Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat adalah blok
dua puluh dua pada semester VII dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang
memaparkan Dr. Shaqeela baru bekerja di Puskesmas Suka Maju yang
terletak di desa Indah Sari, mendapat laporan dari petugas surveilans
Puskesmas, bahwa terjadi peningkatan insidens Pneumonia pada anak balita
pada bulan Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun
2015 insidens Pneumonia hanya sebesar 5%. Selain itu desa Indah Sari
merupakan daerah endemis untuk penyakit hepatitis A, diare, dan penyakit
dermatitis. Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk
10.000 jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet. Masyarakat
menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, cuci, dan kakus. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani perambah hutan, dan
sebagian lagi bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan karet. Umumnya
mereka bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri. Dr. Shaqeela
berencana melakukan penyelidikan KLB untuk mencegah penularan,
memberantas dan mencari sumber penularan penyakit Pneumonia serta
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk ,mencegah penularan
penyakit-penyakit yang endemis di desa Indah Sari.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : drg. Dientyah Nur Anggina, M.PH
Moderator : Muhammad Baqir
Notulen : Astri Ningsih
Sekretaris papan : Ade Pratiwi
Waktu : 1. Selasa, 8 November 2016
Pukul : 13.00 – 15.30 WIB
2. Kamis, 10 November 2016
Pukul: 13.00 – 15.00 WIB

Peraturan 1. Alat komunikasi dinonaktifkan atau


tutorial dalam keadaan silent.
2. Semua anggota tutorial harus
mengeluarkan pendapat dengan cara
mengangkat tangan terlebih dahulu.
3. Meminta izin ketika hendak keluar
ruangan.
4. Dilarang makan dan minum saat
diskusi berlangsung.

3
2.2 Skenario C blok 22

Dr. Shaqeela baru bekerja di Puskesmas Suka Maju yang terletak di


desa Indah Sari, mendapat laporan dari petugas surveilans Puskesmas,
bahwa terjadi peningkatan insidens Pneumonia pada anak balita pada bulan
Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun 2015
insidens Pneumonia hanya sebesar 5%. Selain itu desa Indah Sari
merupakan daerah endemis untuk penyakit hepatitis A, diare, dan penyakit
dermatitis.

Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk 10.000


jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet. Masyarakat
menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, cuci, dan kakus.

Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani perambah


hutan, dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan karet.
Umumnya mereka bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Dr. Shaqeela berencana melakukan penyelidikan KLB untuk mencegah


penularan, memberantas dan mencari sumber penularan penyakit
Pneumonia serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
,mencegah penularan penyakit-penyakit yang endemis di desa Indah Sari.

2.3 Klarifikasi Istilah


1. Surveilans : Suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan sistematik dalam bentuk
pengumpulan data, analisis data, interpretasi data
dan diseminasi informasi hasil interpretasi data
bagi mereka yang membutuhkan.
2. Endemis : Penyakit yang menjangkit pada kelompok orang di
wilayah tertentu.
3. Insidens : Menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi
dalam suatu periode tertentu.
4. KLB : (Kejadian Luar Biasa) terjadinya peningkatan

4
penyakit dua kali lipat dari bulan atau tahun
sebelumnya.
5. Penyuluhan : Kegiatan penambahan pengetahuan yang
diperuntukkan bagi masyarakat melalui
penyebaran pesan.
6. Penularan penyakit : Proses perpindahan agen penyebab penyakit dari
host ke host yang lainnya.
7. Penyelidikan : Suatu tindakan untuk mencari dan menemukan
peristiwa yang dianggab sebagai penyebab.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Dr. Shaqeela baru bekerja di Puskesmas Suka Maju yang terletak di
desa Indah Sari, mendapat laporan dari petugas surveilans Puskesmas,
bahwa terjadi peningkatan insidens Pneumonia pada anak balita pada
bulan Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun
2015 insidens Pneumonia hanya sebesar 5%. Selain itu desa Indah Sari
merupakan daerah endemis untuk penyakit hepatitis A, diare, dan
penyakit dermatitis.
2. Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk 10.000
jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet. Masyarakat
menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, cuci, dan kakus.
3. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani perambah
hutan, dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan
karet. Umumnya mereka bekerja tanpa menggunakan alat pelindung
diri.
4. Dr. Shaqeela berencana melakukan penyelidikan KLB untuk mencegah
penularan, memberantas dan mencari sumber penularan penyakit
Pneumonia serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
,mencegah penularan penyakit-penyakit yang endemis di desa Indah
Sari.

5
2.5 Analisis masalah
1. Dr. Shaqeela baru bekerja di Puskesmas Suka Maju yang terletak
di desa Indah Sari, mendapat laporan dari petugas surveilans
Puskesmas, bahwa terjadi peningkatan insidens Pneumonia pada
anak balita pada bulan Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada
bulan Agustus tahun 2015 insidens Pneumonia hanya sebesar 5%.
Selain itu desa Indah Sari merupakan daerah endemis untuk
penyakit hepatitis A, diare, dan penyakit dermatitis.
a. Apa yang dimaksud dengan surveilans ?
Jawab :
Surveilans adalah pengumpulan, pengamatan secara sistematis dan
berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam
proses menjelaskan dan memantau (memonitor) peristiwa
kesehatan
(Nur Nasry Noor,2008).

b. Apa tugas dari petugas surveilans puskesmas ?


Jawab :
Tugas dari petugas Surveilans Puskesmas adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data kesehatan yang menjadi fokus perhatian
2. Pengolahan data (validasi, tabulasi dan narasi)
3. Analisis deskriftif berdasarkan waktu, tempat, orang
4. Imterpretasi dan penyusunan informasi
5. Penyebaran data dan informasi
6. Pengambilan keputusan oleh “decision maker”
7. Pelaksanaan keputusan tersebut
(Nur Nasry Noor,2008).

6
c. Bagaimana langkah-langkah melakukan surveilans ?
Jawab :
Menurut Weraman (2010), langkah-langkah surveilans kesehatan
masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis
data; dan Penyebarluasan informasi.

1. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat
penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik.
Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif
(lihat sub bab tentang jenis surveilans).
2. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang sudah
dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan
teknik-teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data,
dua aspek perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan
sensitifitas data (lihat sub bab tentang Atribut Surveilans).
3. Analisis data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu
dalam penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi, dan
dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.
4. Penyebarluasan informasi
Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi berdasarkan
kesimpulan yang didapat dari analisis data. Penyebaran informasi
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
program kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola program,
atau Unit-unit kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral.

7
(DCP2, 2008)

d. Apa tujuan dari surveilans ?


Jawab :
Secara umum tujuan surveilans adalah mendapatkan informasi
epidemiologi penyakit tertentu dan mendistribusikannya kepada
pihak terkait, pusat-pusat kajian, pusat penelitian, serta unit
lainnya.
Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan
masyarakat dari berbagai sumber dan literatur adalah sebagai
berikut:
1. Mendeteksi wabah;
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan
penyebaran penyakit;
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara
geografis dan demografis;
5. Mengevaluasi cara pengawasan;
6. Membantu dalam pengambilan keputusan;
7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;

8
8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;
9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian
epidemiologi;
10. Memonitor perubahan agen infeksi;
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.
(Nur Nasry Noor,2008).

e. Apa yang dimaksud dengan penyakit endemis? (bedakan dengan


epidemi, pandemic, sporadis serta contohnya)
Jawab :
3. Endemis : penyakit yang menetap pada suatu tempat,
populasi dan masyarakat tertentu (minimal 3 tahun berturut-
turut)
Contohnya : DBD
4. Epidemi : terjadi peningkatkan penyakit melebihi normal (2 x
lipat sebelumnya) dimasyarakat
Contoh : filariasis
5. Pandemi : epidemi yang terjadi pada daerah yang sangat luas
(mendunia)
Contoh :H1N1 2009 (Flu babi)
6. Sporadik : kejadian yang berlangsung singkat umumnya
berlangsung dibeberapa tempat dan pada waktu pengamatan
masing-masing kejadian tidak saling berhubungan misalnya
dalam proses penyebaran
Contohnya : penyakit NE

(Nur Nasry Noor,2008).

9
f. Bagaimana perjalanan alamiah dari penyakit pada kasus ?
Jawab :
1. Pneumonia

Perjalanan alamiah penyakit pneumonia dibagi 4 tahap yaitu :

a. Tahap prepatogenesis

Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

b. Tahap inkubasi

Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh


menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.

c. Tahap dini penyakit

Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala


demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit


Tahap lanjut penyakit dibagi menjadi empat yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi
kronis dan meninggal akibat pneumonia.

2. Hepatitis A
a. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility).
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh
manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh
manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini
belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya
tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.
Keadaan ini disebut sehat.

10
b. Tahap Patogenesis

Virus Hepatiti A disebarkan melalui kotoran atau tinja


penderita Penyebarannya disebut fecal-oral (tinja ke mulut)
karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh
benda bekas terkena tinja (misal di kamar mandi) dan
kemudian digunakan untuk makan, dapat juga melalui
tranfusi darah, alat-alat tidak steril, tempat tinggal yang
sesak, kebersihan yang kurang, juga bisa melalui kontak
seksual dengan penderita. Virus yang masuk ke dalam tubuh
juga dapat menimbulkan penyakit Hepatitis. Kuman ini
masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air
yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman
tersebut dapat berkembangbiak dengan cepat, kemudian
diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana tinggal
di dalam kapiler-kapiler darah dan menyerang jaringan-
jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan radang hati.
Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease).

Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu,


tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa
inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya seperti
kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru,
AIDS dll. Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai
macam penyakit:

11
Gejala Hepatitis A

Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan


mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang
selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam
yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu
pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

- Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease).

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala


penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi
masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-
hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh,
tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung
daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat
dan perawatan yang baik di rumah (self care).

- Tahap penyakit lanjut

Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak


diobati/tidak tertangani serta tidak memperhatikan
anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka
penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak
berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap
ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.

c. Pasca Patognesis (Tahap penyakit akhir.)

Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu


kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari

12
penyakit). ikterus berangsur berkurang dan hilang dalam
2-6 minggu,demikian pula anorksia, lemas badan
dan hepatomegali. Penyembuhan sempurna sebagian
besar terjadi dalam 3-4 bulan (PDT Ilmu Penyakit
Dalamdivisi Gasteroenterologi-Hepatologi)

b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari


penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena
terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat
tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ
tubuh penjamu.

c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti,


karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh
penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu
saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat
kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan
penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang
lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan
penyakit (human reservoir).

d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak


terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan
kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan
ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah


dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan
penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.

13
3. Diare

a. Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri,


parasit, maupun virus diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella.
Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi melalui jalan fecal
dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit
bila daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang
penyakit dan apabila daya tubuh penjamu lemah maka sangat
mudah bagi virus masuk dalam tubuh.

b. Patogenesis

- tahap inkubas

Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam


tubuh dengan menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan
colon. Setelah virus menginfeki usus virus menembus sel dan
mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-
4hari,pasien sudah buang air bessar lebih dari 4x tetapi belum
tanpa gejala-gejala lain.

c. Tahap Penyakit Dini

- Kehilangan cairan 5% berat badan.

- Kesadaran baik (somnolen).

- Mata agak cekung.

- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.

- Berak cair 1-2 kali perhari.

- Lemah dan haus.

14
- Ubun-ubun besar agak cekung.

d. Tahap Penyakit Lanjut

- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.

- Keadaan umum gelisah.

- Rasa haus (++)

- Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.

- Mata cekung

- Turgor dan tonus otot agak berkurang.

- Ubun-ubun besar cekung.

- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2


detik.

- Selaput lendir agak kering.

e. Tahap Akhir

- Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

- Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.

- Denyut nadi cepat sekali

- Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).

- Ubun-ubun besar cekung sekali.

- Mata cekung sekali.

- Turgor/tonus kurang sekali.

- Selaput lendir kurang/asidosis.

15
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien
dapat sembuh sempurna tetapi bila tahap ini tidak mendapat
penanganan yang baik maka dapat mengancam jiwa(kematian).

(Juwono, 2011)

g. Apa makna pada bulan Agustus 2016 insidens Pneumonia pada


anak balita sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun
2015 hanya sebesar 5% ?
Jawab :
Makna pada bulan Agustus 2016 insidens Pneumonia pada anak
balita sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun 2015
hanya sebesar 5% adalah telah terjadi peningkatan empat kali lipat
pada penyakit pneumonia pada bulan Agustus 2016.

h. Apa tindakan yang dilakukan dr. Shaqeela setelah mengetahui hasil


laporan petugas surveilans ?
Jawab :

Tindakan yang dilakukan dr. Shaqeela setelah mengetahui hasil


laporan petugas surveilans adalah sweeping kegiatan, droping obat-
obatan, penyuluhan kesehatan, laporkan ke Kepala Dinas Kesehatan
untuk permintaan bantuan sumberdaya yang kurang
(Depkes RI, 2008)

i. Apa beda insidens, prevalensi, dan rasio ?


Jawab :
INSIDENSI  Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru
suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu
kelompok masyarakat.

16
PREVALENSI  Adalah gambaran tentang frekwensi penderita
lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di
sekelompok masyarakat tertentu.

RASIO  Rasio merupakan perbandingan antara dua kejadian


atau dua hal antara numerator dan denominator tidak saling
tergantung atau tidak ada sangkut pautnya. Rasio digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian. Contoh : Dalam suatu kejadian
KLB penyakit Diare jumlah penderita laki-laki sebanyak 1200
orang dan jumlah perempuan sebanyak 60 orang di kecematan
luwuk timur. Rasio = 120 : 60 = 2 : 1
(Nur Nasry Noor, 2008)

j. Apa saja jenis insidens penyakit ?


Jawab :
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3
macam,yaitu:
1). Incidence Rate  Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1
tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan.

2). Insidens kumulatif (Incidence Risk)  Incidens Komulatif


digunakan untuk mengkaji sekelompok orang yang diikuti
perkembangannya selama periode waktu yang sama
3). Attack Rate  Adalah angka insidens komulatif dan dipakai
dalam epidemi. Angka serangan paling sering digunakan pada
situasi keracunan makanan.
(Nur Nasry Noor, 2008)

17
k. Bagaimana cara mengukur insidens penyakit ?
Jawab :

1. Insidensi rate (IR)

2. AR = Attack Rate

3. IC = Insidens Komulatif

(Nur Nasry Noor, 2008)

l. Apa sumber-sumber penularan penyakit pada kasus ?


Jawab :
a. Pneumonia ditularkan melalui udara
b. Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan air
c. Dermatitis ditularkan melalui air

a. Pneumonia :
 Agent : virus, bakteri, polutan
 Resevoir : lingkungan (udara)
 Po exit : saluran respirasi
 Transmisi : udara
 Po entry : saluran respirasi
 Kerentanan : host imun dan gizi buruk
b. Diare
 Agent : bakteri enterik, virus
 Resevoir : manusia
 Po exit : feses
 Transmisi : fecal-oral

18
 Po entry : oral
 Kerentanan : imunitas, status gizi buruk

c. Hepatitis A
 Agent : HVA
 Resevoir : manusia
 Po exit : feses
 Transmisi : fecal oral
 Po entry : oral
 Kerentanan : imunisasi dan status gizi buruk
d. Dermatitis
 Agent : bakteri dan jamur, limbah pabrik (partikel debu)
 Resevoir : lingkungan lembab atau kurang higienis
 Po exit : kulit
 Transmisi : kontak langsung maupun tidak langsung
 Po entry : kulit
 Kerentanan : host higenis, imun, status gizi buruk

m. Berapa target pencapaian penyakit menular ?


Jawab :
Berdasarkan SPM Menkes tahun 2008 Target Pencapaian
Penyelidikan Epidemiolgi dan Penanggulangan KLB adalah 100% .

n. Bagaimana pencegahan penyakit hepatitis A, diare, dan penyakit


dermatitis ?
Jawab :
Cara pencegahan penyakit tersebut adalah dengan menerapkan
konsep five level of prevention:

1. Health Promotion (promosi kesehatan)


2. Spesific Protection (perlindungan khusus)

19
3. Early Diagnostic and promp treatment (pencegahan dini dan
pengobatan segera)
4. Disability limiton (membatasi dan mengurangi terjadinya
kecelakaan)
5. Rehabilitation (pemulihan)

2. Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk 10.000


jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet.
Masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air minum,
cuci, dan kakus.
a. Apa kriteria dari air yang baik dan sehat ?
Jawab :
Air yang baik atau sehat harus mempunyai persyaratan berikut
ini:

1) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, suhu berada di bawah suhu udara
di luarnya.

2) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk
mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri
patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli
maka air tersebut sudah memenuhi persyarat kesehatan.

3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan
salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan

20
fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang
terdapat dalam air yang ideal antara lain:

Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan

Flour (F) 1-1,5

Chlor (Cl) 250

Arsen (As) 0,05

Tembaga (Cu) 1,0

Besi (Fe) 0,3

Zat organik 10

pH (Keasaman) 6,5 – 9,0

CO2 0

Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan,


maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam dapat
diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan
tersebut, asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama
kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu, mata air atau
sumur dalam yang ada di pedesaan harus mendapatkan
pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk
yang menggunakan air tersebut
(Soekidjo Notoadmodjo,2007).

21
b. Apa saja jenis-jenis dari kakus ?
Jawab :
Jenis-jenis jamban, antara lain adalah:

1) Jamban cemplung, kakus (pit latrine)


Jamban ini memiliki lubang jamban di bawah tanah yang
tidak boleh terlalu dalam, di dalamnya pit latrine berkisar antara
1,53 meter saja, dinding rumah kaskusnya dapat terbuat dari
bambu,dll, jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya
sejauh 15 meter. Jamban ini dilengkapi oleh penutup yang
tutupnya dapat diangkat saat akan BAB dan ditutup sesudah
BAB

2) Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine =


VIP latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung,
bedanya lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa

3) Jamban empang (fishpond latrine)


Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Dalam sistim
jamban empang ini disebut daur ulang (recycling), yakni tinja
dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang dan
selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, dan
sebagainya Jamban pupuk (the compost privy)

Prinsip jamban ini sama seperti jamban cemplung hanya


lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk
membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Setelah
jamban penuh maka akan dibuat jamban baru

4) Septic tank
Jamban ini merupakan jamban yang paling memenuhi
syarat. Jamban ini terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air,
dimana tinja dan air buangan masuk dan mengaami

22
dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama
beberapa hari. Selama waktu tersebut mengalami proses
kimiawi dan proses biologis.

(Soekidjo Notoadmodjo,2007)

c. Apa kriteria dari kakus yang baik ?


Jawab :
Suatu jamban disebut baik atau sehat untuk daerah pedesaan
harus memenuhi persyaratan-persyarakat sebagai berikut:

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.


2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa serta
binatang-binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
(Soekidjo Notoadmodjo,2007)

d. Bagaimana hubungan kondisi lingkungan dengan penyakit-


penyakit pada kasus ?
Jawab :
Hubungan kondisi lingkungan dengan penyakit-penyakit pada
kasus merupakan faktor risiko. Dimana telah terjadi pencemaran
air dan pencemaran udara yang akan berdampak pada kesehatan
masyarakat sekitar.

23
e. Apa dampak masyarakat menggunakan air sungai sebagai air
minum, cuci, dan kakus ?
Jawab :
Dampak penggunaan air sungai sebagai sumber air utama
adalah terjadinya berbagai penyakit menular berbasis lingkungan
atau waterborne disease.

Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain hepatitis


A, tifus, diare, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing
gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya
(Soekidjo Notoadmodjo,2007)

f. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan air dan bagaimana


cara penularan ?
Jawab :
 Water borne disease adalah kontaminasi air akibat ekskreta
manusia dan mencemari makanan dan minuman, contohnya
kolera dan thypoid.
 Water privation disease adalah penyakit yang terjadi akibat
kurangnya air sebagai kebutuhan domestic, contohnya cacingan,
penyakit kulit dan mata
 Water based disease adalah air merupakan habitat intermediate
host. Contohnya skistosomiasis
 Water releated disease adalah air merupakan habitat dari insekta.
Contohnya : DBD dan yellow fever
 Water dispered disease adalah air merupakan media yang
disebarkan melalui droplet via air condition system. Contoh:
legionela

24
3. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani
perambah hutan, dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh di
pabrik pengolahan karet. Umumnya mereka bekerja tanpa
menggunakan alat pelindung diri.
a. Bagaimana hubungan mata pencaharian penduduk sebagian besar
sebagai petani perambah hutan dan sebagai lagi bekerja sebagai
buruh di pabrik pengolahan karet terhadap kesehatan ?
Jawab :
Bekerja sebagai Petani peramban hutan memiliki faktor risiko
penyakit Pneumonia dan Dermatitis apabila bekerja tidak mamakai
APD. Karena seorang petani perambahn hutan yang bekerja
sebagai penebang pohon dan membakar pohon maka akan
menghasilkan limbah berupa asap yang akan mencemari udara
yang juga akan berdmpak pada kesehatan masyarakat sekitar.

b. Apa definisi dari alat pelindung diri ?


Jawab :
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri, Pasal 1, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

c. Apa tujuan dari alat pelindung diri ?


Jawab :
Tujuan alat pelindung diri adalah untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
1) Melindungi tenaga kerja

25
2) Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja
3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
(Soekidjo Notoadmodjo,2007)

d. Apa saja jenis-jenis dari alat pelindung diri ?


Jawab :
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri, Pasal 3 ayat (1) APD meliputi:

a) Pelindung kepala
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman
(safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman
rambut, dan lain-lain.

b) Pelindung mata dan muka


Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata
pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield),
masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam
kesatuan (full face masker).

c) Pelindung telinga
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear
plug) dan penutup telinga (ear muff).

d) Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya


Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya
terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather,
Airline respirator, Continues Air Supply Machine atau Air Hose
Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus/SCUBA), Self-Contained
Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.

26
e) Pelindung tangan
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang
terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis,
karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

f) Pelindung kaki
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada
pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

Pasal 3 ayat (2), Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), terdapat pula tambahan APD, yaitu:

a) Pakaian pelindung
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls), Jacket dan pakaian pelindung yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

b) Alat pelindung jatuh perorangan;


Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk
pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali
pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat
penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall
arrester), dan lain-lain.

c) Pelampung
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life
jacket), rompi keselamatan (life vest), rompi pengatur
keterapungan (Bouyancy Control Device).

27
e. Apa alat pelindung diri yang tepat untuk pekerja yang berkaitan
pada kasus ?
Jawab :
a. Pelindung kepala
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman
(safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman
rambut, dan lain-lain.

b. Pelindung mata dan muka


Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata
pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield),
masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam
kesatuan (full face masker).

c. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya


Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri
dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline
respirator, Continues Air Supply Machine atau Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus/SCUBA), Self-Contained
Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.

d. Pelindung tangan
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang
terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis,
karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

e. Pelindung kaki
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada
pekerjaan.

(Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI


No.PER.08/MEN/VII/2010)

28
f. Apa saja dampak tidak menggunakan alat pelindung diri ?
Jawab :
Dampak tidak menggunakan alat pelindung diri adalah dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja.

Tidak menggunakan alat pelindung diri dapat


mengakibatkan (berdampak) ganggunan terhadap kesehatan antara
lain :
a. Pernapasan (tidak mengguankan masker) : Dampak debu
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
pada saluran pernafasan anatara lain :
1. Partikel diametr > 5,0 mikron terkumpul dihidung dan
tenggorokan, ini dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang
ditandai dengan gejala faringitis.
2. Partikel diameter 0,5 – 5,0 mikron terkumpul di paru-paru
hingga alveoli, ini dapat menimbulkan efek berupa
bronchitis, alergi atau asma.
3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan
dapat terabsorbsi ke dalam darah.
Debu dapat menyebabkan refleks batuk-batuk atau spasme
laring, apabila zat-zat ini menembus kedalam paru-paru dapat
terjadi penyakit bronchitis toksik, edema paru-paru atau
pneumonitis
b. Mata (tidak menggunakan kaca mata) : Dampak debu
Partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin
akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi
daya tembus pandang mata (visibility)
(Suma’mur, 1994).

29
g. Apa saja faktor penyebab dan contoh penyakit akibat kerja ?
Jawab :
1) Faktor Fisik
 Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian.
 Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi,
Milliaria, heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
 Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan
katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis,
radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan gangguan
terhadap sel tubuh manusia.
 Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease.
 Getaran : menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses
metabolisme, Polineurutis
2) Faktor Kimia (padat, cair, gas, uap maupun partikel)
 Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia,
keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin,
pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetik.
3) Faktor Biologi
 Viral Diseases : Rabies, Hepatitis.
 Bakterial Diseases : Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis,
TBC, Tetanus.
 Fungal Diseases : Dermatophytoses, Histoplasmosis .
 Parasitic Diseases : Ancylostomiasis, Schistosomiasis.
4) Faktor Ergonomi/fisiologi (cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, kontruksi salah)
 Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi, kecelakaan.

30
5) Faktor mental psikologi → stres
Organisasi kerja (type kepemimpinan, hubungan kerja,
komunikasi, keamanan), type kerja (monoton, berulang-ulang,
kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shif, terpencil).

(Suma’mur, 1994)

h. Bagaimana perundang-undangan mengenai pelaksanaan sistem


K3?
Jawab :
 Pada undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pasal 87.
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
 Pada peraturan pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pasal 10-13.

5. Dr. Shaqeela berencana melakukan penyelidikan KLB untuk


mencegah penularan, memberantas dan mencari sumber
penularan penyakit Pneumonia serta memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk ,mencegah penularan penyakit-penyakit
yang endemis di desa Indah Sari.
a. Apa kriteria dari KLB ?
Jawab :
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes
151 Tahun 2010 adalah :
 Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang

31
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
 Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3
(tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut
turut menurut jenis penyakitnya
 Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun
waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
 Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya
 Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1
(satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya
 Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate)
dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama
 Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita
baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama

b. Bagaimana cara melakukan atau langkah-langkah penyelidikan


KLB ?
Jawab :
Langkah-langkah penyelidikan KLB antara lain :
1. Persiapan penelitian
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

32
3. Memastikan diagnosis etiologis
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasusu berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentifikasikan keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau peanggulangan
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan
setempat dan kepada sistem pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi
(Permenskes, 2004)

c. Bagaimana cara mengatasi KLB ?


Jawab :

Cara mengatasi atau upaya penanggulangan KLB :

- Penyelidikan epidemilogis.
- Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina.
- Pencegahan dan pengendalian.
- Pemusnahan penyebab penyakit.
- Penanganan jenazah akibat wabah.
- Penyuluhan kepada masyarakat.
- Upaya penanggulangan lainnya.
(Menteri Kesehatan RI, 2010)

33
d. Bagaimana cara penularan penyakit menular? (6 rantai penularan
penyakit)
Jawab :
Rantai penularan
Proses terjadinya penyakit menular yang melibatkan 6 faktor
yaitu :
1. Agen (penyebab)
 Protozoa
 Metazoa
 Bakteri
 Virus
 Jamur
 Riketsia
2. Reservoir dari agent
Habitat normal dari agent untuk hidup tumbuh dan
berkemabng biak sehingga menjadi sumber penularan bisa
berupa manusia, hewanm lingkungan
3. Portal dari agent meninggalkan host
Cara keluarnya agent dari manusia yag mengidap/ reservoir
manusia dan binatang
 Saluran pernafasan  influenza, TBC
 Saluran pencernaan  Thypus, Cholera, disentri dan rabies
 Kulit  cacar
4. Cara penularan (Transmisi)
 Secara langsung melalui kontak, droplet (batuk, bersin),
 Secara tidak langsung  melalui mekanisme yang
melibatkan benda hidup/ tidak hidup seperti Vehicle
borne,vector borne,air borne

34
5. portal dari agent masuk ke host
umumnya tempat masuknya bibit penyakit kedalam tubuh
manusia dengan tempat keluarnya
6. Kerentanan host
Tergantung pada faktor genetik, ketahanan tubuh secara
umum dan imunitas spesifik yang didapat
(Nur Nasry Noor, 2008)

e. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyakit menular ?


Jawab :
Suatu penyakit dapat menular dari orangyang satu ke orang yang
lain karena tiga faktor berikut:
a. Agent (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
(Notoatmodjo, 2014)
f. Bagaimana sumber penularan penyakit pneumonia ?
Jawab :
Pneumonia :
 Agent : virus, bakteri, polutan
 Resevoir : lingkungan (udara)
 Po exit : saluran respirasi
 Transmisi : udara
 Po entry : saluran respirasi
 Kerentanan : host imun dan gizi buruk

g. Bagaimana cara mencegah penularan penyakit pneumonia ?


Jawab :
- Menjalani vaksinasi. Vaksin merupakan langkah penting agar
kita terhindar dari pneumonia maupun penyakit lain.

35
- Menjaga agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Misalnya
dengan teratur berolahraga, cukup istirahat, serta menerapkan
pola makan yang sehat dan seimbang.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Jangan merokok karena asap rokok dapat merusak paru-paru
sehingga lebih mudah terinfeksi.

(Irman, 2009)

h. Apa metode penyuluhan yang digunakan pada kasus untuk


mencegah penularan ?
Jawab :
- Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
- Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli
yang menguasai bidangnya.
( Notoatmodjo, 2013 )

6. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?


Jawab :
Kompetensi Dokter Umum pada kasus adalah 4A
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
secara mandiri dan tuntas Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri
dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip
dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

36
7. Bagaimana pandangan islam pada kasus ?
Jawab :
Firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ruum,30:41:

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut


disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki
agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka
akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”

2.6 Kesimpulan
Terjadi peningkatan kasus Pneumonia di Desa Indah Sari dan desa ini
merupakan daerah endemis penyakit hepatitis A, diare, dan penyakit
dermatitis yang disebabkan oleh kondisi atau sanitasi lingkungan yang
buruk dan K3 yang tidak diterapkan dengan baik sehingga dr. Shaqeela
melakukan penyelidikan KLB penyakit pneumonia dan penyuluhan
penyakit endemis.

37
2.7 Kerangka Konsep

Desa Indah Sari

Sanitasi lingkungan yang buruk K3 tidak diterapkan dengan baik

Pencemaran udara Pencemaran air

KLB penyakit Pneumonia Hepatitis A dan Diare Penyakit Dermatitis

Penyelidikan KLB Penyuluhan penyakit endemis

38
DAFTAR PUSTAKA

Q.S. Ar-Ruum,30:41
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert
epidemics. Disease Control Priority Project.
www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2008). Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB.


Jakarta : Direktorat Bina Masyarakat.

Irman, Somantri. 2009. Gangguan Pada Sistem Pernapasan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Juwono, Sugeng. 2011. Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan


Kejadian Epidemik Penyakit. Jakarta: Rineka Cipta.

Mentri Kesehatan Republik Indonesia.2004.Peraturan Mentri Kesehatan


Republik Indonesia No. 949/MENKES/SK/VIII/2004 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Diri Kejadian Luar
Biasa ( KLB ).Jakarta.Depkes
Menkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan. Jakarta

Nur Nasry Noor.2008.Epidemologi.Jakarta :Rineka Cipta


Pemerintah Republik Indonesia (2012). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia no. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta.

Permenkes.2010.Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 151


Tahun 2010 .Jakarta : Depkes

39
Soekidjo Notoadmodjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:
Rineka Cipta
Suma’mur. 1994. Kesehatan Kerja, Jakarta Widya Medika

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveillans Kesehatan Masyarakat. Jakarta :


Gramata Publishing

40

Anda mungkin juga menyukai