Anda di halaman 1dari 57

t*

r
I

Prof. Dr. ,ri Soed.wi Masichur. Sofrran, S,H

HIMPUNAN KARYA
TENTANG
PEMBORONGAN BANGUNAN

f AH DEP"DIKBU
'UR
i-
?2.8
I
, ){
J

PfNlRBlf : LIBLRTY, YOC1AKARTA


HIMPUNAN KARYA
TENTANG

PEMBORONGAN BANGUNAN
r
6r-8

oleh :
Prof. Dr. Sri Soedewi Masichun Sofwan, S.H.
Curu Besar Fakultas Hukum
Universitas Cadlah Mada
Yogyakarta

PENETbit : LIBERTY, YOCYAKARTA


.ss\ \ii .t.t st,,b,/o,,ir/
rll

\"t\ Himpunan karya tentan1


\
B^NCUNAN
N:il,,RONCAN
Prof. Dr. Sri Soedewi Masichun Sofwan, S.H.
Curu Besar Fakultas Hukum PRAKATA
Universitas Cadiah Mada
Yogyakarta

Dengan makin meningkatnya pembangunan phisik di In-


Edisi Pertama,
donesia yang meliputi pembongunan gedung-gedung, jembaton,
Cetakan Pertama, 1982
dam, jolan roya don lain-lain dalom rangko pembongunan lima
tohun sebagaimana ditetapkon dalam GBHN don Repelita maka
@1s82
Httkum Bangunan mempunyai peronan penting di Indonesia.
Ditaiang memperbanyaft isi buku ini, baik sebagian maupun
seluruhnya dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis
Dalam buku ini dimuqt himpunan karya tentong pemikiron
yang dikemukakqn dqlqrn beberapa pertemuan ilmiah, mengenai
dari penulis.
hal-hsl yong menyangkut Pemborongon Bangunon.
Penerbit : Semoga tulison ini dapat menjadi bahan pemikiron dan ba-
LIBERTY, YOCYAKARTA caan bagi sernuo pihak yqng memerlukon dan sebogai bohan per-
layengprawiran 21, 23 bandingan dalam mempelojari masalah yang menyongkut Pem-
Yogyakarta. borongan Bangunan.

Yogyakarta, Januari 1082.


Penulis,

Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H.

PEI ;'LIS'I-.::,;,I Ar'.1.i r,' : : .',",}.I


DEP. PDANE
i". i.,: ,. " j,rb. 6E
pr-",,
{ ,1l
, ,*;{4

)
E-!

lv

HUKUM BANGUNAN DI INDONESIA


( BOUWRECHT )
oleh :

Prof. Dr. Sri Soedewi Masichun Sofwan, S.H.

Pendahuluan

Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia sekarang yang


menitik-beratkan pada pembangunan dalam bidang Ekonomi,
hukum bangunan (bouwrecht) mempunyai fungsi penting dalam
menunjang kemajuan Ekonomi. Bidang hukum demikian bersifat
universil, bersifat internasional, dalam arti mempunyai sifat-
sifat/unsur-unsur persamaan di mana-mana dan mengandung ciri-
ciri yang sama yang dikenal di berbagai negara Hukum bangunan
mencakup sejumlah peraturan perundangan, yang berupa UU
ataupun peraturan-peraturan khusus lainnya yang menyangkut
bidang yang luas, yang pada pokoknya dapat disimpulkan dalam
satu sistem bahwa hukum bangunan ialah semua peraturan yang
bertalian dengan pembangunan bangunan.
Peraturan-peraturan yang dapat digolongkan dalam hukum
bangunan tersebut ada yang terletak dalam bidang hukum privat
dan ada yang terletak dalam hukum publik.l) Dari ketentuan-
ketentrran hukum privat tersebut ada ketentuan-ketentuan yang
bersifat hukum pelengkap dan ada yang bersifat hukum pemaksa.

I )Bandingkan Van Praag, Bouwrecht, Scheltema & Holkema, Amsterdam - 1966,


hal. 8.
3
2

Bagaimana urutannya tentang berlakunya ketentuan- Syarat-syarat umum perjanjian pemborongan ini di Indonesia
ketentuan yang tergolong hukum bangunan itu, yang mengatur ten- juga di negeri Belanda merupakan peraturan yang sudah lama
tang pembangunan bangunan yang harus diperhatikan para pihak adanya, sehingga peninjauan kembali terhadap peraturan ini sesuai
dalam mengadakan perjanjian pemborongan bangunan. dengan perkembangan sekarang di lndonesia patut diperhatikan.

Ketiga, yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pem-


Pertama kali mereka harus tunduk pada ketentuan-ketentuan borongan bangunan ialah ketentuan-ketentuan dari K.U.M. Per-
yang telah ditetapkan oleh para pihak sendiri dalam perjanjian data sendiri yang berlaku sebagai hukum pelengkap. Pertama
pemborongan. Kedua, memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ketentuan-ketentuan tentang perjanjian untuk melakukan peker-
tercantum dalam peraturan tentang syarat-syarat umum perjanjian jaan pada umumnya. Yaitu ketentuan pasal 160l b, pasal
pemborong (Algemene Voorwaarden disingkat A'V.) Yaitu 1604-1616 KUH Perdata. Namun ketentuan pasal-pasal
ketentuan-ketentuan Administrasi. Ketentuan-ketentuan tentang 1604.-1616 tersebut tidak mengatur tentang hak-hak kewajiban
syarat-syarat umum (A.V.) ini hanya berlaku sepanjang para pihak para pihak. Selanjutnya ketentuan-ketentuan dalam hukum
tidak menentukan sendiri. Juga peraturan tentang pelelangan pem- tetangga, terutama yang mengatur tentang hak orang lain, yaitu
borongan umum dan terbatas sebagaimana tercantum dalam S 1933 hak para tetangga yang terkena dengan adanya pembangunan
No. 146. bangunan tersebut. Juga ketentuan pasal KUH Perdata yang
mengatur tentang tuntutan penggantian kerugian mengenai
Syarat-syarat umum perjanjian pemborongan bangunan kerugian yang timbul akibat dari runtuhnya bangunan.
(Algemene Voorwaarden) sebagai singkatan dari peraturan yang Di samping itu harus diperhatikan juga berlakunya peraturan-
lengkapnya disebut : Algemene Voorwaarden voor de intvoering bij peraturan khusus yang bersifat hukum publik yang bersangkutan
aanneming van openbare werken (A.V), yang disahkan dengan dengan perjanjian pemborongan bangunan yang diadakan
Peraturan Pemerintah (Regeringsverordening) No. 9 tahun 1941, Pemerintah RI sendiri (bukan peraturan lama sejak Hindia Belan-
dan Tambahan Lembaran Negara (Bijblad op het staatsblad) No. da)ia1u6 '
14571, disebut juga dengan istilah standaard voorwaardenatau
peraturan standar.
Peraturan Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga No.
- l/12/19/1959 tentang "Penertiban Aparat Pelaksanaan di
Khususnya mengenai persyaratan umum (a.v.) tentang peker- sektor Partikelir dalam lapangan Pembangunan".
jaan bangunan ini terjadinya adalah atas dasar penentuan
Surat Keputusan Presedium Kabinet No. 48lU/Kep./2/1967,
penguasa. Karena pekerjaan pembangunan demikian menyangkut - tanggal 16 Pebruari 1967 tentang "Perjanjian Pembelian dan
pekerjaan yang berhubungan dengan keselamatan umum dan kese-
Pemborongan Pekerjaan".
jahteraan masyarakat, maka perlu ada persyaratan-persyaratan dan
ikut campurnya penguasa. Peraturan tentang syarat-syarat umum Instruksi Presiden No. 17 tahun 1967 tentang Pengarahantdan
(a.v.) tentang pekerjaan bangunan ini diadakan karena mengenai
- Penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam tiga bentuk
hal tersebut KUHP Perdata sangat sedikit mengaturnya. Juga usaha Negara :
peraturan tentang pelelangan pemborongan umum dan terbatas
sebagaimana tercantum dalam Ps. 1933 No. 146.
5

a. Perusahaan Jawatan disingkat Perjan (Departemen (Algemene Voorwaarden atau Standaard voorwaarden) yang
Agency). diatur secara khusus secara lengkap.
b. Perusahaan Umum disingkat Perum (Public Corporation). 3. Pemborongan bangunan di mana hak-hak dan kewajiban para
c. Perusahaan Perseroan . disingkat Persero (Public/State pihak diatur secara lengkap sepanjang mengenai kepentingan-
Company). kepentingan juridisnya,/administrasinya. Sedang segi
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan ang- tekhnisnya hanya secara sumir. Mengenai syarat-syarat umum
garan pembangunan dan cara pelelangan serta pelaksanaan pem- dari perjanjian pemborongan mengandung juga unsur jual-beli,
borongan bagi bangunan-bangunan, baik yang menyangkut yaitu mengenai tanahnya di mana bangunan itu akan
proyek-proyek Pusat maupun Daerah Propinsi atau Daerah didirikan.2)
Tingkat II, yaitu mengenai proyek-proyek mana yang harus
diborongkan melalui tender, proyek mana yang dapat dilaksanakan Di Indonesia berlaku jenis perjanjian pemborongan bangunan
jenis kedua di atas, sedang perjanjian jenis ketiga mulai berkem-
secara eigen beheer, berlakulah ketentuan-ketentuan sebagaimana
tercantum dalam : bang dalam praktek perbankan. Yaitu perjanjian pembelian rumah
dan tanah dengan kredit dari Bank.
Keputusan Presiden No. 14 tahun 1979 tanggal 30 Marbt t97Z
- tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lampiran I). Peserta Pemborongan Bangunan
Instruksi Presiden No. 2 tahun 1977 tentang Program Bantuan
- Pembangunan Daerah Tingkat II, Keputusan Bersama Menteri Dalam proses pemborongan bangunan kita mengenal peserta
Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara pemborongan bangunan yang terdiri atas unsur-unsur :
Ekonomi, Keuangan dan Industri/Ketua Bapenas, No. l0l a. Pemberi kerja (bouwheer).
tahun 1977, No. 109/KMK/ 1977, No. Kep. 801/K/4/1977 ten- b. Perencanaan
tang Penetapan jumlah dan Pedoman Pelaksanaan Program c. Pelaksanaan
Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II tahun 1977/1978.
Dalam proses pemborongan bangunan, khususnya pem-
Di luar Negeri khususnya di negeri Belanda dikenal bentuk lain borongan bangunan pemerintah, Departemen P.U. memegang
dari perjanjian pemborongan bangunan, yaitu ada 3 macam : fungsi dan peranan penting dalam kedudukannya selaku unsur
ataupun peserta dalam pembangunan. Karena untuk proyek pem-
l. Pemborongan bangunan di mana hubungan hukumnya antara bangunan pemerintah yang menyangkut pekerjaan umum yang ber-
para pihak itu hanya tunduk pada ketentuan-ketentuan talian dengan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan umum
sebagaimana diatur dalam B.W. dengan sedikit-sedikit berupa gedung, jalan raya, irigasi, waduk, penyediaan air minum,
per&turan yang melengkapinya. Para pihak hanya mengatur jembatan dan lain-lain, Departemen P.U. senantiasa bertindak
tentang hal-hal khusus mengenai obyek bangunan, harganya
dan lamanya pekerjaan.
2. Pemborongan bangunan yang tunduk pada ketentuan- 2)Mr. Mawan Wijngaarden, Aannening van Bouwwerken en Architecten
ketentuan dalam B.W. dan peraturan-peraturan umum Overeenkomst, Tjeenk Willink - Zwolle, 1975, hal. 19, 20.
6
7

selaku Bouwheer dalam proses pembangunan tersebut. Dalam kea-


c. Algemene Voorwaarden (A.V.). Ketentuan tentang Per-
daan demikian sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan
syaratan umum dalam pemborongan bangunan.
tekhnologi, menuju ke arah terciptanya spesialisasi dalam bidang-
bidang yang bersangkutan, hendaknya pemborong dapat Dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas dari peserta pem-
dilaksanakan oleh unsur-unsur atau peserta pembangunan yang ter-
bangunan tersebut harus dilakukan secara terpisah. Demikian juga
pisah, karena keahlian tidak dapat dikonsentrir dalam satu tangan.
dari ketentuan keputusan Presiden No. 14 tahun 1979 dan tahun-
Demikian juga jika unsur perencana dan pelaksana ini berada tahun sebelumnya tentang APBN dalam pasal l9 ayat 2 ditentukan
dalam satu tangan maka akan mempengaruhi pertimbangan dalam bahwa :

keputusan pemberian pekerjaan. Dalam rangka pembinaan Hukum Pekerjaan perencanaan (design), pengawasan terhadap pe-
Nasional khususnya dalam bidang Hukum Bangunan ini kiranya iaksana dan pelaksana pekerjaan sepanjang memungkinkan
telah merupakan kebutuhan yang mendesak untuk adanya harus dilakukan oleh pihak ketiga yang kompeten.
pengaturan yang lebih mantap mengenai persyaratan wajib daltar, Pelaksana pekerjaan atau kontraktor tidak dapat merangkap
dan izin kerja bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang sebagai pengawas terhadap pelaksanaan pekerjaan pem-
jasa konstruksi. Sehingga perusahaan yang melakukan kegiatan
borongannya.
jasa konstruksi dapat dijamin memenuhi persyaratan keahlian
sesuai dengan bidangnya dan terdaftar. Kemudian berhak Adapun mengenai hubungan kerja, hak dan kewajiban para
melakukan praktek kegiatan dalam bidang tersebut. Hal demikian peserta dalam perjanjian pemborongan ditentukan, bahwa yang
adalah sesuai dengan persyaratan para dokter, akuntan, notaris merupakan pihak dalam perjanjian ialah si pemberi tugas dan pem-
yeng berhak melakukan praktek sesuai dengan keahliannya. borong.
Namun meskipun idealnya menurut teori dan pengetahuan kewa-
jiban para peserta pembangunan harus ditangani dalam tangan Sedangkan hubungan kerja antara si pemberi tugas dengan
yang terpisah, dalam praktek masih terdapat perangkapan tugas an- perencana/pengawas ditentukan, bahwa perencana/pengawas ber-
tara unsur pemberi tugas dan perencana, antara unsur pengawas tindak sebagai wakil dari pemberi tugas dan berkewajiban
dan pelaksana, bahkan masih ada kemungkinan perangkapan melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
ketiga unsur tersebut dalam satu tangan. Perangkapan- Hubungan kerja antara pemberi tugas dan pengawas tersebut di-
perangkapan tugas demikian demi tercapainya nilai pekerjaan yang tuangkan dalam perjanjian khusus antara pemberi tugas dan
baik, demi 'kepentingan keselamatan dan kesejahteraan pengawas.
masyarakat, seyogyanya dilakukan oleh pelaku-pelaku pem-
bangunan yang terpisah. Untuk pembangunan proyek-proyek besar di mana dana pem-
bangunannya didasarkan atas bantuan luar negeri, sering terjadi
Dari inventarisasi peraturan-peraturan yang telah ada yaitu : bahwa unsur perencana/pengawas atas konstruksi dilaksanakan
oleh pihak luar negeri atas dasar kerjasama yang dituangkan dalam
a. Peraturan Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga No. perjanjian khusus.
t/t2/tg/th. 1959.
b. Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. Maka di sini sering terjadi bahwa para perencana ataupun kon-
48/U/Kep./2/1967. sultan tersebut memperlakukan persyaratan-persyaratan standard
sebagaimana berlaku di luar negeri.
I
I

Persyaratan standard demikian yang sesuai dengan standard PENILAIAN TERHADAP PEMBORONG
internasional, pada satu pihak akan memungkinkan efisiensi kerja
dan meningkatkan kecakapan menggunakan alat-alat modern bagi
(PRAKUALIFIKASI, KUALIFIKASI DAN
perusahaan jasa konstruksi, namun pada lain pihak juga akan KLASIFIKASI)
menimbulkan persoalan mengenai segi pengawasan.

Frakualifikasi

Dalamprosedurpemboronganbangunansetelahadanya
pemberitahuan kepada para pemborong melalui advertensi atau un-
dangan, maka sebilum ikut-serta dalam penawaran dan pelelangan,
(pelilangan umum atau terbatas) para pemborong disyaratkan
memenuhi persyaratan prakualifikasi terlebih dulu'
Persyaratan Pra-Kualifikasi
'ditujukan untuk dapat
mengadakan penilaian terhadap pemborong mengenai kemampuan
atauf,un mutg dari pemborongi Prakualifikasi disyaratkan khusus
bagi pemborong yang akan ikut-serta dalam penawaran dan
pelelangan dalam pemborongan bangunan.

Prakualifikasi dalam hal ini merupakan kualifikasi momental


(momentory qualification) yang diadakan pada saat sebelum
-pekerjaan.
pelelangan Jadi prakualifikasi hanya berlaku untuk
iuatu peneniuan iaja, dan merupakan seleksi pendahuluan saja.
cara penilaian dilakukan dengan pengisian questionnaire yang
barus diisi oleh pemborong yang memuat syarat-syarat tertentu'
yang ternyata beibeda untuk daerah Propinsi yang satu dan yang
lain.
Perbedaan persyaratan tentang prakualifikasi dan kualifikasi
yang berbeda-beda di setiap daerah inilah yang menjadi keberatan
Lugi pa.u kontraktor, terutama kontraktor luar negeri, yang ber-
daiartcan joint venture melaksanakan kerjasama dalam pekerjaan
pemborongan bangunan. Melalui prosedur prakualifikasi dapat
menilai informasi-informasi yang dapat disimpulkan dari jawaban-
jawaban questionnaire yang harus diisi oleh para kontraktor. Dari
informasi yang diperoleh dari questionnaire itu yang kadang-
10 11

kadang cukup luas (comprehensive), dapat diketahui segala sesuatu Kualifikasi Pemborong
tentang kondisi calon penawar, yaitu tentang keahliannya,
pengalaman, kemampuan finansiil, kemampuan operasionil dan Persyaratan kualifikasi menurut kepustakaan dan
lain-lain. pengetahuan ditujukan 'untuk menilai pemborong atau seleksi
terhadap pemborong mengenai kemampuannya atau tingkatannya,
Sekarang berdasarkan SK Presiden No. 14 tahun 1979 telah sehingga terdapat penggolongan pemborong menurut tingkat-
ada ketentuan tentang unsur-unsur yang disyaratkan untuk lulus tingkat kemampuan, mulai dari yang kuat, sedang dan kurang.
dalam Prakualifikasi sebagai berikut : Penilaian demikian didasarkan pada data yang disimpulkan dari
a. Adanya akte pendirian; persyaratan untuk prakualifikasi, yaitu menilai keahlian,
pengalaman, kemampuan keuangan, kemampuan peralatan (equip-
b. Adanya surat izin usaha yang masih berlaku; ment), kemampuan operasionil, kemampuan personil dan lain-lain.
c. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Kualifikasi berlaku untuk, jangka waktu yang lebih lama. Di
d. Mempunyai alamat tetap yang sah, jelas dan nyata; luar negeri yaitu di Malaysia dan Philipina lazimnya berlaku untuk
d
e. Nasabah yang baik dari Bank yang diakui oleh Pemerin- 2 atau 3 tahun. Sedangkan prakualifikasi disyaratkan jangka waktu
tah; lebih pendek yaitu I tahun dan diadakan setiap kali pada waktu
f. Kemampuan modal usaha; mengajukan penawaran untuk ikut dalam pelelangan. Dengan
demikian pemborong/kontraktor-kontraktor yang tidak kompeten
g. Berada dalam keadaan mampu dan tidak dinyatakan atau tidak bonafide telah dapat tersisihkan lebih dahulu.
pailit;
h. Mempunyai konduite yang baik dan tidak masuk Daftar Dalam praktek tercipta daftar kualifikasi pemborong di setiap
Hitam; daerah Propinsi yang membagi-bagi kualifikasi pemborong atau
tingkatan-tingkatan menurut kemampuannya. Penentuan
i. Mempunyai referensi pekerjaan yang baik untuk bidang kualifikasi demikian ditentukan oleh panitia tingkat Propinsi
usaha yang diprakualifikasikan;
sedang Panitia tingkat Kabupaten /Kotamadya hanya berfungsi
j. Pimpinan perusahaan mempunyai akhlak yang baik dalam sebagai pembantu. Dalam praktek kepanitiaan tersebut umumnya
kegiatan usahanya; terdiri atas unsur-unsur P.U. Pemerintah Daerah dan dinas yang
k. Pimpinan perusahaan tidak berstatus pegawai negeri; mendapat proyek.
l. Syarat-syarat golongan pemborong/rekanan; Dalam praktek sering dikacaukan antara persyaratan
m. Pemberian kelonggaran/keutamaan bagi pem- prakualifikasi dan kualifikasi. Juga sertipikat/i jazah yang
borong/rekanan golongan ekonomi lemah berupa diberikan untuk prakualifikasi sama saja dengan kualifikasi dan
pemberian bobot yang lebih tinggi dalam penilaian kriteria bahkan jumbuh dengan pengertian klasifikasi.
prakualifikasi.
Klasifikasi Pemborong
Pernyataan lulus prakualifikasi demikian berlaku untuk
jangka waktu satu tahun,dan dapat diperpanjang selama-lamanya Pengertian klasifikasi terhadap pemborong berbeda dengan
satu tahun. kualifikasi, yaitu menilai pemborong/kontraktor menurut
'12 13

jenis/bidang atau spesialisasi yang dilakukan. Sehingga terdapat lDalam perjanjian pemborongan bangunan disyaratkan adanya
pekerjaan
lembedaan pemborong menurut sifatnya spesialisasi jaminan Bank yang berupa jaminan tender (tender garansi/tender
berupa : bond) dan jaminan pelaksanaan (performance bond) yang harus
Bidang tehnik siPil clipenuhi oleh si pemborong sebelum pelaksanaan tender dan
Bidang instalasi sebelum pelaksanaan pekerjaan\ iaminan uang muka (prepayment
Bidang tehnik pengairan bond) harus dipenuhi sebelum pembayaran uang muka. Ditentukan
Bidang arsitektur. juga adanya kontra garansi dari pemborong sebelum pemberian
Bank garansi oleh Bank. Adanya ketentuan demikian menyangkut
pada satu pihak kebijaksanaan dalam perbankan sebagai pihak
Namun pelaksanaan dalam praktek nampak dari rumusan yang harus memberikan Bank garansi atau memberikan fasilitas
sertipixat/ij azah yang diberikan, pengertian tersebut dikacauka.n kredit dalam perjanjian pemborongan, pada lain pihak me-
saja antara kualifikasi dan klasifikasi. Maka hendaknya nyangkut kebijaksanaan dalam Anggaran Belanja Negara
Dipartemen p.U. Cq. Direktorat Cipta Karya menetapkan bentuk sebagaimana ditentukan dalam Keputusan Presiden No. 14 tahun
yang seragam mengenai masing-masing sertifikat dan persyaratan 1979 tentang Pelaksanaan APBN.
yani seharusnya berbeda bagi prakualifikasi. kualifikasi dan .Bank garansi/jaminan Bank yang berwujud tender garansi,
Itasiritasi. Karena terutama persyaratan Prakualifikasi dan adalah bentuk perjanjian penanggungan di mana Bank menjamin
Kualifikasi benar-benar merupakan penilaian terhadap pemborong pembayaran sejumlah uang yang tertentu untuk memenuhi syarat
yang dapat menyangkut keselamatan umum dan kesejahteraan
penawaran di dalam pelelangan pemborongan pekerjaan.
masyarakat serta ketertiban pembangunan.
Khususnya untuk pemborongan bangunan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai pihak yang memborongkan (bowwheer)l'untuk
dapat menunjuk/memilih pemborong yang bonafid dan dapat
Jaminan dalam Perjanjian Pemborongan Bangunan
memenuhi persyaratan-persyaratan pelaksanaan pemborongan
dengan biaya yang murah dan bertanggung-jawab, maka kepada
Khususnya mengenai masalah jaminannya di mana dalam per-
janjian pemborongan bangunan; disyaratkan adanya jaminan Bank para pemborong itu diwajibkan mengadakan penawaran-
penawaran yang kemudian diadakan pelelangan. Untuk dapat
yang harus dipenuhi oleh si pemborong, berlakulah ketentuan-
mengikuti pelelangan pekerjaan demikian kepada pemborong
ketentuan dari Perbankan dan ketentuan-ketentuan dari APBN
yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor, 14 tahun 1979'
selain diwajibkan mengajukan penawaran-penawaran, juga
disyaratkan adanya jaminan Bank yang berupa tender garansi.L--
Jaminan Bank adalah suatu jenis penangguni;an di mana yang ber-
Adanya jaminan Bank yang berupa tender garansi ini telah lazim
tindak sebagai penanggung adalah Bank. Berdasarkan Undang-
dalam praktek perjanjian pemborongan bangunan dan praktek per-
Undang Pokok Perbankan Undang-undang No. 14 tahun 1967
bankan di tndonesia. Di mana persyaratannya telah diatur dalam
ditentukan bahwa Bank Umum tergolong jenis Bank yang berhak
peraturan khusus berbentuk Keputusan Presiden dan perjanjiannya
memberikan Bank garansi di dalam usahanya/pasal 33 ay. 7 / - Bank
dituangkan dalam modal-modal tertentu dari Bank.
garansi terjadi jika Bank selaku penanggung diwajibkan untuk
menanggung pelaksanaan pekerjaan tertentu, atau menanggung Pada tender garansi Bank sebagai penanggung baru bersedia
dipenuhinya pembangunan tertentu kepada kreditur, manakala untuk memberikan jaminan pehawaran bagi kepentingan pem-
debitur wanprestasi. borong, jika pemborong telah menyetorkan sejumlah uang tertentu
14
15

yang besarnya
kepada Bank, atau meminjam kredit dari Bank Di luar Negeri yaitu di Amerika jaminan pelaksanaan atau per-
memenuhi
;*rt dengan'jumlah persentase yang wajibterdapat deposito
dibayarkan
atau forrnancebond itu diberikan oleh Bank, untuk menjamin pelaksa-
,yurut petlhngan. Jika pada Bank telah naan/menyelesaikan pekerjaan atas biaya Bank manakala pem-
memblokir
ilf.rirg dari pemboroni tersebut, maka Bank tinggal borong wanprestasi. Dan jaminan pelaksanaan ini disyaratkan bagi
dari rekining jumlah uang jaminan tender itu' perjanjian pemborongan bangunan dari Pemerintah.3)
jaminan penawaran tersebut segera dikembalikan kepada
Jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan telah lazim
p.rnbotorg apuUita yang bersangkutan tidak menjadi pemenang dalam praktek perbankan dan praktek perjanjian pemborongan
ialam pelJlangan. Selanjutnya jaminan penawaran itu akan men- bangunan di Indonesia, dituangkan dalam model-model tertentu
jadi mitit< NJgara upubilu pemborong yang telah mengajukan dari Bank. Selanjutnya dalam perjanjian pemborongan juga
penawaran mengundurkan diri setelah memasukkan surat mengenal jaminan uang muka yaitu jaminan Bank yang harus
penawarannya.'
diberikan sebelum pembayaran uang muka (20V0 dari nilai
Jaminanpenawarantersebutakandikembalikankepadapem- borongan), di mana besarnya jaminan uang muka ditentukan
"borongyarlgmenangsetelahkontrakditanda-tanganidantelah sebesar jaminan uang muka itu.
memulai pelaksanaan Pekerjaan,' Dalam perjanjian pemborongan bangunan dikenal juga
Jadimaksuddariadanyajaminantenderadalahuntukmen. jaminan pembangunan (bouw garansi), di mana dimungkinkan
jamin agar pemborong teriiat pada penawarannya dan kemudian bahwa pihak yang memborongkan bangunan mensyaratkan adanya
jftr;;;ng pelelangan terikat untuk melaksanakan pekerjaan pemborong peserta yang sanggup bertindak sebagai penanggung,
Vung t.f"h diiawartan. Semuanya
itu dengan sanksi bagi pem- untuk menyelesaikan kewajiban pembangunan tersebut manakala
;;;rt yang telah dikabulkan permintaannya (menang
pekerjaan,
dalam
uang
si pemborong utama tidak dapat mpmenuhi prestasinya, misalnya
pelelanean) namun menolak/tidak melaksanakan karena jatuh pailit atau karena meninggal dunia.
jaminan penawarannya akan menjadi milik Negara'
Adanya penanggung pembangunan demikian, di mana si pem-
Jaminan pelaksanaan adalah bentuk penanggungan yang' borong peserta mengikatkan diri untuk memenuhi/menyelesaikan
diberikan oleh Bank untuk menanggung pelaksanaan pekerjaan kewajiban si pemborong utama, lazim dituangkan dalam bentuk
yang harus dilakukan oleh pemborong. Dalam pemborongan perjanjian penanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam
Lungunur, jaminan pelaksanaan hanya diberikan kepada pem- p. 1820 KUH Perdata. Jadi si penanggung di sini berkewajiban
bor6ng yani t"l"h diluluskan dalam pelelangan pekerjaan, setelah memenuhi prestasi menyelesaikan pembangunan atau menanggung
pemborong menyetorkan sejumlah persentase tertentu dari nilai pembangunan sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan pem-
pemborongan. Dalam hal pemborongan tidak memulai pelaksana- bangunan.
an pekerjaan pada waktu yang telah ditetapkan, maka jaminan
pelaksanaan menjadi milik Negara. Juga dalam hal pemborongan. Di samping adanya jaminan bank/bank garansi di Indonesia
bahm hal pemborongan tidak memulai pelaksanaan pekerjaan sekarang mengenal adanya Surety Bond yang diberikan oleh Surety
pada waktu yang telah ditetapkan, maka jaminan pelaksanaan
menjadi milik Negara. Juga dalam hal pemborong mengundurkan
diri setelah menandatangani kontrak, maka jaminan pelaksanaan 3)Bandingkan Chesley Ayers, PE, Specijications for Architecturc Enginering
&C
menjadi milik Negara. struction, Mc Graw - HILL BOOK Company, New York, hal. 154.
-.ra
16 17

Coy sebagaimana yang diatur berdasarkan Peraturan No. 34 tang- pemberian kredit dalam rekening yang berjalan (kredietverlening in
gal 6 Desimber 1978. Adapun badan hukum yang diberi keper- lopende rekening). Untuk jumlah uang yang telah dibayarkan Bank
cayaan untuk melaksanakannya adalah Perum Asuransi Kerugian akan memperhitungkan kembali dalam debet dari rekening debitur
"Jasa Raharja". Menurut ketentuan yang ada jaminan yang dapat yang sedang berjalan.5)
diberikan oleh Surety Coy Jasa Raharja dapat berupa Surety Bond
khusus Construction Contract Bond yang meliputi :
l. Bid Bond
Perjanjian Pemborongan Bangunan.
2. Performance Bond
Perjanjian pemborongan bangunan tergolong dalam perjan-
3. Advance Payment Bond/prepayment bond. jiar untuk
4. Maintenance Bond dan melakukan p0kerjaan sebagaimana diatur dalam ps.
160l b KUH Perdata, ialah : perjanjian di mana pihak yang satu (si
5. Payment Bond (Labour and Material Bond).+) pemborong) mengikatkan diri dengan pihak lain (si pemesan) untuk
Mengenai bank garansi masalah yang harus diperhatikan menghasilkan pekerjaan tertentu dengan harga tertentu "(ps.
dalam pengaturannya ialah mengenai pencairan jaminan bank l60l B KUH Perdata, diatur lebih lanjut ps.l604-1616)". Keten-
tuan ps. 1604-1616 tidak memuat hal-hal dan kewajiban dari para
tersebut yang menurut pendapat kami dapat dilaksanakan tanpa
pihak. Dilihat dari obyeknya perjanjian pemborongan ini mirip
menunggu keputusan hakim yang menyatakan bahwa debitur wan-
prestasi, namun harus ada janji khusus mengenai pelepasan hak un- dengan perjanjian lain, yaitu perjanjian kerja, perjanjian
melakukan jasa, yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak yang
tuk menuntut lebih dahulu.
satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang
Di luar negeri khususnya di negeri.Belanda dalam prakte\ lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang
pembangunan (bouw garansi) lazim dilaksanakan oleh pemborong lain ialah bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungan
peserta yang bertindak sebagai penanggung untuk menyelesaikan kedinasan/kekuasaan antara buruh dan majikan. Pada pem-
pekerjaan pembangunan manakala pemborong utama wanprestasi. borongan pekerjaan tidak ada hubungan semacam itu, melainkan
Bouw garansi demikian patut menjadi pemikiran mengenai melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan secara mandiri. Sedang
peraturannya dalam undang-undang di mana pelaksanaannya yang dimaksud dengan perjanjian melakukan jasa ialah perjanjian
dapat dilaksanakan baik oleh pemborong peserta, Surety Coy atau untuk melakukan jasa bagi umum, dengan imbalan pembayaran
lembaga lainnya. Dan pengertian Bouw garansi ini tidak sama upah yang tidak dipersetujukan sebelumnya antara para pihak,
dengan Performance Bond. melainkan ditentukan berdasarkan tarip yang layak.

Sesuai dengan ketentuan undang-undang pekerjaan pem- Perbedaan lainnya ialah antara perjanjian pemborongan
borongan akan diberikan kepada the lowest responsible bidder. Di bangunan dengan perjanjian jual-beli ialah :
negeri Belanda pemberian bank garansi oleh bank tidak disyaratkan
adanya jaminan khusus, melainkan diberikan dalam bentuk l. fada perjanjian jual-beli mensyaratkan adanya saat tertentu
P&R*usto,. di mana barang obyek perjanjian akan berpindah menjadi milik
4,Iia.^,tlv
.
IYI: tv
s*",v"lf
r+rll,'
4)pensertian dan peranan r.t
Bond t&4'r.ns ga$r$.ll.oqe
t6{6tarrp nanddfd^
bgl.lt"',"'
fDa{v{
1979. .s I/Jr;i,
:,1 1'' "';;;n5.6'
. l"arl
19
18

bahwa perjanjian pemborongan baru dibuat dalam


jangka waktu 3
pembeli. Perjanjian pemborongan bangunan tidak men- sampai 6 bulan terhitung setelah diterimanya SPK'
syaratkan saat tertentu demikian, rnelainkan akan memerlukan
jangka waktu tertentu, di mana di dalamnya terjadi kegiatan- Dalam hal perjanjian pemborongan tersebut mengandung
kegiatan phisik di atas sebidang tanah. Dan pada akhir jangka unsur-unsur asing atas dasar kerjasama dengan luar negeri, maka
waktu tersebut di atas sebidang tanah itu akan tercipta J*fu* praktek iering terjadi bahwa pihak asing memberikan
bangunan atau terpasang mesin-mesin yang belum ada sebelum- pengertian mengenai persyaratan kontrak/syarat-syarat baku yang
nya. Maka dapat dikatakan bahwa perjanjian pemborongan terasat dari negaranya. Persyaratan standar demikian adakalanya
adalah merupakan resultaat verbiatius, perdata untuk hasilnya tidak diketahui atau tidak terdapat di Indonesia. Sedangkan per-
pekerjaan. syaratan baku sebagaimana yang tercantum dalam A'V' mengan-
2. Pada perjanjian pemborongan bangunan memungkinkan dung banyak ketentuan yang telah usang dan tidak sesuai lagi
deng'an pirkembangan pembangunan sekarang. Oleh karena itu
hadirnya pihak ketiga yang tidak merupakan pihak dalam per-
janjian, namun mempunyai peranan penting dalam pelaksa- pengaturan tentang A.V./peraturan standar yang baru yang
mengandung ciri-ciri Internasional harus segera diadakan'
naan perjanjian, yaitu architect, surveryor atau consulting
engincer. Peraturan tentang persyaratan umum/peraturan Standar pem-
3. Pada perjanjian pemborongan bangunan memungkinkan borongan bangunan yang akan dibuat itu harus menampung ciri-
adanya seorang atau sejumlah subcontractors. Sedang perjan- ciri peiaturan itandar yang modern dau internasional. Di samping
jian yang mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban sub con- itu aemi perlindungan terhadap pemakaian bahan material yang
tractor, ini hanya intern antara mereka dan main contractor. telah ada harus mensyaratkan pema.kaian bahan-bahan material
Bouwheer (employer) tidak mempunyai hubungan perjanjian yang tersedia di dalam negeri. Sedangkan mengenai
dengan mereka. peralihan/pemakaian tekhnologinya harus bersifat menyerap
tenaga kerja dari masyarakat (labour intensive).
Mengenai bentuk perjanjian pemborongan bangunan adalah
tertulis. Dalam hal si pemberi tugas itu adalah Pemerintah, maka
bentuk perjanjiannya lazim dituangkan dalam bentuk perjanjian
standar, di mana syarat-syarat perjanjian ditentukan oleh
pengumha berdasarkan atas syarat urnum dari perjanjian pem-
borongan bangunan (A.V.).
Dalam praktek lazim terjadi bahwa sebelum kontrak/ perjan-
jian pemborongan bangunan itu dibuat, terlebih dulu disampaikan
Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pemborong.
Menurut ketentuan perjanjian pemborongan harus dibuat
segora setdah si pemborong lulus dari pelelangan dan telah
menerirna SPK, kemudian pe&aksanaan perjanjian akan dilakukan
sesuai dengan isi kontrak. Namun dalam praktek sering terjadi
20 21

Mengenai fungsi hukum sebagai alat yang menunjang kegiatan


pembangunan dan alat untuk menciptakan perubahan sosial,
PERANAN HUKUM PERKREDITAN DATAM kiranya telah mendapat tempat dan ditegaskan dalam GBHN
maupun Repelita, Bab tentang Hukum yang mengatakan bahwa :
PEMBORONGAN BANGUNAN* "Ditingkatkan kegiatan usaha penyusunan peraturan hukum dan
oleh : perundang-undangan guna menunjang program pembangunan, ter-
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H. masuk untuk memberi patokan dan pengarahan selanjutnya bagi
pembangunan ekonomi dan perubahan sosial dan selanjutnya
dinyatakan pula bahwa "dalam pembentukan peraturan perun-
dangan tersebut ditetapkan skala prioritas yang sesuai dengan
A. Pendahuluan kebutuhan pembangunan dan juga diperhatikan hubungannya
dengan bidang-bidang lain. "2)
Pembinaan Hukum Nasional yang merupakan usaha pem-
baharuan hukum dan penyusunan tertib hukum dan kaidah-kaidah Maka peranan hukum dan peranan sarjana hukum dalam pem-
hukum, mencerminkan peranan hukum dalam pembangunan Na- bangunan tidak hanya terbatas untuk pemberian pemikiran dan
sional. Pembaharuan hukum haruslah dihubungkan dengan fungsi pemberian pemecahan terhadap persoalan-persoalan hukum yang
hukum itu sendiri, sebagai sarana pembaharuan masyarakat dan timbul pada waktu perencanaan dan pelaksanaan proyek pem-
sarana pembangunan Nasional. Fungsi hukum di sini tidak hanya bangunan di negaranya sendiri. Melainkan juga harus berperan
melaksanakan kepastian hukum dan ketertiban saja, atau hanya dalam proses pembangunan tersebut, baik di negaranya sendiri
melakukan social control saja, melainkan juga sebagai sarana un- maupun dalam hubungannya dengan negara lain. Maka rnenurut
tuk melaksanakan perubahan masyarakat dan sarana untuk David E Allan : He has not only to play both these narrow and
menunjang pembangunan. Selanjutnya mampu untuk memberi broad roles in the development process in his own country; he may
arah untuk jalannya pembangunan, mampu menciptakan/menjaga be required to represent the interests of his country in negotiations
interrelasinya dengan bidang-bidang lain, mampu untuk with representatives of other interests or other countries at home or
melakukan pendekatan secara inter disiplinair dan multi disiplinair abroad at this point, no matter how good the legal system is nor
serta mampu untuk menampung perkembangan masa depan. how clearly articulated are its goals, without skilled representatives
and negotiators, it cannot succeed against interests which are
Memang tidak gampang untuk menunjukkan hasil akhir dari represented by those who have greater skill. In this context,
karya hukum, tidak nampak dalam hasil yang nyata dan karya therefore, the lawyer who is engaged in development financing in a
hukum memang tidak pernah ada akhirnya, karena hukum senan- less developed country, must reach standards of excellence, consis-
tiasa tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan tent with those that prevail internationaliy.
masyarakat. Maka tepatlah kata Roscoe Pound, Law must be
stable and yet it can not stand still.l) Berdasarkan CBHN dan Repelita ditentukan bahwa kebi-
jaksanaan perkreditan dan perbankan di Indonesia merupakan
bagian dari kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan. Karenanya
masalah perkreditan termasuk dalam skala prioritas yang harus
*Pidato Dies pada Peringatan Dies Natalis Universitas Negeri Jam-
diperhatikan pengaturannya dalam peraturan perundangan. Kebi-
bi, tanggal 4 April 1981. jaksanaan perkreditan demikian mengalami perkembangan dari
22 23

masa ke masa dan makin dirasakan manfaatnya bagi peningkatan telah diberikan melalui lembaga keuangan Bank dan non Bank
pembangunan ekonomi dan pembangunan yang menyeluruh pada dalam rangka penunjang kegiatan-kegiatan pembangunan berwu-
umumnya. Maka dalam rangka pengembangan dan peningkatan jud :

kebijaksanaan perkreditan demikian, aspek-aspek hukum yang


Kredit likuiditas yang diberikan oleh Bank Indonesia guna me-
melandasi dan mendukung kebijaksanaan, meganisme, dan - nunjang Bank-bank pelaksana dalam memberikan kreditnya.
struktur perkreditan tersebut, perlu mendapat penanganan yang
serius. Hal demikian kiranya seirama dengan usaha pembinaan Kredit produksi, diberikan kepada dunia usaha yang berwujud
Hukum Nasional kita, di mana tahap demi tahap dari Pelita I, - kredit inveslasi dan kredit eksploitasi.
Pelita II, Pelita III, sebagaimana tercantum dalam GBHN Tap.
MPR No. IV th. 1973 dan GBHN rh. 1978, usaha pembinaan Kredit investasi, diberikan dalam jangka panjang untuk mem-
- biayai barang modai berupa pengadaan gedung-gedung, ryesin-
Hukum makin ditingkatkan.
mesin dan peralatan produksi lainnya.
Sehingga kebijaksanaan dari Pemerintah dalam pemberian
Kredit eksploitasi, diberikan untuk membiayai dunia usaha
prioritas dan fasilitas perkreditan dalam pembangunan itu tidak - dalam mengadakan modal kerja, rnembiayai modal tetap untuk
hanya berlaku bagi badan-badan Pemerintah saja, melainkan juga perluasan usaha, rehabilitasi usaha dan lain-lain.
berlaku terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan swasta. Namun di
samping itu tidak hanya perusahaan yang disyaratkan untuk * Kredit konstruksi, diberikan oleh Bank-bank umum kepada
memenuhi perencanaan dan tujuan pembangunan Pemerintah, pemborong untuk membiayai pemborongan bangunan,
melainkan bagi keamanan dari modal yang telah ditanamnya juga sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemborongan untuk
memerlukan adanya iklim yang baik dan kestabilan pertumbuhan membangun gedung-gedung pemerintah, jalan-jalan dan waduk
ekonomi sebagai jaminan.rl dan sarana phisik lainnya sebagaimana' digalakkan dalam
Kepres No. 14 A th. 1981..
Fungsi dari hukum dalam perkreditan adalah menciptakan
suatu sistem yang memungkinkan bahwa dalam perencanaan pem- Kredit perumahan diberikan oleh BTN dan PT Papan untuk
biayaan yang memadai, selain memperhatikan adanya faktor keun-
- pengadaan perumahan bagi pegawai kecil dan pegawai
tungan dari perusahaan hendaknya ada tanggungjawab yang ber- golongan menengah.
sifat hukum publik dari perusahaan. Karenanya dapat disimpulkan -: Kredit bagi golongan Ekonomi Lemah, diberikan untuk menun-
bahwa dalam pembangunan perusahaan-perusahaan pemborongan jang kegiatan petani dan pengusaha golongan Ekonomi Lemah.
adalah merupakan partner pemerintah dalam pelaksanaan pem-
borongan pembangunan. Bank-bank garansi dan surat jaminan yang diberikan oleh Banf
- dan Lembaga Keuangan non bank untuk memberikan jaminan
Dalam rangka pemikiran demikianlah kita bicarakan mengenai tender (tender bond), jaminan pelaksanaan (performance
aspek-aspek hukum dalam perkreditan yang menunjang berbagai bond), jaminan uang muka (prepayment bond),1 jaminan
kegiatan pembangunan, yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan (maintenance bond).
pengaturannya dan dalam pelaksanaannya. Di mana aspek hukum
itu tidak hanya menyangkut ketertiban dan kepastian hukum saja,
melainkan melandasi pembaharuan dan kegiatan pembangunan itu
sendiri. Berbagai jenis perkreditan dan kebijaksanaan perkreditan
24
25

B. Faktor-faktor Utama yang Mendukung Keb$aksanaon


Perkredltan dalam Pemborongan Bangunan.
C. Sumber Dana
Aspek-aspek hukum yang harus diperhatikan dalam bidang
Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek
peribangunan, yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana pemborongan bangungn yang dananya berasal dari pemerintah
phisik, berupa pembangunan gedung-gedung, jalan-jalan, (APBN) ialah berlakunya azas-azas pengutamaan yang harus
jembatan-jembatan, dam-dam, irigasi untuk pengembangan dalam diperhatikan dalam pelaksanaan pemborongan bangunan.
pertanian, pengembangan perindustrian dan perdagangan, pengem- Mengenai pembangunan phisik yang termasuk program pemerintah
yang anggarannya berasal dari APBN telah diatur secara lengkap
bangan import-eksport, pengembangan usaha real estate dan in-
dustrial estate. Di samping itu perkreditan iuga mempunyai dalam Kepres 14 A th. 1980 beserta lampiran-lampirannya.
peranan penting bagi semua kegiatan dalam rangka perlindungan Khususnya mengenai pelaksanaan pemborongan bangunan
bagi golongan ekonomi lemah. Maka patutlah mendapat perhatian menurut peraturan tersebut dapat dilakukan melalui :
agar kebijaksanaan perkreditan di Indonesia baik dalam l. Pelelangan umum.
pengaturan maupun pelaksanaannya dapat menunjang kegiatan- 2. Pelelangan terbatas
kegiatan tersebut di atas. 3. Penunjukan langsung
Untuk terlaksananya kebijaksanaan perkreditan yang Selanjutnya dalam Kepres 14 A th. 1980 dikenal/diatur
memadai, maka faktor-faktor utama yang mendukungnya perlu pengutamaan-pengutamaan yang harus diperhatikan oleh
mendapat penanganan yang serius dan diprioritaskan, ialah Departemen/Lembaga maupun pemborong yang melaksanakan
mengenai : pemborongan bangunan sebagai berikut :

-Sumber
dana yang tersedia pada Bank untuk memungkinkan l. Pengutamaan pemakaian bahan material hasil produksi
memberikan macam-macam kredit guna meningkatkan kemam- dalam negeri.
puan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan. 2. Pengutamaan Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah.
kontrak dan bentuk kontraknya yang menjadi dasar 3. Pengutamaan Perusahaan setempat.
-Persyaratan
pemberian kredit.
Pengutamaan-pengutamaan tersebut di atas harus
*Pemberian kredit dan lembaga j8rninannya yang ampuh, pro- diperhatikan oleh Departemen/Lembaga maupun oleh pelaksana
* sedur yang cepat, murah dan efisieq. pemborongan bangunan dalam pembelian material yang akan
pemberi kreditnya yang tidak terbatas pada Bank- dipakai dalam pemborongan bangtinan. Juga harus diperhatikan
-Lembaga
bank melainkan juga lembaga non Bank, dalam penentuan pemborong, baik melalui pelelangan ataupun
penunjukan yang mengutamakan pemborong golongan ekonomi
pengadaan tanah bagi kegiatan-kegiatan perkreditan Iemah dan pemborong setempat yang memenuhi syarat bonafiditas.
-Masalah
yang menyangkut tanah dalarn pemborongan bangunan dengan
kepastian hukum dan kepastian hak. Guna membiayai kegiatan pemborongan yang berupa kredit
konstruksi dan kredit-kredit lainnya dalam pemborongan
eksekusinya bagi kredit pemborongan bangunan. bangunan, tersedia macam-macam kredit yang sumber dananya
-Masalah
sebagian besar berasal dari Pemerintah, yaitu dari uang tabungan
26 27

Pemerintah. Dana tersebut disalurkan lewat Bank Indonesia (BI) Kemudian sumber dana juga dapat berasal dari luar negeri,
berupa kredit likuiditas yang diberikan kepada bank-bank yang berupa bantuan pinjaman maupun investasi dari luar negeri.
pelaksana dengan bunga yang rendah, di samping kredit langsung Aspek hukum yang mendukung kegiatan pinjaman dan investasi
yang diberikan BI kepada Bulog untuk pengadaan pangan dan luar negeri ini adalah segi kontraknya tentang pinjaman dan in-
distribusi beras, serta beberapa kegiatan jasa tertentu. Di samping vestasi luar negeri tersebut. Jika perjanjian-perjanjian peminjaman
itu juga dana yang berupa kekayaan dari Bank sendiri, yang dan perjanjian investasi tersebut menyangkut perjanjian standar,
diperoleh dari giro, deposito dari tabungan (Taska, Tabanas). Jugi maka harus diperhatikan berlakunya peraturan standar yang men-
memanfaatkan dana dari Asuransi, dana pensiun dan dana jadi dasar adanya perjanjian-perjanjian standar tersebut, yang
tabungan dari Bank-bank lain untuk pembiayaan. seharusnya bersifat memberikan perlindungan kepada si lemah.
Serta waspada terhadap berlakunya peraturan-peraturan standar
Selain dana tersebut di atas sumber dana yang lain adalah luar negeri yang mengandung syarat-syarat yang memberatkan dan
menyerap dana dari masyarakat, dengan penerbitan Surat-surat mungkin peraturan standar demikian belum dikenal di Indonesia.
obligasi berjangka panjang sebagaimana sekarang dilakukan oreh
PT Papan Sejahtera untuk pengadaan perumahan bagi pegawai
golongan menengah. D. Fersyaratan Kontrak dan Bentuk Kontrak
Di samping itu khususnya untuk kredit-kredit jangka panjang
dengan jaminan
Perjanjian pemberian kredit, lembaga jaminan dan surat
Hipotik yang diberikan untuk pengadaan papan, jaminan dari Bank dan Lembaga non Bank adalah bersifat perjan-
kredit yang disalurkan lewat BTN bagi pembangunan perumahan jian pokok dan perjanjian tambahan (accesoir). Perjanjian
Perumnas maupun non Perumnas. Dalam hal ini patut
pemberian kredit tersebut lazim dibuat dalam bentuk perjanjian
diperhatikan adanya sumber dana dengan menyerap dana dari
standar. Juga perjanjian janninannya serta surat jaminan yang
masyarakat dengan penerbitan saham-saham Hipotik (pand
berupa perjanjian accessoir dituangkan dalam bentuk perjanjian
brieven).
standar, berupa perjanjian Hipotik, Credietverband, fiducia,
Aspek hukum yang sangat mendukung pemberian kredit gadai, jaminan orang (borgtocht), bank garansi dan lain-lain.
tersebut ialah segera adanya UU tentang Bank Hipotik, yang
Kemungkinan di samping perjanjian induk juga muncul anak-
khusus akan melayani pemberian kredit dengan jaminan hipotik,
anak perjanjian yang mendasarkan kepada peraturan atau per-
yang memungkinkan pemberian kredit dalam jumlah nilai yang
syaratan khusus. FIal demikian lazim juga terjadi dalam kegiatan
besar dan jangka panjang yang tidak dapat dilayani oleh Bank
bisnis di luar negeri, sebagaimana dikemukakan Harding Boulton
Umum biasa. Termasuk dalam kredit jumlah besar dan jangka pan- bahwa : "Passing down the scale of business transactions from the
jang tersebut adalah kredit untuk pembangunan perumahan dan
negotiation\of major contracts and the facing of crises, there are a
pembelian perumahan. Kredit demikian dananya dapat diperoleh
number of transactions at the other and which occur so frequently,
dari Bank tidak hanya berasal dari Pemerintah, melainkan dapat and are of such a routine nature that nothing at all appears in
menyerap dana dari masyarakat melalui obligasi, penerbitan pand
. writing, in connection with them, and the facts that they create legal
brieven. Di samping itu perlu juga terbentuk UU rentang Hipotik rights and duties is hardly remembered. The greater part of the
perumahan, ialah sistem Hipotik yang khusus diadakan untuk detail trade, comes within this category.a)
menggalakkan pembangunan/pembelian perumahan.
28 29

Praktek hukum dalam dunia perbankan yang menentukan calculation of risks. Risks which are difficult to calculate can be ax-
pembelian kredit dan penjaminannya dalam bentuk perjanjian cluded altogether".s)
standar, hendaknya didukung oleh peraturan standar (general con-
dition; algemene voorwaarden) yang mengandung perlindungan Oleh karenanya mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak,
bagi si lemah. Mengenai kewajiban adanya peraturan standar yang janji-janji khusus clausula-clausula yang diadakan antarapara
menjadi dasar untuk berlakunya perjanjian standar tersebut, hen- pihak hendaknya tegas-tegas dirumuskan dalam perjanjian.
daknya Bank Indonesia dapat berperan untuk mewajibkan dan
memberikan pengarahan untuk adanya peraturan standar tersebut Dalam perjanjian-perjanjian yang berupa jaminan orang
(borgtocht) dan bank garansi, hendaknya clausula menggunakan
bagi Bank-bank Pelaksana, di samping adanya peraturan standar
dari Bank Indonesia sendiri dalam pemberian kredit liquiditas. hak-hak utama dari penanggung ataupun clausula melepaskan hak-
hak utama dari penanggung, dicantumkan dengan tegas dalam per-
Selanjutnya peraturan standar demikian hendaknya janjian penanggungan ataupun surat jaminan bank. Baik pada
berlakunya memenuhi syarat/cara untuk berlakunya peraturan bank garansi yang berupa jaminan tender (tender bond), jaminan
standar. Yaitu dengan jalan dicantumkan dalam kontraknya (ter- uang muka (prepayment bond), jaminan pemeliharaan
cantum dalam rumusan kontrak), atau diberi-tahukan secara (maintenance bond) pada perjanjian pemborongan hendaknya
khusus untuk mendapat persetujuan, atau dengan menunjuk pada clausula pelepasan hak utama oleh Bank dicantumkan dengan tegas
berlakunya peraturan standar tersebut. Perlindungan bagi si lemah dalam surat jaminan bank. Dengan demikian berarti bahwa pihak
demikian hendaknya tertera dalam rumusan kontrak yang yang diberi jaminan langsung dapat menuntut pembayaran pada
mengikat kedua belah pihak yang bersangkutan. Karena pada Bank manakala pihak yang dijamin wanprestasi. Demikian juga
hakekatnya terciptanya perjanjian standar tersebut adalah untuk hendaknya masa kapan saatnya mengajukan claim pencairan
demi tercapainya pemenuhan perjanjian sebagaimana diwajibkan. jaminan, ditentukan dengan tegas dalam surat jaminan bank. Hal
Tidak hanya melindungi kepentingan kreditur, melainkan juga demikian untuk menjaga adanya selisih pendapat/sengketa
kepentingan debitur, bahkan juga kepentingan masyarakat. Yaitu mengenai kapan mulainya pencairan dari uang jaminan tersebut.
pada perjanjian yang mengandung resiko kerugian keuangan (per- Untuk adanya pencairan dari uang jarninan tersebut setelah adanya
janjian perbankan), menyangkut keselamatan umum (perjanjian wanprestasi, tidak disyaratkan adanya keputusan lebih dahulu,
pengangkutan), menyangkut keselamatan umum dan tertib melainkan dapat langsung meminta pencairan dari uang jaminan.
bangunan (perjanjian pemborongan bangunan), untuk membatasi
kemungkinan resiko demikian perj anjiannya senantiasa dituangkan
dalam perjanjian standar. Maka tepatlah apa yang dikemukakan E. Masalah Pemberian Kredit dan Lembaga Jaminan
oleh Dodald Black dan Maureen Mileski, bahwa : "The usefulness
of these standardized contracts was discovered and perfected in the Hal yang penting Iagi kebijaksanaan pemberian kredit untuk
transportation, construction, insurance, and banking business, pemborongan bangunan ialah mengenai lembaga jaminannya atau
their use spread into all other fields of large scale enterprise, into in- ikatan kreditnya. Karenanya pada dasarnya sebagaimana tercan-
ternational as well as national trade, and into labour relation. [t is tum dalam UU Pokok Perbankan ditentukan bahwa bank dilarang
to be noted that uniformity of terms of contracts, trypically recurr- untuk memberikan kredit tanpa adanya jaminan. Jaminan tersebut
ing in a business enterprise is an important factor in the exact dapat bersifat materiil maupun immateriil.6) Namun di sa4ping itu
pada Bank berlaku juga azas commanditeringsverbod, yaitu idanya
30 31

larangan bagi bank bahwa dengan pemberian kredit tersebut bank Mengenai pemberian kredit untuk pembangunan rumah dan
menjamin resiko si debitur. Dalam arti jika debitur tidak dapat pembelian rumah yang dijamin dengan Hipotik, telah
memenuhi kewajibannya, bank dapat mencairkan jaminan untuk dimungkinkan adanya Hipotik jangka panjang (5 sampai 25 tahun).
pernenuhan hutang si debitur. Jaminan tersebut dapat berupa ben- dengan jaminan tanah dan rumah yang akan dibelinya. Pemberian
da bergerak dan tak bergerak, jaminan perorangan kredit jangka panjang demikian hendaknya dengan pemasangan
(penanggungan), surat-surat berharga dan lain-lain. Sedangkan Hipotik secara nyata (pemasangan secara riil).2)
ikatan kreditnya dapat berupa Hipotik, Credietverband, gadai,
fuducia, borgtocht, cessi sebagai jaminan. Maka untuk kredit jangka panjang tersebut yaitu untuk pem-
bangunan perumahan, ikatan kredit yang hanya dalam bentuk
Berciasarkan Kepres No. 14 A th. 1980 bagi pemborong yang Surat Kuasa memasang Hipotik tidak dibenarkan, karena tidak
memperoleh pemborongan bangunan dari pemerintah dapat menimbulkan kepastian hukum dan kepastian hak, tidak mem-
memperoleh kredit (construction loan) dari Bank Pemerintah punyai kedudukan preferensi dan tidak mempunyai nilai pembuk-
dengan bunga yang rendah. Dalam hal demikian maka pembayaran tian yang kuat.
harga borongan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak
dilakukan melalui Bank pemberi kredit tersebut, dan dipergunakan Maka bagi pemberian kredit untuk pembangunan/pembelian
untuk membayar kembali kredit. Sebagai jaminan dari construction rumah hendaknya mulai diintrodusir figur bouwhypotheek. Di
loan demikian dapat diikat dengan Hipotik atas tanah/tanah beser- mana plafon kredit tidak diberikan sekaligus, melainkan
ta rumah pemborong. dimungkinkan pemberian kredit secara sebagian demi sebagian,
sesuai dengan perkembangan/kemajuan pembangunan rumah
Maka untuk meningkatkan kemampuan pemborong dalam tersebut. Jika jumlah plafon kredit tercapai rumahnya telah jadi
pemborongan bangunan selain dimungkinkan memperoleh kredit seluruhnya, dapat dipakai sebagai jaminan untuk seluruh kredit
konstruksi (construction loan), juga mendapat kesempatan yang diberikan.
memperoleh pembayaran uang muka (2090 dari nilai kontraknya),
dan segera akan memperoleh pembayaran tahap pertama (3090 dari Figur bouwhypotheek ini perlu dikembangkan di Indonesia,
nilai kontrak). Dengan demikian diperhitungkan bahwa si pem- demi menggalakkan pembangunan/pembelian perumahan di In-
borong akan mampu segera memulai pelaksanaan pemborongan donesia. Demikian juga tanah-tanah milik bersama yang telah
dan menyelesaikannya sesuai dengan kontrak. bersertipikat dapat menjadi jaminan Hipotik, tanpa menunggu
adanya pengkaplingan dan pensertipikatan atas nama perorangan.
Demi meningkatkan kemampuan real estate untuk ikut meng- Asal tanah tersebut adalah tanah hak milik, hak guna bangunan,
galakkan pembangunan perumahan, hendaknya kepada real estate hak guna usaha yang telah bersertipikat.
juga dimungkinkan untuk mendapat construction loan dengan per-
syaratan yang s:lma dengan pemborong biasa. Karena pada Juga bagian dari gedung bertingkat atau apartemen hendaknya
hakekatnya real estate adalah pelaksana dari master plan daerah. dapat dimiliki secara indifiduil dan diterbitkan sertipikatnya.
Kemudian apartemen tersebut dapat disewakan, dijual, ditukar,
Dapat dikatakan bahwa kegiatan pemborongan bangunan dihadiahkan dan dipakai sebagai jaminan dengan ikatan Hipotik,
tidak hanya menyangkut kegiatan jasa konstruksi semata-mata, sebagaimana dimungkinkan berdasarkan PMDN No. 14 A th. l9Z5
melainkan juga berhasil guna menyerap tenaga kerja (memberikan dan PMDN No. 4 th. 1977.8) Hal demikian akan sangat mendukung
lapangan kerja) dan mendorong hasil produksi bahan-bahan kegiatan Real estate dan Perumnas dalam pembangunan gedung
material dalam negeri ikut meningkat.
33
32

nilai pembuktian yang kuat dan memenuhi kewajiban pembayaran-


bertingkat untuk keperluan perumahan, perkantoran, pertokoan di pembayaran yang diwajibkan (materai hipotik, biaya akte hipotik
daerth perkotaan dengan penduduk padat, di mana penyediaan dan pendaftaran/sertipikat hipotik).
tanah sangat terbatas. Karenanya di daerah tersebut pembangunan
perumahan dan perkantoran seyogyanya berbentuk gedung ber-
tingkat, tidak dapat lagi berupa "conventional single family Lembaga Keuangan Bank/Non Bank
home."9)
Mengenai lembaga pemberi kredit dan lembaga pemberi surat
Dalam praktek sewa beli/huurkoop atas rumah banyak jaminan tidak terbatas pada lembaga keuangan bank, melainkan
dilakukan oleh Real estate dan Perumnas, dalam rangka penjualan juga dapat diberikan oleh lembaga non bank.
rumah murah dan rumah sedang oleh real estate ataupun penjualan
rumah murah oleh Perumnas. Namun dalam praktek sering terjadi, Berdasarkan Kepres No. 14 A th. 1980 mengenai kewajiban
nampak dari formulir-formulir atau kontrak yang diadakan bahwa memberikan surat jaminan pada pemborongan bangunan tidak
apa yang dirumuskan dengan jual-beli mengangsur oleh perusahaan hanya dapat diberikan oleh lembaga Bank melainkan juga oleh lem-
real estate tersebut, sebetulnya adalah sewa beli. Hal tersebut nam- baga keuangan non bank. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri
pak dari peralihan haknya yang ditentukan di sana bahwa peralihan Keuangan No. 271IKMK 0l l/1980 Surat Jaminan dapat diberikan
haknya baru terjadi setelah lunas. tidak hanya terbatas pada bank Pemerintah, melainkan juga dapat
diberikan oleh Bank Pembangunan Daerah, Bank swasta nasional
Karenanya pengaturan sewa beli dalam peraturan perun-
dan Perum Jasa Raharja.
dangan sungguh sangat mendukung kegiatan perusahaan-
perusahan tersebut, dalam rangka mencukupi pengadaan dalam Pada bank garansi, Bank sebagai penanggung baru bersedia
bidang papan. untuk memberikan jaminan bagi kepentingan pemborong, jika
pemborong telah menyetorkan sejumlah uang tertentu kepada
Selanjutnya dalam hal ikatan kredit tersebut berupa Hipotik,
rnaka prosedur pembebanan Hipotik haruslah memuat tata-cara Bank, atau meminjarn kredit dari Bank yang besarnya sesuai
dengan jumlah persentase yang wajib dibayarkan memenuhi syarat
dan meganisme sebagaimana disyaratkan untuk timbulnya hak
jaminan yang kuat yaitu harus melalui prosedur : pelelangan. Jika pada Bank telah terdapat deposito atau rekening
dari pemborong tersebut, maka Bank dapat mernblokir dari reke-
l. Perjanjian pemberian kredit di Bank, dengan kesanggup- ning sejumlah uang jaminan tender itu.
an jaminan Hipotik (perjanjian pokok dan abligatoir).
Di luar Negeri yaitu di Amerika berbeda dengan di Indonesia,
2. Perjanjian pemberian Hipotik yang harus dituangkan jaminan pelaksanaan atau performance bond itu diberi oleh Bank
dalam akta PPAT (perjanjian yang accessoir dan mengan- untuk menjarnin pelaksanaan/menyelesaikan pekerjaan atas biaya
dung ciri hak kebendaan). Bank, manakala pemborong wanprestasi. Dan jaminan pelaksa-
3. Pendaftaran akte Hipotik ke Seksi Pendaftaran Tanah (un- naan ini disyaratkan bagi perjanjian pemborongan bangunan dari
tuk diterbitkan sertipikatnya, merupakan alat pernbuktian pernerintah.lo)
yang kuat).
Di Negeri Belanda pemberian bank garansi oleh bank tidak
Hal tersebut harus dilakukan untuk menjaga agar Hipotik mem- disyaratkan adanya jaminan khusus melainkan diberikan dalam
punyai kedudukan preferensi, diketahui oleh urnum, mernpunyai bentuk pemberian kredit dalam rekening yang berjalan
34
35

(kredietverlening in lopende rekening). Untuk jumlah uang yang


telah dibayarkan Bank akan memperhitungkan kembali dalam Hipotik, maka hendaknya masalah penyediaan tanahnya
debet dari rekening debitur yang sedang berjalan.lt) ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tanah tersebut statusnya
dapat dibebani Hipotik. Tanah-tanah tersebut haruslah berstatus
PT Papan Sejahtera sebagai lembaga keuangan non Bank ber- hak milik, hak guna bangunan ataupun hak guna usaha yang
dasarkan SK Menteri Keuangan No. 75IKMK. 0l l/80 tahun 1980 bersertipikat. Usaha pendaftaran tanah dan pemberian sertipikat,
diberi tugas untuk membiayai pemilikan rumah bagi golongan perlu memperoleh perhatian yang serius. Maka persyaratan adanya
masyarakat berpenghasilan menengah dengan pemberian kredit sertipikat tanah bagi pemasangan lembaga jaminan, yang tidak
jangka menengah dan jangka panjang. Yang menghimpun dananya diimbangi dengan kegiatan usaha pendaftaran tanah dan penser-
di antaranya selain dengan kerjasama dengan pihak luar negeri, tipikatan .tanah secara masal, dengan prosedur cepat, murah dan
juga menghimpun dana dari masyarakat dengan penerbitan surat efisien, akan merupakan hambatan utama di Indonesia bagi
obligasi dan dikenal dengan istilah obligasi perumahan. Di samping berhasilnya kebijaksanaan perkreditan. Hal demikian penting un-
itu juga memanfaatkan dana asuransi dan dana-dana lainnya yang tuk menunjang pengembangan perindustrian, perusahaan,
belum digunakan. Namun hendaknya jika dalam pemberian kredit perekonomian pada umumnya, perumahan dan perlindungan bagi
tersebut menyangkut jarninan Hipotik, juga harus mengindahkan golongan ekonomi lemah.
prosedur pernasangan Hipotik secara nyata, tidak cukup dengan SK
Sebaliknya dari pihak Bank/Lembaga keuangan non Bank
Hipotik sampai kredit lunas.
sebagai pihak yang memberikan kredit, jika ternyata tanah yang
Selanjutnya Perum Asuransi Jasa Raharja berdasarkan FP dipakai sebagai jaminan tersebut telah bersertipikat, hendaknya
No. 34 th. 1978 diberi kewenangan untuk melakukan Surety dilakukan pemasangan secara nyata/riil. Hendaknya jangan
Bonding. Yaitu memberikan surat jaminan/surety bond dalam per- memberikan kredit dengan ikatan Surat Kuasa memasang Hipotik
janjian pemborongan bangunan (construction contract bond) yang terlebih-lebih untuk kredit berjumlah besar dan berjangka panjang.
berupa : bid bond, performance bond, advance payment bond
labour and material bond, maintenance bond. Dalam pemberian Berdasarkan PMDN No. 2 th. PMDN No. 12 th.
1978 dan
surety bond tersebut juga harus mengindahkan berlakunya Hipotik yang
1978 telah ditetapkan biaya pensertipikatan tanah dan
ketentuan-ketentuan dalam penanggungan, yang memungkinkan cukup murah yaitu untuk tanah-tanah dalam kota dengan biaya
perusahaan Asuransi Jasa Raharja dapat digugat langsung untuk Rp 5.000,00 sedang untuk tanah-tanah luar kota dengan biaya
memenuhi prestasi, manakala debitur wanprestasi. Pemberian sure- Rp 500,00. Jika pemohon badan hukum masing-masing dilipatkan
ty bond tersebut tidak mensyaratkan adanya kontra garansi, tetapi menjadi sepuluh kalinya. Hal demikian kiranya dapat mendorong
mensyaratkan pembayaran survice charge dan pembayaran premi. usaha menggiatkan pensertipikatan tanah tersebut secara massal
maupun secara insidentil.

Masalah Penyediaan Tanah


Di samping itu berdasarkan PMDN No. 14 th. 1975 dan
PMDN No. 4 th. 1977 telah dimungkinkan pensertipikatan bagian
Dalam hal pemberian kredit untuk pemborongan bangunan dari bangunan bertingkat secara horizontal maupun bagian
tersebut menyangkut jaminan yang bertalian dengan tanah ataupun bangunan secara vertikal yang merupakan pemilikan secara in-
menyangkut pemberian kredit untuft membangun dividuil di atas tanah milik bersama. Aspek-aspek hukum demikian
rumah/pembelian rumah di atas sebidang tanah dengan jaminan kiranya sangat mendukung penghunian rumah menurut sistem
Condominium maupun menurut sistem apartemen, yang kemudian
36 37

bagian bangluan tersebut dapot disewakan, dijual, diperatihkan pengadilan, meskipun grosse akte Hipotik mempunyai kekuatan
dan dibcbani }iipotik sebagai isninan.t2l Wasarkan l@res 14 A eksekutorial dan janji untuk menjual merupakan parate eksekusi,
th. 1980 bagi pengadaan tanah untuk keperluan proye* sektoral namun Bank lazim juga menyuruh debitur menjual sendiri ben-
yang dilaksanakan oleh depa*cmen/lembaga biayanya dlsediakan
danya di bawah pengawasan Bank.14)
dalam DIP dan tidak dibebankan kepada daerah dalam hal pem-
bangunan perumahan dinas dilaksanakan dengan memanfaatkan Hendaknya kewenangan dari kreditur untuk melaksanakan
Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum- eksekusi secara langsung dalam hal debitur wanprestasi benar-benar
nas). ditegakkan, dalam batas waktu yang dimungkinfian oleh Undang-
undang, tanpa atau sebelum meminta campur tangan pengadilan
atau PUPN.
Ehsekusi
Khususnya dalam pemborongan bangunan menghadapi
Jaminan Hipotik dan credietverband mengandung hak untuk debitur (pemborong) yang wanprestasi ini sangat bermanfaat
pelaksanaan pemenuhan piutangnya terhadap benda jaminan, adanya figur Bouw Garansi dikembangkan di Indonesia. Bouw
manakala piutang sudah dapat ditagih (Opeisbaar) dan debitur garansi memungkinkan adanya pemborong peserta yang bertindak
ternyata wanprestasi. Kreditur mempunyai kewenangan untuk sebagai penanggung untuk memenuhi prestasi menyelesaikan pem-
melakukan eksekusi secara langsung terhadap benda yang menjadi borongan jika pemborong utama wanprestasi.
jaminan tanpa putusan hakim. Wewenang yang demikian itu tim-
bul karena adanya dua kemungkinan.t3)
Jokarta,4 April l98I
l. I(arena Grosse akte Hipotik/Credietverband mempunyai ke-
kuatan eksekutorial. Jadi dapat dilakukan eksekusi secara
langsung terhadap bendanya dengan jalan benda jaminan itu
dijual di muka umum dan hasilnya diperhitungkan untuk
pelunasan piutangnya
2. Karena adanya janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
Berarti di sini kreditur dapat menjual benda jaminan itu di
muka umum atas dasar parate eksekusi. Janji untuk menjual
atas kekuasaan sendiri demikian yang tercantum dalam akte,
jika didaftarkan dalam register umum mempunyai sifat hak
kebendaan.

Dalam praktek ternyata bahwa eksekusi secara langsung


demikian oleh Bank terhadap benda jaminan jarang sekali
dilakukan. Jika debitur wan$restasi satelah m€ndapat paringntan
beberapa kali tetap tidak memenuhi Bank tidak melakukan
eksekusi sendiri, melainkan minta campur tangan PUPN atau
39
38

l0) Bandingkan Chesley Ayers, PE, Specijications for Archi-


CATATAN tecture Engineering & Construction, Mc Graw Hill Book
Company, New York, hal. 154.

l) Roscoe Pound. Law finding through experience and reason, Il) Stein, Zekerheiderechten, Kluwer Deventer, 1970, hal. 188.
University of Gorgia Press, ATHENS, th. l!X0. t2) Prof.Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H., Peranan Hi-
potik Dalam Sistem Condominium, Pidato Pengukuhan
2) Tercantum dalam GBHN maupun Repelita, dalam Bab ten-
tang Hukum.
Curu Besar Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, th.
1977 , hal. 25.
3) Bandingan David.E. Allan, The Legal Problems of develop-
ment Financing, University of Queensland Press Crane, l3) Dr.Ny. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S'H.', Menuju Tercip-
Russak & Company, Inc. 1974, hal. 18.
tanya Lembaga Jaminan Yang Ampuh, Bermanfaat,
Memberikan kepastian Hukum UGM, Yogyakarta th'
4) A. HardingBoulton, The Making of Business Contracts, - 1977 , hal. 3.
London Sweet & Max well,1972, hal. 3.
l4) Dr.Ny. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H., Beberapa Ma-
5) Bandingkan Donald Black and Maureen Mileski, The Social salah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia
Organization of Law, Seminar Press, New York, th. 1973, di dalam Praktek dan Perkembangan di Indonesia, -
hal. 169. Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta , th. 1971 , hal. I l1'
6) Berdasarkan Pasal 24 Undang-undang Pokok Perbankan, UU
No. 14 th. 1967 dalam penjelasannya ditentukan bahwa
jaminan tidak hanya dalam arti materiil melainkan juga
dalam arti immateriil yang berujud kelakuan/watak dari
Di:bitur, kemampuan ekonominya jalannya perusahaan,
administrasi juga ikut dipertimbangkan dalam menilai
jaminan.
7) Kredit jangka panjang untuk jangka 5 sampai 25 tahun di-
berikan oleh BTN dalam rangka pembelian rumah untuk
rumah-rumah murah yang dibangun oleh Perumnas
maupun non Perumnas.
8) Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 14 th.lns
dan No. 4 th. 1977 telah dimungkinkan pensertipikatan
tanah milik bersama atas nama masing-masing pemilik
yang berhak.
9) Bandingkan Nacye J. Kirk, The Condominium Community, -
Institute of Real Estate Management, USA, th. 1975, hal.
25.
\

40 41

pemborongan. Kedua, memperhatikan ketentuan-ketentuan yang


tercantum dalam peraturan tentang syarat-syarat umum perjanjian
HUKUM BANGUNAN (BOUWRECHT) pemborong (Algemene Voorwaarden disingkat A.V.;tl. Yaitu
DAN IAMINAN ketentuan-ketentuan Administrasi. Ketentuan-ketentuan tentang
syarat-syarat umum (A.V.) ini hanya berlaku sepanjang para pihak
DAI.AM PEMBORONGAN BANGU NAN* tidak menentukan sendiri. Juga peraturan tentang pelelangan pem-
oleh :
borongan umum dan terbatas sebagaimana tercantum dalam S 1933
Prof. Dr. 5ri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H. no. 146.
Syarat-syarat umum perjanjian pemborongan ini di tndonesia
juga di negeri Belanda merupakan peraturan yang sudah lama
Pendahuluan adanya, sehingga peninjauan kembali terhadap peraturan ini sesuai
dengan perkembangan sekarang di Indonesia patut diperhatikan.
Dalam negara yang sedang membangun khususnya di In- Ketiga, yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pemborongan
donesia sekarang yang menitik-beratkan pada pembangunan dalam bangunan ialah ketentuan-ketentuan dari KUH Perdata sendiri
bidang Ekonomi, hukum bangunan (bouwrecht) mempunyai fungsi yang berlaku sebagai hukum pelengkap. Yaitu ketentuan-ketentuan
penting dalam menunjang kemajuan Ekonomi. Bidang hukum tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan pada umumnya.
demikian bersifat universil, bersifat internasional dalam arti mem- Mengenai ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan ang-
punyai sifat-sifat/unsur-unsur persamaan di mana-mana dan garan pembangunan dan cara pelelangan serta pelaksanaan pem-
mengandung ciri-ciri yang sama dengan yang terjadi di negara lain
borongan bagi bangunan-bangunan, baik yang menyangkut
(luar negeri), serta dapat menunjang peningkatan pembangunan proyek-proyek Pusat maupun Daerah Propinsi atau Daerah
Ekonomi. Hukum bangunan mengatur perbuatan-perbuatan Tingkat II, yaitu mengenai proyek-proyek mana yang harus
hukum yang bertalian dengan pemborongan bangunan. diborongkan melalui tender, proyek mana yang dapat dilaksanakan
Menurut sistem hukum Perdata, dalam hal terjadi perjanjian secara eigen beheer, berlakulah ketentuan-ketentuan sebagaimana
pemborongan bangunan ketentuan-ketentuan apa saja yang harus tercantum dalam :
diperhatikan oleh para pihak dalam mengatur hubungan mereka ? Keputusan Presiden tentang Pelaksanaan Anggaran pendapat-
Dengan perkataan lain, peraturan-peraturan hukum/norma-norma - an dan Belanja Negara (Lampiran I).
hukum apa saja yang berlaku terhadap perjanjian pemborongan
bangunan itu, yang berlaku antara mereka, yang ikut menentukan Instruksi Presiden no. 2 tahun 1977 tentang program Bantuan
isi perjanjian yang dibuatnya ?
- Pembangunan Daerah Tingkat II, Keputusan Bersama Menteri

Pertama kali mereka harus tunduk pada ketentuan-ketentuan


yang telah ditetapkan oleh para pihak sendiri dalam perjanjian
l)Alga.ana Voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van openbarewerken
(A.V.), yang disahkan dengan Peraturan Pemerintah (Regerings Verordening) No. 9 tanggal
28 Mei l94l dan Tambahan Lembaran Negara (Bijblad op het staatsblad) No. l45Tt.
'Penataran Dosen-dosen Fakultas Hukum UNS, Surakarta
--!

42
43

Dalanr Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara


Jaminan dalam Perjanjian Pemborongan Bangunan
Ekonomi, Keuangan dan tndustri/Ketua Bapenas, no' l0l
tahun 1977, no. |W/KMK/1977, no. Kep. 801/K/4/1977 ten'
Bank garansi/jaminan bank yang berwujud tender garansi,
tang Penetapan jumlah dan Pedoman Pelaksanaan Program ]l
l
adalah bentuk perjanjian penanggungan di mana Bank menjamin
,r

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II tahun 1911/1978'


t
{ pembayaran sejumlah uang yang tertentu untuk memenuhi syarat
l penawaran di dalam pelelangan pemborongan pekerjaan.
negeri Belanda dikenal bentuk lain dari perjanjian pem-
,
Di Khususnya untuk pemborongan bangunan yang dilakukan oleh
borongan bangunan, yaitu ada 3 macam :
pemerintah sebagai pihak yang memborongkan (bouwheer), untuk
l. Pemborongan bangunan di mana hubungan hukumnya antara dapat menunjuk/memilih pemborong yang bonafide dan dapat
para pihak itu hanya tunduk pada ketentuan-ketentuan memenuhi persyaratan-persyaratan pelaksanaan pemborongan
iebagiimana diatur dalam B.W. dengan sedikit-sedikit dengan biaya yang murah dan bertanggung-jawab, maka kepada
peraturan yang melengkapinya. Para pihak hanya mengatur ten- para pemborong itu diwajibkan mengadakan penawaran-
tang hal-hal khusus mengenai obyek bangunan, harganya dan penawaran yang kemudian diadakan pelelangan. Untqk dapat
lamanya pekerjaan. mengikuti pelelangan pekerjaan demikian kepada pemborong
selain diwajibkan mengajukan penawaran-penawaran, juga
2. Pemborongan bangunan yang tunduk pada ketentuan- disyaratkan adanya jaminan Bank yang berupa tender garansi.
ketentuan dalam B.W. dan peraturan-peraturan umum Adanya jaminan Bank yang berupa tender garansi ini telah lazim
(Algemene Voorwaarden atau Standardvoorwaarden) yang dalam praktek perjanjian pemborongan bangunan dan praktek per-
diatur sec&ra khusus secara lengkap. bankan di Indonesia. Di mana persyaratannya telah diatur dalam
3. Pemborongan bangunan di mana hak-hak dan kewajiban para peraturan khusus berbentuk Keputusan Presiden dan perjanjiannya
pihak diatur secara lengkap sepanjang mengenai kepentingan- dituangkan dalam model-model tertentu dari Bank.
kepentingan yuridisnya/administrasinya' Sedang segi
Pada tender garansi Bank sebagai penanggung baru bersedia
tekhnisrrya hanya secara sumir. Mengenai syarat-syarat umum
dari perjanjian pemborongan mengandung juga unsur iual-beli,
untuk memberikan jaminan penawaran bagi kepentingan pem-
yaitu rnengenai tanahnya di mana bangunan itu akan borong, jika pemborong telah menyetorkan sejumlah uang
tertentu kepada Bank atau meminjam kredit dari Bank yang besar-
didirikan.r)
nya sesuai dengan jumlah persentase yang wajib dibayarkan
pelelang memenuhi syarat pelelangan. Jika pada Bank telah ter-
Di Indonesia berlaku jenis perjanjian pemborongan bangunan' dapat deposito atau rekening dari pemborong tersebut maka bank
jenis kedua di atas, sedang perjanjian jenis ketiga mulai berkem-
tinggal memblokir dari rekening jumlah uang jaminan tender itu.
bang dalam praktek perbankan. Yaitu perjanjian pembelian rumah
dan tanah dengan kredit dari Bank. Jaminan penawaran tersebut segera dikembalikan kepada
pemborong apabila yang bersangkutan tidak menjadi pemenang
dalam pelelangan. Selanjutnya jaminan penawaran itu akan men-
jadi milik Negara apabila pemborong yang telah mengajukan
3)Mr. van wijngaarden, Aannening van Bouwwerken en Architecten Overeenkomst, penawaran mengundurkan diri setelah memasukkan surat
Tjeenk Willink - Zwolle, 1975, hal. 19' 20. penawarannya.
a
44 45

Jaminan penawaran tersebut akan dikembalikan kepada pem- karena jatuh pailit atau karena meninggal dunia. Adakalanya si
borong yang menang setelah kontrak ditanda-tangani dan telah penanggung pembangunan itu diwajibkan memberikan tanggungan
memulai pelaksanaan pekerjaan. berupa sejumlah uang tertentu, yang lazimnya berupa deposito
pada Bank atau surat-zurat berharga sejumlah persentase tertentu
Jadi maksud dari adanya jarninan tender adalah untuk men- dari harga pemborongan.
jamin agar pemborong terikat pada penawarannya dan kemudian
jika menang pelelangan terikat untuk melaksanakan pekerjaan Adanya penanggung pembangunan demikian, di mana si pem-
yang telah ditawarnya. Semuanya itu dengan sanksi bagi pem- borong peserta mengikatkan diri untuk memenuhi/menyelesaikan
borong yang telah dikabulkan permintaannya (menang dalam kewajiban si pemborong utama, lazim dituangkan dalam bentuk
pelelangan) namun menolak/tidak melaksanakan pekerjaan, uang perjanjian penanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam p.
jaminan penawarannya akan menjadi milik Negara. 1820 KUH Perdata. Jadi si penanggung di sini berkewajiban
mernenuhi prestasi menyelesaikan pembangunan atau menanggung
Jaminan pelaksanaan adalah bentuk penanggungan yang pembangunan sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan pem-
diberikan oleh Bank untuk menanggung pelaksanaan pekerjaan bangunan.
yang |rarus dilakukan oleh pemborong. Dalam pemborongan
bangunan, jaminan pelaksanaan hanya diberikan kepada pem- Di samping adanya jaminan bank/bank garansi di Indonesia
borong yang telah diluluskan dalam pelelangan pekerjaan setelah setelah sekarang mengenal adanya Surety Bond yang diberikan oleh
pemborong menyetorkan sejumlah persentase tertentu dari nilai Surety Coy sebagaimana yang diatur berdasarkan peraturan
pemborongan. Dalam hal pemborongan tidak memulai pelaksa- Pemerintah No. 34 Tgl. 6 Desember 1978 dan Surar Keputusan
naan pekerjaan pada waktu yang telah ditetapkan, maka jaminan Menteri Keuangan No. 271101l/1980. Adapun badan hukum yang
pelaksanaan menjadi milik Negara. Juga dalam hal pemborong diberi kepercayaan untuk melaksanakannya adalah Perum Asuran-
mengundurkan diri setelah menanda-tangani kontrak, maka si Kerugian "Jasa Raharja". Menurut ketentuan yang ada jaminan
jaminan pelaksanaan menjadi milik Negara. yang dapat diberikan oleh Surety Coy Jasa Raharja dapat berupa
Surety Bond khusus Construction Contract Bond yang meliputi :
Jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan telah lazim
dalam praktek perbankan dan praktek perjanjian pemborongan 1. Bid Bond
bangunan di Indonesia, dituangkan dalam model-model tertentu 2. Performance Bond
dari Bank. 3. Advance Payment Bond/prepayment bond
4. Maintenance Bond dan
Jaminan Bank yang harus diberikan sebelum pembayaran 5. Payment Bond (Labour and Material Bond)+)
uang muka (2Wo dari nilai borongan) disebut jaminan uang muka
(prepayment bond).
Mengenai bank garansi masalah yang harus diperhatikan
Dalam perjanjian pemborongan bangunan dikenal juga dalam pengaturannya ialah mengenai pencairan jaminan bank
jaminan pembangunan (bouw garansi, di mana dimungkinkan
bahwa pihak yang memborongkan bangunan mensyaratkan adanya
pemborong peserta yang sanggup bertindak sebagai penanggung,
4)Pengertian dan peranan
untuk menyelesaikan kewajiban pembangunan tersebut manakala Surety Bond selayang pandang. perum A.K. Jasa Raharja,
1979.
si pemborong utama tidak dapat memenuhi prestasinya, misalnya
-r \
I

46 47

tersebut yang menurut pendapat kami dapat dilaksanakan tanpa pemilik rumah dengan ikatan kredit bouw hipotik, maupun untuk
menunggu kiputusan hakim yang menyatakan bahwa debitur wan- pembelian rumah/rumah dan tanahnya dengan ikatan hipotik.
prestasl,-namun harus ada janji khusus mengenai pelepasan hak un- Pemberian Kredit demikian juga harus terjadi menurut prosedur
tuk menuntut lebih dahulu. yang cepat, luwes, bunga rendah dan menimbulkan kepastian
hukum.
Di luar negeri khususnya di negeri Belanda dalam praktek
pembangunan (bouw garansi) lazim dilaksanakan oleh pemborong Mengingat terbatasnya tanah yang tersedia, terutama di kota-
p.r..tu lang bertindak sebagai penanggung untuk menyelesaikan kota besar, maka kiranya patut dikembangkan pemanfaatan tanah
pekerjain pembangunan manakala pemborong utama wanprestasi' kepunyaan bersama untuk dapat didirikan gedung/perumahan
Bouwgaransidemikianpatutmenjadipemikiranmengenai yang dapat dimiliki secara terpisah, dijual, disewakan dan
pengaturannya dalam undang-undang di mana pelaksanaannya dihipotikkan. Pemilikan tanah kepunyaan bersama tersebut cara
pensertifikatannya telah dimungkinkan menurut peraturan perun-
Auput dilaksanakan baik oleh pemborong peserta, Surety Coy atau
tembaga lainnya. Dan pengertian Bouw garansi ini tidak sama dangan Agraria yang berlaku dan perlu ditingkatkan dalam
pelaksanaannya (PMDN No. 14 tahun 1975, PMDN No. 4 tahun
dengan Performance Bond.
1977\. Sehingga usaha penyediaan fasilitas tanah yang tersedia un-
Sesuai dengan ketentuan undang-undang pekerjaan pem- tuk menggalakkan pembangunan perumahan demikian tidak hanya
borongan akan diberikan kepada the lowest responsible bidder. Di berwujud pengkaplingan dan pensertipikatan tanah atas nama
negeri-Belanda pemberian bank garansi oleh bank tidak disyaratkan perorangan, melainkan juga penyediaan dan pensertipikatan tanah-
adinya jaminan secara khusus, melainkan diberikan dalam bentuk tanah kepunyaan bersama, yang dimungkinkan dapat diberikan
p.*u.riu, kredit dalam rekening yang berjalan (kredietverlening in kepada setiap pemegang hak atas tanah tersebut.
iopende rekening). Untuk jumlah uang yang telah dibayarkan Bank
Mengenai masalah penyediaan tanahnya agar dapat dibebani
ukun *.*perhitungkan kembali dalam debit dari rekening debitur
yang sedang berjalan.s) Hipotik, maka tanah yang tersedia harus ditingkatkan statusnya
menjadi hak yang dapat dibebani Hipotik, ialah hak milik, hak
guna bangunan dan telah bersertipikat menurut peraturan perun-
dangan Agraria yang berlaku.
Dengan Instrumen Hipotik Menggalakkan
Pembangunan Perumahan I Selanjutnya mengenai prosedur/meganisme pembebanan
Hipotik, agar menjamin Hipotik itu mempunyai kekuatan yang
Dalam rangka menggalakkan pembangunan perumahan unsur i
ampuh sebagai lembaga jaminan, maka prosedur hipotik harus ter-
yang penting iatat, *aiatut fasilitas dana/kredit yang tersedia. il jadi sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Yaitu
kr.iii untuk keperluan pembangunan bagi para developer
pembangunan
I melalui proses perjanjian pemberian kredit (biasanya bersifat tertu-
(construction loan), kredit untuk keperluan I lis tertuang dalam formulir Bank/perjanjian standard), perjanjian
-perumahan yang diiakukan sendiri oleh para pemilik tanah/calon pembebanan Hipotik dengan akta PPAT dan pendaftaran
Hipotik di kantor Pendaftaran Tanah. Semuanya itu harus
dipenuhi demi kepastian hukum. Dengan konsekuensi pembayaran
biaya-biaya tertentu untuk biaya meterai Hipotik, biaya pembuatan
S)Stein, Zekerheidsrechten, Kluwer Deventer. 1970' hal' 208
akta PPAT, biaya pendaftaran Hipotik.
\
48
49

oleh karena Hipotik untuk pembelian perumahan diberikan


untuk jangka panjang, ialah lima sampai 20 tahun, maka Untuk mendukung kegiatan pembangunan perumahan,
pemberian kredit dengan ikatan Surat Kuasa memasang Hipotik Hipotik tidak hanya dapat dibebankan atas tanah beserta rumah
yang ada di atasnya yang berupa rumah keluarga secara sendiri-
tidak dibenarkan. Karena ikatan kredit dalam bentuk -clemikian
tidak akan menimbulkan jaminan yang kuat, tidak mempunyai sendiri (tunggal) = a single family home, melainkan juga dapat
kedudukan preferensi tidak mempunyai kekuatan eksekutorial dibebankan atas tanah milik bersama beserta bagian dari gedung
dan bertingkat yang merupakan pemilikan secara individuil dan ter-
tidak menimbulkan kepastian hukum.
Pisah.r)
Kemudian mengenai eksekusi dari Hipotik dalam hal debitur
wanprestasi harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Kreditur Untuk usaha pembangunan perumahan diperlukan banyak
selaku pemegang grassi akta Hipotik harus dapat melaksanakan dana yang tersedia guna pembiayaan pembangunan tersebut. Dana
haknya secara langsung bagi pemenuhan piutangrya, baik dengan yang demikian tidak hanya menjagakan dana dari Pemerintah
penjualan di muka umum dengan prosedur pensiiaan, penjuaran melalui anggaran belanja Negara. Oleh karenanya patut dipikirkan
di bagaimana kemungkinannya untuk dapat menghimpun dana di
muka umum secara langsung tanpa prosedur pensiiaan (parate
eksekusi), maupun dengan kemungkinan penjualan di bawah luar pemerintah yang dapat meningkatkan kemampuan membiayai
pembangunan perumahan.
lary-an demi tercapainya harga yang rerringgi-yang disetujui kedua
belah pihak. Maka dengan instrumen Hipotik diharapkan dapat diberikan
Pengaturan pembangunan perumahan disusun untuk dapat fasilitas kredit untuk pembangunan dan pembelian rumah tersebut,
menggalakkan tentang masalah kemampuan pembangunannya, di mana dananya tidak hanya berasal dari pemerintah, melainkan
baik oleh Perumnas maupun oreh deveroper swaita. Territama ten- dapat menyerap dana yang ada dalam masyarakat de-ngan mener-
tang masalah penyediaan dananya dihimpun oleh Bank dan bitkan saham-saham Hipotik. Di samping itu juga dapat meman-
diberikan dalam bentuk pemberian kredit dingan ikatan Hipotik. faatkan dana yang berasal dari tabungan di Bank-bank, Asuransi
Pemberian kredit oreh Bank tersebur bertrijuan untuk dapat Jiwa, dana pensiun, pinjaman luar negeri dan lain-lain.
memungkinkan membangun perumahan dengan kredit konstruksi Kredit perumahan yang diberikan dengan jaminan Hipotik
(-construction loan) kredit untuk pemban"gunan .il;h yang
harus diberikan oleh Bank Hipotik, yang khusus melayani Hipotik.
diberikan secara sebagian derni sebagian, sesuii dengan kemajuan Oleh karenanya perlu segera adanya peraturan tentang Bank
membangunnya (bouwhypotheek), kredit untul pemberian Hipotik yang mengatur tentang bentuknya,'syarat-syarat, fungsi
rumahnya yang diangsur dalam jangka panjang. yang dimaksud
dan kemungkinan dananya, dari bank yang berstatus sebagai Bank
dengan bouwhypotheek iarah Hipotik yang ki,usus diad-akan untuk
Hipotik.
membangun perumahan di mana pemberian kreditnya tidak
dibay.arkan sekaligus menurut pravon kredit, melainkan
dapat
diberikan sebagian demi sebagian sesuai dengan kemajuan/hasil
pembangunsn.6) Bouwhypotheek adalah bintuk
khusus dari
crediethypotheek yang ditujukan untuk pembangunan perumahan. i'
I
i
I,
7)Bandingkan ketcntusn-ketentuan
Appartemcntwet, Nederland 20 Decembcr t9jt,
banyak.dipakai daram praktek, pembangunan/pemberian 1972; The Philippine Condominium Acr, 1974; Thc Land titles (Strata) Act 1976, Republic
-, .6)Bou*hypotheek
Nederland dan hampir tidak ada pembangunan rumah yang tidak
rumah di I of Singapore.
dibiayai pinjaman
hipotek, bandingkan Beikhnis - l.enrlers LH., Appartementseigendom, dengan
1974.
Kluwer, Deventer,

{
I
\

50 51

Kesimpulan dan Saran-saran

Untuk mendukung kegiatan pembangunan phisik yang makin


PENANCGUNGAN DATAM PRAKTEK
- digiatkan dalam pelita II dan III, perlu adanya pJraturan PERBANKAN DAN PEMBORONGAN*
perundangan yang mantap yang bertingkat Undang-undang oleh :

beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya yang melandasi Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH.
kegiatan-kegiatan pembangunan.
Peraturan perundangan dernikian harus didukung dengan
- kerangka penelitian dan perbandingan hukum.
Dalam rangka menggiatkan pembangunan perumahan selain
A. Pendahuluan
- diperlukan tentang penyediaan tanahnya, juga harus didukung
Yang dimaksud dengan penanggungan ialah suatu perjanjian
deirgan kebijaksanaan kredit yang dapat mendorong kegiatan
pembangunan oleh para developer melalui construction loan,
dimana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berhutang,
pembangunan perumahan oleh perorangan ataupun badan mengingatkan diri untuk memenuhi perutangan si berhutang
manakala si berhutang wanprestasi (ps. 1820 KUH Perdata).
hukum melalui bouwhypotheek, pembelian rumah dan
tanahnya melalui ikatan Hipotik. Tujuan dan isi dari penanggungan itu ialah memberikan
jaminan untuk dipenuhinya perutangan dalam perjanjian pokok'
- Untuk mendukung kegiatan pembangunan phisik dan pem-
bangunan perumahan tersebut di atas, mengenai masalah Adanya penanggungan itu dikaitkan dengan perjanjian pokok,
penyediaan tanah, cara pembangunan, fasilitas kredit yang pengabdi pada perjanjian pokok. Maka dapat disimpulkan bahwa
perjanjian penanggungan itu bersifat accessoir.
tersedia untuk pembangunan tersebut, harus diatur dan
diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat terlaksana dengan Mengenai bentuknya perjanjian penanggungan menurut keten-
prosedur-prosedur yang cepat, luwes, murah dan menjamin tuan Undang-undang adalah bersifat bebas tidak terikat oleh ben-
kepastian hukum. tuk tertentu dalam arti dapat secara lesan, tertulis atau dituangkan
-- Dengan instrumen hipotik hendaknya dapat menggalakkan dalam akta. Namun demi kepentingan pembuktian, dalam
pembangunan perumahan, pertokoan, perindustrian, perkan- praktek lazim terjadi bahwa bentuk perjanjian penanggungan
toran, real estate dan industrial estate. senantiasa dibuat dalam bentuk yang tertulis, baik tercantum dalam
model-model tertentu dari bank maupun akta Notaris.
- Untuk rnendukung kegiatan pembangunan perumahan,
Hipotik tidak hanya dapat dibebankan atas tanah beserra Mengenai sifatnya perjanjian penanggungan selain bersifat ac-
rumah yang ada di atasnya yang berupa rumah keluarga secara cessoir, ditinjau dari sudut cara pemenuhannya adalah bersifat sub-
sendiri-sendiri (tunggal) - a single family home, melainkan juga sidiair. Hal demikian disimpulkan dari ketentuan pasal 1820 KUH
dapat dibebankan atas tanah milik bersama beserta bagian dari
ged'ng bertingkat yang merupakan pemilikan secara individuil
dan terpisah. "Kertas Kerja Tim Pengrajin Bidang Hukum Perdata, BPHN, lakar-
ta 12 Desember 1980

)
52 53

Perdata yang menentukan bahwa "penanggung mengikatkan diri tum dalam perjanjian pokok yang berdiri sendiri, di mana seorang
untuk memenuhi perutangan debitur, manakala si debitur sendiri berjanji untuk menanggung kerugian yang akan diderita pihak
tidak memenuhinya". lawannya, manakala pihak ketiga tidak memenuhinya. Sedang per-
Dalam praktek perjanjian penanggungan yang bersifat ac- janjian penanggungan (borgtocht) adanya kewajiban untuk
cessoir itu lazim tercantum dalam akta yang terpisah dari perjanjian memenuhi prestasi dari si penanggung (manakala debitur wan-
pokoknya, tercantum dalam formulir,/model tertentu diri Bank. prestasi) tercantum dalam perjanjian yang accessoir. Perbedaan
Namun mungkin juga perjanjian penanggungan tercantum menjadi yang lain ialah bahwa pada perjanjian garansi kewajiban yang
satu dalam perjanjian pokok. harus dipenuhi guna pihak ketiga itu berwujud kewajiban penggan-
tian kerugian, sedangkan kewajiban pada penanggungan berupa
Adakalanya adanya penanggungan ditunjuk secara khusus kewajiban memenuhi perutangan/prestasi.
dalam perjanjian pokoknya, yang mensyaratkan adanya seorang
penanggung atau penanggung tertentu. Perjanjian penanggungan juga banyak persamaannya dengan
perutangan tanggung-menanggung. Dalam arti bahwa kewajiban
Di samping itu penanggungan dapat juga timbul karena dari si penanggung adalah mirip dengan kewajiban debitur
penetapan Undang-undang. Karena dalam beberapa hal Undang- perutangan tanggung-menanggung (hoofdelijkheid pasief), di mana
undang mewajibkan adanya seorang penanggung untuk memenuhi debitur masing-masing harus bertanggung-jawab untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban tertentu (keadaan tak hadir, hak pakai hasil, seluruh prestasi. Sehingga masing-masing debitur dapat ditagih un-
pewarisan). tuk seluruh prestasi seperti kewajiban dari penanggung. Mengenai
perbedaannya, perjanjian penanggungan bersifat accessoir dan si
Penanggungan juga dapat timbul karena adanya keputusan
hakim atau ketetapan (beschikking) yang memutuskan perlu penanggung mempunyai hak untuk membagi hutang. Sedang
adanya penanggungan yang menanggung dipenuhinya perutangan.
perutangan tanggung-menanggung bersifat berdiri sendiri (perjan-
jian pokok) dan debitur di sini tidak mempunyai hak untuk mem-
Perjanjian penanggungan ini sering dikacaukan dengan bagi hutang (voorrecht van schuldsplitsing).
asuransi kredit (kredetverzekering). Kedudukan dari penarrggung Berdasarkan kemungkinan alasan-alasan timbulnya penang-
(borg) adalah berbeda dengan ,,verzekeraar,,, pada perliniian gungan tersebut di atas, maka dikenal bentuk-bentuk atau jenis-
asuransi, karena pada perjanjian pihak yang menanggung mem- jenis penanggungan yang bermacam-macam, dengan mengingat un-
punyai kewajiban untuk mengganti kerugian yang dideriti si ter- tuk kepentingan apa kredit itu diberikan dan oleh siapa penang-
tanggung, kewajiban mana adalah bersifat berdiri sendiri. Sedang gungan itu dilakukan (siapa yang bertindak selaku penanggung).
pada perjanjian penanggungan kewajiban penanggung ialah untuk
memenuhi prestasi, kewajiban itu adalah bersifat subsidiair, yaitu
kewajiban untuk memenuhi prestasi dalam hal debitur tidak dapat B. Bentuk-bentuk Penanggungan
memenuhinya, sedang perjanjian bersifat accessoir.
Perjanjian penanggungan juga mirip dengan perjanjian garan_ Pada pokoknya bentuk-bentuk penanggungan yang dikenal
dalam praktek perbankan di Indonesia ialah sebagai berikut :
si (ps. 1316 KUH Perdata) yaitu sama-sama aaanyi pitut ketiga
yang berkewajiban memenuhi prestasi. Hanya perbedaannya ialah l. Jaminan hutang/jaminan kredit (Kredit garansi)
bahwa pada perjanjian garansi adanya kewajiban demikian tercan- 2. Jaminan bank (Bank garansi)
3. Jaminan pembangunan (Bouw garansi)
a
54 55

prestasinya, misalnya karena melakukan wanprestasi, jatuh pailit


4. Jaminan saldo (Saldo garansi) atau karena meninggal dunia. Adakalanya si penanggung pem-
5. Jaminan oleh lembaga pemerintah (Staatsgaransi). bangunan itu diwajibkan memberikan tanggungan berupa sejumlah
yang tertentu, yang lazimnya berupa deposito pada Bank atau
surat-surat berharga sejumlah persentase tertentu dari harga pem-
faminan Kredit
(Kredtt Garansi; laminan Orang; Personal Garanty) borongan.
Adanya penanggung pembangunan demikian, di mana si pem-
Jaminan kredit atau kredit garansi adalah bentuk penang-
gungan di mana seorang penanggung (perorangan) menanggung borong peserta mengikatkan diri untuk memenuhi/menyelesaikan
kewajiban si pemborong utama, lazim dituangkan dalam bentuk
untuk memenuhi hutang debitur sebesar sebagaimana tercantum
dalam perjanjian perutangan pokok.
perjanjian penanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam
ps. 1820 KUH Perdata. Jadi si penanggung di sini berkewajiban
memenuhi prestasi menyelesaikan pembangunan atau menanggung
lamhon Bank (Bank Garansil pembangunan sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan pem-
bangunan.
Jaminan bank adalah suatu jenis penanggungan, di mana yang
bertindak sebagai penanggung adalah Bank. Bank garansi terjadi
jika Bank selaku penanggung diwajibkan untuk menanggung Jaminan Saldo (Saldo Garansi)
pelaksanaan pekerjaan tertentu atau menanggung dipenuhinya
pembayaran tertentu kepada kreditur. Saldo garansi adalah bentuk perjanjian penanggungan di mana
Bank menjamin saldo yang akan ditagih dari debitur oleh kreditur
Hal demikian kita jumpai dalam praktek pekerjaan pem- pada waktu penutupan rekeningnya. .Iadi Bank menjamin
borongan yang disebut tender garansi (tender bond) atau jaminan pemenuhan piutang kreditur yang akan dibayar dari saldo rekening
penawaran, juga dalam bentuk performance bond atau jaminan dari debitur pada waktu penutupan rekeningnya.
pelaksanaan pekerjaan
Dalam praktek perbankan di Indonesia bentuk penanggungan
Selanjutnya Bank garansi juga diberikan oleh bank untuk men- dengan saldo garansi tidak banyak terjadi.
jamin pemenuhan penrbayaran ongkos Pabean Uang Cukai Rokok
yang harus dipenuhi oleh perusahaen rolcok selaku debitur/peminta
jarninan dan wajib dibayarkan kepada Dirjen Bea Cukai selaku Jaminan oleh Lembaga Pernerintah (Staats Garansi)
Kreditur/penerima jaminan. Di luar negeri telah lazim terjadi bahwa pemberian kredit un-
tuk tujuan-tujuan tertentu yang maksudnya mernberi perlindungan
Penanggungan Pembangunan bagi pengusaha kecii, atau memberi kemungkinan meningkatkan
pembangunan bagi proyek-proyek tertentu, pemerintah bersedia
Dalam perjanjian pemborongan bangunan di luar negeri lazim menjadi penanggung bagi pemberian kredit untuk usaha-usaha
terjadi bahwa pihak yarrg rnemborongkan bangunan mensyaratkan tersebut. Pemerintah akan menanggung perlunya diberikan kredit
adanya pemborongan peserta yang sanggup bertindak sebagai demikian, dan akan sanggup memenuhi pengembalian kredit
penanggung, untuk menyelesaikan kewajiban pembangunan debitur wanprestasi.
tersebut manakala si pemborong utama tidak dapat memenuhi
-!
56 57

Kemudian pemberian kredit dengan garansi dari pemerintah demi terjarninnya pemenuhan prestasi dari debitur, maka
demikian patut mendapat perhatian dan dikembangkan di In- seyogyanya dicantumkan dengan tegas bahwa penanggung
donesia dalam rangka menempuh kebijaksanaan pemberian kredit melepaskan hak utamanya, baik bank bertindak sebagai kredit
yang longgar. maupun sebagai penanggung. Sehingga kreditur dapat menuntut
langsung kepada penanggung manakala debitur wanprestasi.

C. Permasalahan dan Penyelesaian Masalah Pada jaminan bank hendaknya dicantumkan dengan tegas
kapan kredit dapat mengajukan claim untuk meminta pemenuhan
prestasi, sebagaimana diwajibkan kepada bank sebagai penanggung
Dalam praktek perbankan perjanjian penanggungan senan-
tiasa dikonstruksikan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir manakala debitur wanprestasi.
yang dikaitkan pada perjanjian pokok yang berupa perjanjian Dalam praktek perbankan ternyata hampir semua perjanjian
pemberian kredit/persetujuan kredit. Baik perjanjian pemberian- pemberian kredit (perjanjian pokok) dan perjanjian penanggungan-
pemberian kredit maupun penanggungan kedua-duanya tertuang nya (perjanjian accessoir) senantiasa terluang dalam perjanjian
dalam bentuk perjanjian standar dalam formulir yang terpisah. standar. Karenanya untuk berlakunya perjanjian demikian
Hampir dalarn semua model/formulir perjanjian penang- seharusnya ada peraturan standar/syarat standar yang disepakati
gungan dalam praktek perbankan yang berupa jaminan lebih dulu oleh para pihak. Dengan jalah disertakan dalam kon-
perorangan/jaminan kredit, memuat janji-janji agar debitur traknya atau diberitahukan secara khusus untuk mendapat persetu-
melepaskan hak utamanya berupa voorrecht van intwinning dan
juan bersama. Peraturan standar demikian hendaknya mengan-
voorrecht van schuldsplitsing sebagaimana tercantum dalam ps. dung perlindungan bagi si lemah.
1822 KUH Perdata. Dengan demikian maka bank dapat menuntut Dalam perjanjian penanggungan juga lazim terjadi bahwa si
langsung pemenuhan prestasi kepada penanggung manakala penanggung diperjanjikan terikat secara renteng dengan debitur
debitur wanprestasi, tanpa menunggu benda debitur dijual lebih utama.. Maka dalam .keadaan demikiari si penanggung akan
dahulu untuk memenuhi prestasi. berstatus sama-sama sebagai debitur bersama debitur utama,
Sebaliknya dalam formulir-formulir bank garansi di mana, sehingga jika debitur wanprestasi langsung dapat dituntut
bank bertindak sebagai penanggung, sebagian besar tidak mencan- pemenuhan prestasi tanpa menghiraukan adanya pelepasan hak
tumkan adanya janji/kesanggupan dari bank untuk langsung utama atau tidak.
memenuhi/melepaskan hak utamanya sebagai penanggung. Hal Dalam bouw garansijika pemborong wanprestasi, pemborong
demikian terjadi baik pada jaminan tender, jaminan pelaksanaan, peserta langsung wajib memenuhi prestasi melanjutkan pem-
jaminan uang muka pada perjanjian pemborongan bangunan bangunan sesuai dengan kontrak. Namun kelemahannya dari figur
maupun pada jaminan bank yang lain. Hanya pada jaminan bank ini, jika pemborong peserta setelah berprestasi dia tidak wenang
yang diberikan untuk pembayaran bea pabean dan cukai tembakau
menuntut pembayaran langsung kepada bouwheer (pemberi tugas),
pada Direktorat Bea Cukai, bank melepaskan hak utamanya untuk
melainkan harus lewat pemborong utama. Karena pemborong
menuntut penjualan lebih dulu. peserta sebagai penanggung tidak merupakan pihak dalam perjan-
Menurut hemat kami hendaknya pada semua penanggungan, jian pemborongan dan hanya berhak menuntut pembayaran
baik pada jaminan kredit maupun jaminan bank, jika dikehendaki kepada debitur/pemborong utama.
\
58
59

Untuk mengatasi kelemahan demikian dalam figur bouw pertanian dan lain-lain hendaknya pemerintah bersedia menjadi
garansi maka hendaknya sebagaimana lazim terjadi dalam praktek
perbankan pemborong peserta dikonstruksikan terikat secara tang- penanggung untuk terlaksananya proyek-proyek demikian.
gung renteng dengan pemborong utama. Sehingga berstatus sama Pemberian kredit koperasi yang ditanggung oleh Lembaga Jaminan
Kredit Koperasi dari Pemerintah, lembaga demikian kiranya perlu
dengan debitur,/pemborong utama, dapat langsung meminta pem-
dikembangkan di Indonesia untuk kegiatan-kegiatan lainnya bagi
bayaran kepada bouwheer jika telah memenuhi prestasi. Figur
golongan ekonomi lemah. Di negeri Belanda adanya figur Instu-
bouw garansi hendaknya mulai dikembangkan di Indonesia demi
tionele borgtocht yang menanggung pemberian kredit untuk perta-
terlaksananya pelaksanaan pemborongan bangunan sebagaimana
nian, pedagang kecil dan lain-lain di samping adanya pemberian
diperjanjikan.
kredit yang ditanggung oleh Wali Kota dari Gemeente berdasarkan
ps. 78 Gemeentenwe dan wet mengenai Kapitaal-uitgaven
Dalam perjanjian pemborongan bangunan berdasarkan Kepres
Publickrechtelijk lichamen, kiranya patut menjadi bahan
pemikiran dan perbandingan bagi pengembangan lembaga jaminan
14 A tahun 1980 (mengenai Pelaksanaan APBN) ditentukan bahwa
yang diberikan Pemerintah di Indonesia.
jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka,
jaminan pemeliharaan tidak hanya dapat diberikan oleh Bank-bank
Pemerintah, melainkan juga oleh Bank-bank Swasta Nasional,
Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan juga oleh lembaga
keuangan non bank. Berdasarkan PP No. 34 tahun 1978, lembaga
keuangan non bank tersebut adalah Perum Asuransi Jasa Raharja
mempunyai kewenangan selaku Surety Coy memberikan Surety
Bond dalam perjanjian pemborong bangunan yang berupa : Tender
bond/bid bond, performance bond, maintenance bond dan lain-
lain. Berbeda dengan jaminan bank yang telah diatur dalam Kepres
No. 14 A tahun 1980, Lampiran I yang menentukan besarnya pem-
bayaran kontrak garansi bagi setiap jaminan bank, maka untuk
pemberian surety bond dari Perum Jasa Raharja mewajibkan ser-
vice charct sejumlah tertentu (lebih besar = 1090). Dalam praktek
ternyata belum banyak yang memanfaatkan pemberian jaminan
dengan surety bond ini, terutama dari pihak bouwheer dalam per-
janjian pemborongan bangunan terasa masih enggan menggunakan
lembaga ini.

Selanjutnya mengenai pemberian jaminan oleh lernbaga


pemerintah (instansi Pemerintah, pemerintah daerah dan lain-lain)
yang maksudnya memberikan perlindungan bagi pengembangan
pengusaha kecil, meningkatkan pembangunan proyek-proyek un-
tuk peningkatan kesejahteraan rakyat dalam bidang perumahan,
60 61

LAMPIRAN I a. Ayat (l.a).


KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR I4A TAHUN I98O Dalam pembelian diutamakan hasil produksi dalam negeri;
TANGGAL 14 APRIL I98O b. Ayat (2).
Hasil produksi dalam negeri tersebut dalam ayat (l) huruf a meliputi :
(l) barang, yaitu barang jadi, setengah jadi, suku cadang bahan-
bahan dan sebagainya yang dihasilkan oleh perusahaan di In-
KETENTUAN.KETENTUAN TENTANG PELELANGAN donesia;
DAN PENUNJUKAN LANGSUNG UNTUK (2) jasa, yaitu jasa konstruksi, jasa angkutan, dan lain-lain yang
PEMBORONGAN /PEMBELIAN dihasilkan oleh perusahaan di Indonesia.
c. Ayat (3).
Dalam mengutamakan hasil produksi dalam negeri harus diperhatikan
I. Ketentuan Umum hal-hal berikut :

(l) dalam syarat pembelian dan pelelangan dimuat secara jelas keten-
l. Pendahuluon tuan mengenai pengutamaan hasil produksi dalam negeri;
a. Pelaksanaan pemborongan,/pembelian dapat dilakukan melalui : (2) dalam melakukan pembelian diteliti dengan sebaik-baiknya agar
(l) pclelangan ulnum; barang benar-benar merupakan hasil produksi dalam negeri dan
(2) peldangan terbatas; bukan barang impor yang dijual di dalam negeri;
(3) pcnunjukan langsung. (3) apabila sebagian dari bahan untuk menghasilkan barang produksi
dalam negeri berasal dari impor, maka diutamakan barang yang
b. Pelelangan umurn adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka
komponen impornya paling kecil;
sebagaimana ditentukan pada Pasal 18 ayat (5).
(4) harus tetap diperhatikan syarat-syarat mutu dari barang dan jasa
c. Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan di antara calon yang bersangkutan.
pemborong/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang
mampu(DRM)", sebagaimana ditentukan pada Pasal 21. d. Ayat (4).
Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri perindustrian, dan
d. Penunjukan langsung adalah penunjukan pemborong/rekanan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara menetapkan bersama
sebagai pelaksana pemborongan/pembelian tanpa melalui pelelangan
petunjuk pelaksanaan ayat (3).
umum atau pelelangan terbatas sebaga.imana ditentukan pada Pasal
l8 ayat (l) dan ayat (16), Pasal 19 ayat (l.b) dan Pasal 20 ayat (7).
3. Pengutamaan perusahaan Golongan Ekonomi Lemah
e..Hal-hal yang ditetapkan dalam Ketentuan Umum ini berlaku bagi
pelelangan umum. pelelangan terbatas dan penunjukan langsung. Pasal 19 menetapkan :

2. Pcngutamaan hasll produksi dalam ncgeri a. Ayat (l).


Departemen/Lembaga dalam meraksanakan pemborongan/pembe-
Dalam Pasal l9 ditetapkan sebagai berikut : lian memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
-T
l

62 63

(l) Dalam pembelian diutamakan hasil produksi dalam negeri; (l) Sekurang-kurangnya 5090 dari modal perusahaan dimiliki oleh
pribumi;
(2) Pemborongan/pembelian yang bernilai sampai dengan
Rp 20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah) dilaksanakan oleh pem- (2) Lebih dari separo Dewan Komisaris perusahaan adalah pribumi
borong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat melalui SpK dan lebih dari separo Direksi perusahaan adalah pribumi;
atau kontrak; (3) Jumlah modal dan kekayaan bersih (netto) perusahaan adalah
(3) Untuk pemborongan,/pembelian yang bernilai di atas sebagai berikut :
Rp 20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah) sampai dengan i) untuk bidang usaha perdagangan dan jasa lainnya di bawah
Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) diadakan pelelangan an- Rp 25.000.000,00 (duapuluh lima juta rupiah);
I

tara pemborong,/rekanan golongan ekonomi lemah setempat; ii) untuk bidang usaha industri dan konstruksi di bawah
(4) Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp 100.000.000,00 (serarus juta rupiah).
Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) sampai dengan Penjelasan ayat (5)
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) diadakan pelelangan an-
tara pemborong,/rekanan setempat dengan memberikan kelong- Yang dimaksud dengan modal adalah modal yang dibagi dalam saham
garan kepada pemborong,/rekanan golongan ekonomi lemah bagi Perseroan Terbatas dan modal yang tidak dibagi dalam saham
sebesar l09o (sepuluh persen) di atas harga penawaran yang
bagi Perseroan Komanditer, Firma, Perusahaan Perorangan dan
Koperasi. Yang dimaksud dengan kekayaan bersih (netto) Perusahaan
memenuhi syarat dari peserta yang tidak termasuk dalam
golongan ekonomi lemah; adalah seluruh harta kekayaan perusahaan baik bergerak maupun
tidak bergerak dikurangi hutang perusahaan pada pihak lietiga.
(5) Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sarirpai dengan c. Ayat (6).
Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) diadakan pelelangan an- Termasuk golongan ekonomi lemah adalah koperasi setempat yang
tara pemborong,/rekanan setempat. telah memiliki unit usaha yang mampu melaksanakan pekerjaan pem-
(6) Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas borongan/pembelian yang diperlukan.
Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) diadakan pelelangan an- d. Ayat (7).
tara pemborong,/rekanan;
Dalam melakukan pembelian atau pemborongan harus ditelaah
(7) Apabila dalam pelelangan untuk pemborongan,/pembelian, yang dengan sebaik-baiknya bahwa pribumi yang duduk dalam
terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk kepengurusan benar-benar secara efektif menjalankan kepengurusan
golongan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian (kontrak) tersebut.
ditetapkan kewajiban pemborong/rekanan tersebut untuk beker-
ja sama dengan pemborong/rekanqn golongan ekonomi lemah e. Ayat (8).
setempat, antara lain sebagai sub kontraktor atau leveransir Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dengan petunjuk
barang, bahan dan jasa. Cubernur Kepala Daerah Tingkat I menyusun daftar pem-
b. Ayat (5). borong,/rekanan golongan ekonomi lemah di daerah masing-masing
dengan dibantu oleh para Pemimpin Proyek dan dengan bekerjasama
Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan golongan ekonomi dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Daerah.
lemah ialah perusahaan yang memenuhi tiga ketentuan sebagai
berikut :
64 65

f. Ayat (9). garan kepada pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah


sebesar l09o (sepuluh persen) di atas harga penawaran yang
Penyusunan Daftar tersebut pada ayat (8) dilaksanakan selambat- memenuhi syarat dari peserta yang tidak termasuk dalam
lambatnya tanggal I Juli dan diadakan peninjauan kembali secara
golongan ekonomi lemah.
berkala.
(5) Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas
s. Ayat (10). Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan
Sebelum adanya daftar tersebut pada ayat (8) Pemimpin Proyek Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) diadakan pelelangan an-
menggunakan daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah tara pemborong/rekanan setempat.
yang disusun olehnya berdasarkan konsultasi dengan (6) Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) diadakan pelelangan an-

h. Ayat (12). tara pemborongan,/rekanan.


(7) Apabila dalam pelelangan untuk pemborongan/pembelian yang
Dalam mengutamakan pemborong,/rekanan golongan ekonomi lemah
dan pemborong/rekanan setempat harus tetap diperhatikan syarat-
terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk
golongan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian (kontrak)
syarat bonafiditas.
ditetapkan kewajiban pemborong,/rekanan tersebut untuk beker-
ja sama dengan pemborong,/rekanan golongan ekonomi lemah
4. Pmgutamaan Perusahaan Setempat
setempat, antara lain sebagai sub kontraktor atau leveransir
Pasal 19 menetapkan : barang, bahan dan jasa.

a. Ayat (l). b. Ayat (11).


Departemen/Lembaga dalam melaksanakan pem- Pemborong,/rekanan setempat tersebut dalam ayat (l) ialah
borongan/pernbelian memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai perusahaan yang didirikan dan mendapat ijin
usaha di Kabupaten
berikut : Kotamadya tempat lokasi proyek serta pemimpin perusahaan dan
(l) Dalam pernbelian diutamakan hasil produksi dalam negeri; karyawannya sebagian besar adalah penduduk daerah yang ber-
sangkutan. Bilamana di Kabupaten/Kotamadya tersebut tidak ter-
(2) Pemborongan/pembelian yang bernilai sampai dengan dapat perusahaan setempat yang memenuhi persyaratan maka penger-
Rp 20.000.000,00 (duapulmh juta rupiah) dilaksanakan oleh pem-
tian setempat dapat meliputi wilayah propinsi yang bersangkutan.
borong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat melalui SPK
atau kontrak. c. Ayat (12).
(3) Untuk pemborongan./pembelian yang bernilai di atas Dalam mengutamakan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah
Rp 20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah) sampai dengan dan pemborong/rekanan setempat harus tetap diperhatikan syarat-
Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) diadakan pelelangan an- syarat bonafiditas.
tara pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat; Ketentuan-ketentuan tersebut dalam ayat (l) sampai dengan ayat (12)
(4) Untuk pemborongan/pembelian yanS bernilai di atas Pasal 19 Keputusan Presiden No. l4A Tahun 1980 berlaku bagi Badan
Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) sampai dengan Usaha milik Negara yang dibentuk dengan Undang-undang atau ber-
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) diadakan pelelangan an- dasarkan Undang-undang baik dalam hal pemborongan/pembelian
tara pemborong,/rekanan setempat dengan memberikan kelong- maupun dalam hal penjualan hasil produksinya.
67
06

Ayat (10).
Pelelangan dan Kontrak.
Uang muka tersebur dalam ayat (9) dapat diperhitungkan berangsur-
a. Pasal 18 ayat (5), (6), (8), (9), (10) dan (l l) menetapkan : angsur secara merata pada tahap-tahap pembayaran sesuai dengan
Ayat (5).
kontrak dengan ketentuan bahwa uang muka tersebut selambat-
lambatnya harus telah lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi
Pelaksanaan pelelangan dilakukan secara terbuka. Untuk itu Kepala 10090 (seratus Persen).
Kantor/Satuan Kerja Pemimpin Proyek menyampaikan pengumuman
dan penjelasan kepada para calon pemborong/rekanan dan kepada Ayat (l l).
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Daerah serta Ketentuan tersebut dalam ayat (9) berlaku pula untuk pembelian
assosiasi anggota KADIN yang bersangkutan dengan pelelangan barang dari luar negeri melalui importir, terkecuali apabila importir
tersebut. Pengumuman tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang tersebut hanya bertindak sebagai pelaksana impor. Dalam hal yang
memungkinkan pemborong/rekanan mempersiapkan persyaratan terakhir ini uang jasa pelaksana impor ditetapkan oleh Menteri
yang diperlukan untuk mengikuti pelelangan. Keuangan dengan memperhatikan pendapat Menteri Pedagangan dan
Koperasi. Dalam hal pembelian barang melalui impor diperlukan
Ayat (6).
pembukaan LC maka rekanan/kontraktor dapat memperoleh uang
Pada surat penawaran untuk pelaksanaan pekerjaan pem- muka untuk dan sebesar jumlah nilai L/C tersebut, setelah rekanan./
borongan,/pembelian dilampirkan rekaman (fotocopy) surat kontraktor menyerahkan surat jaminan Bank Pemerintah atau Bank/
keterangan fiskal yang masih berlaku. Pada waktu pembukaan lembaga keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
pelelangan, surat fiskal asli diperlihatkan oleh pemborong,/rekanan senilai besarnya uang muka.
kepada Panitia Pelelangan.
b. Pasal 2O ayat (6) menetaPkan :
Ayat (8).
Pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan nilai
Team Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang di atas Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) dilaksanakan di
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor l0 Tahun 1980, bawah koordinasi Team Pengendali Pengadaan'
yang dalam Keputusan Presiden ini untuk selanjutnya disebut Team
Pengendali Pengadaan, menetapkan standar surat Perjanjian/kon-
6. Tempat Pelelangan
trak untuk berbagai macam pemborongan/pembelian termasuk
pembelian tanah serta pedoman penggunaan standar kontrak Pasal 20 ayat (l), (2), (3), (4), dan (5) menetapkan :

tersebut.
Ayat (l).
Ayat (9).
Semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan
Dalam perjanjian/kontrak dapat dimuat ketentuan mengenai pem- nilai pelelangan sampai dengan Rp 2@.000.000,00 (duaratus juta
bayaran uang muka yang besarnya tidak lebih dari 2090 (duapuluh rupiah) dilakukan di tempat lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek atau
persen) dari nilai perjanjian. Pembayaran uang muka dilakukan di ibukota Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan-
setelah rekanan menyerahkan surat jaminan uang muka yang
diberikan oleh Bank Pemerintah atau Bank lain/Lembaga Keuangan Ayat (2).
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan,/pembelian dengan
nilai pelelangan di atas Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) sam-
68 89

pai dengan Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) dilakukan di Ayat (2).


tempat lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek di ibukota GubernurKepalaDaerahTingkatldanBupati/Walikotamadya
Kabupaten/Kotamadya atau di ibukota propinsi yang bersangkutan. Kepala Daerah Tingkat II dibantu oleh masing-masing Pemimpin
Pro-

Ayat (3). yek memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai proyek-proyek


pembangunan tersebut kepada dunia usaha melalui Kamar Dagang
Semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan
dan Industri Indonesia (KADIN) di masing-masing daerah'
nilai pelelangan di atas Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah)
dilakukan di tempat lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek, di ibukota b. Pasal 4l menetaPkan :

kabupaten/kotamadya, di ibukota propinsi yang bersangkutan atau di InspekturJenderalDepartemen/UnitPengawasanpadaLembagadi


kantor Departemen / Lembaga di Pusat. penga-
tingkat Pusat dan Gubernur pada tingkat Daerah menampung
masalah-masalah yang
Ayat (4). duan dari masyarakat dunia usaha mengenai
Pendapatan dan
timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Anggaran
Penentuan bisa tidaknya pelelangan dilakukan di ternpat lokasi, di
Belanja Negara, dan mengambil langkah-langkah penyelesaian sesuai
ibukota kabupaten/kotamadya atau di ibukota propinsi ditetapkan dengan kewenangannYa.
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendengar pertirn-
bangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat Il dart
Pemimpin Proyek yang bersangkutan.
Ayat (5). Pelelangan Umum
Penentuan bisa tidaknya pelelangan dilakukan di ibukota propinsi
atau di kantor Departemen/Lembaga di Pusat ditetapkan oleh Team l. Pendahuluan
Pengendali Pengadaan, setelah mendengar pertimbangan a. Sebagaimana ditentukan pada pasal 18, maka pelelangan umum
Menteri/Ketua Lembaga dan Gubernur Kepala DaerahTingkat I yang pekerjaan
dilaksanakan untuk pernborongan/pembelian termasuk
bersangkutan. yarlg dilakukan sendiri (swakelola) yang berjumlah di atas
Rp 20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah)'
t 7. Pengumuman dan Pengaduan b. Pelelangan umum diselenggarakan dengan penawaran tertulis'

c. Penawaran dilakukan berdasarkan syarat-syarat rhengenai,pekerjaan


a. Pasal 83 ayat (l) dan (2) menetapkan: yangakandilaksanakan/barangyangakandibeli'danketentuan-
Ayat (l). ketentuan lainnYa.
Syarat-syarat tersebut daPat diketahUi oleh para peminat melalui
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya pengumuman dan Penjelasan sebagaimana diatur pada Pasal 18 ayat
Kepala f)aerah Tingkat II mengumumkan kepada masyarakat luas (5).
proyek-proyek pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah
masing-masing, baik proyek-proyek sektoral maupun proyek-proyek d. Biaya untuk penyelenggaraan pelelangan dan pembuatan dokumen
bantuan yang ditetapkan dengan Instruksi Presiden. disediakanpadaDlK/DlPinstansiyangbersangkutan.Untuk
pelelangandiatasnp50.000.000,00(limapuluhjutarupiah)'kepada
peminai dipungut biaya peserta yang iumlahnya disesuaikan dengan
l
l1
70
(2) Pada sampul hanya dicantumkan alamat kantor yang
biaya penyediaan dokumen. Biaya tersebut dipungut pada waktu mengadakan pelelangan umum dan kata-kata :
peminat mengambil dokumen lelang. "Surat pelrawaran pelelangan ""'" (ienis, hari'
tanggal, bulan, tahun, jam akan diadakan pelelangan)'
Hasil pungutan merupakan penerimaan Negara dan harus disetorkan
ke Kas Negara. (3) Apabila penawaran disampaikan melalui pos, digunakan dua
sampul.
e. Pemborong/rekanan yang ikut serta dalam pelelangan umum menyer-
sarnpul luar hanya memuat alamat dari pelelang (Kantor/Satuan
takan pada surat Penawarannya :
KerjaZproyek yang mengadakan pelelangan umum) dan sampul
(l) Keterangan yang menyatakan bahwa pemborong/rekanan terse- dalam memenuhi syarat-syarat tersebut pada angka (2) di alas ini'
but memPunYai :
Pada penerimaan surat demikian, sampul luarnya diambil
(i) Neraca perusahaan terakhir, daftar susunan pemilikan mo- dengan diberi catatan tanggal penerimaannya' Surat penawaran
dal, susunan pengurus dan akte pendiriannya beserta yang diterima setelah pelelangan dilaksanakan, tidak diikutser-
Perubahan-PerubahannYa; takan dan dikembalikan kepada pengirim'
(ii) Izin usaha dalam bidang pekerjaan yang akan (4) Harga penawaran dalam surat penawaran dicantumkan dengan
dilaksanakan/barang yang akan diserahkan; jelas
-harusOatam angka
dan huruf. Jumlah yang tertera dalam angka
(iii) Cukup pengalaman dalam usahanya; sesuai dengan jumlah yang tertera dalam huruf'

(iv) Peralatan yang diPerlukan. (5) Surat penawaran tidak boleh dikirimkan kepada anggota panitia
atau pejabat.
(2) Rekaman surat fiskal yang masih berlaku;
(6) Surat penawiuan dilampiri surat keterangan tersebut dalam angka
(3) Referensi Bank;
II.l.e- disampaikan pada waktu yang telah ditentukan dan
(4) Surat jaminan bank Pemerintah atau Bank lain/Lembaga Ke- sekaligus dimasukkan dalam kotak tertutup yang terkunci dan
uangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan' Surat
jamin-
disegel, yang disediakan oleh Panitia.
an tersebut hanya diperlukan untuk pelelangan dengan nilai di (7) Surat penawaran tidak sah apabila:
atas Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah). II'l'e' dan
I (satu) sampai (i) Tidak memenuhi ketentuan tersebut pada angka
Surat jaminan bank tersebut besarnya antara 3

(tiga) persen dari perkiraan harga penawaran. Jika peserta II.l.f.(3) dan (4);
berkedudukan di luar negeri diserahkan surat jaminan dari bank (ii) Disampaikan dengan cara tersebut pada angka II'l'f' (5);
devisa di Indonesia atau bank di luar negeri yang direkomen- . (iii) Disampaikan di luar batas waktu yang ditentukan'
dasikan oleh Bank Indonesia.
Jaminan penawaran tersebut segera dikembalikan, apabila yang (8) Surat penawaran yang belum memenuhi ketentuan pada huruf f
pem-
bersangkutan tidak mehjadi pemenang dalam pelelangan' angka (l) di atas, dapat dipenuhi kekurangannya pada saat
Jaminan penawaran menjadi milik Negara, apabila peserta bukaan Pelelangan.
mengundurkan diri setelah memasukkan surat penawarannya
dalam kotak tersebut pada angka II.l.f. (5). c. Pelelangan dapat dilakukan dalam bagian-bagian suatu kesatuan
(paket1, apabila bagian-bagian tersebut bonar-benar merupakan
f. Surat Penawaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
ba*fan darl suatu kesatuan, atau dapat pula berupa penyerahan
(l) Bermeterai cukup, bertanggal, ditandatangani dan diajukan barang sejenis pada bebcrapa tempat.
dalam sampul tertutup.
72 73

h. Dalam pelaksanaan pelelangan tidak diperkenankan ikut sebagai (2) Mengadakan pengumuman mengenai pelelangan yang akan
peserta/penjamin dalam penawaran : dilaksanakan;
(l) Pegawai Negeri, Pegawai Badan Usaha Milik Negara dan Pegawai (3) Memberikan penjelasan mengenai RKS untuk pem-
Bank Milik Pemerintah; borongan/pembelian dan membuat Berita Acara Penjelasan;
(2) Mereka yang dinyatakan pailit. (4) Melaksanakan pembukaan surat penawaran dan membuat Berita
(3) Mereka yang pengikut-sertaannya akan bertentangan dengan Acara Pembukaan Surat Penawaran;
tugasnYa. (5) Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta
membuat Berita Acara Hasil Pelelangan;
2. Pembentukan Panitia Pelelangan (6) Membuat laporan pertanggungjawaban kepada pemberi tugas
a. Untuk melaksanakan pelelangan umum dibentuk Panitia Pelelangan (Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek).
yang selanjutnya disebut Panitia oleh Kepala Kantor/Satuan Ker- e. Masa kerja Panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
jalPemimpin ProYek. pelelangan ditunjuk.
b. Panitia beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang' terdiri
dari unsur-unsur : 3. Pengumuman dan Pemberlan Penjelasan
(l) perencanaan pekerjaan,/kegiatan yang bersangkutan; a. Pada pengumuman pelelangan antara lain dimuat :

(2) penanggung jawab keuangan; (l) Nama instansi yang akan mengadakan pelelangan;
(3) penanggung jawab perlengkapan/pemeliharaan, dari Kantor/Sa- (2) Uraian singkat - mengenai pekerjaan yang akan
tuan KerjalProyek yang bersangkutan. dilaksanakan/barang yang akan dibeli;
Untuk hal-hal yang bersifat teknis diikut sertakan pejabat dari instansi (3) Syarat-syarat peserta pelelangan;
lain yang berwenang. (4) Tempat, hari dan waktu untuk memperoleh dokumen lelang dan
c. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek, pegawai pada keterangan-keterangan lainnya;
Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara, Inspektorat (5) Tempat, hari dan waktu untuk diberikan penjelasan mengenai
Jenderal Departemen dan Unit Pengawasan Lembaga tidak boleh dokumen lelang dan keterangan.keterangan lainnya;
duduk sebagai anggota Panitia dari suatu unit yang menjadi obyek
pemeriksaannya. (6) Tempat, hari dan waktu pelelangan akan diadakan;
(7) Tempat, hari dan batas waktu penyampaian surat penawaran;
d. Panitia mempunyai tugas :
(8) Alamat ke mana surat-surat penawaran harus disampaikan.
(l) Menyusun dan menetaPkan :

(i) rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pemborongan/pem- b. Tenggang waktu :

belian; (l) Antara hari pengumuman dengan hari pengambilan dokumen


(ii) tata cara penilaian pelelangan; lelang dan keterangan-keterangan lainnya adalah sekurang-
kurangnya 4 (empat) hari dan tidak melebihi 7 (tujuh) hari;
(iii) syarat-syarat peserta pelelangan;
yang disahkan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin
Proyek.
74
75
(2) Antara hari pengambilan dokumen lelang dengan hari
pemberian penjelasan adalah sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari (c) Gambar-gambar, misalnya Sambar bestek, gambar detail,
dan tidak melebihi 5 (lima) hari; gambar konstruksi dan sebagainya.
(3) Antara hari pemberian penjelasan dengan hari penenruan
pemasukan penawaran sekurang-kurangnya I (satu) minggu. 4. Pemba*aan Surat penawaran

Penjelasan mengenai syarat-syarat dan keterangan-keterangan lainnya a. Pada waktu yang telah ditentukan, Panitia menyatakan dihadapan
dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditenrukan, dihadiri oleh para peserta lelang bahwa saat penyampaian surat penawaran telah
para calon peserta/peminat pelelangan. ditutup.
d. Pemberian penjelasan mengenai dokumen lelang dan keterangan b, Setelah saat penyampaian surat penawaran ditutup, tidak dapat lagi
tersebut beserta perubahan-perubahannya dibuat Berita Acara Pen- diterima surat penawaran, surat keterangan dan sebagainya dari para
jelasan, yang ditandatangani oleh Panitia dan sekurang-kurangnya 2 peserta.
(dua) wakil dari calon peserta./peminat. Perubahan atau susulan pemberian bahan, demikian pula penjelasan
secara lisan atau tertulis atas surat penawaran yang telah disampaikan
e. Dokumen lelang terdiri dari RKS, gambar-gambar dan keterangan
tidak dapat diterima, kecuali untuk memenuhi kekurangan pada
lainnya.
materai, tanggal dan tanda tangan.

f. RKS sekurang-kurangnya memuat c. Panitia membuka kotak dan sampul surat penawaran di hadapan para
:
p€serta.
(l) Syarat Umum :
d. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dorgan jelas,
(a) Kcterangan mengenai pemberi tugas;
sehingga terdengar oleh semua peserta dan kemudian dilampirkan
(b) Keterangan mengenai perencana (pembuat design);
pada Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran.
(c) Kcterangan mengenai direksi;
(d) Syarat-syarat peserta pelelangan; e. Dari semua surat penawaran yang disampaikan, Panitia menyatakan
(e) Bcntuk surat penawaran dan cara penyampaiannya. mana yang sah dan mana yang tidak sah serta mencantumkannya
dalam berita acara.
(21 Syarat Administratif :

(a) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan; f. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dalam
(b) Tanggal penyerahan pekerjaan/barang; surat penawaran dinyatakan pula dalam berita acara.
(c) Syarat-syarat pembayaran; Para peserta yang hadir diberi kesempatan melihat surat-surat
s.
(d) Denda atas kelambatan; penawaran yang disampaikan kepada Panitia.
(e) Besarnya jaminan pelelangan;
(f) Besarnya jaminan pelaksanaan. h. Setelah pembacaan dan penetapan sah tidaknya surat-surat
penawaran tersebut Panitia segera membuat Berita Acara Pembukaan
(3) Syarat teknis :
Surat Penawaran yang memuat hal-hal tersebut di
atas dan
(a) Jenis dan uraian pckerjaan yafig harus dilaksanakan; keterangan-keter&ngan lainnya.
(b) Jcilig dan mutu bahan, antara hin hahwa diutamskan bahan- Berita acara setelah dibaca dengan jelas ditandatangani oleh Panitia
b*han hauil produksi dclam tsgori; yang hadir dan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari para
peserta.
76 77

j. Pada berita acara disertakan semua surat p€nawaran dengan semua rumus yang digunakan dan lain sebagainya, sampai pada penetapan
lampirannya dan surat keterangan serta sampulnya. calon pemenangnya.
Berita Acara Hasil Pelelangan ditandatangani oleh Ketua dan semua
5. Penetapan Calon Pemenang anggota Panitia.
a. Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar, dan dalam g. Panitia membuat laporan kepada Pejabat yang berwenang mengambil
batas ketentuan m€ngenai harga satuan (harga standar) yang telah keputusan mengenai penetapan calon pemenang. Laporan tersebut
ditetapkan, serta telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, disertai usul serta penjelasan tambahan dan keterangan lain yang
maka Panitia menetapkan 3 (tiga) peserta yang telah memasukkan dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara dan yang dapat keputusan. Tembusan laporan dan Berita Acara Pelelangan disam-
dipertanggungjawabkan sebagai calon untuk diusulkan menjadi paikan kepada Inspektorat Jenderal pada Departemen atau Unit
pemenang pelelangan. Pengawasan pada Lembaga. Dalam hal Pejabat yang berwenang
b. Keputusan mengenai calon pemenang pelelangan tersebut dalam adalah Eselon atasan dari Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin
huruf a di atas diambil oleh Panitia dalam suatu rapat yang dihadiri Proyek, maka laporan, usul dan penjelasan disampaikan melalui
oleh lebih dari 2/3 dari jumlah anggota. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek.
Apabila pada rapat pertama tidak dicapai kuorum maka pada rapat
berikutnya dapat diambil keputusan bilamana dihadiri oleh lebih dari 6. Penetapan pemenong
separoh dari jumlah anggota. a. Dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 20, Pejabat yang
c. Apabila kepada para peserta diberikan kesempatan untuk menga- berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan pemenang
jukan penawaran yang mencakup beberapa jangka waktu tertentu, pelelangan adalah :

maka Panitia menetapkan peserta sebagai calon pemenang yang (l) Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek untuk pele-
menurut pertimbangannya adalah yang paling menguntungkan bagi langan yang bernilai sampai dengan Rp 200.000.000,00 (duaratus
Negara setelah memperhatikan keadaan umum, dan keadaan pasar juta rupiah), sesuai dengan Pedoman yang ditetapkan oleh pe-
baik untuk jangka pendek maupun jangka menengah. jabat Eselon I;
d. Dalam hal dua peserta atau lebih mengajukan harga yang sama, maka (2) Pejabat Eselon I untuk pelelangan yang bernilai di atas
Panitia dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Lampiran Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah) sampai dengan
I ini memilih peserta yang menurut pertimbangannya mempunyai Rp -500.0m.000,00 (limaratus juta rupiah), sesuai dengan
kecakapan dan kemampuan yang terbesar. Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri/Ketua Lembaga;
Dalam hal bahan-bahan untuk menentukan pilihan itu tidak tersedia,
(3) Menteri/Ketua Lembaga untuk pelelangan yang bernilai di atas
maka pemilihannya dilakukan dengan undian, dan harus dicatat
Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah), dalam rangka koor-
dalam berita acara.
dinasi Team Pengendali Pengadaan.
e. Calon pemenang pelelangan harus sudah ditetapkan selambat-
lambatnya l5 (limabelas) hari setelah pembukaan surat penawaran.
b. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Panitia, Pejabat yang
berwenang menetapkan pemenang pelelangan dan cadangan
f. Setelah calon pemenang pelelangan ditetapkan, Panitia segera mem- pernenang/pemenang urutan kedua di antara calon yang diusulkan
buat Berita Acara Hasil Pelelangan yanS memuat segala hal ikhwal
mengenai pelaksanaan pelelangan, termasuk cara penilaian, rumus-
\
79
78

menetapkan pemenang pelelangan selambat-lambatnya dalam waktu


oleh Panitia. Penetapan pemenang pelelangan segera di sampaikan 6 (enam) hari setelah hari pengumuman tersebut pada huruf a'
kepada Panitia selambat-lambatnya dalam wakru 5 (lima) hari kerja
setelah diterimanya laporan dari Panitia. c. sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksanaan prosedur
peleiangan. Jawaban terhadap sanggahan diberikan secara tertulis
c. Apabila Pejabat yang berwenang menunjuk pemenang selain dari selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari kerja setelah
calon pertama yang diajukan Panitia, maka ia harus melaporkan diterimanya sanggahan tersebut.
terlebih dahulu kepada Pejabat setingkat lebih tinggi dengan disertai
alasan-alasannya.
8. Penuniukan Pemenang
d. Apabila Pejabat yang berwenang tidak dapat menyetujui semua calon
a. Berdasarkan keputusan penetapan pelelangan sebagaimana diatur
yang diajukan oleh Panitia dan bermaksud akan mengadakan
dalam Lampiran I ini, maka Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin
pelelangan ulang, maka :
Proyek menunjuk pemenang pelelangan sebagai pelaksana peker-
(l) Pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai jaanlpelaksana penyerahan barang.
p€netapan pcrnenang pelelangan sebagaimana ditentukan pada
b. Peserta yang menang wajib menerima penunjukan tersebut dalam
angka II.5a (l), ya,kni Kepala Kantor/Satuan Kerja/pemimpin
huruf a di atas. Apabila peserta yang menang mengundurkan diri, hal
Proyek, terlebih dahulu meminta persetujuan dari pejabat
ini dapat dilakukan hanya dengan alasan yang dapat diterima oleh
Eselon I yang bersangkutan; Kepala Kantor/satuan Kerja/Pemimpin Proyek. Dalam hal demikian
(2) Pejabat yang berwenang mengambil keputusan pemenang jaminan penawaran pemborong/rekanan bersangkutan menjadi milik
pelelangan sebagaimana ditentukan pada angka II.6.a (2), yakni negara.
pejabat Eselon I, terlebih dahulu meminta persetujuan dari
Menteri/Ketua Lembaga; c. Dalam hal pemenang pertama pelelangan mengundurkan diri
b di atas, maka pemenang urutan
sebagaimana tersebut pada huruf
(3) Pejabat yang berwenang mengambil keputusan pemenang kedua ditunjuk untuk melaksanakan pemborongan/pembelian
pelelangan sebagaimana ditentukan pada angka II.6.a (3), yakni
apabila pemenang bersangkutan menerima persyaratan yang sama
Menteri/Ketua Lernbaga, memperhatikan psrtimbangan,/pen- dengan pemenang pelelangan pertama tanpa pelelangan ulang.
dapat dari Team Pengendali Pengadaan, dalam rangka pelaksa-
naan koordinasi sebagaimana ditetapkan pada pasal 20 ayat (6) d. Apabila pemenang urutan kedua tidak bersedia menerima persyaratan
dan ayat O.c). tersebut, maka diadakan pelelangan ulang, sesuai dengan ketentuan
tersebut pada angka II.9.
7. Pengwttamon pemcnsrrg e. Surat keputusan untuk penunjukan harus dibuat paling cepat 8
a. Keputusan Pejabat yang berwenang tentang penetapan pemenang
(delapan) hari kerja dan selambat-lambatnya l0 (sepuluh) hari kerja
pelelangan diumumkan oleh Panitia kepada para peserta dalam suatu setelah habisnya masa sanggah. Surat keputusan penunjukan tersebut
pertemuan yang diadakan untuk keperluan tersebut. penetapan segera disa'mpaikan kepada pemborong/rekanan.
pemenang pelelangan selanjutnya diumumkan secara luas.
f. Penunjukan hanya berlaku untuk satu kali, ialah untuk pelaksanaan
b. Kepada peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang pekerjaan/pembelian yang telah ditentukan/yang menjadi tujuan
pelelangan, diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan pelelangan.
sec,ara tertulis kepada atasan dari pejabat yang berwenang
untuL pelaksanaan pekerjaan/pembelian yang tidak termasuk dalam
I
\

80
81

syarat-syarat,/tujuan pelelangan semula, sekalipun untuk peker-


jaanlpembelian yang sejenis/serupa, harus diadakan pelelangan Penunjukan rekanan/pemborong berikutnya dilakukan sesuai dengan
tersendiri. ketentuan tersebut dalam angka II.8.c dan d. Kemungkinan
perhitungan/pembayaran nilai hasil pekerjaan yang telah
g. Surat keputusan tersebut pada huruf e di atas berikut keputusan dilaksanakan didasarkan atas hasil penelitian dan penilaian hasil
penetapan pemenang pelelangan, Berita Acara Hasil Pelelangan, pekerjaan tersebut serta kegunaannya bagi Negara.
Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran, dan Berita Acara
Pemberian Penjelasan serta dokumen pelelangan lainnya merupakan m. Jaminan pelaksanaan dikembalikan kepada pemborong/rekanan
dasar dari perjanjian pemborongan/pembelian yang akan diadakan. setelah pelaksanaan pekerjaan/penyerahan barang selesai sesuai
dengan kontrak.
h. Bea meterai harus dipenuhi oleh pemborong,/rekanan atau para pem-
borong,/rekanan sebanding dengan besarnya jumlah borongan n. Di luar jaminan-jaminan tersebut pada angka II.l.e. (4) dan II.8.i.
masing-masing. Bea rneterai tersebut dipungut oleh Bendaharawan tidak diperkenankan adanya jaminan-jaminan lain dalam pelelangan.
pada waktu pembayaran uang muka atau pada pembayaran pertama.
9. Pelelangon ulang
i. Pemborong/rekanan yang telah ditunjuk sebelum menandatangani
kontrak diwajibkan memberikan jaminan pelaksanaan berupa Surat a. Pelelangan dinyatakan gagal apabila :

Jaminan Bank Pemerintah atau Bank/Lembaga Keuangan lain yang (1) penawaran yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 5 (lima) persen dari nilai dalam angka II.l.e dan f ternyata kurang dari 3 (tiga) pem-
kontrak. borong/rekanan;
Pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Kepala Kantor/Satuan (2) dilampauinya harga standar;
Kerja/Pemimpin Proyek, maka jaminan penawaran pem- (3) harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar;
borong/rekanan yang bersangkutan segera dikembalikan. (4) apabila sanggahan dari rekanan ternyata benar;
j. (5) berhubung dengan pelbagai hal tidak memungkinkan
Surat Keputusan Penunjukan disertai Berita Acara Pemberian Pen-
jelasan, Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran, Berita Acara mengadakan Penetapan.
Hasil pelelangan, Keputusan Penetapan Pemenang Pelelangan, dan b. Dalam hal pelelangan gagal atau pemborong/rekanan yang ditunjuk
surat perjanjian pemborongan disampaikan kepada : mengundurkan diri atau pemenang urutan kedua tidak bersedia untuk
(l) Departemen yang bersangkutan; ditunjuk sebagai pelaksana, maka Panitia (atau Panitia Pelelangan
(2) Pemborong/rekanan (salinan otentik bermeterai); yang baru) atas permintaan Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin
(3) Kantor Inspeksi Pajak; Proyek mengadakan pelelangan ulang.
(4) Instansi-instansi lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan per-
janjian tersebut sesuai dengan keperluannya;
(5) Panitia sebagai arsip. III. Pelelangan Terbatas

k. Dalam hal pemborong,/rekanan dalam waktu yang telah ditetapkan l. Pada Pasal 18 ayat (2\ dan (3) ditetapkan bahwa pelaksanaan peker-
tidak melaksanakan pekerjaan/penyerahan barang, maka jaminan jaan untuk pemborongan oleh pihak ketiga atau pembelian barang dan
pelaksanaan menjadi milik Negara. bahan termasuk pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan yang
l. Dalam hal pemborong,/rekanan mengundurkan diri setelah menan- dilakukan sendiri (swakelola) yang berjumlah di atas Rp 20.000.000,00
datangani kontrak maka jaminan pelaksanaan menjadi milik Negara. (duapuluh juta rupiah) dilaksanakan dengan surat perjanjian/kontrak
berdasarkan pelelangan umum atau pelelangan terbatas.
r! -\
{
82 t 83

2. Pelelangan terbatas sebagaimana ditentukan pada Pasal 2l diatur


t
Ir e. mempunyai referensi Bank;
sebagai berikut :
t f. kemampuan modal usaha;
a. Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan di antara 1

;
g. berada dalam keadaan mampu dan tidak dinyatakan pailit;
calon pemborong,/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan h. mempunyai referensi pekerjaan untuk bidang usaha yang
yang Mampu" (DRM), yaitu yang telah lulus dalam prakualifikasi 1
diprakualifikasikan;
I
yang diadakan oleh Panitia Prakualifikasi. 1
i. pimpinan perusahaan tidak berstatus pegawai negeri;
b. Di masing-masing Departemen/Lembaga dibentuk panitia
j. syarat-syarat golongan pemborong,/rekanan;
Prakualifikasi yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal k. pemberian kelonggaran bagi pemborong/rekanan golongan
ekonomi lemah berupa pemberian bobot yang lebih tinggi dalam
Departemen /lembaga dan anggotanya terdiri dari pejabat
penilaian kriteria prakualifikasi.
Direktorat Jenderal dan atau unit organisasi setingkat pada
Departemen /Lembaga, serta Departemen lain yang kompeten. 4. DRM sekurang-kurangnya memuat keterangan-keterangan mengenai
c. Panitia Prakualifikasi di Departemen/Lembaga melakukan masing-masing pemborong/rekanan sebagai berikut :
prakualifikasi untuk pekerjaan pemborongan/pembelian yang a. nama;
dilakukan oleh Departemen./Lembaga yang bersangkutan di tingkat b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Pusat. c. alamat;
d. Di masing-masing Daerah dibentuk Panitia Prakualifikasi dengan d. izin usaha, akte pendirian perusahaan, rekening Bank;
diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan anggotanya e. besarnya kekayaan perusahaan;
terdiri dari pejabat instansi vertikal dan instansi daerah Otonom f. susunan modal;
yang bersangkutan. g. bidang usaha;
h. daerah/tempat usaha;
e. Panitia Prakualifikasi di Daerah melakukan prakualifikasi untuk i. golongan pemborong/rekanan (golongan ekonomi lemah dan
pekerjaan pemborongan/pernbelian oleh Kantor,/Satuan Ker- sebagainya);
jalProyek dari semua Departemen /Lembaga di Daerah ber- j. nama pengurus perusahaan;
sangkutan. k. nama karyawan,/pengurus ahli dan bidang keahliannya;
f. Prakualifikasi oleh Departemen /Lembaga di ringkat pusat l. pengalaman pekerjaan.
dilaksanakan di bawah koordinasi Tearn pengendali pengadaan.
5. DRM mempunyai masa laku I (satu) tahun dan dapat diperpanjang I
g. Prakualifikasi di tingkat Daerah mengikuti petunjuk bersama dari (satu) tahun.
Menteri Dalam Negeri, Menteri pekerjaan Umum, dan Menteri
6. Dalam pelelangan terbatas diundangkan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
Negara Penertiban Aparatur Negara.
pemborong/rekanan yang tercatat dalam DRM.
3. Penetapan lulus dalam prakualifikasi didasarkan antara lain atas hal- Di antara rekanan yang diundang sekurang-kurangnya ada 5 (lima)
hal sebagai berikut : pemborong/rekanan yang menyampaikan penawaran dan di antaranya
sekurang-kurangnya terdapat 3 (tiga) penawaran yang sah.
a. adanya akte pendirian;
b. adanya surat izin usaha yang masih berlaku; 7. Ketentuan-ketentuan lainnya dalam angka II berlaku pula untuk
c. mempunyai Nomor Pokok Wajib pajak (NpWp); pelelangan terbatas, sepanjang tidak diatur tersendiri/lain dalam
d. mempunyai alamat yarrg sah, jelas dan nyata; angka III ini.
I

85
84 I
1

4. Penunjukan langsung dapat pula dipertimbangkan dan diputuskan


IV. PenunJukan Langsung oleh Menteri/Ketua Lembaga, Sekretaris Jenderal Lembaga Ter-
tinggi/Tinggi Negara dan Panitera Mahkamah Agung, dengan tidak
l. Sebagaimana ditentukan pada Pasal l8 ayat (l) dan ayat (16) serta dapat dilimpahkan kepada Pejabat lainnya, untuk hal-hal di bawah
Pasal 20 ayat(7a) penunjukan langsung dapat dilakukan dengan Surat
ini :
Perintah Kerja (SPK) atau surat perjanjian (kontrak) untuk :

a. untuk pekerjaan lanjutan dari bangunan yang telah ada harga


a. Pelaksanaan pekerjaan untuk pemborongan oleh pihak ketiga atau
standarnya dengan menggunakan satuan harga menurut harga
pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan yang dilakukan sen-
standar yang berlaku pada tahun anggaran.
diri (swakelola) yang berjumlah di atas Rp 3.000'000,00 (tiga juta Pekerjaan lanjutan adalah suatu pekerjaan yang secara teknis
rupiah) sampai dengan Rp 20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah). merupakan satu kesatuan konstruksi yang tidak dapat dipecah-
b. Untuk biaya pemasangan listrik oleh Perum Listrik pecah dari pekerjaan terdahulu satu dan lain berdasar pendapat
Negara/Perusahaan Listrik Daerah, biaya pemasangan telepon unsur teknis secara tertulis;
oleh Perum Telekomunikasi, pemasangan gas oleh Perusahaan Gas
b. untuk pekerjaan lanjutan dari pekerjaan yang tidak ada harga
Negara/Daerah, pemasangan saluran air minum oleh Perusahaan
standarnya, tetapi sehubungan dengan homogenitasnya perlu di-
Air Minurn Negara/Daerah, pencetakan oleh Perusahaan Negara jaga kontinuitas pelaksanaannya, sesuai dengan pendapat instansi
Percetakan Negara, biaya penelitian dan pemrosesan data yang yang kompeten secara tertulis, sedangkan penentuan harga harus
dilaksanakan oleh Universitas Negeri dan Lembaga Iliniah
dilakukan oleh suatu panitia yang diangkat oleh Menteri/Ketua
Pemerintah.
Lembaga atau Sekretaris Jenderal yang bersangkutan;
2. Penunjukan langsung sejauh mungkin diusahakan yang paling c. apabila sesuai dengan sifat kebutuhannya hanya terdapat orang
menguntungkan bagi Negara baik ditinjau dari kebutuhan, harga, atau badan tertentu yang menjual barang-barang bersangkutan
maupun mutu dengan cara mengusahakan 3 (tiga) atau lebih (barang-barang spesifik) atau yang dapat melaksanakan
penawaran yang diajukan secara terpisah oleh 3 (tiga) atau lebih pem- pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan (pekerjaan spesifik);
borong/rekanan yang tercantum dalam DRM.
d. untuk pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam
3" Penunjukan langsung dapat pula dilakukan oleh Kantor/Satuan Ker- rangka penyelesaian pekerjaan/pembelian semula dan bernilai
jalProyek untuk hal-hal sebagai berikut : lebih dari Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dengan
jumlah yang tidak melebihi dari l09o (sepuluh persen) dari harga
a. pekerjaan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi berhubung dengan
telah terjadinya bencana alam berdasarkan pernyataan Gubernur yang tercantum dalam surat perjanjian/kontrak, tetapi tidak
Kepala Daerah bersangkutan; melebihi Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).

b. pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka 5. Tembusan persetujuan penunjukan langsung berdasarkan angka IV.3
penyelesaian pemborongpn/pembelian semula, yang tidak lebih dan 4 disampaikan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal
dari logo (scpuluh persen) dari harga yang tercantum dalam surat Anggaran, Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara, In-
perianjian/kontrak, dengan nilai setinggi-tingginya spektur Jenderal atau Pimpinan Unit Pengawasan Lembaga dan Kan-
Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah). tor Perbendaharaan Negara.
\
88
87
V. Penutup

l. Tata cara pelelangan dalam rangka bantuan proyek, bantuan teknis, PERIANIIAN PEMBORONGAN BANGUNAN
dan bantuan luar negeri rainnya diatur tersendiri oleh Menteri DATAM RANGKA
Keuangan.
PEMBANGUNAN IIMA TAHUN*
2. Dalam hal pelelangan untuk peralatan/perlengkapan Kantor, maka oleh :
persiapan dan peraksanaan pelelangan dikordinasiian
oleh Sekretaris Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, S.H.
Jenderal Departemen,/Lembaga.

3. Menteri/ketua Lembaga mengawasi dan rnemberikan petunjuk sesuai Sesuai dengan giatnya pembangunan di segala bidang dalam
dengan ketentuan yang berlaku terhadap pelaksanaan pelelangan dan rangka pembangunan lima tahun sebagaimana ditetapkan dalam
penunjukan langsung yang dilaksanakan oleh Direktur GBHN dan Repelita, maka terjadilah kegiatan pembangunan
Jenderal atau
pejabat yang setingkat pada Departemen /Lembaga serta phisik khususnya pembangunan bangunan yang berupa pem-
oleh Kepala
Kantor/Satuan Kerja/pemimpin proyek, sehingga pelaksanaan bangunan gedung-gedung, jembatan-j embatan, waduk, dam, jalan
pekerjaan pemborongan./pembelian dapat berjalan-dengan raya dan lain-lain di seluruh pelosok tanah air.
efisien,
lancar dan tertib.
Kegiatan pembangunan phisik demikian dilaksanakan dalam
4. Hal-hal yang belum/belum cukup diatur dalam ketentuan-ketentuan bentuk proyek-proyek (Pelita) Pusat, proyek Daerah, Proyek In-
pelelangan umum/terbatas/penunjukan langsung ini
ditetapkan rebih pres, Swadaya masyarakat dengan subsidi dari Pemerintah dan
lanjut oleh Menteri Keuangan.
lain-lain. Kegiatan pembangunan demikian lazimnya terjadi dalam
bentuk perjanjian pemborongan kerja di mona pemerintah bertin-
dok sebogai pihok yong memberi pekerjoan atav pihak yang mem-
borongkon Dalam rangka pelaksanaan perjanjian demikianlah kita
bicarakan sekarang masalah perjanjian pemborongan bangunan.
Dalam penggolongan perjanjian khusus yang dikenal dalam
perundang-undangan kita, perj anj ian pe mboron gan bongunon ter-
masuk perjanjion pemborongan pekerjaon. Perjanjian pem-
borongan pekerjaan ialah perjanjian di mana pihak yang satu (si
pemborong) mengikatkan diri dengan pihak lain (si pemesan) untuk
menghasilkan pekerjaan tertentu dengan harga tertentu (ps. 160l B
KUH Perdata).
Dilihat dari obyeknya perjanjian, perjanjian pemborongan ini
mirip dengan perjanjian lain, yaitu perjanjian kerja, perjanjian
melakukan jasa, yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak yang
satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang

"Paper penataran bagi para pejabat unsur Departemen Pekerjaan


Umum, Kerjasama UCM-Departemen PU
5
88 89

hukum apa saja yang berlaku antara mereka yang ikut menentukan
lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang
isi perjanjian yang dibuatnya ? Pertama kali mereka harus tunduk
lain ialah bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungon pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh para pihak
kedinasan/kekuasaan antara buruh dan mojikon. Pada pem-
sendiri dalam perjanjian pemborongan. Kedua, memperhatikan
borongan pekerjaan tidak ada hubungon semocam i/u, melainkan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan tentang
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan secara mandiri. Sedang
yang dimaksud dengan perjonjian melokukan jasa ialah perjanjian syarat-syarat umum perjanjian pemborongan (Algemene Voor-
untuk melakukan jasa bagi umum, dengan imbalan pembayaran
waarden disingkat A.V.) bagian pertama, yaitu ketentuan-
ketentuan Administrasi. Ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat
upah yang tidak dipersetujukan sebelumnya antara para pihak,
melainkan ditentukan berdasarkan tarip yang layak. umum (A.V.) ini hanya berlaku sepanjang para pihak tidak menen-
tukan sendiri.' Juga peraturan tentang pelelangan pemborongan
Perjanjian pemborongan pekerjaan ini dapat terdiri atas pem- umum dan terbatas sebagaimana tercantum dalam 5.1933 No.146.
borongan bangunan dan bukan bangunan (leveransir, penjahit dan
lainJain). Pada kesempatan ini kita bicarakan khusus mengenai Syarat-syarat umum perjanjian pemborongan ini di Indonesia
perjanjian pemborongan bangunan. Dalam negara yang sedang
juga di negeri Belanda merupakan peraturan yang sudah lama
membangun khususnya di Indonesia sekarang yang menitik adanya, sehingga peninjauan kembali terhadap peraturan ini sesuai
beratkan pada pembangunan dalam bidang Ekonomi, hukum dengan perkembangan sekarang di Indonesia patut diperhatikan.
bangunan (bouwrecht) mempunyai fungsi penting dalam menun- Ketiga, yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pemborongan
jang kemajuan Ekonomi (tergolong Economic law). Bidang hukum bangunan ialah ketentuan-ketentuan dari KUH Perdata sendiri
yang berlaku sebagai hukum pelengkap. Yaitu ketentuan-ketentuan
demikian bersifat universil, bersifat internasional dalam arti mem-
punyai sifat-sifat/unsur-unsur persamaan di mana-mana dan tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan pada umumnya. Di
mengandung ciri-ciri yang sama dengan yang terjadi di negara lain samping itu harus diperhatikan juga berlakunya peraturan-
(luar negeri), serta dapat menunjang peningkatan pembangunan peraturan khusus yang bersangkutan dengan perjanjian pem-
Ekonomi. borongan bangunan yang diadakan oleh Pemerintah RI sendiri
(bukan peraturan lama sejak Hindia Belanda) ialah :
Pengaturan dari perjanjian pemborongan bangunan ini di In-
Peraturan Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga No.
donesia ialah di samping tunduk pada ketentuan-ketentuan perjan-
jian pemborongan sebagaimana diatur dalam KUH perdata, juga
- li12/19/1959 tentang "Penertiban Aparat Pelaksanaan di
berlaku ketentuan-ketentuan syarat-syarat umum (Algemene Voor- sektor Partikelir dalam lapangan Pembangunan".
waarden) untuk pelaksanaan pemborongan Pekerjaan Umum di In-
- Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 48/U/
donesia dengan sedikit-sedikit perubahan dan perombakan di sana- Kep./2/1967, tanggal 16 Pebruari 1967 tentang "Perjanjian
sini. Hubungan antara peserta dalam pemborongan harus diatur Pembelian dan Pemborongan Pekerjaan".
secarajelas dan lengkap dalam suatu perjanjian yang dibuat antara
lnstruksi Presiden No. 17 th. 1967 tentang Pengarahan dan
para pihak dalam perjanjian. - Penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam tiga bentuk
Menurut sistem hukum Perdata, dalam hal terjadi perjanjian usaha Negara :
pemborongan bangunan ketentuan-ketentuan apa saja yang harus
a. Perusahaan Jawatan disingkat Perjan (Departmen
diperhatikan oleh para pihak dalam mengatur hubungan mereka ? Agency).
Dengan perkataan lain, peraturan-peraturan hukum/norma-norrna
90
91

b. Perusahaan Umum disingkat perum (public


Corporation). (Algemene Voorwaarden atau Standaard voorwaarden) yang
c' Perusahaan perseroan disingkat persero (public/state
diatur secara khusus secara lengkap.
Company).
3. Pemborongan bangunan di mana hak-hak dan kewajiban para
selanjutnya ketentuan-ketentuan yang pihak diatur secara lengkap sepanjang mengenai kepentingan-
garan pembangunan dan cara pelelangan bertarian dengan ang- kepentingan yuridisnya/administratifnya. Sedang segi tekhnis-
serta pelaksanaan pem-
borongan bagi bangunan-Uungrrur,- nya hanya secara sumir. Mengenai syarat-syarat umum dari per-
proyek-proyek pusat maupun -Daerah, baik yung _.n1il;;;
eropinri"uia-u^ ou.rut janjian pemborongan mengandung juga unsur jual-beli. Yaitu
Tingkat II, yaitu proyek_proyek mana yang harus sepanjang mengenai tanahnya di mana bangunan itu akan
diborongkan merarui.mengenai
tend.er, p.;t.k didirikan.r)
secara eigen beheer, berlakuriah -unu yang dapat dilaksanakan
ketentuan-t.f,rrtuun r.Gai*ana
tercantum dalam : Di Indonesia berlaku jenis perjanjian pemborongan bangunan
jenis kedua di atas, sedang perjanjian jenis ketiga mulai berkem-
Keputusan presiden No. 12 th. rg77
- tang Pelaksanaan Anggaran pendapatan
tanggar 30Maret 1977 ten_ bang dalam praktek perbankan. Yaitu perjanjian pembelian dan
(Lampiran I).
dan
sErr s!(crrr
Belanja Negara pemborongan rumah dengan kredit dari Bank.

Instruksi presiden No. 2 th, rg77 tentang program Dalam proses pembangunan kita mengenal peserta/unsur pem-
- Pembangunan Bantuan borongan bangunan yang terdiri atas :
Daerah Tingkat II.
* Keputusan Bersama Menteri Daram Negeri, a. Pemberi kerja (bouwheer)
Menteri Keuangan b. Perencana
dan Menteri Negara Ekonomi, i.uungun
-109/KMK/1977,
dan Industri/Ketua c. Pelaksana
Bapenas, No. lOt th. 1977 No. No. Kep.
801/K/4/1971 tentang penetapan jumlah Dalam perjanjian pemborongan bangunan dari pemerintah, di sini
Pelaksanaan program Bantuan iembanguan
dan pedoman
ou..u-t, riigrat u pemerintah/Departemen PUTL, bertindak selaku bouwheer dan
tahun 1977/1979. juga bertindak selaku pengawas perjanjian pemborongan tersebut.
Perencana yang juga bertindak melakukan direksi woering
Di luar Negeri kh,susnya di Negeri Beranda dilaxukan oleh sebuah lembaga yang terdiri dari orang yang ahli,
lain dari perjanjian pemborong;;u;;nun, dikenar bentuk
yaitu ada 3 macam :
bertindak melakukan pengawasan dan bertindak mewakili,/selaku
l' Pemborongan bangunan di mana kuasa dari bouwheer untuk merancangkan bangunan dan
para pihak itu hanya rundukhubungan hukumnya antara
pada- k;;il;;-iJ,rnruun
menyusun bestek. Pelaksana bertindak melaksanakan bangunan
sebagaimana diatur dalam- sesuai dengan bestek. Dan ini dilaksanakan oleh perusahaan-
B.W; dengan sedikit-sedikit
peraturan yang melengkapinya. para perusahaan pemborongan bangunan/kontraktor baik perusahaan
pihak h;yr;;";tur ten- pemerintah ataupun swasta (Constraction industry).
tang hat-hal khusus mengenai obyetc
Iamanya pekerjaan.
uundn;, ii"i*i"i 0",
2. Pemborongan bangunan tunduk pada ketentuan_
Iangperaturan-peraturan
ketentuan dalam B.W. dan l)Mr.MA. van Wijngaarden, Aanneming van bouwwerken
umurn en architecten
overeenkomst, Tjeenk Willink - Zwolle, 1975, hal. 19, 20.
92 93
I
Dalam proses pemborongan bangunan, khususnya pem- 2. Penertiban persyaratan dari Perusahaan Pemborongan
borongan bangunan pemerintah, Departemen PUTL memegang Bangunan (Construction industry) terutama dalam hal :
fungsi dan peranan penting dalam kedudukannya selaku unsur a. Persyaratan klasifikasi, kualifikasi dan prakualifikasi dari
ataupun peserta dalam pembangunan. Karena untuk proyek pem- perusahaan pemborongan/kontraktor.
bangunan pemerintah yang menyangkut pekerjaan umum yang ber-
talian dengan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan umum b. Persyaratan pendaftaran dan izin usaha bagi perusahaan
berupa gedung, jalan raya, irigasi, waduk, penyediaan air minum,
pemborongan/kontraktor serta perencana bangunan.
jembatan dan lain-lain. Departemen PUTL senantiasa bertindak c. Persyaratan bagi bentuk perusahaan yang tepat bagi
selaku Bouwheer dalam proses pembangunan tersebut. Bahkan perusahaan pemborongan.
adakalanya dalam bidang pekerjaan umum, Pemerintah/Pemerin-
3. Prosedur dan persyaratan lelang, pre-tender, tender :
tah Daerah /PUTL masih berfungsi baik sebagai bouwheer, peren- pelelangan umum, pelelangan terbatas.
cana dan pelaksana sekaligus. Di mana keadaan demikian sesuai
dengan perkembangan zaman dart kemajuan tekhnologi menuju ke 4. Penertiban dari segi asuransi yang tepat bagi bentuk perusahaan
arah terciptanya spesialisasi dalam bidang-bidang yang ber- yang bersangkutan.
sangkutan, hendaknya pemborongan dapat dilaksanakan oleh 5. Penertiban mengenai penyelesaian sengketa secara administratif
unsur-unsur atau peserta pembangunan yang terpisah, karena
ataupun arbitrase dalam pelaksanaan tugas pembangunan.
keahlian tidak dapat dikonsentrir dalam satu tangan.
6. Prosedur/proses pemborongan pekerjaan (aanbestedings-
Demikian juga jika unsur perencana dan pelaksana ini berada prosedure) mulai dari pengumuman sampai dengan pelulusan
dalam satu tangan maka akan mempengaruhi pertimbangan dalam (gunning) terutama mengenai syarat penentuan penawaran yang
keputusan pemberian pekerjaan. Dalam rangka pembinaan Hukum dikabulk anldiluluskan.
Nasional khususnya dalam bidang Hukum Bangunan ini kiranya
telah merupakan kebutuhan yang mendesak untuk adanya 7. Masalah jaminannya.
pengaturan yang lebih mantap mengenai persyaratan wajib daftar, 8. Peninjauan kembali yang berupa perubahan, penambahan dan
dan izin kerja pelaksana, di samping persyaratan klasifikasi penghapusan ketentuan-ketentuan mengenai Algemene Voor-
bidang/sifat pekerjaan, syarat kualifikasi menurut mutunya waarden, menuju ke arah terbentuknya peraturan tentang per-
perusahaan dan persyaratan prakualifikasi terhadap bonafiditas syaratan umum dalam pemborongan bangunan bersifat Na-
dan kemampuan perusahaan, yang kesemuanya itu merupakan sional.'
seleksi terhadap perusahaan pembangunan. TerlebihJebih dengan
masuknya modal asing di Indonesia yang bergerak dalam bidang Semuanya itu kiranya patut mendapat perhatian untuk penelaahan
contraction industries dan perkreditan, kiranya pembinaan hukum dan pengaturan kembali.
dalam bidang-bidang tersebut di atas patut mendapat penggarapan
Khususnya mengenai masalah jaminan di mana dalam perjan-
dengan segera. jian pemborongan bangunan disyaratkan adanya iaminan/tang-
Masalah-masalah yang patut menjadi perhatian adalah :
gungan baik jaminan yang berupa kebendaan (Hipotik dan lain-
lain) maupun jaminan Bank yang harus dipenuhi oleh si pem-
l. Hubungan tatakerja, tanggungiawab, hak-hak dan kewajiban borong, berlakulah ketentuan-ketentuan dari Perbankan dan
dari peserta pembangunan satu dengan lainnya. ketentuan-ketentuan dari APBN.
94 95
1
Dalam perjanj ian pemborongan bangunan disyaratkan adanya jaminan. Selain itu bank garansi juga lazim diberikan bagi
jaminan Bank yang berupa jaminan tender (tender garansi/tender pemberian kredit untuk pembelian barang-barang import dari luar
bond) dan jaminan pelaksana (performance bond) yang harus negeri yang dibayar secara mengangsur, misalnya : kendaraan ber-
dipenuhi oleh si pemborong sebelum pelaksanaan tender dan motor, mesin-mesin pabrik pompa air dan sebagainya.
sebelum pelaksanaan pekerjaan, jaminan Bank sebelum pem-
bayaran uang nruka (ZDt/o dari nilai perjanjian pemborongan). Juga diberikan untuk barang-barang import yang tertahan di
Adanya Kontra garansi dari pemborong sebelum pemberian Bank pelabuhan untuk penyelesaian urusan pabean dengan Jawatan Bea
garansi oleh Bank. Adanya ketentuan demikian menyangkut pada Cukai. Dalam bank garansi, Bank baru bersedia memberikan
satu pihak kebijaksanaan dalam perbankan sebagai pihak yang garansi jika kepada Bank telah disetorkan sejumlah uang tertentu,
harus memberikan Bank garansi atau memberikan fasilitas kredit sebesar garansi yang akan diberikan oleh Bank. Jika kebetulan
dalam perjanjian pemborongan, pada lain pihak menyangkut kebi- pemohon garansi itu telah mempunyai rekening atau deposito pada
jaksanaan dalam Anggaran Belanja Negara sebagaimana diten- Bank, maka Bank akan memblokir jumlah uang itu untuk
tukan dalam ps. 18 dan Lampiran I Keputusan Presiden No. 12 th. keperluan pemberian surat jaminan Bank. Atau kemungkinan lain-
1977 tentang Pelaksanaan APBN. Maka dapat kami simpulkan nya lagi, dapat juga si pemohon garansi tidak menyerahkan se-
jumlah uang pada Bank, melainkan memberikan kontra garansi
bahwa jenis-jenis jaminan/tanggungan yang wajib diberikan
yang berwujud jaminan yang bersifat kebendaan.2)
dalam hal perjanjian pemborongan adalah sebagai berikut :
Di negeri Belanda pemberian bank garansi oleh Bank tidak
disyaratkan adanya jaminan secara khusus. Bank garansi itu dapat
1. Jaminan Bank (Bank Garansi) diberikan dalam bentuk pemberian kredit dalam rekening yang ber-
jalan (kredietverlening in lopende rekening). Bank akan memblokir
Jaminan Bank adalah suatu jenis penanggungan, di mana yang sejumlah uang/kredit dari pemohon garansi sebesar jaminan bank
bertindak sebagai penanggung adalah Bank. Berdasarkan Undang- garansi yang akan diberikan, sehingga si pemohon tidak wenang
Undang Pokok Perbankan UU No. 14 th. 1967 Bank Umum untuk menguasai uang tersebut. Pada saatnya jika Bank digugat
tergolong jenis Bank yang berhak memberikan jaminan Bank harus memenuhi kewajiban penanggungan, maka Bank akan
(Bank garansi) di dalam usahanya (ps. 23 ayat7). Bank garansi ter- memenuhi/membayar prestasi kepada kreditur. Selanjutnya untuk
jadi jika Bank selaku penanggung diwajibkan untuk menanggung jumlah uang yang telah dibayarnya, Bank akan memperhitungkan
pelaksanaan pekerjaan tertentu, atau menanggung dipenuhinya kembali dalam debet dari rekening debitur yang sedang berjalan.3)
pembayaran tertentu kepada kreditur. Hal demikian kita jumpai
dalam praktek pekerjaan pemborongan bangunan dalam bentuk- Namun bentuk jaminan bank yang diperhitungkan dari reke-
bentuk khusus yang disebut tender garansi (tender bond) atau ning si pemohon garansi dalam bentuk rekening yang sedang ber-
jaminan penawaran, juga dalam bentuk performance bond atau jalan juga banyak menimbulkan keberatan-keberatan. Keberatan
jaminan pelaksanaan pekerjaan.

Selanjutnya bank garansi juga diberikan oleh Bank untuk men- 2)D"1"* praktek perbankan lazim terjadi pemberian bank garansi oleh Bank dengan
jamin pembayaran Uang Cukai Rokok, yang harus dipenuhi oleh contra garansi dari pemohon yang berwujud pemberian jaminan yang bersifat kebendaan
perusahaan rokok selaku debitur/peminta jarninan dan wajib sebagaimana tercantum dalam model tertentu dari Bank.
3)$.in, Z'ekerheidsrechten, Kluwer Deventer,
dibayarkan kepada Dirjen Bea Cukai selaku kreditur/penerima 1970, hal. 208.
1

96
97

yang terutama dikemukakan ialah, bagaimana jika setelah ter-


jadinya Bank garansi si debitur meninggal dunia sebelum Bank dengan biaya yang murah dan bertanggung-jawab, maka kepada
memenuhi kewajibannya selaku penanggung membayar prestasi
para pemborong itu diwajibkan mengadakan penawaran-
penawaran yang kemudian diadakan pelelangan. Untuk dapat
kepada kreditur ?
mengikuti pelelangan pekerjaan demikian kepada pemborong
Sedangkan menurut ketentuan sebagaimana yang tercantum selain diwajibkan mengajukan penawaran-penawaran, juga
dalam akte perjanjian mereka memperjanjikan bahwa hubungan disyaratkan adanya jaminan Bank yang berupa tender garansi.
kredit akan berakhir dan rekening akan ditutup dengan mening- Adanya jaminan bank yang berupa tender garansi ini telah lazim
galnya si pemohon kredit. Apakah Bank pada waktunya harus dalam praktek perjanjian pemborongan bangunan dan praktek per-
memenuhi prestasi sebagai penanggung akan dapat bankan di Indonesia. Di mana persyaratannya telah diatur dalam
memperhitungkan jumlah uang yang telah dibayarnya ke dalam peraturan khusus berbentbk Keputusan Presiden dan pe,rjanjiannya
debet dari rekening yang sedang berjalan itu ? Keberatan demikian dituangkan dalam model-model tertentu dari Bank.5)
juga dikemukakan jika dalam keadaan yang serupa si debitur jatuh
pailit.4) Terhadap keberatan-keberatan tersebut di atas usaha Besarnya jaminan penawaran itu berdasarkan Keputusan
mengatasinya ialah dengan jalan segera setelah diadakannya per- Presiden No. 14 th. 1976 ditetapkan maksimum sebesar 3go dari
janjian bank garansi, Bank langsung mengurangi dari rekening si harga yang diperkirakan yang dilelangkan. Ketentuan tersebut
debitur yang sedang berjalan sejumlah besarnya bank garansi. lengkapnya sebagai berikut : "Barang siapa ikut serta dalam
Kemudian memasukkan jumlah uang tersebut dalam rekening yang penawaran diwajibkan memberikan jaminan p0nawaran
khusus, dan di dalam akte ditentukan bahwa jumlah uang itu sebagaimana termaksud dalam angka V ayat (2) huruf l, berupa
diberikan kepada Bank sebagai jaminan untuk penuntutan kembali surat jaminan Bank Pemerintah yang besarnya ditentukan oleh
piutangnya (hak regres) kepada debitur setelah Bank memenuhi Panitia yang jumlahnya berada dalam batas-batas lgo sampai 3go
kewajibannya sebagai penanggung. dari harga yang diperkirakan yang dilelangkan".
Jadi dari ketentuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
a. Tender Garansi (laminan Penowaran; Tender Bond) untuk dapat ikut serta dalam penawaran diwajibkan adanya
memberikan jaminan penawaran/tender garansi yang besarnya
Bank garansi/jaminan bank yang berwujud tender garansi, adalah ls/o sampai 3t/o dari harga yang dilelangkan /harga
adalah bentuk perjanjian penanggungan di mana Bank menjamin penawaran (iuga termuat dalam Keputusan Presiden No. 12 th.
pembayaran sejumlah uang yang tertentu untuk memenuhi syarat 1977).'Juga dapat kita simpulkan dari situ bahwa yang wajib bertin-
penawaran di dalam pelelangan pemborongan pekerjaan. dak sebagai penanggung adalah Bank Pemerintah.6)
Khususnya untuk pemborongan bangunan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai pihak yang memborongkan (bouwheer), untuk
dapat menunjuk/memilih pemborong yang bonafide dan dapat
memenuhi persyaratan-persyaiatan pelaksanaan pemborongan 5)Mod"l jaminan penawaran,/jaminan pelaksanaan dari Bank Negara,Indonesia 1946
terlampir.
6)Ouh. peraturan-peraturan sebelumnya yang menyangkut Pelelangan Terbatas tidak
4)stein, Ibid. ada ketentuan bahwa yang bertindak sebagai penanggung harus Bank Pemerintah, jadi
dapat saja dilakukan oleh Bank Swasta atau lembaga lain.
"T

99
98

bangunan, jaminan pelaksanaan hanya diberikan kepada pem-


Pada tender garansi Bank sebagai penanggung baru bersedia bororg yang telah diluluskan dalam pelelangan pekerjaan setelah
'untuk memberikan jaminan penawaran bagi kepentingan pem- pemborong menyetorkan sejumlah persentase tertentu dari nilai
borong, jika pemborong telah menyetorkan sejumlah uang tertentu pemborongan.
kepada 1iank atau meminjam kredit dari Bank yang besarnya sesuai
dengan jumlah persentase yang wajib dibayarkan kepada pelelang Menurut ketentuan yang ada besarnya jaminan pelaksanaan
-.m.rut i syarat pelelangan. Jika pada Bank telah terdapat
maka bank
pekerjaan ini ditentukan minimum sebesar 390 dari harga borongan
deposito ataupun rekening dari pemborong tersebut (Lampiran I Keputusan Presiden No. 12 th. 1977). Setelah jumlah'
tinggal membiokir dari rekeningnya jumlah uang jaminan tender uang jaminan itu disetorkan kepada Bank atau diblokir dari reke-
itu. ningnya, maka Bank memberikan surat jaminan pelaksanaan
kepada yang memborongkan, kemudian memblokir uang tersebut.
Jaminan penawaran tersebut segera dikembalikan kepada Uang jaminan penawaran akan dikembalikan kepada pemborong
pemborong apabila yang bersangkutan tidak menjadi pemenang pada saat jaminan pelaksana diterima oleh Pimpinan Proyek.
dalam pelelangan. Selanjutnya jaminan penawaran itu akan men- Dalam hal pemborong tidak memulai pelaksanaan pekerjaan pada
jadi milik Negara apabila pemborong yang telah mengajukan waktu yang telah ditetapkan, maka jaminan pelaksanaan menjadi
penawaran mengundurkan diri setelah memasukkan surat milik Negara. Juga dalam hal pemborong mengundurkan diri
penawarannya. setelah menanda-tangani kontrak, maka jaminan pelaksanaan men-
jadi milik Negara.
Jaminan penawaran tersebut akan dikembalikan kepada pem-
borong yang lmemang setelah kontrak ditanda-tangani dan telah Jaminan pelaksanaan telah lazim dalam praktek perbankan
memulai pelaksanaan pekerjaan. dan praktek perjanjian pemborongan bangunan di Indonesia, di
tuangkan dalam model-model tertentu dari Bank.
Jadi maksud dari adanya jaminan tender adalah untuk men-
jamin agar pemborong terikat pada penawarannya dan kemudian
jika menang dalam pelelangan terikat untuk melaksanakan peker- c. luninan Bank yang Harus Diberikan Sebelum Pembayaran
jaan yang telah ditawarnya. Semuanya itu dengan sanksi bagi pem- Uang Muka (20V0 dari Nilai Borongan).
borong yang telah dikabulkan permintaannya (menang dalam
pelelangan) namun menolak/tidak melaksanakan pekerjaan, uang
jaminan penawarannya akan menjadi milik Negara. 2. Jaminan Pembangunan (Bouw Garansi)

Dalam perjanjian pemborongan bangunan dimungkinkan


bahwa pihak yang memborongkan bangunan mensyaratkan adanya
b. faminan Pelaksonaan (Performance Bond)
pemborong peserta yang sanggup bertindak sebagai penanggung,
Jaminan pelaksanaan adalah bentuk penanggungan yang untuk menyelesaikan kewajiban pembangunan tersebut manakala
diberikan oleh Bank untuk menanggung pelaksanaan pekerjaan si pemborong utama tidak dapat memenuhi prestasinya, misalnya
yang harus dilakukan oleh pemborong. Dalam pemborongan
-t
100
101

karena jatuh pailit atau karena menirygal dunia. Adakalanya si melaksanakan kewajiban-kewajiban pemborong, maka ia
penanggung pembangunan itu diwajibk*n meiliberikan ta$ggungan mengoper hak-hak pemborong untuk memperoleh angsuran pem-
berupa sejumlah ua$g tertentu, yang lazimnya berupa deposito bayaran.
pada Bank atau surat-surat berharga sejumlah persentase tertentu
dari harga pemborongan. Hal lain yang dapat merugikan penanggung jika pemborong
utama itu wanprestasi, ialah kemungkinan bahwa si penanggung
Adanya penanggung pembangunan demikian, di mana si pem_ selaku pemborong peserta tidak ditunjuk untuk menyelesaikan
borong peserta mengikatkan diri untuk memenuhi/menyelesaikan pekerjaan. Pihak yang memborongkan membatalkan perjanjian
kew4iiban si pemborong utama, lazim dituangkan dalam bentuk pemborongan dan menunjuk orang lain untuk menyelesaikan pem-
perjanlian penanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam ps. bangunan. Sebaliknya si penanggung tidak berhak untuk menuntut
1820 KUH Perdata. Jadi si penanggung di sini berkewajiban agar ia ditunjuk untuk menyelesaikan pekerjaan.
memenuhi prestasi rnenyelesaikan pembangunan atau menanggung Selanjutnya ada hal lain lagi yang menyebabkan lembaga
pembangunan.sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan pem- jaminan pembangunan tidak begitu disukai dalam praktek,
bangunan. terutama oleh pemborong kecil dan oleh para leveransir bahan-
bahan bangunan, meskipun masing-masing dengan alasan yang
Dalam praktek terdapat banyak kelemahan dan keluhan- berbeda. Yaitu bagi pemborong kecil, syarat adanya penanggung
keluhan terhadap lembaga jaminan pembangunan ini. Justru pembangunan ini merupakan hambatan baginya dalam usahanya
karena bentuknya dituangkan dalam bentuk perjanjian penang- dalam bidang pemborongan, karena merupakan hal yang berat
gungan, seringkali dalam pelaksanaan menimbulkan akibat-akibat baginya untuk dapat memenuhi syarat pemborong peserta.
yang merugikan bagi penanggung, yaitu dalam hal-hal sebagai
Bagi leveransir atau yang berkewajiban melever bahan-bahan
berikut : bangunan, adanya lembaga jaminan yang demikian juga dirasakan
berat, karena untuk dapat diterima sebagai leveransir untuk
Dalam perjanjian penanggungan pembangunan demikian si melayani kebutuhan materiil pembangunan, sering dia diwajibkan
penanggung (pemborong peserta) melakukan kewajiban untuk bertindak sebagai pemborong peserta atau menjadi penang-
menyelesaikan pembangunan atas nama pemborong utama, gung dari si pemborong.
karenanya tak dapat secara langsung meminta kontra prestasi atas Di luar negeri adanya pemborong peserta selaku penanggung
pekerjaan pemborongan yang telah dilaksanakan. Dia tidak yang berkewajiban menyelesaikan pekerjaan pemborong utama itu
merupakan pihak yang berdiri sendiri dalam perjanjian pem_ diatur dalam peraturan khusus, tidak dalam bentuk perjanjian
borongan tersebut, karenanya tidak dapat mengoper hak pem- penanggungan.T) Di mana di situ diatur secara tegas mengenai
borong untuk menuntut pembayaran. Sebaliknya si pemborong kewenangan dari pemborong peserta yang bertindak sebagai
utama sekalipun telah wanprestasi tidak kehilangan haknya untuk
menerima pembayaran-pembayaran dari prinsipal. Hal-hal
demikian terjadi, kecuali jika telah "diperjanjikan iecara khusus 7)Di Nederland peraturan khusus yang mcngatur kewenangan penanggung pem-
yang menentukan bahwa dalam hal penanggung telah bangunan untuk mengopcr hak-hak pcmtrcrong untuk melaksanakan pembangunan dan
mengop.r hak-hak pemborong dalam pembayaran diatur dalam peraturan dari Departemen
Pekerjaan Umum (BOW).
102 103

penanggung, dalarn hal kelalaian pernborong utama mengoper dan Jika penanggung terikat secara tanggung renteng dengan
melaksanakan kewajiban pemborong sesuai dengan perjanjian, ser- debitur utarna, menurut ketentuan undang-undang dia tidak dapat
ta mengoper hak-hak pemborong dalam pembayaran. menuntut agar benda-benda si debitur disita dan dijual lebih dulu
untuk melunasi hutangnya (ps. 1832 sub 2 KUH Perdata). Dalam
Menurut hemat kami demi perlindungan pemborong peserta hal demikian akibat-akibat perutangannya diatur menurut azas-
yang bertindak sebagai penanggung pembangunan, agar dapat azas yang berlaku bagi perutangan tanggung-menanggung, di mana
mengoper hak-hak dan kewajiban pemborong utama dalam penanggung langsung dapat dituntut untuk pemenuhan seluruh
menyelesaikan pemborongan bangunan, serta dapat mengoper hak- prestasi. Jika penanggung menjadikan dirinya sama berhtrtang
hak pemborong dalam memperoleh pembayaran, hendaknya diatur secara tanggung renteng, hak-hak utama dari si penanggung sama
dalam peraturan khusus dari Departemen PUTl/Keputusan sekali terdesak, lebih diutamakan ketentuan-ketentuan tanggung
Presiden, selanjutnya adanya kewenangan demikian dari pem- renteng meskipun dalam praktek biasanya hak utama itu memang
borong peserta/penanggung harus tercantum dalam bestek yang dilepaskan. Namun praktek pengadilan di Negeri Belanda menen-
diajukan oleh prinsipal/bouwheer. tukan bahwa dalam hal keragu-raguan, ketentuan-ketentuan ten-
tang penanggungan lebih didahulukan dari ketentuan-ketentuan
Di samping itu dimungkinkan juga pengaturan secara. lain, tentang tanggung renteng.8)
peraturan demikian tidak dalam bentuk perjanjian penanggungan,
melainkan dalam bentuk perjanjian pemborongan biasa, di mana Demikianlah sekedar uraian kami tentang pelaksanaan perjan-
prinsipal/ bouwheer mensyaratkan adanya pemborong peserta (di jian pemborongan bangunan dengan segi-segi permasalahannya.
samping pemborong utama) yang bertindak sebagai debitur tang- Dari hal-hal tersebut di atas yang kami mohonkan perhatian
gung renteng manakala pemborong utama wanprestasi. Jadi baik mengenai penertibannya, pengaturannya dalam perundang-
pemborong utama maupun pemborong peserta sama-sama terikat undangan, sebagai contoh di antaranya ingin kami kemukakan per-
dalam perjanjian pemborongan itu secara tanggung menanggung. masalahannya dan saran-saran penyelesaiannya sebagai berikut :
Di sana pemborong peserta secara langsung merupakan pihak
dalam perjanjian pemborongan ini, karenanya mempunyai hak-hak Sifat dan hubungan antara ketiga peserta pembangunan
dan kewajiban yang sama dengan pemborong utama dan pemberi pekerjaan (bouwheer; prinsipaal), perencana (arsitek,
bertanggung-jawab memenuhi prestasi secara tanggung menang- direksi), pelaksana (pemborong, kontraktor). Mengenai sifat dan
gung. Oleh karena itu jika pemborong utama tidak dapat hubungan antara ketiga peserta dalam pembangunan ini
memenuhi prestasi, langsung pemborong peserta wajib dan berhak sebagaimana yang berlaku sekarang diatur dalam A.V. (Algemene
menyelesaikan pembangunan, juga berhak menerima pembayaran. Voorwaarden).
Bagian pertama yaitu mengenai "Ketentuan-ketentuan Ad-
Dalam praktek perbankan lazim juga terjadi bahwa akta-akta ministratif tentang Pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan Umum di
perjanjian penanggungan diperumuskan sedemikian, bahwa si Indonesia".
penanggung menjadikan dirinya selaku penanggung dan sama-sama Dari ketentuan tersebut nampak adanya pembedaan tugas,
berhutang secara tanggung renteng dengan debitur utama. Pernya- hubungan kerja serta tanggungjawab antara satu dengan yang lain.
taan demikian dirumuskan secara tegas di dalam akta perjanjian
penanggungan. Tanpa adanya tambahan pernyataan demikian di 8)annBSf H.R. 2l Februari 19t3, N.J. 1913, hal. 577 dan H.R.9 Januari 1931, N.J.
dalam akta, si penanggung tidak dapat dipersamakan dengan 193 l, hal. 378.
debitur tanggung renteng.
'!
105
104

pemerintah. Di samping itu bahkan terjadi juga bahwa Pemerin-


Terdapat garis pemisah antara masing-masing unsur pembangunan
tahlDPU adakalanya bertindak sendiri sebagai pelaksana secara
tersebut di atas.
eigen beheer. Yaitu dalam hal proyek-proyek tersebut yang
Demikian juga dari ketentuan-ketentuan perundang-undangan mestinya dilaksanakan oleh pemborong secara ditenderkan, tak ada
zarnan RI sendiri nampak adanya larangan perangkapan antara un- pemborong yang mau melaksanakan karena biayanya dianggap
sur perencana dan unsur pelaksana, misalnya dari ketentuan- terlalu rendah dan letaknya berada dalam daerah yang sulit.
ketentuan : Demikian juga menurut ketentuan yang berlaku memang
dimungkinkan dalam hal pekerjaan itu berhubung dengan
l. Peraturan Menteri Muda PIJT l/12/19/1959 tentang Penertib- keperluan keamanan perlu dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah.
an Aparat Pelaksanaan di sektor Pertikelir dalam Lapangan Juga untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan di daerah-daerah di
Pembangunan di mana ditentukan bahwa pemborong pada mana berhubung dengan letaknya lang terpencil atau berhubung
dasarnya tidak diperkenankan merangkap sebagai perencana. dengan sifat pekerjaannya tidak memungkinkan untuk
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. mengadakan pelelangan.
7l/KPTS/1964 tentang penyelenggaraan pembangunan
Gedung-gedung dengan tegas harus dipisahkan antara unsur Oleh karenanya pengaturan lebih lanjut dalam bidang perjan-
pelaksana dan unsur perencana. jian pemborongan bangunan dan pelaksanaan pemborongan
3. Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. bangunan serta penelitian yang mendalam dalam bidang-bidang
48/U/Kep./2/1967 tentang pedoman pelaksanaan Anggaran tersebut di atas dalam rangka Pembinaan Hukum Nasional sangat
Pendapatan dan Belanja Negara th. 1961. ditentukan dengan diperlukan.
tegas adanya pernisahan antara unsur pelaksana dan unsur
perencana.
Yogyokarto, 4 Maret 1978
Dalam perkembangan dan dalam prakteknya di Indonesia
sekarang ternyata banyak terjadi unsur pelaksana dan unsur peren-
cana itu berada dalam satu tangan. Hal demikian terjadi terutama Prof.Dr. Sri Soedewi MasJchun Sofwan, S.H.
bagi proyek-proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan pem-
borongan besar yang telah mempunyai ahli-ahlinya dan telah
menelitinya dengan saksama sekaligus merencanakan bangunan
tersebut. Keadaan demikian dibiarkan saja oleh si pemberi kerja
karena kenyataannya dapat menekan ongkos pembiayaan.
Kemungkinan lain juga terjadi bahwa pemerintah selaku pihak
yang memborongkan sekaligus juga menjadi perencana dari
bangunan tersebut. Terlebih-lebih mengenai proyek-proyek
Pemerintah Daerah (RAPBD Daerah), proyek pusat yang dilim-
pahkan di daerah dan proyek-proyek Inpres, pada umumnya ter-
jadi bahwa proyek-proyek tersebut direncanakan sendiri oleh
106
'?a'xrtif.;-,r+, 107

kepada Bendaharawan/pimpinan proyek


rednn
di ... untuk kemudian disetorkan kepada Kas Negara
penerimaan Negara. sebagai
BANK NEGARA INDONESIA 1946 Jaminan Bank ini mulai berlaku mulai tanggal

SURAT PERNYATAAN JAMINAN BANK


Matarom,
Nomor :
BANK NECARA INDONESIA 1946
Dalam rangka pelelangan/pelaksanaan+) pekerjaan . . . . KANTOR CABANG MATARAM
salts + ) core( yang tidak perlu

sesuai dengan DIP 19 .../19 .. . tanggal . .. . No.


maka berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam lampiran II Keputusan
Presiden No. ".. Tahun ...., dan pasal .... Rencana kerja dan syaral
(Bestek en Voorwaarden) No. . tanggal
untuk pekerjaan termaksud dengan ini :
BANK NECARA INDONESIA 1946 KANTOR CABANC MATARAM
bersedia memberikan jaminan penawaran,/pelaksana+) sebesar Rp . . . . . .
terbilang (..... ..........)
untuk :

Pemegang rekening giro No.

sebagai syarat
p.rgikut r.rtu"nny )
pekerjaan ter-
pelaksanaan
sebut di atas.
Dalam hal . . . . . . .. tersebut di atas menarik diri setelah ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut di atas, atau tidak memulai pelaksa-
naannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebagaimana tersebut
pada pasal Rencana Kerja dan Syarat (Bestek en Voorwaarden)
BANK NEGARA INDONESIA 1946 tersebut, berkewajiban untuk
rugi kepada Negara dengan
melakukan pembayaran ganti cara
,"::t:::T::::::::::::1*
::*tliiil ;

Anda mungkin juga menyukai