Anda di halaman 1dari 6

CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-8947

Identifikasi Teknik Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Cabai di Desa


Kebonlegi Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Catur Prihatiningrum1*), Ahmad Fauzi Nafi’udin2), Muhammad Habibullah3)


1)*,2),3)
Universitas Tidar
email: caturprihatin111@gmail.com1)*, fauzinafi45@gmail.com2),
muhammadhabibullah@untidar.ac.id3)

Abstrak
Tanaman cabai merupakan komoditas pertanian yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Produktivitas tanaman cabai bergantung kepada iklim, lingkungan, serta
hama dan penyakit. Hama penyakit yang sering menyerang tanaman cabai di Desa
Kebonlegi Kaliangkrik adalah antraknosa, thrips, ulat grayak, busuk batang, dan
bercak daun. Teknologi pengendalian hama penyakit yang digunakan petani di
wilayah ini adalah pengendalian secara kimia dan pengendalian teknis yang tidak
sempurna. Jenis bahan aktif yang digunakan dalam pengendalian hama penyakit
adalah mankozeb 80%, Azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol, Asibensolar 1%,
abamektin, Spinetoram 60g/l dan methoxyfenozide 300 g/l, dan sipermetrin 50 g/l.
Komponen pengendalian kultur teknis yang digunakan adalah sanitasi, rotasi tanaman,
pemupukan, dan pengolahan tanah. Tidak diterapkannya pengendalian organik
dikarenakan mayoritas petani mengendalikan hama penyakit tanaman menggunakan
pestisida sehingga lingkungan tidak mendukung untuk diterapkannya teknik
pengendalian organik. Selain itu, faktor kurangnya sosialisasi, pengetahuan, dan
minimnya modal mengakibatkan pengendalian hayati tidak diterapkan.

Kata kunci: cabai, hama,kultur teknis, penyakit, pestisida

Pendahuluan
Tanaman cabai merupakan perubahan iklim yang ada. Terjadinya
komoditas pertanian yang selalu perubahan iklim yang tidak mudah
dibutuhkan dalam kehidupan diduga akan mengakibatkan hasil
sehari-hari. Tidak adanya barang produksi tidak stabil.
substitusi cabai sebagai produk Produktivitas setiap tanaman harus
hortikultura membuat nilai ekonomi tetap terjaga untuk menjaga
produk hortikultura ini memiliki harga ketersediaan produk. Perlunya teknik
yang tinggi. Harga cabai yang pengendalian yang tepat dilakukan
fluktuatif sering kali menyebabkan untuk menghindari kerugian yang
inflasi dan mempengaruhi harga diakibatkan karena hama dan penyakit
komoditas yang lain. Menurut data yang menyerang tanaman.
Kementerian Perdagangan harga cabai Pengendalian hama tepadu (HPT)
nasional pada bulan September 2020 merupakan suatu teknik yang
Rp 30.000,-(Kemendag, 2020). Nilai digunakan untuk mengendalikan
tersebut akan berubah seiring terjadi terjadinya ledakan hama yang

19
CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

menyebabkan turunnya produktivitas Hama dan penyakit yang


hasil panen. Strategi pengendalian menyerang tanaman cabai sangat
hama terpadu dapat dilakukan dengan sangat beragam. Namun, hama yang
(1) mengupayakan pertumbuhan umumnya menyerang tanaman cabai
tanaman yang sehat, (2) kegiatan adalah ulat grayak, kutu kebul, kutu
pengendalian hayati, (3) menggunakan putih, thrips dan aphid. Hama tersebut
varietas tanaman yang tahan hama dan merupakan hama penting yang
penyakit, (5) kegiatan pengendalian menyerang tanaman cabai. Sedangkan
secara fisik, (6) kegiatan pengendalian penyakit yang umumnya sering
menggunakan senyawa ditemukan di petani adalah antraknosa,
semiochemicals(Indiati & Marwoto, virus kuning, busuk buah, busuk
2017). batang, dan bercak daun. Adanya hama
Upaya pengendalian hama dan penyakit tersebut dapat menurunkan
penyakit tanaman yang umumnya nilai ekonomi produksi tanaman cabai
dilakukan oleh petani tradisional karena hama dan penyakit tanaman
adalah menggunakan pengendalian dapat merusak hasil panen dan
secara kimia yakni penggunaan tanaman (Cahyono, et al.,
pestisida dan secara kultur teknis. 2017).Penelitian ini dilakukan untuk
Bersadasrkan Peraturan Pemerintah mengetahui teknik pengendalian hama
No.7 Tahun 1973 dalam (Moekasan, et yang dilakukan oleh petani di Desa
al., 2015), pestisida merupakan Semua Kebonlegi, Kecamatan Kaliangkrik,
zat kimia atau bahan renik dan virus Kabupaten Magelang.
yang digunakan untuk mengendalikan
hama atau penyakit tanmaan yang Metode Penelitian
merusak tanaman, bagian tanaman atau Penelitian ini dilaksanakan di
hasil-hasil pertanian serta semua hal Desa Kebonlegi Kecamatan
yang dapat mengendalikan gulma, Kaliangkrik Kabupaten Magelang pada
pertumbuhan yang tidak diinginkan, 7 September 2020 hingga 10 Oktober
mengendalikan hama-hama air,dan 2020. Sasaran dari penelitian ini adalah
atau hewan ternak. Kultur teknik petani cabai di Desa Kebonlegi yang
merupakan salah satu prinsip bertujuan untuk mengidentifikasi
penerapan pengendalian hama terpadu teknik pengendalian hama dan
(PHT). Penerapan kultur teknis dalam penyakit yang digunakan. Identifikasi
konsep PHT yakni dengan melakukan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengelolaan lingkungan dengan pengetahuan petani tentang manajemen
memadukan teknik budidaya yang pengendalian dan penangan hama
tepat untuk dapat meningkatkan penyakit tanaman cabai. Penelitian ini
pengendalian hama penyakit. Teknik menggunakan jenis penelitian survey
manajemen lingkungan yang baik dengan metode pengambilan data yang
dapat mendukung pertumbuhan menggunakan kuisioner kepada petani
optimal bagi tanaman serta sebagai responden. Data yang
mengurangi populasi hama akibat diperoleh dari petani digunakan
lingkungan yang kurang sesuai serta sebagai data primer. Data primer yang
memacu berfungsinya agensia hayati. diambil mencakup karakter petani
Pengelolaan yang dilakukan dalam menangggulangi hama penyakit
diharapkan dapat meningkatkan tanaman cabai. Analisis data
kemampuan tanaman lebih tahan penggunaan teknologi pengendalian
terhadap hama dan penyakit tanaman hama penyakit menggunakan interval
(Inayati & Marwoto, 2015). kelas.

20
CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

Menurut Amirullah dan Hadiyanti tanaman yang digunakan oleh petani


dalam Astuti dkk (2016) sebagai petani cabai Desa Kebonlegi diperoleh
berikut : hasil bahwa mayoritas petani
NR=NST-NSR dan PI=NR:JIK menggunakan teknik pengendalian
Keterangan: kimia dan teknis (lihat Gambar 1).
NR : Nilai Range Teknik pengendalian kimia merupakan
NST : Nilai Skor Tertinggi teknik pengendalian organisme
NSR : Nilai Skor Terendah pengganggu tanaman berupa hama
JIK : Jumlah Interval Kelas hama dan penyakit yang dikendalikan
PI : Panjang Interval Kelas menggunakan bahan-bahan kimia
berupa pestisida. Sedangkan
Panjang interval kelas adalah 0,75, pengendalian kurtus teknis merupakan
maka nilai interval kelasnya adalah pengendalian yang dilakukan secara
preventif sebelum serangan hama
No Nilai Interval Kesimpulan terjadi dengan sasaran agar populasi
1 1,00 - 1,75 Tidak baik tidak meningkat sampai melebihi
2 1,76 – 2,50 Kurang baik ambang kendalinya (Inayati &
3 2,51 – 3,25 Baik Marwoto, 2015). Hasil survey yang
4 3,26 – 4,00 Sangat baik dilakukan didapatkan data teknik
pengendalian secara hayati dan organic
Hasil dan Pembahasan Jenis tidak dilakukan oleh petani cabai
Pengendalian wilayah ini. Untuk lebih jelasnya dapat
Hasil dari penelitian ini terhadap dilihat pada gambar berikut:
teknologi pengendalian hama penyakit

Jenis pengendalian HPT

10
Jumlah responden

kima hayati organik teknis

Gambar 1. Jenis Pengendalian Hama Penyakit Tanaman oleh Petani


Hasil yang diperoleh menunjukkan tersebut menunjukkan bahwa teknik
bahwa minat serta pengetahuan PHT belum dikenal oleh petani. Hal ini
masyarakat terhadap pengendalian dikarenakan petani masih bergantung
organik dan hayati kurang. Masyarakat pada penggunaan pestisida secara
berasumsi bahwa pengendalian hama masif. Pemberantasan hama penyakit
penyakit tanaman adalah menggunakan pestisida yang
penyemprotan pestisida. Menurut berlebihan tidak efektif dan efisien
Indiati dan Marwoto (2017) hal dalam pengendalian hama yang akan

21
CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

berdampak bagi kesehatan dan


lingkungan hidup.Pengendalian HPT Bahan Aktif Pestisida
secara organik tidak diterapkan karena Penyakit cabai yang umumnya
lingkungan yang menggunakan ditemui oleh petani cabai di wilayah
pestisida sehingga pengendalian secara Desa Kebonlegi adalah penyakit
organik tidak akan efektif. antraknosa, thrips, busuk batang, ulat
Teknologi pengendalian hayati di grayak, virus kuning, dan bercak daun.
Desa Kebonlegi Kaliangkrik sangat Jenis bahan aktif pestisida yang
rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya digunakan oleh petani di wilayah Desa
sosialisasi terkait pengendalian hayati, Kebonlegi Kaliangkrik menggunakan
kurangnya modal, serta kurangnya pestisida dengan bahan aktif mankozeb
minat petani untuk beralih dari 80% untuk pengendalian penyakit
pestisida. Menurunnya musuh alami antraknosa. Sedangkan bahan aktif
suatu hama diakibatkan karena pestisida yang lain disajikan dalam
berkurangnya hama sasaran. Tabel 1. Penggunaan jenis bahan aktif
Berkurangnyahama sasaran ini karena pestisida adalah sebagai berikut:
penggunaan pestisida yang intensif
(Subagyo dkk, 2017).
Nama penyakit Jenis bahan aktif pestisida yang Prosentase
digunakan
Antraknosa -Mankozeb 80% 80%
-Azoksistrobin 200 g/l dan 50%
difenokonazol
- Asibensolar 1% 10%
Thrips Abamektin 50%
Busuk batang Mankozeb 80% 10%
Ulat grayak -Spinetoram 60g/l dan 10%
methoxyfenozide 300 g/l 10%
-sipermetrin 50 g/l
Tabel 1. Penggunaan Jenis Bahan Aktif Pestisida
Bahan aktif pestisida yang mampu mengendalikan serangan hama
digunakan mayoritas petani cabai di penyakit tanpa menimbulkan masalah
wilayah ini sama. Hal ini dikarenakan baru. Penggunaan pestisida yang baik
petani cenderung meniru saran dari harus memenuhi lima (5) prinsip dasar
petani lain karena keefektifan bahan yaitu 1) tepat jenis, 2) tepat sasaran, 3)
aktif pestisida yang digunakan. Hal tepat dosis/ konsentrasi, 4) tepat waktu,
tersebut yang mengakibatkan petani dan 5) tepat cara aplikasi(Oktavia, et
tidak mau beralih menggunakan al., 2015).
pestisida organic atau agen hayati
untuk pengendalian penyakit karena Komponen Kultur Teknis
tidak ada bukti nyata dengan hasil Penyebaran hama penyakit dapat
yang maksimal di wilayah tersebut. dicegah dengan melakukan tindakan
Kegiatan pengaplikasian pestisida pencegahan atau preventif yang
oleh petani umumnya dilakukan 5-7 dilakukan sebelum adanya serangan
hari sekali dalam seminggu. atau infeksi untuk menekan terjadinya
Pengendalian penyakit menggunakan kerugian. Teknologi pengendalianyang
pestisida dipilih karena hasilnya dapat digunakan dapat menggunakan metode
dilihat dengan cepat dan praktis. kultur teknis. Komponen kultur teknis
Penggunaan pestisida secara tepat yang dilakukan petani berdasarkan

22
CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

survey yang dilakukan adalah 1) Komponen tresebut disajikan sesuai


sanitasi, 2) rotasi tanaman, 3) dengan gambar 2. Komponen kultur
pemupukan, dan 4) pengolahan tanah. teknis berikut:
Komponen Kultur Teknis

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
sanitasi rotasi tanaman pemupukan pengolahan tanah

Gambar 2. Komponen Kultur Teknis


Berdasarkan grafik dan komponen
tersebut masyarakat belum Daftar Pustaka
menerapkan teknik pengendalian ini Astuti, H. B., Fauzi, E., Yahumri & H.
dengan sempurna. Inayati dan R., 2016. Analisis Penerapan
Marwoto (2015) menyebutkan dalam Teknologi Penanggulangan
penelitiannya bahwa komponen kultur Hama Penyakit PAda Usahatani
teknis meliputi 1) pemilihan waktu Cabai Merah Dataran Tinggi di
tanam dan panen; 2) penggunaan Provinsi Bengkulu. AGRISEP,
varietas tahan penyakit; 3) penanaman 15(2), pp. 127-134.
tanaman penghalang; 4) system Cahyono, D. B., Ahmad , H. &
pengairan yang teratur; 5) pergiliran Tolangara, A., 2017. Hama pada
tanaman dan pola tanam; dan 6) Cabai Merah. Techno: Journal
sanitasi. Penelitian, 06(02).
Kesimpulan Inayati, A. & Marwoto, 2015. Kultur
Teknologi pengendalian hama Teknis Sebagai Pengendalian
yang digunakan oleh mayoritas petani Hama Kutu Kebul Bemisia
cabai Desa Kebonlegi Desa tabaci Genn. Pada Tanaman
Kaliangkrik menggunakan Kedelai. Buletin Palawija, 1(29),
pengendalian kimia. Kurangnya pp. 14-25.
pengetahuan, sosialisasi, dan Indiati, S. W. & Marwoto, 2017.
minimnya modal petani menyebabkan Penerapan Pengendalian Hama
pengendalian hapa secara terpadu Terpadu (PHT) pada Tanaman
kurang banyak diterapkan, terlebuh Kedelai. Buletin Palawija, 15(2),
tekbik pengendalian secara hayati. pp. 87-100.
Frekuensi pengaplikasian pestisida Kemendag, 2020. Sistem Pemantauan
yang terlalu sering akanmengakibatkan Pasar Kebutuhan Pokok
terjadinya resurgensi hama serta (SP2KP). [Online]
terjadinya kerusakan lingkungan.

23
CEMARA VOLUME 18 NOMOR 1 MEI 2021 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-8947

Available at: dan Buah Semangka (Citrullus


https://ews.kemendag.go.id vulgaris, Schard) (Studi di
Moekasan, T. K., Prabaningrum, L., Kelompok Tani Subur Jaya Desa
Adiyoga, W. & Putter, H. d., Mojosari Kecamatan Puger
2015. Modul Pelatihan Budidaya Kabupaten Jember). Artikel
Cabai Merah, Tomat, dan Ilmiah Hasil Penelitian
Mentimun Berdasarkan Konsepsi Mahasiswa.
Pengandalian Hama Terpadu. Subagyo, V. N. O. et al., 2017.
Wageningen UR, Netherland: Pengendalian Hama Terpadu
vegIMPACT. Pada Tanaman Cabai Di
Oktavia, N. D., Moelyaningrum, A. D. Kecamatan Cikajang Kabupaten
& Pujiati, R. S., 2015. Garut : Permasalahan Dan Profil
Penggunaan Pestisida dan Petani. Fauna, 16(2), pp. 26-34.
Kandungan Residu Pada Tanah

24

Anda mungkin juga menyukai