PUSKESMAS SUKASADA I
Jln. Jelantik Gingsir No.51 Kec Sukasada, Kab. Buleleng
(0362)23135
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sampai saat ini rabies merupakan salah satu penyakit zoonozis yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Rabies disebut juga penyakit Anjing Gila
merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
Virus Rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan kemanusia
melalui gigitan hewan terutama anjing,kucingdan kera.
Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis pada hewan atau manusia selalu diakhiri
dengan kematian,sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang
yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umunya.
Mengingat dampak rabies terhadap kesehatan dan kondisi psikologis masyarakat
cukup besar serta memiliki dampak terhadap perekonomian khususnya bagi daerah –
daerah pariwisata di Indonesia yang tertular rabies, maka upaya pengendalian penyakit perlu
dilaksanakan seintensif mungkin untuk mewujudkan Indonesia Bebas Rabies.
Program pembebasan rabies merupakan kesepakatan nasional dan merupakan
kerjasama 3 departemen yaitu Kementerian Pertanian ( Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan ), Departemen Kesehatan ( Ditjen PP dan PL ) dan Departemen Dalam Negeri
( Ditjen PUM ).
C. Latar Belakang
Kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Esser pada tahun 1884 pada
seekor karbau,kemudian oleh Pening tahun 1889 pada seekor anjing dan oleh Eileris de
Zhaan tahun 1894 pada manusia. Semua kasus ini terjadi di Provinsi Jawa Barat dan
menyebar ke Bali Niasdan Maluku.Sedangkan pada akhir tahun 2008 Propinsi Bali yang
semula bebas secara historis sudah menjadi daerah tertular rabies yang pertama kali
ditemukan diwilayah Kabupaten Badung .
Namun dengan adanya peningkatan tatalaksana pasca Gigitan Hewan Penular Rabies
(GHPR ) maka jumlah kasus rabies pada manusia berhasil diturunkan. Hal ini
menunjukkan bahwa upaya penanganan kasus gigitan hewan sangat penting untuk
pencegahan rabies pada manusia.
D. Tujuan :
1. Umum : Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan
oleh virus Rabies.
2. Khusus :
a. Terlaksananya proses pengelolaan program rabies mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi.
b. Tersosialisasinya program rabies ke masyarakat
- Terpenuhinya sarana dan prasarana kegiatan program rabies.
- Memberikan pedoman bagi petugas rabies dalam dalam pengelolaan
program.
E. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Segera :
a. Setiap ada kasus GHPR harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk
mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling
efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun atau deterjen
selama 10-15 menit kemudian diberi antiseptic ( alcohol 70%,Povidone Iodine dan
lain-lain ).
b. Segera dibawa ke Puskesmas / Rumah Sakit ( Rabies Center ) untuk mendapat
penanganan/ pertolongan selanjutnya.
2. Penanganan Luka Gigitan ( Rabies Center/ Puskesmas )
a. Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun/deterjen di air mengalir selama10-15 menit
dan diberi antiseptic ( alcohol 70%,Povidone Iodine dan lain-lain ).
b. Anamnesis ( waktu dan tempat kejadian, ada tidaknya kontak atau gigitan, terjadi di
daerah tertular/terancam/bebas, apakah didahului tindakan provokatif,hewan yang
menggigit menunjukan gejala rabies,penderita gigitan hewan pernah di VAR dan
kapan,hewan penggigit pernah di VAR dan kapan)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Identifikasi luka gigitan
b. Luka resiko rendah adalah jilatan pada kulit luka, garukan, lecet, luka kecil
disekitar tangan, badan dan kaki.
c. Luka resiko tinggi,jilatan/luka pada selaput mukosa,luka diatas daerah bahu
(leher, muka, kepala), luka pada jari tangan / jari kaki,genetika,luka
lebar/dalamdan luka yang banyak (multiple ).
4. Cara Pemberian VAR ( Vaksin Anti Rabies )
Purified Vero Rabies Vaaccine ( PVRV) (Verorab) , dosis pada orang dewasa dan
anak – anak sama yaitu :
a. Hari ke-0( Pertama berkunjung ke puskesmas/ RS ( Rabies Center) diberikan 2
dosis @ 0,5 ml,diberikan Intramuskuler (IM) pada deltoid kanan dan kiri
( anak – anak di daerah paha ).
b. Hari ke-7, diberikan 0,5 ml lagi secara IM di deltoid kanan/kiri.
c. Hari ke- 21 diberikan lagi 0,5 ml secara IM di deltoid kanan/kiri.
5. Cara Pemberian SAR ( Serum Anti Rabies )
a.Serum Heterolog ( Equine Rabies Immunoglobuline/ERIG)
b. Kemasan : 1 Vial @ 5 cc 1.000 IU/vial.
c. Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka setengah dosis atau sebanyak
mungkin, sisanya disuntikkan secara intramuskuler di daerah regio gluteal.
d. Dosis : 40 IU / Kg BB.
e. Waktu Pemberian bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0.
f. Sebelumnya disuntikkan harus dilakukan Skin test.
5.Alur Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies
G. Sasaran
Yang menjadi sasaran pada program rabies adalah orang ( manusia ) atau masyarakat
pada umumnya
No Program Peran
No Program Peran
Mengetahui :
Kepala Puskesmas Sukasada I Pelaksana