SUWARMAN
NIM: 210102395
1
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT
STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU
1. Judul Pengabdian Masyarakat :
PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP SIAGA
RABIES DI DESA CANDIREJO AIR MOLEK
2
DR. Ns. Hj. Rifa Yanti, S. Kep, M. Suwarman, Amd. Kep
Biomed NIM. 210102395
NIDN 1015107503
Menyetujui
Ketua LPPM
3
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Pengabmas :
PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP SIAGA
RABIES DI DESA CANDIREJO AIR MOLEK
2. Tim pelaksana :
Bidang Instansi Alokasi Waktu
No. Nama Jabatan
Keahlian Asal (jam/minggu)
1. Suwarman, Ketua Keperawatan STIKes Al 5 jam/minggu
Insyirah
Pekanbaru
4
wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia,
seperti Bali, dapat saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat tinggi.
b. Solusi yang ditawarkan:
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang rabies perlu
peranan petugas kesehatan untuk melakukan sebuah kegiatan yang bisa
meningkatkan pemahaman masyarakat. Berdasarkan permasalahan yang
telah diuraikan diatas, maka mahasiswa akan mencoba memberikan solusi
dengan memberikan Penyuluhan tentang siaga rabies.
9. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran :
Kontribusi mendasar dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilakukan secara mandiri
dan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.
10. Rencana luaran yang ditargetkan :
Target luaran dari kegiatan ini adalah dilaksanakannya Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) melalui peningkatan pengetahuan tentang penyakit
Rabies
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat
zoonosis (menular ke manusia).. Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari
genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae (OIE, 2008). Virus rabies termasuk
virus yang memiliki genom RNA untai tunggal berpolaritas negatif (ss-RNA
virus), memiliki ukuran diameter 75 nm dan panjang 180 nm. Virus rabies
memiliki lima jenis partikel protein yang berbeda yakni glikoprotein (G),
matrik protein (M), RNA polymerase (L), nukleoprotein (N), dan
phosphoprotein (P) (Coll, 1995). Virus rabies dikeluarkan bersama air liur
hewan yang terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui
kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang et al., 2007).
Menurut laporan WHO (2005), penyakit rabies dapat timbul akibat
kelalaian manusia “neglected disease” karena penyakit ini sebenarnya dapat
dicegah sebelum muncul. Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan
perkiraan 55.000 kematian pertahun, hampir semuanya terjadi di negara
berkembang. Jumlah yang terbanyak dijumpai di Asia sebesar 31.000 jiwa
(56%) dan Afrika 24.000 jiwa (44%). Diperkirakan 30% – 50% proporsi dari
kematian yang dilaporkan terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun
(WHO, 2006).
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) rabies merupakan salah satu
upaya preventif yang berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat gigitan anjing yang sampai saat ini masih belum dapat
dituntaskan. Pelaksanaan program ini merupakan program yang melibatkan
multi sektoral baik oleh seluruh unit pelayanan kesehatan (UPK) seperti
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Instansi dan Organisasi lain
yang turut mendukung program ini, di samping juga peran serta masyarakat
secara paripurna dan terpadu (Depkes RI, 2001).
6
Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan
eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan
pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR). Vaksinasi massal
merupakan cara yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian rabies.Oleh
karena itu perlu adanya penyuluhan serta tindakan-tindakan preventif terkait
bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit anjing gila ini sehingga
dimungkinkan penyakit anjing gila ini dapat diatasi dan sebagai informasi
untuk mengambil kebijakan pengendalian wabah penyakit rabies dalam
program pencegahan penyakit rabies. Selanjutnya dapat meningkatkan
surveilance terpadu dengan Dinas Peternakan dan Pertanian dalam
penanganan kasus tersangka maupun penderita rabies.
Berdasarkan fenomena diatas maka kami tertarik untuk melakukan
pengabdian masyarat tentang Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Siaga Rabies Di Desa Jatirejo Air Molek.
B. Permasalahan Mitra
Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan
kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti
kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada
orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah
tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta
tingginya biaya postexposure treatment. Disamping itu, kerugian akibat
pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan
wisata penting di dunia, seperti Bali, dapat saja terjadi jika tingkat kejadian
rabies sangat tinggi.
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) rabies merupakan salah satu
upaya preventif yang berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat gigitan anjing yang sampai saat ini masih belum dapat
dituntaskan. Pelaksanaan program ini merupakan program yang melibatkan
multi sektoral baik oleh seluruh unit pelayanan kesehatan (UPK) seperti
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Instansi dan Organisasi lain
7
yang turut mendukung program ini, di samping juga peran serta masyarakat
secara paripurna dan terpadu
8
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
9
anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika
Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi.
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain
atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan
hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan
masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak
dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui
saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air
liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun
rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi
tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air
liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan
mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami
kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat
gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan
kegalakan.
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat
di air liur hewan penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies
pada manusia atau hewan lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada
hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10 hari - 8 minggu). Sedangkan
pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun. Masa tunas ini dapat lebih cepat
atau lebih lama tergantung pada :
- Dalam dan parahnya luka bekas gigitan.
- Lokasi luka gigitan.
- Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
- Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
- Jumlah luka gigitan.
Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies
adalah :
- Anjing
- Kucing
- Kera
10
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui
penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium
telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang
mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di
mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga
tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-
tanda bekas gigitan kelelawar.
11
7) Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).
8) Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.
9) Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.
b. Rabies Tenang
1) Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang
terlihat.
2) Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.
3) Tidak dapat menelan.
4) Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian
dalam waktu singkat.
Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :
a. Stadium Prodromal
Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala,
malaise, anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama
beberapa hari, dsb.
b. Stadium Sensoris
Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas,
gugup, anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi
yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
c. Stadium Eksitasi
1) Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan
gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil
dilatasi.
2) Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai
puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya
macam-macam phobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah
hidrofobi (takut dengan air).
3) Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula
ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara
kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau
dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
12
4) Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da
tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang
maniakal disertai dengan saat-saat responsif.
5) Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita
meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering
terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
d. Stadium Paralitic
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,
melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala
paresis otot-otot pernafasan.
4. Cara Penularan Penyakit Rabies
Masa inkubasi pada anjing dan kucing kurang lebih dua minggu
(10 hari sampai 8 minggu). Pada manusia 2 sampai 3 minggu, yang paling
lama satu tahun tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka
gigitan, dalam atau tidaknya luka, luka tunggal atau banyak dan dekat atau
tidaknya luka dengan susunan syaraf pusat.
Virus ditularkan terutama melalui luka gigitan, oleh karena itu
bangsa carnivora adalah hewan yang paling utama (efektif) sebagai
penyebar rabies antara hewan dan manusia.
Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat
suntikan selama 14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui
syaraf perifer dengan kecepatan 3mm per jam (dean dkk, 1963) kemudian
virus berkembang biak di sel-sel syaraf terutama di hypocampus, sel
purkinye dan kelenjar ludah akan terus infektif selama hewan sakit.
5. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies
Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure prophylaxis
tidak diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies bergerak ke otak
melalui saraf perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini tergantung pada
seberapa jauh jarak perjalanan virus untuk mencapai sistem saraf pusat,
biasanya mengambil masa beberapa bulan. Setelah mencapai sistem saraf
13
pusat, orang yang terinfeksi rabies akan mulai menunjukkan gejala yang
kita kenali sebagai fase prodromal. Tahap awal gejala rabies adalah
malaise, sakit kepala dan demam, kemudian berkembang menjadi lebih
serius, termasuk nyeri akut, gerakan dan sikap yang tidak terkendali,
depresi dan ketidakmampuan untuk minum air (hydrophobia). Akhirnya,
pasien dapat mengalami periode mania dan lesu, diikuti oleh koma.
Penyebab utama kematian biasanya adalah gangguan pernapasan.
14
hilang nafsu makan. Anjing yang mengidap rabies, setelah menggigit akan
mati maskimal dua minggu setelah menggigit orang.
Apabila ada informasi hewan tersangka rabies atau menderita
rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau
membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila
seteh melakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata
hewan itu masih hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya
setelah divaksinasi, atau dapat dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.
Sementara ciri-ciri orang terkena penyakit rabies antara lain nafsu
makannya hilang yang disertai sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi,
mual, dan muntah-muntah. Selain itu, penderita rabies juga takut dengan
air maupun cahaya, air liur dan mata keluar berlebihan, kejang-kejang
yang disusul dengan kelumpuhan sebelum akhirnya meninggal jika tidak
segera diobati ke dokter.
Langkah yang perlu ditempuh jika kita maupun orang di sekitar
kita digigit anjing adalah mengambil langkah cepat yaitu mencuci luka
gigitan hewan tersebut dengan sabun selama kurang lebih 5-10 menit di
bawah air mengalir atau di guyur. Kemudian memberi luka gigitan dengan
alkohol 70 persen atau yodium tincture, serta segera pergi ke puskemas,
rumah sakit, atau dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang
lebih optimal.
15
C. Target Luaran
Luaran yang ditargetkan dari kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai
berikut :
1. Didapatkan hasil peningkatan pengetahuan masyarakat tentang siaga
rabies
16
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tahap Pertama
Tahap pertama merupakan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Proses
perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan, identifikasi potensi dan
kelemahan yang ada, menentukan jalan keluar dan kegiatan yang akan
dilakukan, dan membuat pengorganisasian kegiatan. Perencanaan disusun
sendiri oleh masyarakat. Sedangkan tim pengabdian dan petugas puskesmas
akan bertindak sebagai fasilitator.
B. Tahap Kedua
Tahap kedua merupakan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dilaksanakan
bersama-sama oleh masyarakat sesuai dengan yang telah direncanakan.
Sedangkan tim pengabdian dan petugas Puskesmas Air Molek akan bertindak
sebagai fasilitator.
C. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga, dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan. Proses ini
juga dilakukan sendiri oleh masyarakat. Tim pengabdian dan petugas
puskesmas juga akan bertindak sebagai fasilitator.
17
BAB IV
KELAYAKAN TIM PELAKSANA
18
BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Biaya
B. Jadwal Kegiatan
Minggu
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Pengurusan kerja sama dengan mitra
Kegiatan tahap pertama
Kegiatan tahap kedua
Kegiatan tahap ketiga
Pembuatan laporan
19
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapsis
EGC
20