Kasus :
Di sebuah ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa di suatu kota terdapat pasien
gangguan jiwa bernama Ny. S pasien masuk rumah sakit jiwa karena 6 bulan yang
lalu pasien diceraikan oleh suaminya saat di lakukan pengkajian pasien asik
dengan pikirannya sendiri, tidak mau berkomunikasi dengan teman satu ruang
rawat, tidak memiliki teman , tidak ada kontak mata, tampak sedih afek tumpul
serta melakukan tindakan berulang yang tidak bermakna sama sekaligus. Diagnos
keperawatan untuk pasien yaitu Isolasi Sosial.
Pasien : Baik
Pasien : Ya
Pasien : Senang
Perawat : Bagus sekali Ny. S menjadi senang karena punya teman lagi.
Kalau begitu Ny. S ingin punya teman lagi?
Pasein : Ya
Perawat : Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain,
yaitu pasien seperti biasa, bisa ? 10 menit, mari kita temui dia?
Perawat : Ada lagi Ny. S yang ingin ditanyakan pada O, kalo tidak ada lagi
yang ingin ditanyakan Ny. S bisa sudahi pernekanalan ini, lalu Ny. S bisa buat
janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti
Pasien : Ya
Perawat : Pertahankan apa yang sudah Ny. S lakukan tadi. Jangan lupa
untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
Pasien : Ya
Pasien : Ya
Perawat : Jadi satu hari Ny. S dapat berbincang- bincang dengan orang lain
sebanyak 3 kali. Jam 10 pagi, jam 1 siang, dan jam 8 malam. Ny. S bisa bertemu
dengan O dan tambah dengan pasien yang di kenal. Selanjutnya Ny. S bisa
berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap, bagaimana Ny. S?
Pasien : Ya