Anda di halaman 1dari 13

Konsepsi dan Strategi Pengendalian

Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia


IKA MUSTIKA
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute
Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

ABSTRAK ABSTRACT
Nematoda parasit merupakan salah satu Organisme Concept and strategy for plant parasitic
Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting yang menye-
rang berbagai jenis tanaman budidaya. Di Indonesia
nematodes control on estate crops in
sudah diidentifikasi sebanyak 26 spesies nematoda Indonesia
parasit yang menyerang tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan (lada, nilam, jahe, tembakau, kopi). Di
Plant parasitic nematode is one of the organisms
antara nematoda tersebut Meloidogyne, Pratylenchus,
continue to threaten agricultural crops. In Indonesia, 26
Radopholus, dan Globodera merupakan nematoda parasit
species of plant parasitic nematodes infecting various
yang paling merusak. Kerusakan akibat serangan
food, horticulture, and estate crops (black pepper,
nematoda parasit di seluruh dunia dapat mencapai US$
patchouli, ginger, tobacco, and coffee) have been
80 milyar. Kerugian ekonomi akibat serangan
identified. Amongst those, Meloidogyne, Pratylenchus,
nematoda pada tanaman di Indonesia belum dapat
Radopholus and Globodera are the most destructive
diperkirakan, mengingat sampai saat ini data
nematodes in Indonesia. World economical crop losses
kerusakan yang ada, masih bersifat parsial, hanya
caused by nematodes may reach 80 billion US $.
berdasarkan hasil-hasil penelitian di rumah kaca dan
Because of unavailable data, crop losses due to
lapang dalam luasan yang sangat terbatas. Masalah
nematodes in Indonesia have not been estimated.
nematoda parasit di Indonesia, baru mendapat
Nematodes problem in Indonesia became serious in the
perhatian serius pada tahun 2003, sejak ditemukannya
year 2003, when potato plantation in Sumber Brantas,
nematoda Globodera rostochiensis (nematoda sista
Kota Baru, East Java was attacked by golden cyst
kuning atau NSK) yang menyerang tanaman kentang
nematoda (G. rostochiensis). This nematode now has
di dusun Sumber Brantas, Kota Baru, Jawa Timur. Saat
spread in the provinces of West, Central and East Java,
ini nematoda tersebut sudah menyebar di provinsi
as well as North Sumatera, and caused 32%-71% crop
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera
losses approx. of Rp 2 trilyun. Nowadays, various
Utara, dan menyebabkan kehilangan hasil kentang
components of control methods have been obtained,
sebesar 32%-71%, atau kerugian ekonomi sebesar Rp 2
such as the use of resistant or tolerant varieties, cultural
trilyun. Saat ini, sudah diperoleh berbagai komponen
practices (fertilizer, organic matter, rotation, cover
pengendalian nematoda pada berbagai jenis tanaman,
crops), botanical pesticides (neem seed powder, castor
di antaranya adalah penggunaan varietas tahan
meal), biological agents (Arthrobotrys, Pasteuria
(toleran), teknik budidaya (pemupukan, bahan organik,
penetrans), chemical pesticides, as well as quarantine (to
pergiliran tanaman, penutup tanah), pestisida nabati
protect nematodes spreading from infected to
(tepung biji mimba, bungkil jarak), agen hayati (jamur
uninfected area). As the most important part of the
Arthrobotrys, bakteri Pasteuria penetrans), pestisida
development of Integrated Pest Management (IPM),
kimia, dan karantina (mencegah penyebaran nematoda
control strategy of nematodes must be conducted
dari daerah terinfeksi ke daerah lain). Sebagai bagian
integratedly and ecofriendly based on the precise
yang cukup penting dalam pengembangan PHT
concept through combining of some control method
(pengendalian hama terpadu), strategi pengendalian
components, supported by operational and technical
nematoda harus didasarkan pada konsep pengendalian
prudents. Operational prudent includes training
yang tepat dengan menggabungkan beberapa kompo-
program, research and development through the
nen pengendalian yang sudah tersedia, disertai
coordination of government and private institution as
dukungan kebijakan operasional dan kebijakan teknis.
well as farmers. Technical prudent includes control of
Kebijakan operasional meliputi program pelatihan,
existency (surveillance) of nematodes, the development
penelitian dan pengkajian melalui koordinasi instansi
of disease caused by nematodes, and its spreading.
pemerintah, swasta dan petani. Sedangkan kebijakan
teknis meliputi pengawasan keberadaan (surveillance)
nematoda, perkembangan penyakit yang disebabkan
oleh nematoda, dan penyebarannya.
Key words : Estate crops, nematode, plant parasitic,
Kata kunci : Tanaman perkebunan, nematoda, parasit
tanaman, pengendalian nematoda terpadu, integrated nematode control, botanical
pesticide, biological agent
pestisida nabati, agen hayati

20 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


PENDAHULUAN harus dilaksanakan berdasarkan wawasan ling-
kungan. Oleh karena itu strategi pengendalian
Nematoda merupakan salah satu jenis nematoda harus didasarkan pada konsep pengen-
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting dalian yang tepat berdasarkan pertimbangan
yang menyerang berbagai jenis tanaman utama di kelayakan teknologi, ekologi, ekonomi dan sosial
Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. budaya.
Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di Tulisan ini menguraikan tentang masalah
seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar per nematoda parasit pada beberapa tanaman
tahun (Price, 2000). Meskipun demikian di perkebunan di Indonesia, status pengendalian
Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda saat ini serta konsep strategi pengendaliannya di
parasit, kurang disadari baik oleh para petani masa depan.
maupun para petugas yang bekerja di bidang
pertanian. Hal ini mungkin disebabkan oleh
gejala serangan nematoda yang sulit diamati ARTI EKONOMI PENYAKIT
secara visual karena ukuran nematoda yang TANAMAN YANG DISEBABKAN
sangat kecil. Selain itu gejala serangan nematoda OLEH NEMATODA
berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip
atau bercampur dengan gejala kekurangan hara Peranan nematoda parasit tanaman dalam
dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang. penurunan produksi pertanian di Indonesia,
Serangan nematoda dapat mempengaruhi masih belum disadari baik oleh para pembuat
proses fotosintesa dan transpirasi serta status hara kebijakan maupun oleh petani. Padahal, serangan
tanaman (Evans, 1982; Melakeberhan et al., 1987). nematoda dapat menyebabkan kehilangan hasil
Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, yang cukup berarti. Secara umum serangan
warna daun kuning klorosis dan akhirnya tanam- nematoda menyebabkan kerusakan pada akar,
an mati. Selain itu serangan nematoda dapat karena nematoda mengisap sel-sel akar, sehingga
menyebabkan tanaman lebih mudah terserang pembuluh jaringan terganggu, akibatnya trans-
patogen atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri lokasi air dan hara terhambat. Serangan nemato-
dan virus. Akibat serangan nematoda dapat da juga dapat mempengaruhi proses fotosintesa
menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi dan transpirasi (Evans, 1982; Melakeberhan et al.,
produktivitas, dan kualitas produksi. 1987), sehingga pertumbuhan tanaman terham-
Di Indonesia nematoda parasit telah dilapor- bat, warna daun menguning seperti gejala
kan terdapat pada berbagai jenis tanaman, baik kekurangan hara, dan mudah layu. Karena
tanaman pangan, hortikultura maupun perke- pertumbuhan terhambat, produktivitas tanaman
bunan (Puskara, 1994; 2000). Selama kurun waktu menurun.
50 tahun terakhir, pengendalian nematoda Kerugian ekonomi akibat serangan nema-
dengan menggunakan nematisida kimia (sintetik) toda pada tanaman di Indonesia belum dapat
masih memegang peranan yang sangat penting. diperkirakan, mengingat sampai saat ini data
Hal ini disebabkan karena cara-cara pengendalian kerusakan yang ada masih bersifat parsial, hanya
lain belum mampu memberikan hasil yang berdasarkan hasil-hasil penelitian di rumah kaca
memuaskan. dan lapang dalam luasan yang sangat terbatas.
Nematoda parasit tanaman dapat diken- Masalah nematoda baru mendapat perhatian
dalikan dengan cara sanitasi, pergiliran tanaman, setelah ditemukannya Globodera rostochiensis
pemilihan waktu tanam, tanaman resisten, secara (golden cyst nematode), atau Nematoda Sista
kimiawi dan secara hayati yaitu dengan meng- Kuning (NSK) di Dusun Sumber Brantas, Desa
gunakan agen biotik maupun abiotik (Sayre, Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Baru,
1980a; 1980b). Di negara-negara maju seperti Ero- Jawa Timur pada bulan Maret 2003. Saat ini,
pa dan Amerika pengendalian nematoda dilaku- nematoda tersebut sudah menyebar di tiga
kan secara hayati terpadu antara lain dengan Provinsi (Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera
menggunakan musuh alami (agen hayati), bahan Utara), yang menyebabkan kehilangan hasil
organik, tanaman antagonis dan rotasi tanaman kentang sekitar 32%-71% (Daryanto, 2003).
(Dickson et al., 1992; Rodriguez-Kabana, 1992; Kehilangan hasil akibat serangan nematoda
Madulu et al., 1994). dapat terjadi di lapangan atau di tempat
Sebagai bagian yang cukup penting dalam penyimpanan, sehingga mengurangi kualitas dan
pengembangan PHT, pengendalian nematoda kuantitas produk. Pada tanaman lada serangan

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 21
nematoda dapat merusak sekitar 32% (Sitepu dan Tabel 1. Nematoda parasit penting yang telah ter-
Mustika, 2000), pada tanaman nilam sekitar 45% dapat pada tanaman perkebunan dan
(Mustika dan Nazarudin, 1999), dan pada jahe daerah sebarannya di Indonesia.
dapat menurunkan produksi sebesar 65% No. Tanaman Nematoda parasit Daerah sebar
(Mustika, 1995). Pada tanaman kopi, selama 1 Jute Meloidogyne javanica Indonesia
2 Kenaf M. javanica Indonesia
periode enam tahun (1981-1986) serangan nema- 3 Kopi M. incognita Jawa, Bali, Kalbar
toda Pratylenchus coffeae, menyebabkan kehilang- Pratylenchus coffeae
Radopholus similis
Jawa, Bali, Kalbar
Jawa, Bali, Kalbar
an hasil rata-rata sebesar 56,84%, atau sekitar 150 4
5
Kms kucing
Lada
Meloidogyne
M. incognita
Jawa Barat
Jawa, Sumsel
ton kopi per tahun (Wiryadiputra, 1992). M. javanica Jawa, Sumsel, Kalbar
Pratylenchus coffee Sumsel
Selain mengurangi kuantitas, serangan Helicotylenchus multicintctus Sumsel
Radopholus similis Sumsel, Kalbar
nematoda juga dapat mengurangi kualitas 6 Nilam Pratylenchus brachyurus Jawa, Aceh
Radopholus similis Jawa
produk. Sebagai contoh, pada tahun 1992 ekspor Meloidogine incognita Jawa, Sumbar
7 Cengkeh M. javanica Jawa
jahe segar Indonesia ke luar negeri mengalami M. incognita Sumsel
Pratylenchus Sumsel
penolakan oleh negara pengimpor (terutama 8 Tebu Rotylenchulus reniformis Sumsel
Radopholus similis Jatim
Jepang), karena jahe tersebut terkontaminasi oleh M. incognita Jatim
nematoda Radopholus similis, sehingga terjadi 9 Teh Radopholus similis
M. incognita
Jabar
Sumatera, Jawa
penurunan kualitas mutu (busuk) sekaligus 10 Tembakau Pratylenchus loosi
M. incognita
Sumatera, Jawa
Indonesia
menyebabkan kerugian bagi petani maupun 11 Jahe
M. javanica Inddonesia
Radopholus similis Bengkulu, Sumut
negara sekitar US$ 6,8 juta (Puskara, 1994). M. incognita Jawa, Bengkulu, Sumut
M. javanica Jawa, Bengkulu, Sumut
Kerugian lain yang disebabkan oleh nema- Pratylenchus coffeae Jawa, Bengkulu, Sumut
12 Lengkuas Radopholus similis Jabar
toda, adalah tidak dapat dimanfaatkannya unsur M. incognita Jabar
M. javanica Jabar
hara yang diberikan kepada tanaman dalam 13 Temulawak Radopholus similis Jabar
Meloidogyne incognita Jabar
upaya meningkatkan produksi. Tanaman ter- M. javanica Jabar
14 Kapulaga Radopholus similis Jabar
serang nematoda sistem perakarannya rusak, Meloidogyne incognita Jabar
sehingga tanaman tidak mampu menyerap hara 15 Terong KB
M. javanica
Meloidogyne incognita
Jabar
Jabar
dan air meskipun keduanya tersedia cukup di Cengkeh
M. javanica
Caloosia paradoxa
Jabar
Sumsel
16
dalam tanah. Menurut Wallace (1987), kerusakan Helicotylenchus dihystera Sumsel
H. erthrynae Sumsel
akar karena nematoda menyebabkan ber- Macrophostonia onoensis Sumsel
M. incognita Sumsel
kurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata Pratylenchus Sumsel
Rotylenchulus reniformis Sumsel
menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun. Trichodorus Sumsel
Xiphinema insigne Sumsel
X. brasiliensis Sumsel

MASALAH NEMATODA PARASIT PADA Sumber : Puskara (2000).


TANAMAN PERKEBUNAN DI
INDONESIA DAN STATUS
PENGENDALIANNYA
sp. dan Dorylaimus (Mustika, 1990). Di antara
Saat ini di Indonesia, berbagai tanaman nematoda parasit tersebut, Radopholus similis dan
perkebunan, ditemukan terinfeksi oleh nematoda, Meloidogyne incognita adalah nematoda yang
di antaranya yang paling merusak adalah paling merusak dan merupakan penyebab utama
Meloidogyne, Pratylenchus, dan Radopholus (Tabel penyakit kuning pada tanaman lada di Bangka
1). Masalah nematoda pada beberapa tanaman (Vecht, 1953; Mustika, 1990) dan Kalimantan
penting di Indonesia dan teknologi pengendalian- Barat. Kerusakan akibat serangan nematoda pada
nya yang sudah diperoleh saat ini adalah sebagai lada dapat mencapai 32% .
berikut. Saat ini komponen-komponen teknologi
pengendalian nematoda pada tanaman lada
Lada sudah diperoleh di antaranya adalah teknik budi-
daya, pemanfaatan agen hayati, dan pestisida
Beberapa spesies nematoda parasit telah
nabati, serta pestisida kimia. Pengendalian de-
ditemukan pada pertanaman lada di Indonesia
ngan teknologi budidaya dilakukan dengan cara
(Bangka, Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan sanitasi atau menjaga kebersihan kebun, mem-
Barat), di antaranya adalah R. similis, Meloidogyne bongkar tanaman sakit, tidak menanam tanaman
incognita, M. javanica, M. arenaria, Pratylenchus inang R. similis dan M. incognita, penggunaan
coffeae, Macrophostonia ornata, Xiphinema insigne, X. mulsa lalang atau serasah daun, menanam
australiae, Tylenchus, Aphelenchus sp., Ditylenchus varietas tahan atau toleran terhadap nematoda

22 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


seperti Petaling 1, Bengkayang LU (Hamid et al., budidaya yang cukup efektif pada tanaman
1988), Kuching dan Bangka (Mustika, 1990). nilam. Selain itu, saat ini di Balittro terdapat 28
Beberapa musuh alami dan pestisida nabati nomor nilam Aceh hasil eksplorasi pengumpulan
sangat potensial untuk digunakan dalam me- plasma nutfah nilam yang berasal dari berbagai
ngendalikan nematoda pada tanaman lada. Di daerah terutama dari sentra-sentra produksi.
antara musuh alami tersebut adalah bakteri
Ketahanan nomor-nomor tersebut terhadap
Pasteuria penetrans dan jamur Arthrobotrys
nematoda belum diketahui.
(Gambar 1), Dactylaria, dan Dactyella (Mustika,
1998; Harni et al., 2000; Mustika et al., 2003). Untuk meningkatkan ketahanan tanaman
Sebagai pestisida nabati dan bahan organik, nilam terhadap nematoda, Nuryani et al., (2001),
digunakan tepung biji mimba dan bungkil jarak telah melakukan fusi protoplas antara nilam
(Harni dan Mustika, 2002). nilam Aceh (kadar minyak tinggi, rentan
terhadap nematoda) dengan nilam Jawa (kadar
minyak rendah, tahan terhadap nematoda).
Berdasarkan kandungan fenol dan lignin pada 30
genotipa hasil fusi protoplas, diperoleh 17 nomor
genotipa. Genotipa-genotipa tersebut mempunyai
kandungan fenol atau lignin lebih tinggi dari
tetuanya nilam Jawa (tahan terhadap nematoda),
merupakan nomor-nomor harapan yang kemung-
kinan toleran atau tahan terhadap nematoda.
Penggunaan bakteri P. penetrans, jamur Ar-
throbotrys sp., Dactylaria dan Dactylella sp., cukup
efektif untuk mengendalikan nematoda pada
A B
tanaman nilam, sehingga produksi terna (daun
basah) meningkat sebesar 31%-71%. (Mustika et
Gambar 1. A. Nematoda terinfeksi P. penetrans B. al., 2000).
Nematoda terinfeksi Arthrobotrys

Jahe
Nilam Pada pertanaman jahe di Indonesia ditemu-
Beberapa jenis nematoda parasit yang menye- kan beberapa jenis nematoda parasit di antaranya
rang tanaman nilam di antaranya adalah Praty- adalah R. similis, M. incognita, Rotylenchulus reni-
lenchus brachyurus, M. incognita, M. hapla, Scutello- formis, Scutellonema spp., Helicotylenchus dyhestera,
nema, Rotylenchulus, Helicotylenchus, Hemi-cricone- Ditylenchus sp. dan Aphelenchus sp. (Mustika,
moide dan Xiphinema (Djiwanti dan Momota, 1991) 1992). R. similis dan M. incognita merupakan
dan Radopholus similis (Mustika dan Nuryani, nematoda yang dominan karena tingkat populasi
1993; Mustika et al., 1991). Serangan nematoda dan frekwensi keberadaannya pada tanaman jahe,
pada tanaman nilam dijumpai di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan nematoda
(Djiwanti dan Momota, 1991), Sumatera Barat lainnya. Di Fiji, serangan R. similis dapat mengu-
(Pupuk Iskandar Muda, 1991) dan Aceh (Sriwati, rangi produksi jahe sebesar 40%, sedangkan di
1999). Kerusakan akibat serangan nematoda Queensland, serangan M. incognita dapat
dapat mencapai 75% (Mustika et al, 1995). mengurangi produksi jahe sebesar 77% (Vilsoni et
Serangan nematoda P. brachyurus dapat menurun- al., 1978). Di Indonesia, serangan nematoda pada
kan kadar minyak dan kandungan khlorofil jahe banyak dijumpai di daerah Jawa Barat,
(Sriwati, 1999). Bengkulu dan Sumatera Utara (Mustika, 1992).
Saat ini beberapa komponen pengendalian Pengendalian nematoda pada tanaman jahe
nematoda pada tanaman nilam telah dihasilkan, saat ini masih dilakukan dengan menggunakan
di antaranya adalah teknik budidaya, agen hayati, nematisida kimia. Beberapa musuh alami seperti
pestisida nabati, varietas toleran, dan kimiawi. bakteri P. penetrans, jamur Arthrobotrys, Dactylella
Dosis pemupukan yang tepat (Tasma dan Wahid, dan Dactylaria juga efektif untuk mengurangi
1988), penggunaan bahan organik dan kapur populasi nematoda di dalam akar dan rimpang
pertanian (Mustika et al., 1995) merupakan salah jahe, terutama Meloidogyne spp. (Nazarudin dan
satu cara pengendalian nematoda melalui teknik Mustika, 1996).

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 23
Tembakau Penggunaan ekstrak biji dan daun mimba,
bahan organik (kulit kopi, pupuk kandang dan
Salah satu masalah penting dalam upaya
kompos), juga mampu menekan populasi nema-
meningkatkan produksi tembakau di Indonesia
toda parasit pada tanaman kopi baik di pem-
adalah serangan kompleks patogen bakteri Pseu-
bibitan maupun di pertanaman (Wiryadiputra,
domonas solanacearum, jamur Phytophthora nicotia-
1997b). Pengendalian hayati nematoda pada
nae, yang berasosiasi dengan nematoda Meloi-
tanaman kopi, saat ini masih dalam penelitian
dogyne spp. (Dalmadiyo et al., 1998a). Tanaman
antara lain dengan menggunakan jamur mikoriza
tembakau yang terserang penyakit kompleks
Gigaspora margarita, bakteri Pasteuria penetrans dan
tersebut, pada umur 30-45 hari mati, kematian
Paecilomyces lilacinus (Wiryadiputra, 2002)
dapat mencapai lebih dari 50%.
Beberapa jenis tanaman seperti rumput
Dalam upaya mengendalikan nematoda
guatemala (Trypsacum laxum), Tagetes patula,
pada tanaman tembakau, Dalmadiyo et al. Crotalaria anagyroides, C. striata dan C. Usaramuen-
(1998b), menemukan 6 nomor aksesi yang tahan sis sangat efektif dalam menekan populasi
teradap M. incognita yaitu S. 2258/2/1/1, S.1976/ nematoda parasit kopi, sehingga dapat digunakan
M, S. 1032, S. 1019, S. 1968/M dan S. 1012. Ke sebagai tanaman rotasi pada bekas areal serangan
enam aksesi tersebut sama tahannya dengan NC nematoda. Pergiliran tanaman, dapat juga dilaku-
2514, tapi lebih tahan dibandingkan dengan NC kan dengan menanam tanaman bukan inang P.
95 yang berasal dari Amerika. Galur S 2258/2/ coffeae, antara lain tebu, kakao terutama kakao
1/1 merupakan galur terbaik, karena selain tahan Lindak (Bulk cocoa), dan karo benguk (Mucuna
terhadap nematoda puru akar, juga tahan sp.) (Wiryadiputra, 1997b).
terhadap P. nicotianae (Dalmadiyo et al., 1998b). Berbagai jenis nematisida telah diuji
keefektifannya terhadap P. coffeae baik di pem-
Kopi bibitan maupun pada pertanaman kopi. Untuk
Nematoda parasit merupakan kendala utama sterilisasi media bibit, digunakan fumigan dazo-
pada tanaman kopi di Indonesia, terutama untuk met dan methamsodium. Sedangkan untuk ta-
jenis kopi Arabika. Spesies penting yang dijumpai naman di pembibitan dan di pertanaman, diguna-
di Indonesia adalah Pratylenchus coffeae, R. similis kan nematisida sistemik dan kontak, di antaranya
dan Meloidogyne spp. (Wiryadiputra, 1992). adalah oksamil, karbofuran, etoprofos dan
Hampir semua propinsi produsen kopi di Indo- kadusafos.
nesia, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, STRATEGI PENGENDALIAN
Bali, NTT, dan Sulawesi Selatan , telah terinfeksi NEMATODA DI MASA DEPAN
oleh nematoda P. coffeae. Penurunan produksi Secara umum, strategi pengendalian terpadu
oleh P. coffeae pada kopi Robusta berkisar antara nematoda parasit dapat dilakukan melalui karan-
28,7% sampai 78,4%. Pada kopi Arabika, biasanya tina, pemusnahan pusat serangan, kebersihan
tanaman hanya bisa bertahan selama 2 tahun kebun dan tindakan teknik budidaya, pengen-
(Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998). dalian hayati dan ekologi, pemilihan areal bebas
Pengendalian nematoda pada tanaman kopi, nematoda, pengendalian kimia dan fisik secara
sudah diarahkan pada pengendalian secara ter- langsung, pemberaan, pergiliran tanaman, varie-
padu dengan menggunakan jenis atau klon kopi tas tahan, dan varietas toleran (Oostenbrink,
yang tahan, agen hayati, pestisida nabati, bahan 1972).
organik, sanitasi, pergiliran tanaman, dan
nematisida (Wiryadiputra, 1997a; 1997b) Jenis Penelitian
kopi Ekselsa (Coffea exelsa) dan Robusta (C Selaras dengan program Litbang Pertanian
canephora var. robusta) yang tahan terhadap 2005-2009 yang berkaitan dengan (a) rekayasa dan
nematoda P. coffeae, adalah klon kopi Ekselsa Bgn. pemanfaatan teknik biologi molekuler dan
121.09 dan klon kopi Robusta BP 961 dan BP 308 rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman dan
(Wiryadiputra, 1997b; Wiryadiputra dan Hulupi, ternak, (b) pemanfaatan kultur in vitro untuk
1997). Klon-klon kopi tersebut dapat digunakan perbanyakan tanaman, perbaikan varietas dan
sebagai batang bawah dengan batang atas kopi dan produksi metabolit sekunder (Badan Litbang
Robusta maupun Arabika yang memiliki arti Pertanian, 2004), maka penelitian pengendalian
ekonomi tinggi. nematoda diarahkan pada bioteknologi dan

24 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


pertanian berkelanjutan. Penelitian ini terutama tivitas tanaman menurun (Hus-sey, 1985). Bertitik
ditujukan untuk mengantisipasi tuntutan konsu- tolak pada mekanisme kerusakan oleh nematoda
men yang semakin peduli terhadap masalah tersebut, maka sasaran pengendaliannya antara
lingkungan, dan juga untuk mengantisipasi lain adalah :
sistem pertanian yang lestari (sustainable agricul- (a) Mengurangi daya rusak dan menghindari
ture). Beberapa komponen bioekologi, seperti investasi OPT lain : Cara pengendalian ini
faktor biotik dan abiotik perlu dikaji, sebagai dapat dilakukan antara lain dengan
dasar penyusunan strategi pengendalian nema- menggunakan pestisida (kimia, nabati,
toda. Faktor-faktor biotik antara lain mencakup hayati), atau bahan organik. Dengan cara
tanaman inang pengganti, tanaman antagonis, tersebut nematoda terbunuh oleh senyawa
dan agen hayati, diharapkan dapat diketahui toksik dari pestisida, atau senyawa yang
melalui penelitian, sehingga faktor-faktor tersebut dihasilkan oleh bahan organik selama proses
dapat dimanipulasi untuk tujuan pengendalian. dekomposisi (Sayre, 1980a ; Schmitt, 1985).
Perbaikan tanaman dapat dilakukan melalui
(b) Mengurangi daya rusak melalui pendekatan
beberapa cara antara lain dengan cara penyam-
genetik untuk meningkatkan daya tahan.
bungan, fusi protoplas, dan induksi ketahanan
Cara ini dapat dilakukan dengan meng-
sistemik (induced systemic resistance). Tehnik
gunakan varietas tahan atau toleran. Dengan
penyambungan seperti pada tanaman kopi, yaitu
menggunakan varietas tahan, nematoda tidak
dengan menggunakan batang bawah yang tahan
dapat berkembang biak, atau perkembang-
terhadap nematoda, dengan batang atas yang
biakannya terhambat. Dengan menggunakan
memilik arti ekonomi tinggi (Wiryadiputra,
varietas tahan faktor reproduksi lebih kecil
1997b). Tehnik fusi protoplas, seperti pada
dari satu (Pf/Pi <1), di mana Pf = populasi
tanaman nilam yaitu dengan memindahkan sifat
akhir, dan Pi = populasi awal (Pinochet,
ketahanan terhadap nematoda dari nilam Jawa
1992).
(tahan terhadap nematoda, kadar minyak rendah)
pada nilam Aceh (rentan terhadap nematoda, (c) Mengurangi daya rusak dan kerugian melalui
kadar minyak tinggi) (Nuryani et al., 1999; Maris- pendekatan fisiologis dan recovery: Cara ini
ka dan Lestari, 2003). Sedangkan tehnik induksi dapat dilakukan secara terpadu dengan
ketahanan sistemik, dilakukan melalui peman- menggunakan varietas tahan (toleran), peng-
faatan jamur endofit pada tomat (Hallmann, 1994 gunaan pestisida dan teknik budidaya (pemu-
dalam Amin et al., 1996) atau bakteri endofit pada pukan, pergiliran tanaman). Dengan pengen-
kapas dan mentimun (Hallmann et al., 2001). dalian terpadu selain populasi nematoda
Gommers dan Bakker (1993), dengan mengguna- dapat ditekan, secara fisiologis tanaman
kan antibodi monoklonal, telah berhasil mendiag- tumbuh normal, sehingga potensi produksi
nosis virulensi dan penghambatan pertumbuhan tanaman tersebut tercapai karena kebutuhan
nematoda, dan melalui rekayasa genetik telah hara terpenuhi.
menemukan kultivar kentang yang memiliki sifat
ketahanan dalam jangka waktu lama (durable Beberapa Komponen Pengendalian Nematoda
resistance) terhadap nematoda puru akar Terpadu
(Meloidogyne spp.).
Pengendalian nematoda secara terpadu dila-
kukan dengan cara menggabungkan beberapa
Penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu
komponen pengendalian ke dalam suatu sistem.
(PHT)
Komponen-komponen utama pengendalian ne-
Umumnya serangan nematoda pada tanaman matoda terpadu adalah teknik budidaya (varietas
dapat menyebabkan penyakit kompleks (complex tahan atau toleran, pergiliran tanaman, tanaman
diseases), karena patogen lain seperti jamur, perangkap, bahan organik), agen hayati, pestisida
bakteri dan virus masuk ke dalam jaringan akar (nabati dan kimia), dan karantina.
melalui luka yang disebabkan oleh nematoda,
Varietas tahan atau toleran
sehingga gejala serangan nematoda tersebut
semakin parah (Webster, 1985). Selain itu Umumnya, kehilang-an hasil akibat serangan
serangan nematoda menyebabkan tanaman nematoda, dapat ditekan melalui pergiliran
kekurangan hara, karena akar rusak dan tidak tanaman. Tanaman yang sangat peka hanya boleh
berfungsi secara maksimal, akibatnya produk- ditanam sekali dalam 2—8 tahun. Oleh karena itu,

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 25
untuk menekan perkembangbiakan nematoda ammonia, nitrit, hidrogen sulfida dan asam-asam
tertentu, kultivar tahan harus selalu tersedia. Di organik) di lepas ke dalam tanah selama proses
Indonesia varietas tahan (toleran) terhadap dekomposisi (Sayre, 1980a).
nematoda baru dihasil-kan pada beberapa jenis
Agen hayati
tanaman perkebunan, antara lain kopi, lada,
nilam, dan tembakau. Klon kopi Ekselsa Bgn. Pemanfataan agen hayati (musuh alami) telah
121.09 dan klon kopi Robusta BP 961 dan BP 308 terbukti efektif untuk mengendalikan nematoda
tahan terhadap P. coffeae, (Wiryadiputra, 1997b). pada berbagai kasus (Triman dan Mulyadi, 2001;
Varietas lada Petaling-1, Bangka dan Kuching Mustika et al., 2001; 2003; Cho et al., 2003). Di
toleran terhadap R. similis dan M. incognita antara agen hayati tersebut adalah jamur (Arthro-
(Hamid et al., 1988). Nilam nomor 0003 tahan botrys oligospora., Dactylaria brochopaga., Dactylella
terhadap P. brachyurus dan Meloidogyne spp., spp., Paecilomyces lilacinus, Catenaria spp., Nemato-
sedangkan nomor 0007 dan 0013 tahan hanya phthora gynophila) dan bakteri P. penetrans (Sayre,
terhadap P. brachyurus (Nuryani et al., 2004a). 1980a; Hewlett et al., 1997). Di Indonesia, pengen-
Enam nomor aksesi kopi tahan terhadap M. dalian nematoda dengan menggunakan jamur
incognita yaitu S. 2258/2/1/1, S.1976/M, S.1032, S. dan bakteri tersebut, saat ini baru pada stadia
1019, S. 1968/M dan S. 1012 (Dalmadiyo et al., awal perkembangan, selanjutnya masih perlu
1998b). untuk ditingkatkan terutama pada identifikasi
parasit dan predator yang potensial, formulasi,
Pergiliran tanaman dan tanaman perangkap serta cara-cara praktis dalam menggunakannya.
Agar agen hayati tersebut tetap dalam keadaan
Di beberapa negara maju, khususnya di Eropa
viabel di dalam tanah, metoda aplikasi dan
diharuskan melaksanakan pergiliran tanaman un-
formulasi agen hayati masih perlu dikembang-
tuk mengendalikan G. rostochiensis (Schots, 1988).
kan.
Solanum sisymbriifolium sejenis tomat liar,
dilaporkan efektif untuk mengendalikan G. rosto- Pestisida nabati
chiensis. Tanaman tersebut mempercepat pene-
tasan telur nematoda, setelah dewasa dan meng- Berbagai jenis tanaman yang mengandung
gerogoti akar tomat liar tersebut, siklus hidup senyawa toksik terhadap nematoda sangat
nematoda terputus (Duryatmo, 2003). potensial untuk dikembangkan sebagai pestisida
Beberapa jenis tanaman dapat berfungsi nabati. Di antara tanaman tersebut adalah
sebagai tanaman perangkap (trap crop) yang mimba, tagetes (T. erecta, T. minuta), srikaya, jarak,
diusahakan dalam bentuk pola tanam seperti per- serai wangi, serai dapur, lempuyang pahit,
giliran tanaman atau tumpang sari, di antaranya lempuyang wangi, dan lempuyang gajah
adalah tagetes (Tagetes patula), jarak (Ricinus (Grainge dan Ahmed, 1988; Alam dan Jairajpuri,
communis) dan wijen (Sesamum indicum). Jarak dan 1990). Kandungan bahan aktif mimba terutama
wijen digunakan sebagai tanaman perangkap adalah azadirachtin (Schmuterrer, 1995). Bungkil
dalam pola pergiliran tanaman kacang tanah, jarak mengandung senyawa aktif ricin yang
kedele dan kapas untuk mengendalikan nema- sangat beracun terhadap nematoda. Ekstrak biji
toda buncak akar (Meloidogyne spp.). Tanaman mimba dan ekstrak bungkil jarak sangat efektif
jarak dan wijen tersebut sangat efektif dalam untuk mengurangi populasi nematoda (Mustika
menekan populasi Meloidogyne spp., karena dan Harni, 2001). Srikaya mengandung bahan
mengeluarkan eksudat akar yang toksik terhadap aktif nematisidal utama asimisin dan anonin
nematoda (Rodriguez-Kabana. 1992). (Mustika, 1999), sedangkan tagetes mengandung
senyawa thio-penic (Gommers 1973).
Bahan organik
Penambahan bahan organik ke dalam tanah Pestisida kimia
meningkatkan daya tanah menahan air dan Penggunaan pestisida kimia harus merupa-
kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan tanam- kan alternatif terakhir apabila tehnik pengen-
an meningkat dan tanaman lebih tahan terhadap dalian yang lain dinilai tidak berhasil dan harus
serangan nematoda. Kegiatan musuh-musuh dilakukan secara bijaksana. Yang dimaksud
alami nematoda khususnya jamur dan inverte- dengan penggunaan nematisida secara bijaksana,
brata predator terpacu, sementara senyawa kimia adalah (1) Nematisida yang digunakan adalah
yang bersifat racun terhadap nematoda (seperti jenis yang terdaftar dan atau diizinkan oleh

26 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


Menteri Pertanian, (2) Memenuhi kriteria 6 tepat, Pelatihan dan pendidikan
yaitu tepat jenis, mutu, waktu, sasaran (nematoda
Pelatihan dan pendidikan, dapat dilakukan
dan tanamannya), dosis dan konsentrasinya, serta
dalam bentuk kunjungan lapang dan kursus
cara dan alat aplikasinya (3) Tidak membahaya-
singkat untuk para petugas lapang atau staff
kan manusia dan lingkungan. Dewasa ini telah
berbagai institusi. Pelatihan khusus dilaksanakan
terdaftar sebanyak 12 formulasi nematisida yang
terutama mengenai teknik laboratorium nema-
dizinkan digunakan untuk berbagai tanaman
tologi, penelitian untuk pembuatan thesis yang
pangan, hortikultura dan perkebunan. Kedua-
berkaitan dengan masalah-masalah nematoda
belas nematisida tersebut adalah dazomet 98%,
pada berbagai tanaman khususnya di Indonesia.
karbofuran 3% (sebanyak 4 nama dagang),
fenamifos 10%, natrium metam (3 nama dagang),
Transfer teknologi dan evaluasi di tingkat
etoprofos 10%, kadusafos 10%, dan oksamil 100,6
petani
g/l (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura,
1996). Transfer teknologi dan evaluasi di tingkat
petani, dapat dilakukan melalui on farm research
Karantina
yang melibatkan petani andalan. Untuk itu,
Menurut Badan Karantina Pertanian (2004), di semua komponen pengendalian yang sudah ada
Indonesia sampai saat ini telah dilaporkan se- di Indonesia perlu dikaji di tingkat petani,
banyak 67 spesies nematoda parasit tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman dan spesies
yang tergolong ke dalam Organisme Pengganggu nematoda yang dominan pada tanaman tersebut.
Tumbuhan Karantina (OPTK) kelompok A1 Dalam pengkajian ini komponen-komponen
(belum terdapat di Indonesia), dan 26 spesies penengendalian diaplikasikan secara terpadu.
OPTK A2 (sudah terdapat di Indonesia). Untuk
mencegah masuk dan tersebarnya OPTK dari luar KEBIJAKAN MENDUKUNG STRATEGI
negeri (OPTK A1), dan mencegah masuk dan PENGENDALIAN NEMATODA
tersebarnya OPTK A2 dari areal yang tertular ke
areal lain yang bebas di dalam negeri, telah diatur Kebijakan Operasional
dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. Hasil-hasil penelitian perlu didiseminasikan
627/Kpts/PD.540/12/2003, tanggal 30 Desember melalui program pelatihan di unit-unit pelaksana
2003. Berdasarkan peraturan tersebut, di masa teknis sebagai pelaksana operasional, antara lain
mendatang apabila pelaksanaan aturan karantina dengan melibatkan tenaga penyuluh, petani
yang didukung dengan hasil-hasil penelitian melalui SLPHT (Sekolah Lapang PHT), dan
diberlakukan secara ketat, maka ke 67 jenis nema- petugas karantina. Pelatihan bagi tenaga
toda OPTK A1 tidak masuk ke Indonesia, dan penyuluh lebih ditekankan pada pengenalan
nematoda yang sudah ditemukan di tempat morfologi nematoda, gejala serangan, dan cara
tertentu tidak menyebar ke tempat lain yang pengendaliannya dengan pendekatan pengelo-
belum terinfeksi, sehingga penyebaran penyakit laan ekosistem secara keseluruhan. Sedangkan
yang disebabkan oleh nematoda dapat dihin- pelatihan bagi petugas karantina meliputi teknik
darkan. isolasi, identifikasi jenis-jenis nematoda penting,
Penyebaran atau pencegahan masuknya gejala serangan, daerah sebar dan tanaman inang
nematoda dari daerah terserang ke daerah termasuk gulma. Sedangkan pendidikan dan
lainnya di Indonesia dapat dilakukan dengan cara pelatihan di tingkat Perguruan Tinggi, selain
(a) sanitasi benih, alat transportasi dan lain-lain. aspek-aspek tersebut di atas, juga mencakup
Sanitasi antara lain dengan mencuci atau berbagai aspek lainnya yang terkait seperti hama
membersihkan benih dengan menggunakan dan penyakit, gulma, musuh alami, cuaca (iklim)
nematisida dan desinfektan yang tidak mempe- dan faktor-faktor lingkungan fisik lainnya, sarana
ngaruhi daya tumbuh benih, (b) tidak meng- produksi, tindakan petani dalam mengelola
gunakan benih dari daerah yang diketahui lahannya, sosial ekonomi petani dan komponen-
terserang nematoda tertentu, (c) sertifikasi benih komponen lain yang terkait dalam usaha tani.
bebas nematoda dan (d) pemberdayaan Untuk menguji kesesuaian komponen tekno-
penangkar benih, baik yang diusahankan oleh logi pengendalian nematoda terpadu pada
Pemerintah maupun Swasta. berbagai kondisi lahan dan agroklimat diperlukan
kerjasama dengan instansi Pemerintah seperti

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 27
Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian), Balai Pene- hasil akibat serangan nematoda pada
litian Komoditas, Perguruan Tinggi, Balai Peng- tanaman perkebunan (lada, nilam, jahe, kopi)
kajian Teknologi Pertanian (BPTP), atau dengan sebesar 32% - 75%.
pihak swasta. 2. Sebanyak 26 spesies nematoda parasit
tanaman telah terdapat di Indonesia. Nema-
Kebijakan Teknis toda yang perlu mendapat perhatian adalah
Dalam rangka pengendalian nematoda pada M. hapla, R. similis, H. oryzae, H. glycine, dan
tanaman sesuai dengan prinsip-prinsip PHT Globodera rostochiensis. Sedangkan di antara
maka teknik pengendalian nematoda yang dapat nematoda yang harus dicegah masuk ke
diterapkan antara lain adalah penggunaan varie- Indonesia adalah Bursaphelenchus xylophilus
tas tahan, pergiliran tanaman, pemanfaatan agen pada tanaman pinus, G. pallida pada tanaman
hayati dan pestisida nabati, manipulasi faktor kentang, dan Rhadinaphelenchus cocophillus
fisik, dan penggunaan pestisida kimia. Penetapan pada tanaman kelapa.
teknik pengendalian tersebut perlu disesuaikan 3. Teknik pengendalian nematoda pada bebera-
dengan keadaan setempat antara lain dengan pa tanaman penting telah diperoleh di
memperhatikan jenis nematodanya, jenis komo- antaranya adalah pemanfaatan varietas tahan
diti, faktor lingkungan biotik dan abiotik, sosial atau toleran, teknik pergiliran tanaman,
ekonomi masyarakat dan ketersediaan sarana pengendalian hayati dengan menggunakan
pendukung yang diperlukan. agen hayati dan pestisida nabati, pencegahan
Teknik budidaya di antaranya adalah dengan penyebaran, pengendalian kimiawi, dan
menggunakan bibit bebas nematoda, sanitasi, berbagai teknik budidaya lainnya. Strategi
penanaman tanaman perangkap atau pemus- pengendalian nematoda di masa depan dilak-
nahan sisa tanaman, dan pemupukan. Pengaturan sanakan dengan menerapkan sistem PHT,
pola tanam dengan mengatur waktu tanam, atau yaitu dengan memadukan satu atau lebih
serentak tanam. Pergiliran tanaman atau varietas teknik pengen-dalian yang kompatibel.
yaitu dengan menanam tanaman tertentu atau 4. Selaras dengan program Litbang Pertanian
varietas tertentu secara tidak terus menerus 2005-2009, maka penelitian untuk menunjang
terutama dengan menanam tanaman yang tidak strategi pengendalian nematoda diarahkan
disenangi oleh nematoda penting di daerah pada perbaikan varietas, untuk memperoleh
tertentu. Varietas tahan yang digunakan sudah varietas tahan atau toleran, yang pelaksana-
ada di alam atau dengan rekayasa genetik. annya perlu secara multidisiplin dengan
Pemanfaatan agen hayati berupa parasit, predator melibatkan bidang-bidang pemuliaan tanam-
maupun patogen Manipulasi faktor fisik, dengan an, nematologi agronomi, biokimia, biotek-
pengeringan atau penggenangan (tergantung nologi dan teknologi pasca panen.
habitat hidup nematoda) 5. Strategi pengendalian nematoda secara
Untuk mendukung kebijakan teknis tersebut terpadu, perlu didukung baik oleh kebijakan
di atas yang perlu dilakukan adalah peningkatan operasional maupun kebijakan teknis. Kebija-
pengawasan (surveillance) keberadaan dan per- kan operasional meliputi program pelatihan
kembangan penyakit yang disebabkan oleh di unit-unit pelaksana teknis, penelitian dan
nematoda tertentu, serta pemetaan daerah sebar- pengkajian melalui koordinasi berbagai fihak
nya untuk antisipasi pengendalian. Dengan terkait, baik instansi pemerintah, swasta dan
petani. Sedangkan kebijakan teknis perlu
melaksanakan surveillance, luas serangan dan
adanya pelaksanaan pengawasan (surveil-
besarnya kerugian ekonomi pada komoditas
lance) keberadaan dan perkembangan penya-
tertentu yang disebabkan oleh nematoda, dapat
kit yang disebabkan oleh nematoda, serta
diketahui.
penyebarannya untuk antisipasi pengen-
dalian.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Nematoda parasit tanaman merupakan salah
satu masalah dalam upaya meningkatkan Alam, M.M. and M.S. Jairajpuri. 1990. Nematode
produksi pertanian di Indonesia. Kehilangan control strategies. Principles and prac-

28 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


tices. Dalam : Jairajpuri, M.S., M.M. Alam Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996.
and I. Ahmad (Eds). Nematode Bio-con- Kebijaksanaan Pengelolaan Nematoda
trol (Aspects and Prospects). CBS Publi- Pada Tanaman Pangan dan Hortikultura.
shers & Distributors PVT Lts. Delhi-11032 Makalah pada Seminar Perhimpunan
(India). P. 5-15. Nematologi Indonesia. Jember, 23 –24 Juli
Amin, N. R.A. Sikora adan R.P. Schuster. 1996. 1996. 12 hlm.
Pengendalian biologi nematoda pelubang Djiwanti, R.S. and Momota. 1991. Parasitic
Radopholus similis dengan jamur endofit. nematodes associated with patchouli di-
Proceedings Integrated Control of Main sease in West Java. Indust. Crops Res. J. 3
Diseases of Industrial Crops. Jont Seminar (2) : 31-34.
of Agency for Agricultural Research and Duryatmo, S. 2003. Di bawah lindungan tomat
Department, and Japan International Co- liar. Trubus 405 Agustus 2003/XXXIV.
operation Agency. Bogor, March 13-14, Hlm. 68-69.
1996. Hlm. 297-303. Evans, K. 1982. Water use, calcium uptake and
Badan Karantina Pertanian. 2004. Bahan Materi tolerance of cyst nematode attack in pota-
Temu Teknis OPTK. Temu Koordinasi toes. Potato Research 25 : 71-88.
Karantina Tumbuhan. Yogyakarta 7-10 Gommers, F.J. 1973. Nematicidal Principles in
September 2004. Compositae. Dissertation Wageningen
Badan Litbang Pertanian. 2004. Rencana Strategis Agric. Univ. The Netherland. 73 pp.
Badan Penelitian dan Pengembangan Per- ____________ and J. Baker. 1993. Biotechnology in
tanian 2005-2009. Konsep Akhir. Hlm. 5. Nematology. Dalam : Zadoks, J.C. (ed).
Cho, M.R., H.Y. Yeong and Y.M. Choi. 2003. Modern crop protection developments
Research on potential of Pasteuria pene- and perspectives. Wageningen Pers. p.
trans for biological control of root-knot 123-131.
nematodes in Korea. Home.rda.go.kr/ Grainge, M. and S. Achmed . 1988. Hand book of
eng/new/Myoung%20Rae%20cho’s% 20. Plant With Pest Control Properties. John
paper doc. 11 pp. Willey & Sons, N.Y. 470 hlm.
Dalmadiyo, G., B. Hari Adi, Supriyono, dan A. Hallman, J., Quadt-Hallmann, Rodriguez-Kabana,
Rachman SK. 1998a. Tingkat ketahanan and J.W. Kloepper. 2001. Interaction bet-
beberapa aksesi tembakau terhadap ne- ween Meloidogyne incognita and endophy-
matoda puru akar (Meloidogyne incognita) tic bacteria in cotton and cucumber. Soil
(Kofoid dan White) Chitwood. Jurnal Biol. Biochem 30 (7) : 925 -937.
Penelitian Tanaman Industri III (5- 6) : Hamid, A., Y. Nuryani, R. Kasim, D. Sitepu, P.
163-168. Laksmanahardja, dan P. Wahid. 1988.
Dalmadiyo, G., S. Rahayuningsih, B. Hari Adi, Natar-1, Natar-2, Petaling-1 dan Petaling-
dan Supriyono. 1998b. Ketahanan empat 2 adalah varietas-varietas lada yang cocok
galur tembakau Temanggung terhadap untuk daerah Lampung dan Bangka.
penyakit layu bakteri, puru akar dan Media Komunikasi Penelitian dan Pe-
lanas. Jurnal Penelitian Tanaman Industri ngembangan Tanaman Industri.
III (5-6) : 181-185. Harni, R. , I. Mustika, dan S.B. Nazarudin 2000.
Dariyanto. 2003. Status penyebaran dan kerugian Kajian teknik formulasi jamur pemangsa
nematoda sista kuning pada tanaman nematoda untuk mengendalikan nemato-
kentang. Lokakarya Nematoda Sista Ku- da penyebab penyakit kuning lada. La-
ning. Yogyakarta 11-12 Desember 2003. 8 poran Penyelesaian DIP Bag. Proyek
hlm. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Dickson, D.W., Oostendorp and D.J. Mitchel, Tahun 1999/2000.
1992. Development of Pasteuria penetrans Harni, R. dan I. Mustika. 2002. Pengendalian
on Meloidogyne arenaria race-I in the field. nematoda parasit tanaman lada berwa-
In : Gommers, F.J. and P.W. Th. Maas wasan lingkungan. Tenologi Budidaya
(Eds.). Nematology from molecule to eco- Organik Tanaman Rempah dan Obat.
system. European Soc. Of Nematologist. Perkembangan Teknologi Tanaman Rem-
Inc. Invergrowie, Dundee, Scotland. Pp. pah dan Obat 14 (1) : 17-26.
213-218.

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 29
Hewlett, T.E., D.W. Dickson and M. Serracin. nikasi Penelitian Tanaman Industri 15 :
1997. Biocontrol of Nematodes by Pas- 70-74.
teuria spp. Methods for studying Pasteuria _________. 1998. Pemanfaatan bakteri Pasteuria
spp. for biological control of Nematode. penetrans untuk pengendalian nematoda
http://www.cpes.peachnet.edu/nemabc Meloidogyne incognita dan Radopholus
/pasteuria .htm. 6 pp. similis. Laporan RUT. Dewan Riset
Hussey, R.S. 1985. Host- parasit relationships and Nasional. 82 hlm
associated physiological changes. In ________ dan S.B. Nazarudin. 1999. Nematoda
Saaser, J.N and C.C. Carter (Eds). An pada tanaman nilam. Monograf Tanam-
Advanced Treatise on Meloidogyne. Vol. I. an Nilam Balai Penelitian Tanaman Rem-
Biology and Control. North Carolina Stae pah dan Obat.
Ubiv. Grahics. 1985. p. 143-154 ________. 1999. Pestisida nabati untuk mengen-
Madulu, J.D., D.L. Trudgil and M.S. Philips. 1994. dalikan nematoda parasit tanaman.
Rotational management of Meloidogyne Dalam: Pemanfaatan Pestisida Nabati.
javanica and effects on Pasteuria penetrans Perkembangan Teknologi Tanaman Rem-
and tomato and tobacco pah dan Obat 11 (2) : 47-57.
yields. Nematologica 40 : 438-455. Mustika, I, R.S. Djiwanti, dan R. Harni. 2000.
Mariska, I. dan E.G. Lestari.2003. Pemanfaatan Pengaruh agensia hayati, bahan organik
kultur in vitro untuk meningkatkan dan pestisida nabati terhadap nematoda
keragaman genetik tanaman nilam. Jurnal tanaman nilam. Laporan Penyelesaian
Penelitian dan Pengembangan Pertanian DIP Bagian Proyek Penelitian Tanaman
22 (2) : 64 – 69. Rempah dan Obat Tahun 1999/2000. Hlm
Melakeberhan, H., J.W. Webster, R.C. Brook, J.M. 85-92.
D’Auria and M. Cacckette. 1987. Effect of _________, B. Marwoto, R. Harni dan B.S.
Meloidogyne incognita on plant nutrient Nazarudin. 2001. Pengendalian nematoda
concentration and its influence on plant pada tanaman tomat dengan meng-
physiology of bean . J. of Nematol. 19 : gunakan tepung, pelet dan kompos akar
324-330. tomat diinokulasi dengan bakteri Pas-
Mustika, I. 1990. Studies on the interaction of teuria penetrans. Jurnal Biologi Indonesia
Meloidogyne incognita,Radopholus similis 3 (1) : 23-31.
and Fusarium solani on black pepper (Piper _________ dan R. Harni. 2001. Pengaruh ekstrak
nigrum L.). Thesis. Wageningen Agric. jarak (Ricinus communis) dan mimba
Univ., The Netherlands. 127 pp. (Azadirachta indica) terhadap Pratylenchus
_________, Y. Nuryani dan O. Rostiana, 1991. brachyurus pada tanaman nilam. Prosi-
Nematoda parasit pada beberapa kultivar ding Kongres Nasional XVI dan Seminar
nilam di Jawa Barat. Buletin Littro 4 (1) : Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indo-
9 – 14. nesia, Bogor, 22-24 Agustus 2001. Hlm
_________. 1992. Plant parasitic nematodes 433-437.
associated with ginger (Zingiber officinale _________, R.S. Djiwanti, R. Harni, S. Yuliani, A.
Rosch.) in North Sumatera. J. of Spice and Darmanto, D. Sudradjat, dan Herwan.
Medicinal Crops 1 (1) : 38-42. 2003. Pemanfaatan Agensia Hayati, Bahan
_________ and Y. Nuryani. 1993. Screening for Organik, dan Pestisida Nabati Untuk
resistance of four patchouli cultivars to Mengendalikan Nematoda Pada Tanam-
Radopholus similis. J. of Spice and Medi- an Lada. Laporan Akhir Penelitian Ker-
cinal Crops 1 (2) : 11-17. jasama antara Balai Penelitian Tanam-an
_________. 1995. Serangan nematoda pada ta- Rempah dan Obat, PT. Primasid Andalan
naman rempah dan obat. Medkom. Lit- Utama dan Proyek Pengkajian Teknologi
bangtri 15 : 28-33. Pertanian Partisipatif Pusat Tahun
_________, A. Rachmat dan Suyanto. 1995. Pe- Anggaran 2002. 31 hlm.
ngaruh pupuk, pestisida dan bahan orga- Nazarudin, S.B. dan I. Mustika. 1996. Penggunaan
nik terhadap pH tanah, populasi nema- jamur penjerat untuk pengendalian hayati
toda dan roduksi nilam. Media Komu- Meloidogyne spp. pada jahe. Proceeding of
integrated control of main disease of

30 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32


Industrial Crops. Bogor, 13-14 March, 1990, Veldhoven, The Netherlands. p.
1996. Hlm. 193-197. 219-233.
Nuryani, Y., Ch. Syukur, R. Harni, Yelnititis, Re- Sayre, R.M. 1980a. Promising organism for biolo-
pianyo dan I. Mustika. 1999. Tanggap gical control of nematodes. Plant Disease
beberapa klon nilam (Pogostemon cablin 64 : 527-532.
Benth.) terhadap nematoda pelubang Sayre, R.M. 1980b. Biocontrol : Bacillus penetrans
akar (Radopholus similis Cobb.). Jurnal related parasites of nematodes. J. Nema-
Penelitian Tanaman Industri 5 (3) : 103- tol. 12 : 260-270.
106. Schmitt, P.P. 1985. Preliminary and advanced
_________, I. Mustika, dan Ch. Syukur. 2001. Kan- evaluation of nematicides. Dalam : Sasser,
dungan fenol dan lignin tanaman nilam J.N. and C.C. Carter (Eds). An Advanced
hibrida (Pogostemon sp.) hasil fusi proto- Treatise on Meloidogyne. Vol. I. Biology
plas. Jurnal Littri. 7 (4) : 104-108. and Control North Carolina State Ubiv.
__________, Hobir, Ch. Syukur dan I. Mustika. Graphics. Raleigh, North Caroline. p. 241-
2004a. Usulan pelepasan varietas nilam. 246.
Badan Litbang Pertanian. Puslitbangbun. Schots, A. 1988. A serological approach to the
Balittro. 2004. 28 hlm. identification of potato cyst nematodes.
Oostenbrink, M. 1972. Evaluation and integration Thesis at Wageningen Agricultural Uni-
of nematode control methods. Dalam : versity. The Netherlands. 118 pp.
Economic Nematology. p. 497-514. Acade- Schmuterrer. 1995. The Neem Tree Azadirachta
mic Press. London. indica A. Juss. And Other Meliaceous
Pinochet, J. 1992. Breeding bananas for resistance Plants. VCH Verlagsgesllschaft mbH, D-
against lesion forming nematodes. Nema- 69451 Weinheim (Budesrepublik Deuts-
tology from Molecule to Ecosystem. Da- chland). 696 pp.
lam : Gommer, F.J. and Maas, P.W Th.Eu- Sitepu, D. and I. Mustika. 2000. Disease of black
ropean Soc. of Nematologists, Inc. Inwer- pepper and their management in Indo-
growie, Dundee, Scotland. p. 157-169. nesia.Dalam P.N. Ravindran (Ed): . Black
Price, T.V. 2000. Plant-parasitic nematodes. Inte- Pepper. Piper nigrum. Medicinal And Aro-
grated Pest Management for Smallholder matic Plants – Industrial Profiles. Har-
Estate Crops Project. Plant Quarantine wood Academic Publishers. P. 297-308.
Component – Nematology. p. 27-34. Sriwati, R. 1999. Ketahanan beberapa kultivar
Pupuk Iskandar Muda, 1991. Perkembangan dan nilam (Pogostemon cablin Benth.) terhadap
permasalahan usahatani nilam dan ta- Pratylenchus brachyurus (Godfrey) Filipjev
naman atsiri lain di Aceh. Prosid. Forum & Stekhoven. Program Pasca Sarjana IPB.
Komunikasi Ilmiah Pengembangan At- 42 hlm.
siri di Sumatera. Bukit Tinggi, 31 Agustus Tasma, I.M. dan P. Wahid. 1988. Pengaruh mulsa
1991. P. 36 – 47. dan pemupukan terhadap pertumbuhan
Puskara. 1994. Upaya peningkatan peran serta dan hasil nilam. Pember. Littri 16 (3) : 31-
Karantina Pertanian dalam PJPT-II. Pusat 34.
Karantina Pertanian. Departemen Pertani- Triman, B. dan Mulyadi. 2001. Pengendalian
an. Makalah dalam Rapat Teknis Nasio- nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
nal Karantina Pertanian, Jakarta, 17-19 pada buncis dengan bakteri Pasteuria
Januari, 1994. penetrans dan solarisasi. Jurnal Perlin-
________. 2000. Daftar Organisme Pengganggu dungan Tanaman Indonesia 7 (1) : 49-54.
Tumbuhan Potensial yang Dilaporkan Vecht, J. van der. 1953. Op planten parasiterende
Telah Terdapat di Dalam Wilayah Repu- aaltjes. Dalam : Kalshoven, L.G.E. & J. Van
blik Indonesia. 328 Hlm. der Vecht (Eds). De plagen van de
Rodriguez- Kabana, R. 1992. Cropping systems cultuurgewassen in Indonesia. Vol. I,
for the management of phytonematodes. N.V. Uitgeverij, W. van Hoeve, ’s
Nematology From Molecule to Eco-sys- Gravennhage/Bandoeng, p. 16 – 42.
tem. In Gommers F.J. and Maas PW Th. Vilsoni, F., M.A. McClure and L.D. Butler. 1978.
(Eds). Proceed. Second International Occurrence, host range and histopa-
Nematology Congress, 11-17 August thology of Radopholus similis in ginger

Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Ika Mustika) 31
(Zingiber officinale). Plant Disease Repor- Wiryadiputra, S. 1997a. Pengaruh nematisida
ter 60 (5) : 417-420. karbofuran dan etoprofos terhadap popu-
Wallace, H.R. 1987. Effects of nematode parasites lasi Pratylenchus coffae pada kopi Robusta.
on photosynthesis. Vistas on Nematology. Risalah Kongres Nasional XIII Dan Semi-
A commemoration of the Twenty-fifth nar Ilmiah PFI. Mataram 25-27 Septem-
Anniversary. Soc. of Nematology. P. 253- ber 1995. Hlm. 229-233.
259. Wiryadiputra, S. 1997b. Pengelolaan Nematoda
Webster, J.M. 1985. Interaction of Meloidogyne Parasit Dalam Produksi Kopi Organik
with fungi on crop plants. Dalam Sasser, Untuk Meningkatkan Agribisnis Kopi di
J.J and C.C. Carter (Eds). An Advanced Indonesia. Prosid. Kongres XIV dan
Treatise on Meloidogyne. Vol. I. Biology Seminar Nasional Perhimpunan Fitopa-
and Control. P. 183-192. North Carolina tologi Indonesia Vol II. Palembang 27-29
State Univ. Graphics, Box 7226. Raleigh, Oktober, 1997. Hlm.170-173.
North Carolina 2769-7226 USA. Wiryadiputra, S. dan O. Atmawinata. 1998. Kopi
Wiryadiputra, S. 1992. Strategi dan hasil pene- (Coffea spp.). Dalam : Pedoman Pengenda-
litian nematoda parasit pada tanam-an lian Hama Terpadu Tanaman Perkebun-
kopi di Indonesia. Makalah pada “Semi- an. Puslitbang Tanaman Industri Badan
nar Nematologi Se-Jawa di Fakultas Litbang Pertanian. Deptan. Hal.53-59.
Pertanian UGM, Yogyakarta, 3-5 Agustus Wiryadiputra, S. 2002. Pengaruh bionematisida
1992. 13 hlm. berbahan aktif jamur Paecilomyces lilacinus
Wiryadiputra, S. dan R. Hulupi. 1997. Uji Strain 251 terhadap serangan Pratylenchus
ketahanan varietas kopi arabika introduk- coffeae pada kopi Robusta. Jurnal
si terhadap nematoda Pratylenchus coffeae. Perlindungan Tanaman Indonesia 8 (1) :
Risalah Kongres Nasional XIII Dan Semi- 18-26.
nar Ilmiah PFI. Mataram 25-27 September
1995. Hlm. 223-228.

32 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 20 - 32

Anda mungkin juga menyukai