidak ada, Kalau tari perang hanya diikuti
informan yang bernama Supranto (Warga Suku oleh orang kita saja. kalo kuda lumping tu
Jawa) (wawancara tanggal 26 Januari 2017 katanya sih ada orang dayak ikutan. Tapi kalau
dirumah Supranto pukul 09.00) menyatakan Partisipasi sebatas jadi penonton sih banyak
bahwa “saya pakai bahasa Indonesia, tapi kalau orang jawa yang suka sama tarian perang ini”.
diajak ngomong dayak ya bisa lah sedikit- Selanjutnya informan yang bernama Surimah
sedikit. Kita ngomong dayak tu biasanya untuk (Warga Suku Jawa) (wawancara tanggal 24
bertegur sapa saja, kayak mereka negur kan Januari 2017 dirumah Surimah pukul 10.00)
biasanya pakai bahasa jawa, tapi nanti kalo dah menyatakan bahwa “kalau suku jawa di sini ada
ngomong pakai bahasa Indonesia”. kuda lumping kalau suku dayak ada tari Dayak
tu, disanggar pak Ahun” Selanjutnya.informan
Akulturasi Kebudaya Berupa kesenian yang bernama Nanang (Warga Suku Jawa)
Hasil Observasi (wawancara tanggal 25 Januari 2017 dirumah
Pada tanggal 17 januari 2017, pada Nanang pukul 08.00) menyatakan bahwa
pukul 13.30 di kediaman bapak Jirun. Peneliti “Biasanya kalau kita nampil (kuda lumping)
melihat rumah Bapak Jirun dindingnya dilukis ada orang beberapa orang dayak yang ikutan
dengan motif-motif dayak. ada beberapa tapi bukan anggota, sebatas persiapan panggung
ornamen suku dayak seperti perisai dan tombak. sama saat ngiringi para wayang” Selanjutnya
Pada tanggal 25 Januari 2017, pada informan yang bernama Supranto (Warga Suku
pukul 11.00 saat peneliti diajak ibu Surimah Jawa) (wawancara tanggal 26 Januari 2017
berkunjung ke rumah bapak Nanang Kemudian dirumah Supranto pukul 09.00) menyatakan
peneliti dibawa kesuatu gudang tempat bahwa “saat kita mau nampil ya mereka (orang
penyimpanan alat-alat serta perlengkapan kuda dayak) ikut partisipasi, tapi bukan dalam hal
lumping untuk melihat beberapa peralatan kuda ikut jadi wayang, jathilan, atau yang lainnya,
lumping milik perkumpulan kuda lumping tapi mereka ikut membantu saat buat panggung,
Tunas Muda. karena senang juga kali ya sama kuda
lumping”.
Hasil Wawancara
Dilihat dari pertanyaan Apakah ada Pembahasan Penelitian
kesenian yang mencampurkan unsur seni Suku Berdasarkan hasil observasi dan
Dayak dengan Suku Jawa di desa ini, informan wawancara mengenai Akulturasi organisasi
yang bernama Lidya Ningsih (Warga Suku sosial di Desa Tunggal Bhakti warga desa
Dayak) (wawancara tanggal 14 Januari 2017 mengikuti organisasi sosialnya masing karena
dirumah Lidya Ningsih pukul 10.00) ada empat organisasi sosial yang ada di desa
menyatakan bahwa “ Kalau untuk tari dayak ini, yaitu, arisan keluarga, paguyuban krisno
ndak ada orang jawa yang gabung, bukan manunggal, paguyuban banyumasan, dan
berarti penontonnya dayak semua, ada orang Majelis taklim. Akulturasi yang terjadi dalam
jawa juga yang nonton. tapi kalau kuda lumping hal organisasi sosial disini adalah walaupun
nampil tu biasanya ada lah orang dayak yang suatu organisasi sosialnya membawa suatu etnis
ikut, satu dua orang lah”. Selanjutnya informan tetapi pada kenyataannya anggota dari
yang bernama Ahun (Warga Suku Dayak) organisasi sosial tersebut membaur.
(wawancara tanggal 17 Januari 2017 dirumah Selanjutnya pembahasan akulturasi mata
jirun pukul 13.00) menyatakan bahwa “Kalau pencahari berupa perubahan beberapa pekerjaan
untuk tari perang ini semua anggotanya adalah atau sistemnya dan kerja sama antar suku di
orang suku kita (dayak) , nah kalau kuda Desa Tunggal Bhakti Kecamatan Kembayan
lumping tu biasanya ada dua tiga orang dayak. Kabupaten Sanggau berlangsung dengan baik.
8

Akulturasi mata pencaharian berupa perubahan menghormati mitra bicara denan cara
pekerjaan atau sistemnya terlihat pada saat menggeser gaya bahasa asal ke arah bahasa
peneliti berkeliling di Desa Tunggal Bhakti mitra bicara. Konvergensi dapat terwujud
sistem pertanian warga sudah menggunakan dalam bentuk aksen, dialek, pengucaan dan
lahan basah (persawahan), Menurut Bapak pemilihan kosa kata yang dipakai oleh mitra
Ahun ini terjadi akibat kedatangan para bicara. Sebaliknya, divergensi muncul karena
transmigran karena tanah telah dijatahkan pemakai bahasa menggunakan gaya bahasanya
pemerintah jadi warga suku dayak beralih dari secara konsisten karena faktor kebanggaan akan
pertanian lahan kering (Ladang) menjadi atribut kelompok sosialnya atau pengguna
pertaian lahan basah. Perubahan pekerjaannya bahasa tersebut memiliki rasa solidaritas
ialah di Jawa tidak ada kebun karet namun terhadap kelompok sosialnya yang ditandai
setelah berpindah ke Desa Tunggal Bhakti dengan penggunaan pemertahanan gaya bahasa
beberapa orang suku jawa menjadi petani asal dari pengguna bahasa tersebut.
karet.Untuk akulturasi berupa kerjasama terlihat Unsur Bahasa yang Terakulturasi disini
pada saat kegiatan Pengarih atau Sambetan ialah bahasa Jawa, namun bukan berarti
atau gotong royong saat panen padi. Semua masyarakat transmigran tidak bisa berbahasa
petani bercampur baur melakukan kegiatan ini dayak. Hanya saja tidak seperti masyarakat
baik suku Jawa, Sunda, Dayak , Melayu dan lokal yang rata-rata bisa berbahasa Jawa. Hal
lainnya bekerja sama memanen padi, taradisi ini Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak
gotong royong ini adalah milik suku dayak Nanang bahwa ia bisa berbahasa dayak karena
yang berkembang di Desa Tunggal Bhakti. ia bekerja menjual dagangannya kedaerah
Menurut Yusuf (dalam Mubrayanto perkampungan dayak. Selain itu Bapak
1988:21) menyatakan bahwa perubahan mata Supranto menambahkan bahwa ia bertegur sapa
pencaharian adalah terjadinya atau berubahnya dengan orang dayak di Desa Tunggal Bhakti ini
mata pencaharian masyarakat dari satu sistem dengan bahasa dayak walaupun saat berbicara
ke sistem lain. Perubahan tersebut terjadi nanti menggunakan bahasa Indonesia.
karena peningkatan kebutuhan, peningkatan Selanjutnya pembahasan mengenai
pengetahuan, tersedianya waktu dan akulturasi kesenian, berdasarkan data hasil
kesempatan untuk meningkatkan produktifitas. observasi ditemukan beberapa kesenian yang
Pembahasan mengenai akulturasi bahasa, ada dan masih dilestarikan di Desa Tunggal
berdasarkan data wawancara dengan tiga Bhakti yaitu dari Suku Dayak mempunyai seni
informan yang bersuku dayak dapat dikatan tari yaitu Tari Perang sedangkan dari Suku
bahwa akulturasi bahasa di Desa Tunggal Jawa mempunyai seni pertunjukan yaitu Kuda
Bhakti ini sudah baik terlihat bahwa para Lumping. Masing-masing bidang seni ini
informan dapat berkomunikasi dengan bahasa mempunyai sanggar seninya sendiri, untuk seni
Jawa. Akulturasi disini secara sederhana Tari Perang ketua sanggarnya ialah bapak
diartikan sebagai masuknya unsur kebudayaan Ahun, beliau juga menyediakan tempat serta
asing kesuatu kebudayaan, dan kebudayaan dilatih langsung oleh istri beliau. Sedangkan
asing tersebut digunakan tanpa menghilangkan untuk Seni Pertunjukan Kuda Lumping ada dua
unsur kebudayaan lamanya. Dalam hal unsur sanggar yaitu Tunas Muda (Jawa Timur) dan
bahasa masyarakat lokal memang sedikit sanggar Tirta Kencana (Banyumas). Untuk
banyak telah menguasai bahasa Jawa, Kuda Lumping ini peneliti mengambil sampel
dikarenakan saat berkomunikasi ingin pada sanggar Tunas Muda karena lebih dikenal
menghormati mitra bicara dengan menggeser warga, popularitas lebih bagus dibanding
gaya bahasa asal ke arah gaya bahasa mitra sanggar Tirta Kencana. Untuk seni pertunjukan
bicara. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kuda luping tunas muda ini dipimpin oleh
Holmes, Menurut holmes (1992: 52), fenomena bapak Mislan. Sedangkan dilihat dari sisi
konvergensi dan divergensi muncul dari adanya akulturasi memang tidak ditemukan unsur
sebuah akomodasi. Lebih lanjut akomodasi percampuran dalam kedua seni ini karena
muncul karena adanya keinginan untuk keduanya membawa kebudayaan masing-
9

masing, namun pembauran yang ditemukan sambetan. akulturasi dalam hal bahasa ialah
peneliti adalah dari antusias serta partisipasi telah terakulturasinya bahasa Jawa di desa ini,
para warga untuk kedua kesenian ini. Warga hal ini terlihat dari para informan dari suku
suku Jawa tidak hanya membanggakan Dayak bisa berbahasa Jawa ada yang bisa
kesenian kuda lumping mereka namun juga berbahasa Jawa dengan baik dan ada juga yang
mengapresiasi seni lokal yaitu seni tari perang, bisa berbahasa Jawa walaupun hanya sedikit.
begitu juga dengan warga suku dayak mereka Namun bukan berarti para masyarakat
tidak hanya membanggakan tari perang mereka transmigran tidak bisa berbahasa Dayak.
namun juga menghargai bahkan cenderung suka akulturasi dalam hal kesenian ialah berupa
dengan kesenian kuda lumping. Adanya sifat partisipasi dan antusias warga terhadap
saling menerima dan menghargai kebudayaan kesenian yang dibawa masyarakat suku Jawa
ini yang menjadi faktor terjadinya akulturasi. (kuda lumping) maupun kesenian asli Suku
Dayak (Tari Perang). Dari sifat saling
KESIMPULAN DAN SARAN menerima dan menghargai kebudayaan suku
Kesimpulan lain inilah jalan akulturasi kebudayaan terbuka.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan peneliti Saran
dalam penelitian tentang Analisis Akulturasi Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan
Kebudayaan antara Masyarakat Transmigran di atas, maka peneliti menyampaikan saran-
dengan Masyarakat Lokal di Desa Tunggal saran kepada aparatur Desa Tunggal Bhakti
Bhakti Kecamatan Kembayan Kabupaten hendaknya mendukung dan memfasilitasi
Sanggau ini dapat disimpulkan bahwa segala kegiatan warganya, Bagi Masyarakat
akulturasi kebudayaan berupa Organisasi Transmigran Suku Jawa/Sunda maupun Suku
Sosial, Mata Pencaharian, Bahasa, dan kesenian Dayak hendaknya mampu menjaga dan
antara masyarakat transmigran dengan mempertahan keharmonisan tetap menghargai
masyarakat lokal telah berjalan dengan baik. serta menghormati antar suku, dan tidak
Bentuk akulturasi dalam hal organisasi sosial bersifat membanggakan suku masing-masing
ialah walaupun organisasi sosial membawa (Primordialisme).
nama suatu etnis namun keanggotaannya telah
membaur. Pencampuran suku anggota DAFTAR RUJUKAN
organisasi sosial adalah karena beberapa faktor Holmes, janet. (1992). An Introduction to
yaitu perkawinan campur, terwarisnya Sociolinguistics. London: Longman
keanggotaan kepada anak atau menantu, dan Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu
ingin mempelajari agama. Bentuk akulturasi Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
dalam hal mata pencaharian ialah berupa Mubrayanto dkk.(1988). Islam dan
perubahan sistem mata pencaharian, perubahan Kemiskinan: Ajaran Islam Tentang
pekerjaan dan kerjasama yang terjadi antar Jaminan Kesejahteraan Sosial. Bandung:
suku. Perubahan sistem berupa beralihnya Penerbit Pustaka
sistem pertanian masyarakat suku Dayak dari Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu
pertanian lahan kering (ladang) menjadi Pengantar (Cetakan ke-44). Jakarta: PT
pertanian lahan basah (sawah), perubahan Raja Grafindo Persada.
pekerjaan suku Jawa menjadi lebih baik dan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
bisa berkebun karet yang saat di Jawa belum Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
pernah berkebun karet, dan kerja sama yang Kualitatif, dan R&D. (Cetakan ke-13).
terjadi antar suku pada kegiatan pengarih atau Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai