Anda di halaman 1dari 8

Suara P erdamaian

Bersama Bersaudara Berbangsa

Kampanye Perdamaian
Salam Tangguh dan Damai dari
Malang

Peringatan 13 Tahun Bom Bali

Karya Nyata Generasi Muda


Indonesia Damai
Dok. AIDA
Anak-anak korban Bom Bali sedang menampilkan pementasan seni perkusi dalam Peringatan 13 Tahun Bom Bali di Legian, Senin (12/10/2015).

Salam Redaksi
Tiga belas tahun tragedi bom di kawasan Legian, Kuta, Bali telah berlalu. Aksi teror
yang merenggut 202 korban jiwa itu masih lekat dalam ingatan I Wayan Eka Swandita. Salam damai, Indonesia!
Ia kehilangan ibunda tercinta akibat Bom Bali 12 Oktober 2002 itu. Kehilangan orang Pembaca budiman, Suara Perdamaian kem-
tercinta tentu membekaskan kesedihan di hati Wayan. Kendati demikian, ia tak ingin bali hadir menginformasikan perkembangan
terlalu lama bersedih hati. terkini upaya pembangunan perdamaian melalui
peran korban dan mantan pelaku aksi kekerasan.

S
aat tragedi terjadi, Wayan baru berusia kami telah tumbuh dewasa, kami akan selalu Berbagai kegiatan Aliansi Indonesia Damai (AIDA)
11 tahun. Waktu itu ia belum begitu me- berusaha menyongsong masa depan dengan dalam kurun Oktober hingga Desember 2015 ter-
mahami apa sebenarnya yang terjadi. niat, tekad dan karya kami yang terbaik,” kata dia. saji dalam edisi terbaru ini.
“Yang saya tahu keluarga, tetangga dan semua Itulah sekelumit kisah Wayan, anggota Edisi VII ini menyuguhkan liputan acara
orang menangis sangat sedih, dan banyak orang muda organisasi ikatan suami, istri, dan anak Peringatan 13 Tahun Bom Bali. Dalam acara
memperbincangkan kepedihan dari peristiwa korban Bom Bali yang bernama Yayasan Isana tersebut putra-putri korban Bom Bali bergotong
itu,” ujarnya saat memberikan sambutan pada Dewata. Kehadiran generasi muda seperti dirinya royong dalam kepanitiaan untuk mensukseskan
acara Peringatan 13 Tahun Bom Bali di Monumen menyuntikkan semangat penyegaran dalam kegiatan. Sebuah puisi karya seorang korban
Ground Zero Legian, Senin, 12 Oktober 2015. perkumpulan para korban terorisme itu. Isana Bom Bali, Ni Luh Erniati, yang dibacakan pada
Ibunda Wayan, Widayati, menjadi salah satu Dewata kini merupakan sebuah rumah yang acara peringatan itu juga tersaji dalam edisi ini.
korban meninggal akibat bom berdaya ledak menaungi keluarga besar korban Bom Bali. Redaksi juga melaporkan kegiatan kampanye
tinggi itu. Masa remaja hingga dewasa Wayan Berbeda dari pelaksanaan kegiatan sebe- perdamaian AIDA di Bima, Nusa Tenggara Barat
lalui tanpa kehadiran sang ibu. Saat ini ia telah lumnya, kepanitiaan acara peringatan Bom Bali dan Surakarta, Jawa Tengah. Dalam program
mengikhlaskan kepergian ibunya. Bersama 2015 banyak diisi generasi muda Isana Dewata. itu korban dan mantan pelaku terorisme bersi-
putra-putri korban Bom Bali lainnya, Wayan Wayan dan teman-teman sebaya mengatur nergi menyuarakan perdamaian kepada generasi
memilih fokus menatap masa depan. “Sekarang keperluan acara dari awal hingga akhir. Para muda. Disajikan pula liputan Pelatihan Tim Perda-
pengurus dan anggota senior Isana Dewata maian AIDA di Surakarta.
Edisi VII, Januari 2016 hanya melakukan pembinaan dan memberikan Edisi ini juga memuat laporan khusus
arahan kepada Wayan dan rekan agar pelaksa- kegiatan Seminar dan Dialog Interaktif “Bela-
Pelatihan Tim Perdamaian 2
naan acara berlangsung lancar. jar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang
Satukan Langkah diselenggarakan di Bima, hasil kerja sama AIDA
Berbagai kegiatan mewarnai Peringatan 13
Menuju Indonesia dan Direktorat Pembinaan SMA Kementerian
Damai Tahun Bom Bali yang digelar sore hingga malam
hari. Seremonial acara seperti tabur bunga dan Pendidikan dan Kebudayaan.
Kampanye Perdamaian 3 menyalakan lilin berlangsung sangat khidmat. Suara Perdamaian juga mengetengahkan
Ikrar Damai dari Bima Keluarga besar korban, masyarakat, wisatawan hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Penyin-
dan jurnalis dari dalam dan luar negeri yang tas, Dwi Welasih, tentang peran korban terorisme
memadati kawasan Monumen Legian mengikuti sebagai duta perdamaian.
Wawancara 8 acara itu dengan khusyuk. Terakhir, redaksi mengucapkan Selamat
Suara Korban, Suara Pentas seni dan unjuk kreativitas generasi Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Semoga pada
Perdamaian muda Isana Dewata turut mewarnai acara. tahun ini segala kebaikan yang kita cita-citakan
Putra-putri korban Bom Bali silih berganti tercapai.
Selamat membaca!
(Bersambung ke hal 5)
Newsletter
Newsletter AIDA
AIDA EdisiEdisi VII Januari
VII Januari 20162016 1 1
Kabar Utama
Pelatihan Tim Perdamaian maupun antara korban dan man-
tan pelaku kekerasan. “Kombinasi
korban dan mantan pelaku akan
sempurna untuk mengampanyekan
perdamaian,” ujarnya.
Seiring waktu, sesi demi sesi
hari pertama Pelatihan Tim Perda-
maian pun berlalu. Secara perla-
han suasana pelatihan berubah dari
yang awalnya tegang menjadi lebih
cair setelah para korban dan man-
tan pelaku semakin dalam saling
mengenal sosok masing-masing.
Pada hari kedua, mereka terlihat

Satukan Langkah Menuju akrab bahkan jalinan kebersamaan


dan kekeluargaan begitu terasa,
seakan-akan tidak ada sekat antara
Indonesia Damai Dok. AIDA
korban dan mantan pelaku, begitu
pula sesama korban. Mereka sa-
Para korban dan mantan pelaku terorisme sedang mengikuti ice breaking dalam Pelatihan Tim Perdamaian di Surakarta, Sabtu-Minggu (14-15/11/2015).
ling berbincang tentang berbagai
Sore itu setibanya di tempat tujuan, tim Aliansi Indonesia Damai (AIDA) bergegas memastikan hal, bergurau dan tidak jarang ber-
kenyamanan semua pihak yang akan terlibat dalam program safari kampanye perdamaian di canda dengan lepas.
sejumlah sekolah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Hal itu dilakukan mengingat dalam program Pada hari kedua, korban
tersebut AIDA berencana mempertemukan sejumlah korban aksi terorisme dengan mantan pelaku dan mantan pelaku kekerasan
dalam acara Pelatihan Tim Perdamaian. mendapatkan bimbingan menyusun
materi presentasi tentang kisahnya

P
elatihan Tim Perdamaian pelatihan. ka kehilangan orang-orang tercinta. masing-masing yang akan disam-
merupakan langkah awal I Wayan Sudiana dan R. Supriyo Salah satu korban sempat tak kua- paikan dalam kegiatan kampanye
AIDA membentuk satu tim Laksono kehilangan istri, Endang sa menahan perasaan dan bertanya perdamaian di sekolah. Selain itu,
solid yang terdiri dari unsur kor- Isnanik kehilangan suami, dan kepada Iswanto setelah menceri- mereka juga mendapatkan pela-
ban dan mantan pelaku terorisme Chusnul Chotimah mengalami takan pengalaman hidupnya. “Saya tihan teknik berbicara di depan
untuk mengampanyekan penting- luka bakar 70 persen di seku- ingin tahu perasaan Bapak setelah umum agar dapat menjadi nara-
nya perdamaian kepada generasi jur tubuh akibat bom berdaya melihat keadaan korban seperti sumber yang baik dalam menyam-
muda. Kegiatan ini digelar sebelum ledak tinggi mengguncang Bali, saya atau teman-teman saya ini,” paikan materi.
pelaksanaan safari kampanye per- 12 Oktober 2002 silam. Semen- tutur Chusnul Chotimah. Pelatihan Tim Perdamaian AIDA
damaian bertajuk Dialog Interaktif tara itu Dwi Welasih meng- Iswanto sebagai pihak man- menyatukan langkah korban dan
“Belajar Bersama Menjadi Generasi alami luka bakar di bagian kaki tan pelaku sangat memaklumi mantan pelaku kekerasan menuju
Tangguh” di lima sekolah di Sura- akibat ledakan bom di Hotel JW perasaan Chusnul yang menderita kehidupan Indonesia yang lebih da-
karta atau Kota Solo. Marriott Jakarta, 5 Agustus 2003. luka bakar permanen akibat aksi mai. Mantan pelaku telah meminta
Lima korban dan seorang man- Mendengarkan kisah korban, teror bom. Menanggapi pertanyaan maaf kepada korban dan menye-
tan pelaku aksi terorisme dengan Iswanto yang pernah terlibat de- Chusnul, Iswanto kembali memo- sali aktivitas masa lalunya. Di lain
khidmat mengikuti Pelatihan Tim ngan jaringan teroris segera me- hon maaf atas kekhilafan masa pihak, korban pun telah mengikhlas-
Perdamaian AIDA yang berlang- minta maaf. “Saya meminta maaf lalunya. Ia mengaku sangat sedih kan kepedihan masa lalunya dan
sung di Solo pada Sabtu-Minggu kepada bapak ibu semuanya, para dan merasa sangat bersalah setiap memaafkan mantan pelaku. Kini
(14-15/11/2015). Mereka adalah korban, meski sebenarnya saya mendengarkan kisah korban yang mereka bersaudara, menjadi
Chusnul Chotimah, Endang Isnanik, bukan pelaku dalam arti saya tidak begitu menderita akibat aksi teror. “keluarga baru” dan saling ber-
I Wayan Sudiana, R. Supriyo Lakso- terlibat dalam peledakan bom yang “Saya mendengarkan kisah komitmen untuk selalu menjalin
no (korban Bom Bali 2002) dan Dwi menimpa bapak dan ibu,” ujarnya. korban seperti bapak ibu semua ini komunikasi serta bersatu padu
Welasih (korban Bom JW Marriott Dalam kesempatan itu Iswanto pertama kali di Lamongan (dalam mewujudkan Indonesia yang lebih
2003), serta seorang mantan pelaku juga menceritakan pengalaman- kegiatan safari kampanye perda- damai. [AS]
yang pernah terlibat kelompok nya dari awal bergabung dengan maian AIDA di Lamongan-red).
ekstremis, Iswanto. kelompok prokekerasan sampai Sejak itu setiap mengikuti kegiatan
Pada hari pertama, korban dan akhirnya memutuskan keluar dari yang mengharuskan saya bertemu Data Form Korban
mantan pelaku berbagi cerita ten- jaringan tersebut. Ia terlibat dengan dengan korban, saya langsung me-
tang perjalanan hidupnya. Mereka kelompok kekerasan pada usia 19 renung, merasa sedih, merasa ber- Bagi teman-teman korban
mengisahkan suka duka kehidupan tahun. Setelah sekitar 5 tahun ber- salah meski saya bukan termasuk yang belum pernah atau ingin
masing-masing, tak terkecuali saat gabung akhirnya ia mengundurkan pelaku peledakan bom,” kata dia. mengisi Data Form Korban,
mengalami atau menjadi korban diri dari keanggotaan kelompok itu Hari pertama Pelatihan Tim silakan menghubungi AIDA di
081219351485 & 085779242747
aksi teror belasan tahun silam. karena menyadari jalan kekerasan Perdamaian AIDA pada Sabtu siang
atau sekretariat@aida.or.id,
Saat korban berbagi kisah, sua- bukan solusi. itu sungguh penuh haru. Direktur dengan mencantumkan nama
sana ruangan pelatihan menjadi Para korban secara naluriah AIDA, Hasibullah Satrawi, di tengah lengkap, alamat tinggal, nomor
hening. Dengan perasaan berat, merasa kesal dan kecewa terhadap pelatihan mengatakan kegiatan ini kontak, dan email (jika ada). Staf
suara terbata-bata dan diselingi mantan pelaku yang dinilai telah diselenggarakan sebagai media AIDA akan mengirim Data Form
isak tangis, satu persatu korban membuat mereka mengalami ke- untuk saling mengenal secara utuh lewat pos atau email.
berusaha membagi kisahnya dalam cacatan atau mengakibatkan mere- satu sama lain, baik sesama korban
2 Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016
Kabar Utama
Kampanye Perdamaian pentingnya menghindari aksi

Ikrar Damai dari Bima


kekerasan. Alasannya, kekerasan
menimbulkan kerusakan dan
kesengsaraan tanpa batas, seperti
Dengan senyum mengembang dua insan berhati damai berjabat tangan disaksikan puluhan siswa yang dialami Tumini dan Iwan,
SMAN 1 Bolo Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka adalah Tumini, korban aksi dua korban bom yang kini menjadi
teror Bom Bali 2002, dan Ali Fauzi, mantan pelaku aksi kekerasan. Saat berjabat tangan, Tumini sahabatnya dalam Tim Perdamaian
dan Ali mengucapkan ikrar damai. AIDA.
Ali mengakui pertemuannya

P
eristiwa itu terjadi dalam mengakui memaafkan orang yang Tak hanya Tumini yang dengan sejumlah korban bom
Dialog Interaktif “Belajar menyakiti dirinya sangat tidak membangkitkan jiwa damai dan terorisme semakin mengukuhkan
Bersama Menjadi Generasi mudah, butuh waktu lama. Seiring ketangguhan para siswa di Bima. tekadnya untuk meninggalkan
Tangguh” yang diselenggarakan berjalannya waktu ia memilih untuk Iwan Setiawan, korban Bom jaringan kelompok kekerasan
Aliansi Indonesia Damai (AIDA) berdamai dengan masa lalu dan Kuningan Jakarta 2004, juga yang pernah dia ikuti. Menurut
pada 30 Oktober 2015. Kegiatan enggan membalas kekerasan yang menginspirasi generasi muda Bima dia, “Korban adalah orang tak
itu merupakan rangkaian safari menimpanya dengan kekerasan untuk berhati damai dan tangguh. berdosa dari aksi kekerasan.
kampanye perdamaian AIDA di serupa. “Manusia hidup pasti ada Dalam kegiatan dialog interaktif di Mengetahui atau mendengarkan
lima sekolah di NTB, yakni SMAN 1, salahnya. Kalau kekerasan dilawan SMKN 2 Kota Bima, ia menuturkan kisah teman-teman korban tersakiti
SMAN 3, SMAN 4 Kota Bima, SMKN dengan kekerasan maka tidak akan telah ikhlas menjalani kehidupan karena ledakan bom itu sungguh
2 Kota Bima, dan SMAN 1 Bolo, pernah ada ujungnya,” katanya. meski mengalami cacat permanen membuat saya sadar bahwa aksi
teror itu sangat-sangat tidak bisa
dibenarkan.”
Dampak buruk aksi kekerasan
seperti terorisme menyadarkan
para siswa peserta Dialog Interaktif
di Bima bahwa kekerasan bukan
solusi. Salah satu siswa SMAN 1
Kota Bima berkomentar bahwa
aksi terorisme sangat dilarang
dalam Islam. Seorang siswa SMAN
4 Kota Bima juga melontarkan
pemikiran senada. Menurut dia,
aksi kekerasan yang dilakukan
kelompok tak bertanggung jawab
telah membuat citra agama Islam
menjadi buruk. Aktivitas mereka
yang membunuh dan melukai
Dok. AIDA
Peserta dan Tim Perdamaian berfoto bersama seusai Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 3 Kota Bima, Selasa (27/10/2015). manusia sungguh merupakan
dosa besar. “Islam itu agama
Kabupaten Bima. Direktur AIDA, Hasibullah akibat bom. Ia tak mau menaruh damai. Kalau mau memberantas
Dengan segala kerendahan hati Satrawi, menyambut positif ikrar dendam di dalam hati kepada pelaku kemaksiatan pun harus dengan cara
Ali meminta maaf kepada Tumini damai Tumini dan Ali dalam kekerasan yang telah menyakitinya. damai. Memberantas kemaksiatan
atas kekeliruan kelompoknya pada kegiatan siang itu. Permintaan Di hadapan kawula muda Bima, dengan kekerasan justru memicu
masa silam. Sebagai korban aksi maaf dari mantan pelaku dan Iwan melantunkan petikan ayat suci malapetaka yang lebih besar,”
kekerasan, Tumini berjiwa besar pemberian maaf dari korban, Alquran, “Inna shalaty wa nusuky tuturnya. [MSY]
memaafkan kekhilafan mantan kata dia, merupakan wujud kerja wa mahyaya wa mamaty lillahi
pelaku yang telah mencederai sama sinergis berbagai elemen rabbil alamin” (Sesungguhnya
fisik dan mentalnya meski proses bangsa dalam upaya pembangunan shalatku, ibadahku, hidupku, Maklumat
pemaafannya membutuhkan waktu perdamaian di Indonesia. dan matiku hanya milik Allah
yang panjang. Hasibullah juga mengajak para penguasa semesta alam). Ia terus Apabila ada kritik, saran, atau
Salah satu siswi SMAN 1
Bolo bertanya kepada Tumini.
“Ibu menyatakan, saat ini sudah
berdamai dengan masa lalu,
bagaimana proses memaafkan itu
dan seberapa lama?”
Menanggapi hal itu, Tumini

Kalau kekerasan dilawan dengan



siswa meneladani ketangguhan
Tumini. Selain mampu bangkit
dari keterpurukan, ia mampu
berdamai dengan kenyataan masa
lalunya, serta mengikhlaskan
kesalahan yang diperbuat saudara
sebangsanya.
berusaha mengimplementasikan
ayat tersebut dalam hidupnya.
“Jadi ketika sebagian nikmat saya
diambil, mata kanan hilang, istri
meninggal, saya tetap harus kuat,
harus ikhlas, karena semua itu
hanya titipan Allah. Semua adalah
kehendak dan suratan takdir. Qadha
dan qadar manusia di tangan Allah.
Keikhlasan hati dan kasih sayang
keinginan untuk

silakan mengirimkan nama,


menerima
newsletter ini secara berkala,

nomor kontak, email dan alamat


lengkap anda ke email redaksi:
sekretariat@aida.or.id atau via sms
0812 1935 1485 & 0857 7924 2747

Jika ingin terhubung dengan AIDA,


silakan bergabung dengan media
sosial AIDA. Website www.aida.
sesama manusia harus selalu or.id; fanpage facebook AIDA-
kekerasan maka tidak akan pernah ditanamkan di hati,” tuturnya. Aliansi Indonesia Damai; dan akun
ada ujungnya Sementara itu mantan pelaku twitter @hello_aida. Semoga
aksi terorisme, Ali Fauzi, di depan dapat menambah informasi dan
wawasan bagi semua.
para pelajar menyampaikan pesan
Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016 3
Kabar Utama

Korban Bom Bali R. Supriyo Laksono sedang membagi kisahnya dan para siswa serius mendengarkannya
dalam Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 2 Surakarta, Rabu, (18/11/2015).
Dok. AIDA

Kampanye Perdamaian

“... Karena Cinta Tidak Bisa Dibakar dan Dipatahkan”

K
ekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan apalagi terorisme karena dam- membalas kekerasan dengan kekerasan tapi
kekerasan, balaslah dengan kelembutan paknya tidak hanya merugikan diri sendi- sebaiknya dibalas dengan senyum dan kasih
dan kebaikan. Demikian pembelajaran ri tapi juga orang lain dan dilarang agama. sayang. “Hiduplah dengan cinta, karena cinta
yang didapatkan salah satu peserta Dialog Dampak nyata dari sebuah aksi kekerasan tidak bisa dibakar dan dipatahkan. Hidup dengan
Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi khususnya terorisme dibuktikan secara nyata cinta damai akan menumbuhkan perdamaian,”
Tangguh” di SMK Bhinneka Karya Simo Boyolali, oleh para korban yang hadir dalam kegiatan. Dwi ujar Chusnul.
Kamis (19/11/2015). Acara tersebut dise- Welasih mengalami luka bakar serius di bagian Korban terorisme lainnya Dwi Welasih
lenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) kaki, I Wayan Sudiana dan R. Supriyo Laksono mengajak generasi muda untuk menjadi duta
untuk mengampanyekan perdamaian di kehilangan istri, Endang Isnanik kehilangan sua- perdamaian. “Jangan saling membenci dan
kalangan pelajar di lima sekolah di Surakarta, mi, dan Chusnul Chotimah mengalami luka bakar mendendam. Tuhan mengajarkan umat-Nya un-
Jawa Tengah. 70 persen di seluruh tubuhnya. tuk saling menyayangi dan menghormati. Islam
Pembelajaran serupa juga diperoleh Melihat dampak yang diderita para korban bukan agama yang mengajarkan kekerasan. Is-
sejumlah siswa dari empat sekolah lain yang terorisme tersebut, Iswanto mengimbau para lam cinta perdamaian. Mari tebarkan senyuman,
juga menjadi tempat penyelenggaraan Dialog siswa untuk memahami agama sebagai ajaran cinta, kasih dan perdamaian di dunia,” ucapnya.
Interaktif, yakni SMAN 2, SMAN 4, SMAN 8, dan perdamaian, bukan permusuhan dan kekerasan. Ajakan serupa juga disampaikan oleh
SMKN 3 Kota Surakarta. “Kekerasan merusak “Adik-adik harus bisa memilih guru dan teman I Wayan Sudiana dan R. Supriyo Laksono. Wayan
akhlak dan melukai orang lain. Kekerasan yang mendukung perdamaian, bukan yang men- mengajak generasi penerus bangsa untuk saling
juga akan merusak perdamaian yang ada di dukung aksi kekerasan. Dan jangan membalas menghormati sesama dan mencegah kekerasan
Indonesia,” ujar salah seorang peserta di SMKN 3 ketidakadilan dengan ketidakadilan,” kata dia. yang dapat menimbulkan kebencian dan konflik.
Surakarta. Pesan perdamaian juga disampaikan oleh Sementara itu, Soni, panggilan akrab R. Supriyo
Setelah mengikuti Dialog Interaktif para para korban terorisme. Para korban mengharap- Laksono, mengajak anak-anak muda untuk
siswa mengetahui dampak negatif penggunaan kan dengan membagi pengalaman hidupnya, menjaga kultur bangsa Indonesia yang ramah,
kekerasan berdasarkan pengalaman hidup Tim generasi muda tergugah untuk menghindari suka menolong dan bergotong royong.
Perdamaian AIDA yang terdiri dari unsur korban cara-cara kekerasan dan terdorong untuk men- “Kekerasan bukanlah jalan terbaik untuk
dan mantan pelaku aksi terorisme. ciptakan Indonesia yang lebih damai. menyelesaikan masalah. Saya ingin membukti-
Mantan pelaku kekerasan yang hadir yaitu “Saat bom meledak kepala saya tertimpa kan kepada kalian, anak-anakku semua, bahwa
Ali Fauzi dan Iswanto. Sementara itu, narasum- tiang listrik dan langsung tidak sadarkan diri. saya dan mantan pelaku sudah saling memaaf-
ber dari pihak korban terorisme adalah Dwi Setelah tersadar saya berusaha untuk menyela- kan,” ujar Soni.
Welasih (korban Bom JW Marriott Jakarta, matkan diri dan melihat pakaian terbakar, tubuh Kegiatan safari kampanye perdamaian di
5 Agustus 2003), Endang Isnanik, R. Supriyo pun terasa panas akibat terbakar,” ujar Chusnul Surakarta diikuti 236 pelajar dari lima sekolah.
Laksono, Chusnul Chotimah dan I Wayan Sudiana Chotimah sembari menahan tangis. Mereka berasal dari pelbagai organisasi, seperti
(korban Bom Bali 12 Oktober 2002). Selain menceritakan kisahnya, Chusnul juga Kerohanian Islam (Rohis), Organisasi Siswa Intra
Dalam kesempatan itu, mantan pelaku berbagi pesan perdamaian kepada anak-anak Sekolah (OSIS), remaja masjid, siswa berpres-
mengajak para siswa tidak melakukan aksi muda. Ia meminta generasi muda untuk tidak tasi, dan aktivis pelajar lainnya. [AS]

Suara Perdamaian diterbitkan oleh Yayasan Aliansi Indonesia Damai (AIDA).


Pelindung: Buya Syafii Maarif. Dewan Redaksi Senior: Imam Prasodjo, Farha Abdulkadir Assegaf, Solahudin, Max Boon.
Penanggung Jawab: Hasibullah Satrawi.
Pemimpin Redaksi: Muhammad El Maghfurrodhi. Redaktur: Akhwani Subkhi, M. Syafiq Syeirozi.
Sekretaris Redaksi: Intan Ryzki Dewi. Layout: Nurul Rachmawati. Editor: Laode Arham. Distribusi: Lida Hawiwika.
Redaksi menerima tulisan dari teman-teman korban bom terorisme secara sukarela. Tulisan yang diterima akan diedit dan disesuaikan oleh redaksi,
tanpa mengubah substansi yang ada.
Tulisan dapat dikirim ke alamat email: sekretariat@aida.or.id. Telp: 021 7803590 / 081219351485 / 085779242747 Fax: 021 7806820

4 Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016


Puisi


Bisikan Hati*
Oktober…
Bagiku adalah bulan penuh cerita
Derita, duka, dan air mata
Cintaku, harapanku…
Hangus terbakar api angkara
Lenyap terkubur abu nestapa
Kini kudatang di pusaramu
Kupandang indah ukiran namamu
Kupanjatkan doa untukmu
Dan segenap bayangmu pun datang menghampiriku
Ingin aku mendekapmu di pelukku
Meski tak kuasa tanganku tuk merengkuh
Ingin aku menatap dalam wajahmu
Meski tak mampu mataku tuk memandang
Namun kutahu dan aku rasakan
Cintamu mengalir di sekujur tubuhku
Cinta memang tak lekang oleh waktu
Tak akan terhalang oleh jarak
Walau berbeda dunia sekali pun
Kerinduan telah membawaku ke sini
“ *Puisi “Bisikan Hati” ditulis oleh Ni Luh Erniati, Ketua Yayasan Isana
Dewata. Ia kehilangan suami tercinta, Gede Badrawan, akibat tragedi
Bom Bali 12 Oktober 2002. Sepeninggal suami, Erni menjadi tulang
punggung keluarga. Sekuat tenaga ia membesarkan kedua putra-
Dok. AIDA

Asaku berkata bahwa kau pun ada di sini


nya walau suaminya telah tiada. Saat ini Erni berwiraswasta dalam
Karena… kaulah cinta sejati
usaha konveksi. Dari usaha kerasnya ia sukses menyekolahkan
putranya hingga lulus perguruan tinggi.

(Sambungan dari hal 1) kita membangun kehidupan yang Perlindungan Saksi dan Korban Tahun Bom Bali diakhiri doa yang
menyajikan pementasan tari lebih baik. Kita semua bersaudara,” (LPSK) kepada korban terorisme. dipimpin oleh Limna Larasanti, putri
merak, band, seni perkusi dan tari tegasnya. Secara simbolis, komisioner LPSK, salah satu korban. Dalam doanya,
modern untuk menyemarakkan Anggota Dewan Perwakilan Lies Sulistiani, selaku wakil peme- ia mengucap syukur dan memohon
acara. Panitia membagikan lilin Daerah dari Bali, Sri I Gusti Ngurah rintah menyerahkan bantuan ke- bimbingan Tuhan Yang Maha Esa.
kepada masyarakat dan menga- Arya Witakana, juga hadir dalam pada korban Bom Bali. Pada tahap “Kami bersyukur atas bimbinganmu
jak mereka bernyanyi bersama. acara sore itu. Dalam sambutannya, perdana pemberian bantuan ini ya Tuhan hingga kami sudah tum-
Ketua Yayasan Isana Dewata, Ni ia menekankan bahwa tragedi Bom LPSK telah menerima permohonan buh dan berkembang ke arah yang
Luh Erniati, dalam kesempatan Bali tidak terkait dengan agama 17 orang korban Bom Bali. baik, meskipun tanpa ayah atau
itu turut berkontribusi dengan apa pun. Ia mengajak seluruh ele- “Bantuan pemenuhan reha- ibu atau saudara kami yang sangat
menyuguhkan pembacaan puisi. men masyarakat Bali merawat bilitasi medis dan psikologis dari kami cintai,” kata Limna.
Pemerintah sangat mendukung perdamaian. Secara khusus ke- LPSK tidak lain adalah pelaksanaan Aliansi Indonesia Damai (AIDA)
kegiatan tahunan memperingati pada generasi muda Isana Dewata, mandat UU No. 31 Tahun 2014 yang sangat bangga bisa turut mendu-
tragedi Bom Bali 2002. Gubernur ia menyampaikan nasihat. “Saya merupakan revisi dari UU sebelum- kung dan menghadiri undangan
Bali, Made Mangku Pastika, meng- berpesan kepada anak-anakku nya, No. 13 Tahun 2006,” kata Lies panitia Peringatan 13 Tahun Bom
hadiri acara dan memimpin tabur panitia acara ini, putra-putri Isana saat menyerahkan bantuan. Bali. Setelah acara peringatan ber-
bunga sebagai simbol penghor- Dewata yang dulu masih kecil-kecil, Ke depan, lanjutnya, akan lebih akhir, Direktur AIDA, Hasibullah
matan kepada para korban. untuk terus optimis, kejar cita-cita banyak lagi korban terorisme yang Satrawi, dan pengurus Yayasan
“Saudara-saudara, kesempa- setinggi-tingginya. Seperti kata akan diproses permohonan ban- Isana Dewata beramah tamah
tan ini kita gunakan bersama untuk Bung Karno, jangan sekali-kali tuannya oleh LPSK. Dalam waktu sekaligus melakukan rapat pem-
merenung kembali sejauh mana melupakan sejarah. Sejarah akan dekat, LPSK akan berkoordinasi bentukan Tim Perdamaian yang
kasih sayang kita kepada sesama menciptakan masa depan. Bali akan dengan beberapa rumah sakit akan dikirim dalam safari kampa-
manusia. Bangsa-bangsa di dunia kuat dan semakin kuat selama kita pemerintah sehingga korban tero- nye perdamaian AIDA di Bima, Nusa
tidak ada satu pun yang setuju de- memegang teguh ajaran-ajaran risme bisa segera mendapatkan Tenggara Barat. Ketua Yayasan
ngan tindakan-tindakan seperti itu tanpa kekerasan,” ucapnya. layanan medis atau psikologis Isana Dewata, Ni Luh Erniati, ber-
(terorisme-red), dan itu sangat me- Dalam Peringatan 13 Tahun sesuai kebutuhan, di mana terima kasih kepada AIDA yang
lukai rasa kemanusiaan. Itu akan Bom Bali juga dilaksanakan pe- keseluruhan biayanya ditanggung selalu mendukung kegiatan para
mencederai perdamaian dan kasih nyerahan bantuan rehabilitasi me- oleh LPSK. korban serta mendorong mereka
sayang di antara kita semua. Mari dis dan psikologis dari Lembaga Rangkaian acara Peringatan 13 menjadi duta perdamaian. [MLM]
Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016 5
Laporan Khusus
Seminar Pendidikan Karakter
Kekerasan Jangan Dibalas dengan Kekerasan
dan ayat Alquran itu memberikan ketenangan perdamaian, bukan permusuhan. Ia pun berpesan
Matanya berbinar, kata-katanya tegas. batin kepada saya,” ujarnya. kepada para siswa peserta seminar agar menjadi
Siswi berjilbab dari SMAN 1 Bolo, Belajar dari pengalamannya, Sudirman agen perdamaian yang mengantarkan negara
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat itu berpesan kepada para siswa agar tidak membalas menuju kemakmuran. Is juga meminta agar para
mengakui kesalahannya dalam memahami kekerasan dengan kekerasan karena hal itu pasti remaja belajar agama secara mendalam.
jihad selama ini. Ia pernah berpandangan menimbulkan kebencian tak berujung. “Adik-adik semua perlu berhati-hati. Ilmu
bahwa kekerasan yang mengatasnamakan Narasumber lain dari unsur mantan pelaku kurang, semangat tinggi, mental yang labil akan
agama adalah bagian dari jihad. kekerasan, Iswanto, menyatakan bahwa mudah terpengaruh ajaran kekerasan atas nama
mengidentikkan jihad dengan berperang adalah agama. Maka perbanyak belajar, dalami ilmu

Dok. AIDA
Siswi-siswi sedang menampilkan nasyid dalam pembukaan Seminar dan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Bolo Bima, Kamis (17/12/2015).

“D
ulu saya berpikir orang yang bukan dari pemahaman sepenggal yang tidak sempurna. agama, bersikaplah kritis saat diajak melakukan
agama Islam harus dibunuh. Sekarang “Setelah saya mengkaji bermacam literatur, kekerasan,” katanya.
saya sadar, pemahaman itu salah,” ternyata jihad bukan hanya perang, tapi juga Pesan senada juga disampaikan oleh
ujarnya usai mengikuti Seminar dan Dialog menuntut ilmu dan mencari nafkah bagi Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi. Menurut dia,
Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi keluarga,” ujarnya. memahami pesan Alquran tak bisa sepenggal,
Tangguh” yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Iswanto mengakui dirinya pernah melainkan harus menyeluruh, dari ayat pertama
Damai (AIDA) di Bima, Kamis (17/12/2015). mendapatkan pemahaman jihad yang identik hingga terakhir. Dalam penelitiannya, hanya ada
Pandangannya kini berubah. Menurut dia, dengan aksi kekerasan. Kala itu, ia berkeyakinan sekira 300 ayat dalam Alquran yang berbicara
kekerasan bukanlah solusi dalam berdakwah. bahwa membunuh non-muslim adalah jihad. tentang kekerasan. Itu pun harus ditafsirkan
Ada jalan yang lebih layak ditempuh, yaitu Kebenciannya pada umat agama lain sangat dalam implementasinya. Sementara di sisi lain,
perdamaian. Gadis remaja ini berpesan kepada kuat. Pada saat bersamaan, ia didoktrin bahwa terdapat ribuan ayat yang berbicara tentang
para rekan sebayanya. “Kita ini semua saudara. mencegah kemungkaran dan menyeru kebajikan perdamaian. “Maka tidak adil meninggalkan
Ketika teman kita bukan dari Islam, ayo kita boleh dilakukan dengan kekerasan. sebagian ayat demi sebagian ayat yang lain
mendakwahi mereka, bukan malah menyakiti Namun, pemahaman tersebut memudar karena Alquran satu kesatuan,” katanya.
mereka,” ucapnya. seiring waktu. Iswanto memutuskan untuk Para guru dan kepala sekolah yang turut
Dalam acara seminar yang diikuti 95 meninggalkan kelompok kekerasan dan menghadiri seminar memberikan respons positif
siswa dari SMAN 1 Bolo, SMAN 2 Bolo, SMA kembali pada kehidupan sosial yang normal. Is, terhadap acara ini. Mereka menilai kegiatan
Muhammadiyah Bima, dan MAN 3 Bima itu sapaan akrabnya, menelaah kembali literatur ini sangat bermanfaat karena menghadirkan
Sudirman A. Thalib sebagai narasumber Islam terutama yang berkaitan dengan jihad. korban terorisme dan mantan pelaku kekerasan
menyampaikan pengalamannya tentang dampak Ia mendapatkan pemahaman bahwa amar sehingga semua pihak bisa mempelajari
kekerasan. ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilaksanakan ketangguhan yang dicontohkan Sudirman dan
Dalam kegiatan AIDA yang didukung dengan cara kekerasan karena menimbulkan Iswanto saat bangkit dari keterpurukan masa
Direktorat Pembinaan SMA Kementerian malapetaka baru. lalu. [MSY]
Pendidikan dan Kebudayaan itu, Sudirman Sejak berhenti dari dunia kekerasan, Is DONASI AIDA
mengisahkan pengalaman hidupnya menjadi memutuskan melanjutkan jenjang pendidikan
korban Bom Kuningan di depan Kedutaan Besar formalnya dan lantas menjadi guru di sebuah Untuk program perdamaian dan kemanusiaan, AIDA meneri-
ma donasi secara tidak mengikat dari semua pihak yang bisa
Australia di Jakarta sebelas tahun silam. SMA swasta di Jawa Timur. Ia percaya, mengajar dipertanggungjawabkan sumbernya. Silakan salurkan donasi
Anda melalui alamat rekening berikut:
“Posisi saya sekitar 10 meter di depan mobil adalah bagian dari jihadnya. “Saya kembali ke
pembawa bom. Hanya mukjizat Allah yang bisa dunia pulpen. Saya harus memintarkan anak Nama : Yayasan Aliansi Indonesia Damai
No. Rekening : 0701745272
menyelamatkan saya. Saya terlempar beberapa bangsa agar mereka tidak terlibat jaringan Swift Code : BBBAIDJA
meter, lalu spontan mengucapkan Allahu Akbar ekstremisme,” ucapnya mantap. Alamat : Permata Bank cabang Sudirman
Jl. Jendral Sudirman kav 29-31 Jakarta 12920
tiga kali dan membaca ayat-ayat Alquran. Takbir Menurut dia, agama adalah ajaran
6 Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016
Galeri Foto

Dok. AIDA Dok. AIDA

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (kedua dari kiri), pengurus Yayasan Isana Dewata dan para Peserta Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 4 Kota Bima sedang
undangan melakukan tabur bunga di Monumen Ground Zero Legian dalam Peringatan 13 Tahun Bom menampilkan yel-yel kelompok, Rabu (28/10/2015).
Bali, Senin (12/10/2015).

Dok. AIDA Dok. AIDA

Peserta Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMKN 2 Kota Bima terlihat ceria Perwakilan setiap kelompok peserta Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”, di
mengikuti permainan dalam sesi pendahuluan, Kamis (29/10/2015). SMKN 3 Surakarta sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, Jumat (13/11/2015).

Dok. AIDA Dok. AIDA

Suasana haru saat pelaksanaan Pelatihan Tim Perdamaian AIDA di Hotel Novotel Surakarta, Sabtu- Salah satu kelompok peserta Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 4
Minggu (14-15/11/2015). Surakarta sedang mempresentasikan diskusi kelompok, Senin (16/11/2015).

Dok. AIDA Dok. AIDA

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, memberikan ice breaking dalam Dialog Interaktif “Belajar Bersama Peserta Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Kota Bima sedang
Menjadi Generasi Tangguh” di SMK Bhinneka Karya Simo Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (19/11/2015). mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, Senin (26/10/2015).

Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016 7


Wawancara

Suara Korban, Suara Perdamaian


terus berjalan. Lalu dari sudut pandang anak-anak Kalau saya melihat itu penting sekali. Saya dan
para korban, menurut saya saat ini mereka sangat beberapa korban terorisme beberapa kali diundang
merasakan dampak terorisme meskipun dahulu sebagai narasumber dalam seminar, perkuliahan, atau
ketika kehilangan ayah atau ibunya belum begitu forum-forum serupa di kampus-kampus, di lembaga-
mengerti karena masih sangat muda. lembaga pemerintah. Menurut saya publik menyambut
Apa tujuan pendirian Yayasan Penyintas? positif bahkan mengapresiasi apabila korban
terorisme, sebagai pihak yang dekat atau bahkan
Pertama silaturahmi. Kita bertemu ini karena lekat dengan kekerasan, mampu bersuara tentang
disatukan oleh Tuhan berawal dari peristiwa aksi teror nilai penting perdamaian. Mereka merasa benar-
mulai dari Bali 2002, Marriott 2003, Kuningan 2004, benar mendapatkan sumber otentik dan otoritatif
lalu ada lagi dan lagi. Dulu kami tidak saling mengenal. untuk berbicara tentang isu kekerasan sekaligus isu
Baru kenal setelah kita beberapa kali bertemu sesama perdamaian. Bahkan saya pernah dijadikan bahan
korban terorisme. Kemudian kami disarankan
Dok. AIDA

penelitian, bahan tesis, dua kali oleh mahasiswa. Saya


oleh penasihat kami, Bapak Imam Prasodjo, untuk menyambut baik perhatian masyarakat yang concern
membentuk satu wadah yang resmi dan legal, diakui dengan perdamaian atau tentang bahaya terorisme.
Satu dekade lebih pelbagai aksi teror di pemerintah dan mempunyai kekuatan hukum. Maka Secara khusus tentang program AIDA yang
Indonesia berlalu. Para korban terorisme kini bersatulah kami, teman-teman korban Bom Bali I
tergabung dalam satu organisasi bernama menyelenggarakan kampanye perdamaian di sekolah-
dan II, korban Bom JW Marriott I dan II, dan korban sekolah, saya menilainya itu sangat positif. Pertama,
Yayasan Penyintas. Peran korban sebagai Bom Kuningan menjadi satu perkumpulan bernama
pihak paling otoritatif untuk menyuarakan kegiatan itu sangat efektif mendorong teman-teman
Yayasan Penyintas. korban mampu menyuarakan perdamaian kepada
perdamaian sangat diharapkan publik.
Dari perkumpulan ini kami berupaya generasi muda. Kedua, dari kegiatan itu akan
Redaksi SUARA PERDAMAIAN mewawancara
memperingati tragedi-tragedi yang dulu kami semakin banyak korban terorisme yang menjadi duta
Ketua Yayasan Penyintas, Dwi Welasih,
alami untuk mengambil pelajaran, mengenang dan perdamaian.
untuk membahas hal itu. Rabu (16/12/2015),
bertempat di kediamannya di Bekasi, menghormati teman-teman senasib kami yang
meninggal dunia akibat bom. Dengan berorganisasi Adakah kiat khusus agar para anggota Yayasan Penyintas
redaksi berdiskusi dengan Ibu Dwi seputar aktif menyuarakan perdamaian ke publik?
pengalamannya memimpin organisasi korban ini kami menjadi lebih sering bertemu, semakin
terorisme. Simak petikan wawancaranya rekat hubungan di antara kami, bahkan rasa-rasanya Kalau saya boleh saran, saya mengajak teman-
berikut ini! kami dipersaudarakan dari peristiwa ini. Dari situ temanku semua, para korban terorisme, mari kita
kami bisa saling support, saling menguatkan, saling belajar untuk semakin terbuka dan meluaskan
memberi semangat. Kami juga punya keturunan, ada wawasan kita. Dari keterbukaan kita di antara teman-
Bagaimana kondisi fisik dan psikis para korban terorisme yang masih kecil, ada yang sudah dewasa, dengan teman penyintas sendiri saya yakin akan meringankan
setelah satu dekade lebih mengalami peristiwa aksi berkumpul ini kami menginginkan ada regenerasi beban kita. Menurut saya berbagi cerita, berbagi kisah,
terorisme? supaya kita tidak putus. Saya pikir itu sederhananya pengalaman hidup kita kepada teman-teman yang kita
Kondisinya tentu berbeda-beda. Di yayasan ini tujuan kami membentuk Yayasan Penyintas ini. percayai itu sangat penting, sangat membantu kita
korbannya juga berbeda-beda. Ada korban langsung Apakah ada kendala atau tantangan dalam upaya menuju ke arah yang lebih baik.
dan korban tidak langsung, yaitu keluarga dari membangun ikatan yang kuat di antara para anggota Tapi saya juga menyadari memang tidak semua
orang-orang yang meninggal karena bom. Di antara Yayasan Penyintas? teman-teman korban bisa atau mampu bercerita,
korban langsung sendiri juga berbeda-beda. Ada yang apalagi di depan umum. Kepada teman-teman
sampai sekarang masih merasakan kesakitan akibat Kalau melihat pengalaman saya selama yang masih kesulitan ini saya mengharapkan
luka bakar yang sampai 60 persen atau lebih. Saya dipercaya menjadi Ketua, menurut saya faktor anggota Yayasan Penyintas bisa saling menguatkan,
contohkan salah satu teman kami korban Bom JW komunikasi menjadi kendala utama. Pertama, dari alat membantu dan berbagi. Saya senang sebelum teman-
Marriott, kulitnya sudah tidak ada. Kata dokter yang komunikasinya itu sendiri sudah merupakan kendala. teman terjun menjadi pembicara dalam kampanye
menangani, dia terbakar 80 persen. Kulit yang melapisi Ada sebagian teman yang tinggalnya di luar kota, perdamaian di sekolah-sekolah, di AIDA ada semacam
daging itu sudah tidak ada. Yang ada hanya keloid-nya sementara dia sudah agak berumur. Banyak dokumen pelatihan kepada teman-teman. Itu sangat membantu
di bekas luka bakarnya itu. Sampai sekarang dia masih yang harus kita sosialisasikan kepada teman-teman. sehingga teman-teman korban siap dan punya bekal
sering merasakan panas dan gatal di lukanya. Orang Praktisnya tentu lewat email. Tapi sebagian teman sebelum berbicara di hadapan orang banyak. Semakin
yang kena luka bakar itu tidak tahan di tempat yang tidak punya email. Jangankan email, akses internet banyak berlatih, semakin tersampaikan visi-visi
panas. Sementara dia tinggal di kampung, rumahnya saja merupakan keterbatasan bagi sebagian teman. teman-teman korban terorisme untuk menyebarkan
tidak ada AC. Bagaimana teman-teman seperti dia Kedua, komunikasi dalam arti menyangkut sifat atau perdamaian.
bisa tidur dengan nyenyak kalau kondisinya seperti karakter pribadi masing-masing anggota, itu juga
kendala menurut saya. Namanya juga perkumpulan, Apa pesan Ibu kepada teman-teman korban terorisme di
itu? Lalu ada korban yang terkena di bagian rahang Indonesia?
dan sampai saat ini masih harus berobat. Dia masih di situ banyak manusianya, pasti sifatnya berbeda-
sering mengeluh sakit di rahang, di kepala, sehingga beda juga. Saya hanya ingin teman-teman merasakan
dia harus rutin memeriksakan diri ke dokter spesialis Pernah juga kami mendapati kendala bagaimana bahwa kita semua sama. Status kita sama, tidak ada
saraf. Sebagian teman ada yang sampai 10 tahun lebih caranya mengkomunikasikan kepada teman-teman yang lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya
sejak terkena bom masih harus mengkonsumsi obat. bahwa ada bantuan tetapi donaturnya hanya akan sebagai korban. Kalau ada yang sakit parah tentu
Kalau berhenti minum obat, dia merasakan sakit, memberikan kepada janda-janda korban bom. Tentu harus diprioritaskan segera dibawa ke rumah sakit,
panas, gatal di bagian luka akibat bom di tubuhnya. teman-teman yang lain bertanya-tanya, kenapa tapi tidak semua perhatian kita hanya kepada yang
Banyak teman mengalami cacat permanen, saya tidak mendapatkan, kenapa cuma dia, dan sakit parah saja tapi yang sakit lainnya dan keluarga
bagian tubuhnya tidak sempurna, itu sudah pasti, sebagainya. Mungkin jarak juga menjadi kendala korban (korban tidak langsung) itu juga perlu dapat
itu ada banyak. Kalau tentang kondisi teman-teman tersendiri. Teman-teman anggota ini tersebar, ada perhatian yang sama. Semua harus adil. Bahkan yang
korban tidak langsung menurut saya lebih pada yang di Bali, di Jakarta, dan beberapa orang tinggal di trauma juga mendapat perhatian.
psikisnya di mana trauma mendalam pasti masih ada kota lain, menjembatani komunikasi di antara mereka Saya yakin kita dipersatukan di Yayasan Penyintas
meskipun tragedi teror bom sudah lama berlalu. juga merupakan tantangan yang saya rasakan. ini bukan kebetulan tetapi karena memang kehendak
Di samping itu, tidak sedikit juga teman-teman Dibutuhkan patience (kesabaran-red) yang tinggi Tuhan di mana kita semua mengalami peristiwa masa
korban yang kehilangan kepala rumah tangga, untuk menaklukkan tantangan-tantangan itu. lalu yang sama. Saya ingin hubungan di antara kita
menjadi single parent, sementara kebutuhan untuk Menurut Ibu seberapa penting korban terorisme perlu sesama korban terorisme ini terus terjaga baik, saya
mengasuh, mendidik dan membesarkan anak-anak berperan menjadi duta perdamaian? betul-betul mengharapkan itu. [MLM]

8 Newsletter AIDA Edisi VII Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai