Penyunting :
Prof. Dr-Eng, Eniya Listiani Dewi, B.Eng.
Desain Layout :
Zulaicha Dwi Hastuti, MT., Amrullah Kamaruddin, ST., MTI
Desain Sampul :
Sakina Rahmania, S.Pd
Penerbit :
BPPT Press
Buku ini diterbitkan pada September 2016 sebagai Prosiding Kongres Teknologi Nasional
2016 yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, tanggal 25
– 27 Juli 2016
ISBN : 978-602-410-048-3
ii
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
PROSIDING
KONGRES TEKNOLOGI NASIONAL 2016
KOMISI PANGAN
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
Reviewer :
Prof. Dr. drh. Herdis, M.Si., Prof. Netty Widyastuti, Prof. Dr. Suyanto Pawiroharsono,
Prof. Bambang Haryanto, MS., Dr. Ratu Siti Aliah, M.Sc., Dr. Is Helianti, M.Eng., Dr.
R.D. Esti Widjayanti, Drs. Agus Tri Putranto, MM., Dr. Rofiq Sunaryanto, S.Si, M.Si,
Dr. Farida Rosana Mira, S.P., Dr. rar. nat. Anis Herliyanti Mahsunah, M.Sc, Siti Zulaeha,
S.Si., Linda Novita, S.Si., M.Si., Irni F. Hindaningrum, S.P., M.Si., Delvi Maretta, S.P.,
M.Si., Eka Nurhangga, S.Si.
Penyunting :
Prof. Dr-Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng, Favilia Franziska, S.Psi, Zulaicha
Dwi Hastuti.
262
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
263
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
264
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
265
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
266
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
267
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
268
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
269
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
270
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
271
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
272
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
PP-38
PRODUKSI SKALA LABORATORIUM SERBUK BETAGLUKAN
DARI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)
UNTUK INGREDIEN PANGAN FUNGSIONAL
ABSTRAK
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan yang banyak dibudidayakan
di Indonesia serta merupakan sumber komponen senyawa aktif yang sangat beragam.
Selain kaya nutrisi, jamur tiram juga mempunyai nilai tambah yang positif untuk
kesehatan tubuh seperti menurunkan kolesterol, menjaga kadar gula darah, meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kanker. Salah satu komponen
bioaktif dari jamur tiram yang berperan dalam hal ini yaitu beta glukan yang merupakan
polisakarida penyusun dinding sel. Beta glukan banyak ditemukan pada serealia, kapang,
bakteri dan jamur. Untuk meningkatkan nilai tambah dari jamur tiram perlu dilakukan
eksplorasi lebih lanjut dengan cara memanfaatkan kandungan senyawa aktifnya. Tujuan
penelitian ini adalan melakukan ekstraksi beta glukan dari jamur tiram lokal secara
alkalis dengan menggunakan larutan NaOH. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dikeringkan dengan metoda spray drying sehingga didapatkan serbuk beta glukan yang
dapat digunakan untuk ingredien pangan fungsional. Dari hasil spray drying diperoleh
serbuk putih halus dengan kadar air 5,8 % dan kadar beta glukan 65 %.
Kata kunci : beta glukan, jamur tiram, ingredien, pangan fungsional, spray drying
ABSTRACT
The oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is edible mushroom that grown well in
Indonesia. It is also a source of the varied active compounds. In addition to nutrients-
content rich, oyster mushrooms also have a positive added value for the health of the
body such as lowering cholesterol, keep blood sugar levels, improve the body's resistance
to disease and prevent cancer. In this case one of the oyster mushroom bioactive
components that play a role is beta glucan which is a cell wall constituent-
polysaccharides. Beta glucan could be found in many cereals, bacteria and fungi. To
increase the added value of the oyster mushroom it is necessary to explore further by
utilizing the content of the active compound. The aim of this research is to extract beta
glucan from local oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) using NaOH solution. The
extract obtained is then dried by spray drying method to yield beta glucan powder which
can be utilized as a functional ingredient. The results obtained by spray drying were fine
white powder with a water content of 5.8% and 65% levels of beta glucan.
Keywords : beta glucan, oyster mushroom, functional-ingredient, spray drying
PENDAHULUAN
Jamur pangan selain kaya nutrisi juga merupakan sumber komponen bioaktif yang
sangat beragam. Di beberapa wilayah di dunia, terutama di daerah oriental diketahui
562
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
bahwa ekstrak beberapa jenis jamur dapat meningkatkan kesehatan, diantaranya dari
genera Lentinus, Hericium, Grifola, Flammulina, Pleurotus dan Tremella (Susanti, 2015;
Carbonero, 2006; Hayakawa, 1993). Pemanfaatan jamur pangan yang mempunyai
potensi terapetik telah menarik perhatian di bidang sains dan kedokteran karena jamur
pangan dinilai lebih aman dari efek samping. Disamping itu komponen bioaktif jamur
pangan yang telah dipurifikasi merupakan sumber potensial bagi senyawa-senyawa
antikanker yang baru (Pranamuda dkk, 2012).
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan yang banyak
dibudidayakan di Indonesia, termasuk dalam kelompok Basidiomycota, kelas
Homobasidiomycetes. Jamur tiram masih sekerabat dengan Pleurotus eryngii yang
sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Kandungan nutrisi pada jamur
tiram diantaranya karbohidrat non tepung (polisakarida seperti beta glukan), serat, protein
dengan asam amino esensial, mineral dan vitamin (Susanti, 2015; Parlindungan, 2000).
Jamur ini banyak menarik perhatian selain karena kandungan nutrisinya, juga karena
khasiat lainnya baik sebagai penurun kolesterol, anti atherogenik, memiliki aktivitas
hipoglikemik, antioksidan dan mencegah pertumbuhan tumor (Pranamuda dkk, 2012;
Jedinak et al, 2008). Disamping itu jamur tiram juga bersifat sebagai imunostimulan
pada hewan uji. Aktivitas antitumor/antikanker pada jamur tiram berasal dari kandungan
senyawa beta glukan yang dapat menginduksi sistem imun terhadap kanker (Pranamuda
dkk, 2012). Dengan besarnya potensi yang dimiliki maka perlu adanya pemanfaatan beta
glukan untuk dikembangkan sebagai ingredien pangan fungsional
Beta glukan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari rantai D-glukosa
dengan ikatan β-(1,3) dan β-(1,6)-glikosida. Secara alami senyawa ini dapat ditemukan
pada tanaman dan komponen penyusun dinding sel pada bakteri, khamir/ragi dan jamur.
Berikut adalah struktur kimia beta glukan :
Gambar 1. Diagram menunjukkan orientasi dan lokasi ikatan b-glikosidik yang berbeda
pada rantai beta glukan
Di Indonesia, pemanfaatan beta glukan dari jamur tiram masih belum banyak
diketahui sementara potensi pemanfaatannya memiliki prospek yang cerah karena bahan
baku yang melimpah. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai tambah dari jamur
tiram perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut dengan cara memanfaatkan kandungan
senyawa aktifnya. Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi beta glukan dari jamur tiram
(Pleurotus ostreatus) lokal secara alkalis dengan menggunakan larutan NaOH.
Selanjutnya ekstrak kasar beta glukan yang diperoleh dimurnikan lebih lanjut untuk
menghilangkan pengotor dan dikeringkan dengan metoda spray drying. Penggunaan
spray drying dinilai lebih menguntungkan karena produk yang diperoleh berupa serbuk
kering halus dengan kadar air yang rendah sehingga produk yang dihasilkan tahan lama
tanpa perlu tambahan pengawet.
563
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi dan pengeringan serbuk beta glukan
564
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
ekstrak kasar beta glukan dengan menggunakan larutan asam asetat 3 % dan disentrifus.
Endapan yang diperoleh kemudian di-spray drying.
HASIL
Tabel 1. Hasil ekstraksi beta glukan dengan metode alkali dari jamur tiram segar *)
Bobot jamur tiram Perolehan ekstrak Rendemen Rata – rata rendemen
Batch (kg) beta glukan (g) (%) ekstrak kasar (%)
a I 8 41 0.51
II 4 21 0.53
0.52 ± 0.02
III 8 43 0.54
IV 3 15 0.50
Total 23 120
*)
rendemen dihitung berdasarkan berat basah jamur (g/kg BB) (unpublished)
a b
karodalnet.blogspot.com
Gambar 3. (a) Jamur tiram (Pleurotus ostreastus) sebagai sumber beta glukan, (b)
Ekstrak beta glukan hasil spray drying, (c) Ekstrak beta glukan hasil parsial purifikasi
hasil produksi skala laboratorium. Sumber : gambar b dan c koleksi pribadi
Parsial purifikasi
Parsial purifikasi terhadap ekstrak kasar menghasilkan kadar beta glukan yang lebih
tinggi daripada sebelumnya. Kadar ekstrak kasar beta glukan sebelum purifikasi sebesar
59,4 % dan setelah purifikasi parsial naik menjadi 65 %. Perbedaan kenampakan ekstrak
beta glukan dapat dilihat pada Gambar 4.
565
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
Gambar 4. Serbuk jamur tiram kering (a), ekstrak kasar beta glukan (b), ekstrak beta
glukan hasil parsial purifikasi (c). Setelah parsial purifikasi tampak bahwa kenampakan
ekstrak beta glukan lebih putih karena bebas pengotor.
Tabel 2. Hasil analisa proksimat ekstrak beta glukan sebelum dan sesudah parsial
purifikasi *)
a b
Gambar 5. Kadar abu pada ekstrak beta glukan sebelum (a) dan sesudah parsial purifikasi
(b). Parsial purifikasi berhasil menurunkan kadar abu pada ekstrak beta glukan.
PEMBAHASAN
Beta glukan merupakan karbohidrat atau polisakarida kompleks yang terikat pada
dinding sel jamur, kapang, oat, barley, rumput laut, algae dan bakteri (Susanti, 2015).
Untuk melepaskan ikatan tersebut bisa digunakan beberapa cara yaitu secara alkalis
maupun enzimatis. Dalam penelitian ini ekstraksi dilakukan dengan menggunakan larutan
566
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
alkali NaOH 1 M. NaOH dapat meluruhkan dinding sel sehingga beta glukan dapat
terlepas.
Dalam penelitian ini rendemen ekstrak beta glukan dari jamur tiram (P.
ostreatus) yang diperoleh sebesar 0,52 %. Rendemen ini masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari riset lain yang diekstraksi dengan enzim
lichenase dan beta glucosidase (Manzi, 2000). Ekstraksi secara enzimatis pada P.
ostreatus varian SMR 125, SMR 127, SMR 138 menghasilkan beta glukan berturut-turut
sebanyak 0,38 %, 0,24 %, 0,29 %. Sedangkan pada P. eryngii varian SMR 133, SMR
173, SMR 172 kadar beta glukan berturut-turut sebesar 0,38 %, 0,29 %, 0,22 %, pada
jamur shiitake Lentinula edodes varian SMR (Manzi, 2000).
Proses purifikasi parsial dapat meningkatkan kualitas ekstrak beta glukan yang
diperoleh karena hilangnya pengotor. Dari segi fisik (Gambar 4) dapat dilihat bahwa
ekstrak beta glukan hasil purifikasi parsial lebih putih daripada ekstrak kasarnya. Proses
purifikasi parsial berhasil menurunkan kandungan garam Natrium (NaC 2 H3 O 2 ) sehingga
menyebabkan turunnya kadar abu seperti terlihat pada Gambar 5 (unpublished).
Proses pengeringan serbuk beta glukan dengan menggunakan spray drying
menghasilkan kadar air yang rendah. Dalam penelitian ini kadar air sebesar ± 5,8 %
sesuai dengan kadar air produk betaglukan dari ragi yang telah dipatenkan (kadar air
kurang dari 8 %) (Biothera, 2008). Spray drying merupakan metoda yang digunakan
untuk membuat serbuk kering dari cairan atau padatan terlarut dengan cara memaparkan
pada aliran udara panas. Aliran cairan atau padatan terlarut dipompakan dan
disemprotkan melalui lubang (nozzle) yang sangat kecil sehingga larutan terdispersi
dalam aliran udara panas dan serbuk mengering. Ukuran partikel (serbuk) yang terbentuk
umumnya berkisar antara 100 – 200 μm tergantung dari alat yang digunakan. Dengan
menggunakan metoda spray drying maka serbuk beta glukan yang dihasilkan akan tahan
lama.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
567
Prosiding Kongres Teknologi Nasional 2016
BPPT, Jakarta, 25-27 Juli 2016
568