Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PSIKOLOGI 115

VOLUME 41, NO. 1, JUNI 2014: 115 – 133

Big Five Personality sebagai Prediktor Kreativitas


dalam Meningkatkan Kinerja Anggota Dewan
Hardani Widhiastuti1
Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Abstract. This study aimed to analyze the influence of the Big Five Personality Factors, which
consists of Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness and
Conscientiousness on the Creativity, and its implications to the performance of City Council
members of ‘S’ city within the period of 2009-2014. A total number of 36 legistators who were
still active became the subjects of the research. Linear Regression Analysis of the two phases
was used to analyze the collected data with SPSS 19. The results showed that for Extraversion,
t valued 2,340 with sig. 0.026, for Agreeableness, t valued 2.760 with sig. 0,010 and for
Conscientiousness, t valued 2,241 with sig. 0,033. Thus, all the three factors had significant and
positive effect on creativity. In the two-stage regression test, the value of t was 2.431 with a sig.
0,020. In general, the Big Five Personality traits have made positive and significant effect on
the creativity and performance of City Council members of the ‘S’ city.
Keywords: Big Five Personality, creativity, performance, council

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Big Five Personality yang
terdiri dari Faktor Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, dan
Conscientiousness terhadap Kreativitas, dan implikasinya pada Kinerja anggota DPRD
Kota ‘S’ Periode 2009-2014, dengan subjek penelitian sejumlah 36. Analisis regresi linier
dua tahap digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, dengan
menggunakan SPSS versi 19. Hasil uji regresi tahap satu menunjukkan bahwa tiga
faktor Big Five Personality yaitu Extraversion dengan t hitung sebesar 2,340 dengan sig.
0,026, Agreeableness nilai t hitung sebesar 2,760 sig. 0,010 dan Conscientiousness dengan t
hitung sebesar 2,241 dengan sig. 0,033. Dengan demikian ketiga faktor di atas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kreativitas. Sedangkan faktor Neuroticism, dan Openness
to Experience tidak berpengaruh terhadap kreativitas. Pada uji regresi tahap dua, hasil
yang didapat nilai t hitung sebesar 2,431 dengan sig. 0,020. Secara keseluruhan Big Five
Personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap kreativitas dan berimplikasi
pada kinerja anggota Dewan Kota ‘S’.
Kata kunci: Big Five Personality, kreativitas, kinerja, anggota dewan

Tujuan1 organisasi akan berhasil apa- vinsi hingga kabupaten, Dewan Perwa-
bila ada kebersamaan dan komitmen dian- kilan Rakyat Daerah memegang peran
tara para pemegang kendali organisasi penting sebagai pengambil kebijakan.
tersebut. Negara merupakan organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
terbesar yang dikelola dengan komplek- (DPRD) merupakan bentuk lembaga
sitas yang tinggi. Selain kepala negara, perwakilan rakyat daerah (provinsi/kabu-
para menteri, pengelola daerah dari pro- paten/kota) di Indonesia yang berkedu-
dukan sebagai unsur penyelenggara
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila-
pemerintah daerah. Kedudukan DPRD
kukan melalui: dancerdas62@yahoo.com

115 JURNAL PSIKOLOGI


WIDHIASTUTI

diatur dengan undang-undang, yaitu unsur kepribadian yang mendasari kepri-


Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008. badian setiap orang. Dengan adanya ku-
DPRD berkedudukan di setiap wilayah pasan terhadap kecenderungan kepriba-
administrasi, yaitu (1) DPRD provinsi, dian yang lebih unik ini, diharapkan dapat
berkedudukan di ibu kota provinsi. (2) mendeteksi kreativitas para anggota
DPRD kabupaten, berkedudukan di ibu- Dewan dalam rangka meningkatkan
kota kabupaten. (3) DPRD kota, berkedu- kinerjanya. Freud (Pervin, 2012) menjelas-
dukan di kota. DPRD merupakan mitra kan bahwa kreativitas muncul sebagai
kepala daerah dalam hal; (1) Melegislasi, bagian dari upaya mekanisme pertahanan
berkaitan dengan pembentukan peraturan diri.
daerah, (2) Anggaran, berkaitan dengan Berdasarkan penelitian yang dilaku-
kewenangan dalam hal anggaran daerah, kan oleh Forum Masyarakat Peduli Parle-
dan (3) Pengawasan, memiliki kewenang- men Indonesia (Formappi) (Tempo, 2014),
an untuk mengontrol pelaksanaan perda menunjukkan bahwa 83,8% anggota De-
dan peraturan lainnya serta kebijakan wan Perwakilan Rakyat memiliki kinerja
pemerintah daerah. buruk. Hal ini ditunjukkan sebanyak
Tugas para anggota DPRD sangat 61,3% mendapat nilai buruk dan 22,5 per-
kompleks, oleh sebab itu diperlukan pri- sen dinilai sangat buruk. Hasil penelitian
badi yang tangguh, penuh dedikasi, ini hampir sama dengan pendapat Saut
memiliki wawasan luas, dan penuh kreati- (2014), bahwa kinerja anggota Dewan
vitas. Dengan tugas yang kompleks terse- periode 2009-2014 yang didapat dengan
but, dibutuhkan kekuatan untuk meng- cara mengumpulkan data kehadiran, data
adapi tantangan dan hambatan pekerjaan, risalah rapat komisi, pembahasan rancang-
sehingga kinerja anggota DPRD dapat an peraturan-peraturan yang tidak meme-
berhasil dengan baik. Hal ini sesuai nuhi target. Penelitian Lucius (2013) yang
dengan teori Sonnentag (2000) bahwa dikutip oleh Republika, juga menjelaskan
orientasi kinerja terkait dengan positif bahwa dari 70 Program Legislasi Nasional
tidaknya suatu pekerjaan yang berkaitan hanya ada tujuh Undang-Undang yang
dengan upaya keras tidaknya seseorang dihasilkan. Dengan demikian terjadi penu-
dalam mencapai tujuan. Besarnya usaha runan sekitar 15,25%.
seseorang dalam hal apapun terutama Permasalahan yang sering dijumpai
dalam melakukan tugas, secara personal adalah adanya berbagai pemberitaan me-
terkait dengan kemampuan diri saat mela- ngenai anggota Dewan, misalnya tidak
kukan kreativitas untuk memecahkan patuh pada peraturan yang telah ditetap-
permasalahan kemasyarakatan yang kan, banyak anggota DPRD yang absen,
akhirnya memberi dampak positif dalam banyak melakukan tindakan tidak terpuji,
kinerja. Kemampuan diri tersebut merupa- seperti penyelewengan anggaran oleh
kan unsur yang terkandung dalam anggota DPRD Sragen (Bramantyo, 2013),
kepribadian. anggota DPRD Wonosobo yang terima
Big Five Personality merupakan salah uang proyek dari korban penyekapan
satu teori kepribadian yang berkembang Bekasi (Amelia, 2013). Di sisi lain, anggota
di abad ke-20an. Teori ini memiliki lima DPRD juga menghasilkan hal yang positif,
faktor kepribadian yang masing-masing misalnya menghasilkan sembilan Perda di
faktornya memiliki enam facet. Dengan Bombana, Sulawesi Tenggara (Ardian,
demikian, Big Five Personality memiliki 30 2014). Walaupun pemberitaan tidak se-

116 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

rempak dan tidak semua anggota Dewan yang tercatat dalam agenda perusahaan
berperilaku seperti yang diberitakan, atau organisasi,tentang hasil yang dicapai
namun memberi dampak yang cukup dalam rentang waktu yang telah ditentu-
berarti dalam memandang turunnya peni- kan. Kinerja dapat diartikan dengan
laian terhadap kinerja anggota Dewan. outcome atau hasil sebuah pekerjaan atas
Penelitian ini bertujuan untuk meng- peran serta karyawan dalam suatu peru-
analisis Pengaruh Big Five Personality ter- sahaan atau organisasi. Dengan demikian,
hadap kreativitas, dan menganalisis kinerja lebih pada capaian tugas yang
pengaruh kreativitas terhadap kinerja terukur pada kurun waktu yang ditentu-
anggota Dewan melalui deteksi kepriba- kan, yang terdiri dari produktivitas kerja,
dian, dalam hal ini Big Five personality. komitmen, loyalitas, sikap dan perilaku,
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya serta usaha pengembangan diri.
meningkatkan kinerja anggota DPRD Kota Di sisi lain, kinerja di perusahaan
‘S’. Manfaat hasil penelitian ini adalah, maupun organisasi harus melalui tahap
selain untuk pengembangan ilmu Psiko- penilaian dalam rangka melihat capaian
logi Industri dan Organisasi juga untuk atau hasil kerja seseorang karyawan dalam
mendapatkan jalan keluar atau masukan menyelesaikan pekerjaannya. Penilaian
kepada calon maupun anggota Dewan atas kinerja tersebut perlu dilakukan seca-
mengenai faktor kepribadian Big Five ra efektif dan berkala agar mendapatkan
Personality yang dapat meningkatkan hasil instrumen umum untuk ukuran
kinerja melalui pengembangan Kreativitas. kinerja dalam memberi istimasi modal
Kebaruan dari penelitian ini, adalah untuk kinerja (Dunnette, Marvin, & Leaetta,
menelaah kinerja anggota Dewan kaitan- 1998).
nya dengan kreativitas melalui deteksi Beberapa penelitian memperlihatkan
kepribadian. hasil bahwa kinerja yang dilakukan oleh
karyawan dengan sudut pandang peni-
Kinerja laian dimensi individual, waktu, dan
Kinerja berkaitan erat dengan pola perbedaan situasi silang dalam pekerja-
dan perencanaan suatu organisasi atau annya dapat saling memengaruhi. Apabila
perusahaan. Dalam pelaksanaan sehari- penelitian tentang distribusi kinerja secara
hari, kinerja dapat menggambarkan ada- individu hasilnya akurat, dapat disimpul-
nya upaya penyelesaian suatu usaha kan bahwa antara teori dan hasil tidak
seseorang. Dengan upaya dan kreativitas banyak perbedaan. Dengan demikian, se-
tersebut secara tidak langsung akan cara teori diduga hasil penelitian ini tidak
tercapai target tugas yang diharapkan. banyak perbedaan (Yoo, 2002, Barrick &
Kinerja tinggi merupakan gambaran lebih Mount, 1991, dan Salgado, 1997)
pada perkembangan hasil tujuan apabila Greer, 1995; Kreitner & Angelo, 2001;
dibandingkan dengan kinerja yang lemah. Ivancevich, 2001; dan Simamora, 2005,
Perbedaan kinerja tinggi dan menengah sepakat bahwa kinerja yang efektif dapat
tidak hanya pada pola hasil, tetapi juga menunjang implementasi strategis bisnis.
pada tujuan yang mereka jalankan Apabila di antara karyawan memahami
(Sonnentag, 2000). dimensi-dimensi yang dievaluasi dan me-
Istilah kinerja menurut Ruky (2002) mahami manfaat dari aspek-aspek yang
lebih pada suatu prestasi seseorang yang dinilai dari pekerjaannya, bahwa mereka
telah dicapai sesuai dengan informasi

JURNAL PSIKOLOGI 117


WIDHIASTUTI

memandang secara fair dan valid penilaian yang dapat mengakibatkan perubahan
kinerja yang telah dilakukan. kinerja pada waktu tertentu, yaitu (1)
Teori tentang kinerja yang disampai- Konsistensi kinerja, kriteria ini terdiri dari
kan oleh tokoh-tokoh tersebut pada faktor-faktor perbedaan individu. (2) Kon-
umumnya lebih menekankan pada keter- sistensi evaluasi perubahan yang disebab-
kaitan antara kinerja dan unsur kepri- kan oleh konteks seseorang terhadap
badian. Kinerja merupakan salah satu organisasi seperti tujuan kerja dan desain
gambaran kemampuan seorang karyawan pekerjaan, dan (3) Reliabilitas pengukuran,
mengenai kualitas dan kuantitas yang dalam hal ini sangat tergantung pada tenik
dimiliki. Tanggung jawab, beban kerja, pengukuran yang dipakai pada waktu dan
strategi pengerjaan serta komitmen, tempat yang berbeda.
merupakan unsur dari kecenderungan Kreitner dan Angelo (2001) mengemu-
kepribadian termasuk kemampuan kecer- kakan bahwa komponen yang mempenga-
dasan karyawan. Dengan demikian, karya- ruhi penilaian kinerja adalah gaji, hasil
wan merasa dihargai dan dihormati saat kerja, dan identifikasi individu (keputus-
menghadapi penilaian kinerja karena kar- an, terminasi personel). Aspek-aspek
yawan sudah memahami dimensi maupun kinerja menurut Komaki dkk. (2000)
aspek-aspek apa saya dari kinerja yang dipergunakan dalam penelitiannya de-
akan dinilai. Penilaian kinerja diciptakan ngan judul “A Rich and Rigorous Exami-
oleh pihak manajemen dalam upaya men- nation of Applied Behavior Analysis Research
ciptakan pekerjaan yang efektif. Satu hal in The World of Work”, adalah sebagai
yang juga dibutuhkan agar penilaian berikut: (1) produksi, (2) ketelitian akan
kinerja tersebut berhasil adalah adanya waktu, (3) keamanan, (4) perhatian ke
peran komunikasi (Dessler, 1994). pelanggan ataupun klien, (5) pelayanan
Sharpley (1998), dalam kaitan antara pelanggan, (6) laporan hasil, (7) supervise,
kinerja dengan posisi tempat kerja (8) hasil setoran, dan (9) penjual. Pene-
karyawan, mengemukakan ada enam hal litian tersebut mendasarkan pada analisis
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Proses pendekatan terapan perilaku yang ber-
seleksi pribadi, yang berkaitan dengan fungsi untuk mengetahui harapan kinerja,
faktor kepribadian dan kemampuan. (2) khususnya hubungan perilaku dan konse-
Kualifikasi dan persyaratan pelatihan kuennya, dan kesempatan konsekuen
untuk berbagai profesi. (3) Norma dasar untuk mengambil tindakan, konsekuen
kelompok (kandidat, pelajar atau kelom- berpikir cermat sebagai suatu kesatuan
pok profesional). (4) Skor pemikiran kritik yang bersifat motivasional dalam kaitan-
dan karakteristik kepribadian yang meru- nya dengan kinerja secara keseluruhan.
pakan faktor risiko. (5) Perbedaan antara Simamora (2005) mengutarakan pen-
dua individu sebagai potensial terbaik dapat yang berbeda, menurutnya berhasil-
dibandingkan dengan kelompok lain, dan tidaknya kinerja seseorang tidak selama-
(6) Persepsi individu terhadap keseluruh- nya ditentukan oleh dimensi-dimensi
an dan ide-ide tentang konstitusi perilaku kinerja. Supaya organisasi berlaku secara
yang memberikan dampak pada kinerja optimal, ada tiga dimensi yang berkaitan
profesional dan pekerjaan manajerial. dengan kinerja seseorang, yaitu: (1)
Faktor-faktor yang merupakan kom- Memikat dan menahan orang-orang dalam
ponen penentu kinerja menurut Gatewood organisasi, dapat diartikan bahwa orga-
(2001) dibagi menjadi tiga tipe kriteria nisasi harus meminimalkan perputaran

118 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

karyawan, ketidakhadiran, dan keterlam- keberhasilan dalam kerja. Harapan ini


batan, (2) Menyelesaikan tugas yang tergantung persepsi individu tentang ba-
terandalkan, organisasi harus mempunyai gaimana dapat berperilaku dan kemung-
patokan dalam hal tolok ukur minimal kinan sukses akibat dari perilaku.
kuantitas maupun kualitas tentang capai- Staw (1991) berpendapat bahwa ada
an kinerja, dan (3) Mempunyai perilaku tiga konsep penting kaitan antara perilaku
inovatif dan spontan, dalam hal ini perlu dengan kinerja adalah: (1) Individu perca-
mempertimbangkan kerja sama, muncul- ya bahwa perilaku akan mengakibatkan
nya gagasan-gagasan konstruktif dan hasil. (2) Individu percaya bahwa hasil
kreatif, pelatihan-pelatihan yang mendu- merupakan nilai positif individu. (3) Indi-
kung dan sikap-sikap baik terhadap diri vidu percaya bahwa ia dapat membentuk
sendiri maupun pelanggan serta masya- hasrat atau usaha. Berdasarkan teori-teori
rakat umum. kinerja Staw tersebut dapat disimpulkan
Faktor-faktor yang memengaruhi ki- bahwa kinerja yang efektif dapat menun-
nerja, antara lain adalah faktor kepriba- jang implementasi strategis bisnis apabila
dian. Hal ini sesuaidengan pendapat karyawan memahami dimensi-dimensi
Baron dan Jerald (2000) bahwa kepriba- yang dievaluasi dan memahami relevansi
dian merupakan salah satu faktor penting aspek- aspek yang dinilai dari jabatannya.
yang menunjang keberhasilan kinerja, Kinerja terdiri atas kinerja perilaku dengan
khususnya berkaitan dengan kepercayaan orientasi pelayanan yang meliputi aspek
diri untuk ditunjukkan dalam keberhasil- (1) mendengarkan permasalahan dan
an menyelesaikan tugas yang spesifik, permohonan pelanggan, (2) membuat sua-
karena di dalamnya terdapat kepentingan, tu tugas ekstra dalam rangka menolong
kekuatan, dan generalisasi. Adapun fak- pelanggan, (3) mengantisipasi kebutuhan
tor-faktor lain yang memengaruhi kinerja pelanggan dan kecepatan merespon, aku-
adalah kreativitas seperti yang disampai- rat, dan menyenangkan, (4) menindak-
kan dalan penelitian Supriadi (2013), lanjuti pelanggan-pelanggan, (5)berempati
bahwa faktor kemampuan dalam kepri- dengan pelanggan ketika masalah terjadi,
badian secara umum, termasuk intelektual dan kinerja berupa hasil kerja dengan
dan kreativitas. Faktor kepribadian juga komponennya antara lain gaji, hasil kerja,
memengaruhi kinerja seseorang. Hal ini dengan aspek-aspeknya antara lain lapor-
sesuai dengan penelitian Sugiyanto (2003) an hasil, hasil setoran, dan pelayanan pe-
bahwa kepribadian tidak secara langsung langgan. Teori Staw ini dapat diasumsikan
memengaruhi kinerja, akan tetapi melalui bahwa pelayanan yang diberikan bukan
motivasi kerja. saja untuk kepentingan konsumen tetapai
Penilaian kinerja secara efektif, harus pelayanan terhadap masyarakat luas,
dilakukan untuk mendapatkan hasil ins- sebab anggota Dewan selanjutnya akan
trumen untuk tingkatan kinerja tertentu bertanggung jawab untuk melayani ma-
dalam rangka memberi istimasi modal syarakat luas dan dalam mengupayakan
kinerja (Dunnette & Hogh, 1998). Setiap kemaslahatan orang banyak.
hasil, dipersepsikan berbeda oleh individu
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh Big Five Personality
faktor lain dalam kehidupannya. Selain itu Teori kepribadian yang berkembang
perilaku juga bisa diasosiasikan dengan saat ini adalah teori kepribadian yang
pemikiran individu tentang kemungkinan lebih detil yang disebut dengan Big Five

JURNAL PSIKOLOGI 119


WIDHIASTUTI

Personality. Model Big Five Personality atau Agreeableness (A) atau Kesepakatan, dan
Model Lima Besar Kepribadian dibangun Conscientiousness (C) atau Ketelitian.
dengan pendekatan yang lebih sederhana. John (1990) membuat singkatan atas
Walaupun teori Big Five Personality terlihat kelima Faktor Kepribadian tersebut
begitu kompleks dibanding dengan teori dengan OCEAN, Sedangkan Digman dan
lain sebelumnya, beberapa pendekatan Hogan (1996) menyebutkan dengan istilah
yang dilakukan dalam penelitian-peneli- Neuroticism (N) mencakup perasaan-pera-
tian lebih sederhana. Prosedur yang diper- saan negatif, cemas, sedih, mudah tersen-
gunakan oleh para peneliti, yaitu mencoba tuh, nervous. Faktor Keterbukaan atas
menemukan unsur mendasar dari kepri- pengalaman (O) meliputi keterbukaan,
badian dengan menganalisis kata-kata kedalaman dan mental individual yang
dalam penyusunan aitem skala yang kompleks dan pengalaman hidup. Ekstra-
dipergunakan oleh subjek peneliti. Big Five versi (E) dan faktor Kesepakatan (A)
Personality memiliki reliabilitas dan validi- termasuk interpersonal bahwa seseorang
tas yang relatif stabil, hingga seseorang dapat bekerjasama dan bergaul dengan
menginjak dewasa (Pervin, Cervone, & orang lain. Terakhir adalah yang disebut
Oliver, 2012). dengan faktor Ketelitian (C), menyangkut
Pendekatan teori kepribadian sering tugas dan capaian serta kontrol yang
dipergunakan dalam rangka mencari solu- merupakan persyaratan sosial.
si mengenai kesulitan-kesulitan yang ber- Lima Faktor Kepribadian ini didesain
sifat personal. Contohnya adalah peneliti- untuk melihat karakter kepribadian
an Freud tentang introspeksi diri, peneliti- seseorang yang paling penting dalam
an Jung tentang kemampuan melakukan hidupnya. Hipotesis leksikal yang paling
visi dan ketertarikan terhadap pengala- mendasar adalah bahwa perbedaan indi-
man, Rogers meneliti dengan pendekatan vidu dalam transaksi manusia akan diko-
optimistik untuk menghadapi tantangan de sebagai terminologi tunggal atau semua
ke depan dan Erikson menemukan tentang dari bahasa di dunia (Goldberg, 1990).
identitas unik pada diri (Monte & Robert, Variasi dari perbedaan individu lebih pa-
2003). da suatu gabungan dari facet-facet tersebut.
Model perbedaan individu akan mu- Goldberg (Pervin, 2000) mengilustra-
dah ditunjukkan dengan beberapa level sikan arti dari faktor-faktor tersebut. Kepe-
yang disebut dengan “Lima Besar” dimen- kaan emosi yang merupakan bagian dari
si. Goldberg (Pervin, 2000) menyatakan Neuroticism (N) dengan sisi lain dari pera-
penemuan penelitiannya mengenai dimen- saan negatif termasuk kecemasan, sedih,
si bahwa “Besar” artinya ada beberapa mudah tersinggung, dan gugup. Faktor
sub-sub faktor yang lebih spesifik pada Keterbukaan atas pengalaman (O) digam-
sifat seseorang. “Lima Besar” hampir tidak barkan dengan keluasan, kedalaman dan
dapat dijangkau dan abstrak dalam hierar- kompleksitas dari mental individu dalam
ki kepribadian. Eysenck menyebut dengan pengalaman hidup. Faktor Ekstraversi (E)
“Faktor-faktor super”. Meskipun berbeda dan faktor Kesepakatan (A), kedua sifat
dalam terminologi untuk “Lima Besar“, tersebut lebih bersifat interpersonal, yang
faktor yang dimaksud, antara lain Neuro- berarti perbuatan seseorang dalam kaitan-
ticism (N) atau Neuroticism, Extraversion nya dengan orang lain. Faktor ketelitian
(E) atau Ekstraversi, Opennes to experience (C) telah dijelaskan di awal, lebih berkait-
(O) atau Keterbukaan atas pengalaman, an dengan tugas dan perilaku sebagai

120 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

tujuan akhir dan pengendalian diri sebagai Ketelitian (C) yang tinggi akan jarang
faktor sosial. melakukan absen dari pekerjaannya
dibanding dengan yang rendah tingkat
Pengaruh Big Five Personality terhadap ketelitiannya, sedangkan seseorang yang
Kinerja memiliki kemampuan Ekstraversi (E) ren-
dah, memiliki kecenderungan untuk kehi-
Penelitian Hogan (1996) menghasilkan
langan pekerjaan.
rangkaian yang lebih tinggi tingkatannya
yang menggambarkan kepribadian secara Berbeda dengan penelitian lain, pene-
unik sebagai instrumen yang terstandar, litian yang dilakukan oleh Barrick,
sehingga dapat memprediksi hubungan Piotrowski, dan Stewart, (2002) membuk-
dengan pendekatan kinerja dan beberapa tikan bahwa dari kelima Faktor Kepri-
kasus yang mengutamakan pada kemam- badian tersebut, hanya dua faktor yang
puan kognisi, khususnya dalam penelitian berhubungan signifikan dengan kinerja,
kepribadian yang berhubungan dengan yaitu Ketelitian (C) dan Ekstraversi (E).
model Lima Faktor Keribadian (Big Five Namun penelitian ini dilakukan pada level
Personality) yang sering disebut dengan manajer. Sementara itu penelitian yang
“Lima Besar”. dilakukan oleh Dunn, Mount, Barrick, dan
Ones (1995), daitemukan bahwa model
Barrick dan Mount (1991) meneliti
Lima Besar Kepribadian berisi kemajuan
tentang kaitan Lima Faktor Kepribadian
dalam memahami kepribadian dalam
dengan kinerja, dalam hal ini menggu-
kaitannya dengan kemungkinan kriteria
nakan korelasi terhadap Lima Faktor
pekerjaan. Manajer sebagai objek peneli-
Kepribadian sebagai prediktor dari kinerja
tian, bersama dengan supervisor melaku-
dan kecakapan dalam pelatihan pada lima
kan seleksi terhadap pelamar dengan
level pekerjaan. Hasilnya adalah faktor
enam tipe tugas. Hal ini dilakukan dalam
Ektraversi berpengaruh terhadap kinerja
rangka mengevaluasi potensi kinerja dan
untuk level pekerjaan manajer, faktor
integritas pelamar dari deskripsi kepri-
Kesepakatan berpengaruh terhadap kiner-
badian yang berbasis Lima Faktor Kepri-
ja untuk level pekerjaan manajer dan poli-
badian dan General Mental Ability (GMA).
si, sedangkan faktor Ketelitian berpenga-
ruh terhadap Kinerja untuk semua level
Pengembangan Kreativitas
pekerjaan, faktor Neuroticism berpengaruh
terhadap Kinerja polisi serta faktor Kreativitas sangat dibutuhkan untuk
Keterbukaan atas Pengalaman dan faktor mendukung pekerjaan atau tugas-tugas
Ekstraversi berpengaruh terhadap Kinerja tertentu, misalnya pekerjaan dibidang
untuk level pekerjaan kecakapan dalam iklan, pemasar, manajer, anggota dewan.
memberikan pelatihan. Kreativitas adalah suatu proses mental
Hasil penelitian lain menunjukkan yang melibatkan munculnya gagasan atau
bahwa tingkatan yang paling tinggi pada konsep baru, atau hubungan baru antara
faktor Ketelitian dan Stabilitas emosi, dia- gagasan dan konsep yang sudah ada.
sosiasikan dengan tingkatan yang tinggi Berdasarkan sudut pandang keilmuan
pada kinerja hubungannya dengan kelom- tersebut, hasil dari pemikiran kreatif
pok jabatan dan seluruh pengukuran (kadang disebut pemikiran divergen),
kinerja (Salgado, 1997). Pada penelitian biasanya dianggap memiliki keaslian dan
tersebut terdapat perbedaan bahwa ke- kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi
mungkinan setiap individu dengan tingkat

JURNAL PSIKOLOGI 121


WIDHIASTUTI

sehari-hari dari kreativitas adalah tindak- Wallace (2010) adalah salah satu tokoh
an membuat sesuatu yang baru. penemu teori tentang proses kreatif.
Dijelaskan dalam beberapa teori bah- Dalam bukunya “The Art of Thought”
wa kreativitas yang muncul disebabkan dijelaskan bahwa proses kreatif meliputi
seseorang harus berhadapan dengan empat tahap (1) Tahap Persiapan, yaitu
permasalahan. Semakin banyak permasa- seseorang mempersiapkan diri untuk
lahan yang dihadapi semakin tinggi memecahkan masalah dengan mengum-
tuntutan. Hal ini akan memunculkan ide- pulkan data/informasi, mempelajari pola
ide maupun kreativitas dalam penanganan berpikir dari orang lain, bertanya kepada
masalah maupun pencegahannya. Meka- orang lain, (2) Tahap Inkubasi, pada tahap
nisme pertahanan diri yang menghasilkan ini seseorang melakukan penghentian
pemikiran dan ide-ide baru tersebut meru- proses pengumpulan informasi, dalam arti
pakan produk kreatif seseorang, yang individu melepaskan diri untuk sementara
kadang disadari justru merupakan penye- masalah yang dialami. Ia tidak memikir-
bab utama munculnya kreativitas (Pervin, kan masalah tersebut secara sadar, tetapi
2012). “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar,
(3) Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan
Carl Jung (Pervin, 2012) mengemu-
tahap timbulnya “insight” atau “Aha
kakan bahwa peran dari ketidaksadaran
Erlebnis”, yaitu saat timbulnya inspirasi
pada ambang atas yang dialami seseorang
atau gagasan baru, dan (4) Tahap Verifi-
sangat berharga, khususnya berkaitan
kasi, tahap ini merupakan tahap pengujian
dengan kreativitas seseorang. Alam bawah
ide atau kreasi baru terhadap realitas.
sadar tersebut terbentuk di masa lalu.
Pada tahap ini diperlukan pemikiran kritis
Selama proses berlangsung, biasanya akan
dan konvergen, karena proses divergensi
muncul ide-ide, temuan-temuan, teori-
(pemikiran kreatif) harus diikuti proses
teori, juga karya-karya baru. Proses inilah
konvergensi (pemikiran kritis).
yang menyebabkan terbentuknya eksis-
tensi manusia dalam hal kreativitas. Menurut Sternberg (1999), kreativitas
seseorang muncul dari tiga atribut psiko-
Proses Kreatif logis yang umum kita jumpai, antara lain,
inteligensi atau gaya kognitif, kepribadian
Kreativitas seseorang selalu menjadi dan motivasi. Atribut psikologis tersebut
sorotan dalam berbagai sudut pandang, secara langsung akan membentuk dianta-
mengingat kreatif merupakan unsur uta- ranya adalah aspek dari Kreativitas, antara
ma seseorang melakukan suatu aksi. lain dalam bentuk (1) Aspek pribadi,
Dalam bidang apapun, kreativitas dapat aspek ini muncul dengan adanya interaksi
menentukan seseorang untuk melakukan yang dianggap unik dalam lingkungan-
suatu aksi yang bervariasi, sehingga nya. Berdasarkan lingkuang itulah, sese-
permasalahan yang dihadapi dapat terse- orang mengembangkan kreativitas. (2)
lesaikan dengan adanya kreativitas terse- Aspek pendorong, aspek ini muncul seba-
but. Di satu sisi, kreativitas harus mele- gai pendorong kreativitas untuk mewu-
wati suatu proses panjang dan pembela- judkan upaya mendorong sisi internal dan
jaran, sehingga walaupun melewati tahap- eksternal dari lingkungan, (3) Aspek
an tertentu yang relatif sama, jangkauan proses. Aspek ini merupakan aspek wujud
dan hasilnya akan berbeda satu dengan dari proses dan pengamatan adanya masa-
lain orang. lah, sehingga berdampak muncul dugaan

122 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

mengenai kurangnya data permasalahan, terhadap Kreativitas. (H4) Ada pengaruh


menilai serta menguji dugaan sementara positif Agreeableness terhadap Kreativitas.
atau hipotesis yang didapat, dan (4) Aspek (H5) Ada pengaruh positif Conscientious-
produk, aspek ini lebih menekankan pada ness terhadap Kreativitas, dan (H6) Ada
apa yang dihasilkan dari aspek proses di pengaruh positif Big Five Personality terha-
atas. Hal-hal yang menjadi hasil kreati- dap kreativitas yang berimplikasi terha-
vitas. Hasilnya antara lain sesuatu yang dap Kinerja Dewan.
baru, orisinil, dan bermakna.
Dengan adanya aspek kreativitas ter- Metode
sebut, para tokoh penemu teori kreativitas
menyimpulkan bahwa kreativitas yang Penelitian ini dilakukan dengan
dimiliki oleh setiap orang prinsipnya menggunakan metode penelitian kuanti-
adalah berpokok pada empat hal tersebut, tatif. Teknik analisis data menggunakan
yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, Regresi Linier dua tahap atau Two Stage
dan aspek produk. Namun dari sisi kua- Least Square (2SLS) dengan SPSS 19. Tahap
litas dan kuantitas akan berbeda satu de- pertama melakukan regresi faktor Big Five
ngan yang lain, tergantung kemampuan. Personality terhadap Kreativitas. Tahap
kedua melakukan regresi nilai prediksi
Dengan paparan teori tersebut, kaitan
regresi tahap pertama dengan Kinerja
masing-masing teori dapat disimpulkan
anggota DPRD, yang dapat dituliskan
dalam sebuah gambar kerangka penelitian
dalam model matematis sebagai berikut:
seperti pada Gambar 1.
Berdasarkan Kerangka Penelitian Tahap I
yang telah dibangun, dapat dihasilkan Y1 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +
enam hipotesis, yaitu (H1) Ada pengaruh β5 X5 + ε
positif Neuroticism terhadap Kreativitas.
(H2) Ada pengaruh positif Exstraversion Tahap II
terhadap Kreativitas.(H3) Ada pengaruh Y2 = α0 + α1 Y + ε
positif antara Openness to experience

H1
Neuroticism
H2
Extraversion

Openness to H3 H6 Kinerja Anggota


Kreativitas
Experience DPRD

H4
Agreeableness
H5
Conscientiousness

Gambar 1. Kerangka Penelitian

JURNAL PSIKOLOGI 123


WIDHIASTUTI

Keterangan: ide-ide, aksi-aksi, nilai-nilai, faktor Agree-


Y1 = Kreativitas ableness yang terdiri dari ketulusan, keper-
Y2 = Kinerja Dewan cayaan, mementingkan orang lain, rendah
Y = Nilai prediksi regresi tahap I hati, sebagai tempat berlabuh, pemaaf, dan
β0 = Konstanta faktor Conscientiousness yang terdiri dari
β1-5 = Koefisien regresi facet memiliki disiplin diri, penurut, memi-
X1 = Neuroticism, liki kemampun mengatur, penuh pertim-
X2 = Extraversion bangan, berjuang untuk sampai ke tujuan.
X3 = Openness to Experience Di sisi lain, kreativitas merupakan
X4 = Agreeableness, kemampuan individu untuk menciptakan
X5 = Conscientiousness, sesuatu yang baru. Biasanya seorang yang
 = Error kreatif memiliki sifat yang mandiri. Kreati-
vitas anggota Dewan diungkap meng-
Penelitian ini menganalisis variabel- gunakan skala sesuai aspek kreativitas
variabel Big Five Personality, Kreativitas, (Sternberg, 1999) yaitu (1) pribadi, meru-
dan Kinerja. Sedangkan alat ukur yang pakan interaksi yang dianggap unik dari
dipergunakan untuk mengumpulkan data lingkungan,(2) pendorong, dalam hal ini
penelitian adalah skala yang diukur mendorong sistem yang ada di internal
dengan skala semantik 10 poin dimana dan eksternal lingkungan, (3) proses, seba-
poin 1 untuk penilian sangat jelek sekali gai wujud pengamatan seseorang terha-
sampai dengan poin 10 untuk penilaian dap permasalahan, dan (4) produk, meru-
sangat baik sekali (Ferdinand, 2011). pakan hasil dari proses di atas.
Kinerja anggota Dewan, diungkap Subjek penelitian sebanyak 36 orang,
dengan menggunakan skala kinerja yang jumlah anggota Dewan Kota ’S’ sebanyak
terdiri dari aspek presensi kehadiran, 50 orang, walaupun jumlah subjek terba-
pelayanan masyarakat dan capaian target tas, Ferdinand (2011) berpendapat bahwa
(termasuk Perda yang telah dihasilkan dan sampel penelitian sebaiknya lebih besar
anggota dewan siapa saja yang terlibat). dari 30 dan kurang dari 500. Jumlah
Aspek kinerja didapat dari teori Staw tersebut sudah memadai bagi suatu pene-
(1991) dan Simamora (2005) yang disesuai- litian. Skala dibagikan ke seluruh anggota
kan dengan karakteristik kreativitas peker- DPRD Kota ’S’ dalam empat gelombang
jaan anggota Dewan. Sedangkan skala sesuai dengan agenda atau jadwal Sidang
untuk mengungkap kepribadian yang Komisi pada bulan September dan
terkait variabel Big Five Personality adalah Oktober 2013 namun hanya 36 orang
sesuai dengan teori Goldberg (Pervin, (72%) yang mengembalikan skala peneli-
2000), yaitu faktor Neuroticism yang terdiri tian.
dari faset cemas, ketelitian diri, depresi, Uji Validitas dilakukan dengan mem-
cepat tersinggung, perasa, mudah marah, bandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel.
faktor Extraversion yang terdiri dari facet Uji normalitas data penelitian tahap
dapat berbaur dalam kelompok, suka pertama dan tahap kedua menggunakan
beraktivitas, memiliki pertahanan, senang uji one sample Kolmogrorov-Smirnov.
berekplorasi, memiliki emosi stabil, memi- Sedangkan uji reliabilitas menggunakan
liki kehangatan, faktor Openness to Cronbach Alpha (Nunuly dalam Ghozali,
Experience yang terdiri dari facet senang 2011). Pengujian heteroskedastisitas dilaku-
berkhayal, keindahan, memiliki perasaan, kan dengan melihat scatterplot antara

124 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

Standardized Predicted Value (ZPRED) dardized Predicted Value (ZPRED) dengan


dengan Studentized Residual (SRESID), dan Studentized Residual (SRESID). Ada tidak-
uji multikolinearitas. nya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi dan
Hasil
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y
Teknik analisis Big Five Personality sesungguhnya). Jika ada pola tertentu,
sebagai prediktor kreativitas dalam seperti titik-titik yang ada membentuk
meningkatkan kinerja anggota Dewan suatu pola tertentu yang teratur (berge-
dengan menggunakan analisis regresi lombang, melebar kemudian menyempit),
linier dua tahap atau Two Stage Least maka terjadi Heteroskedastisitas dan juga
Square (2SLS) dengan bantuan software sebaliknya (Ghozali, 2011). Hasil pengu-
SPSS versi 19. Perlu dijelaskan bahwa data jian heteroskedastisitas dengan scatterplot
yang dipergunakan dalam analisis statistik yang ditunjukkan pada Gambar 2 dapat
penelitian ini adalah skor murni (t-score) diketahui bahwa titik-titik tidak memben-
yang merupakan hasil konversi dari raw tuk pola yang jelas, dan titik-titik menye-
score. Hal ini bertujuan untuk memper- bar di atas dan di bawah angka 0 pada
mudah membandingkan antara skor hasil sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa
yang didapat dari pengukuran variabel- tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
variabel yang diteliti serta dalam rangka dalam model penelitian ini, seperti pada
menghindari kesalahan pengukuran. Gambar 2.
Sebelum menganalisis data terlebih Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan
dahulu dilakukan uji validitas yang dila- bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0,10
kukan dengan membandingkan nilai r- dan nilai VIF<10 untuk semua variabel
hitung dengan r-tabel. Variabel Big Five independen yang digunakan. Hal ini
Personality, Kreativitas dan kinerja membe- mengindikasikan bahwa penelitian ini
rikan nilai r-hitung antara 0,279 – 0,8 lebih terbebas dari masalah multikolinearitas.
besar dari r-tabel (n=36 dan taraf nyata 5%) Sementara itu uji multikolinearitas pene-
sebesar 0,275 sehingga skor aitem pada litian tahap kedua tidak perlu dilakukan,
penelitian ini dinyatakan valid. Sementara karena regresi linier hanya terdapat satu
itu uji reliabiltas terhadap variabel yang variabel independen dan satu variabel
digunakan dalam penelitian ini memberi- dependen. Rangkuman hasil analisis
kan nilai Cronbach Alpha antara 0,74-0,87 regresi tahap pertama dan tahap kedua
yang lebih besar dari 0,6 sehingga data dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
dinyatakan reliabel (Nunuly dalam Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, da-
Ghozali, 2011). pat dituliskan persamaan regresinya
Uji normalitas data penelitian tahap sebagai berikut:
pertama dan tahap kedua menggunakan
Kreativitas = -8,05 + 0,059 Neuroticism +
uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
dengan hasil regresi tahap I menghasilkan 0,229 Extraversion +
nilai asymp. Sig.0,630 dan regresi tahap II 0,023 Openness to Experience +
nilai asymp. Sig. 0,360 lebih tinggi dari α 0,371 Agreeableness +
=0,05 sehingga data berdistribusi normal. 0,382 Conscientiousness
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat Scatterplot antara Stan-

JURNAL PSIKOLOGI 125


WIDHIASTUTI

Uji Hetero Regresi Tahap I Uji Hetero Regresi Tahap II

Sumber: data primer diolah, 2014

Gambar 2. Hasil Uji Hetero Regresi Tahap I & II

Tabel 1.
Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
No Variabel Bebas Keterangan
Tolerance VIF
1 Neuroticism .292 3.428 Bebas Multikol
2 Extraversion .632 1.582 Bebas Multikol
3 Open to Experience .323 3.093 Bebas Multikol
4 Agreeableness .438 2.281 Bebas Multikol
5 Conscientiousness .429 2.331 Bebas Multikol

Sumber: data primer diolah, 2014

Tabel 2
Regresi Tahap I
Standardized
Unstandardized Coefficients
Variabel Independen Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -8.050 9.631 -.836 .410
Neuroticism .059 .161 dan.063 .364 .718
Extraversion .229 .098 .273 2.340 .026
Open to Experience .023 .149 .025 .154 .879
Agreeableness .371 .134 .387 2.760 .010
Conscientiousness .382 .170 .317 2.241 .033
a. Dependen Variabel: Kreatifitas

126 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

Persamaan regresi yang dipaparkan di Variabel Openness to experience dapat


atas, di dapat hasil bahwa faktor Conscien- dilihat nilai t hitung sebesar 0,154 (positif)
tiousness (38,2%) merupakan faktor yang dengan nilai signifikansi 0,879 lebih besar
lebih berpengaruh terhadap kreativitas, dibanding tingkat signifikansi yang digu-
selanjutnya faktor Agreeableness (37,1%) nakan α=0,05 (Tabel 2). Hal ini menun-
pada urutan pengaruh yang ke dua terha- jukkan bahwa faktor Openness to Experience
dap kreativitas, dan yang ke tiga adalah tidak berpengaruh signifikan terhadap
faktor Extraversion (22,9%). Sedangkan fak- kreativitas.
tor Neuroticism (5,9%) dan faktor Openness Variabel Agreeableness dapat dilihat
to Experience (23%) berdasarkan analisis nilai t hitung sebesar 2,760 (positif) dengan
statistik hasilnya tidak berpengaruh. nilai signifikansi 0,010 lebih kecil diban-
Dengan demikian, pada penelitian ini ding tingkat signifikansi yang digunakan
seluruh aitem variabel Big Five Personality α=0,05 (Tabel 2). Hal ini membuktikan
memberikan tanda yang positif. bahwa faktor Agreeableness berpengaruh
Hasil analisis data Neuroticism mem- signifikan terhadap kreativitas. Dengan
berikan nilai t hitung sebesar 0,364 (positif) demikian hipotesis keempat yang menya-
dengan nilai signifikansi 0,718 lebih besar takan ada pengaruh positif dan signifikan
dibanding tingkat signifikansi yang digu- antara Agreeableness dengan Kreativitas
nakan α=0,05 (Tabel 2). Hal ini menunjuk- adalah diterima.
kan bahwa faktor Neuroticism tidak berpe- Variabel Conscientiousness dapat dili-
ngaruh signifikan terhadap kreativitas. hat nilai t hitung sebesar 2,241 (positif) de-
Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ngan nilai signifikansi 0,033 lebih kecil
yang menyatakan ada pengaruh positif dibanding tingkat signifikansi yang digu-
dan signifikan antara Neuroticism dengan nakan α=0,05 (Tabel 2). Hal ini membukti-
kreativitas adalah ditolak. kan bahwa faktor Conscientiousness berpe-
Variabel Exstraversion memberikan ngaruh signifikan terhadap kreativitas.
nilai t hitung sebesar 2,340 (positif) dengan Dengan demikian hipotesis keempat yang
nilai signifikansi 0,026 lebih kecil diban- menyatakan ada pengaruh positif dan
ding tingkat signifikansi yang digunakan signifikan antara Conscientiousness dengan
α=0,05 (Tabel 2). Hal ini membuktikan Kreativitas adalah diterima.
bahwa faktor Extraversion berpengaruh Untuk menguji hipotesis ke enam
signifikan terhadap kreativitas. Dengan (H6) yang menyatakan bahwa variabel Big
demikian hipotesis kedua yang menyata- Five Personality berpengaruh terhadap
kan ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas berimplikasi terhadap kinerja
antara extraversion dengan Kreativitas dewan dilakukan dengan regresi tahap
adalah diterima. kedua (lihat Tabel 3).

Tabel 3
Regresi Tahap II
Standardized
Unstandardized Coefficients
Variabel Bebas Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 1.412 6.668 .212 .834
Predicted Value Kreativitas .216 .089 .385 2.431 .020
a. Dependent Variable: Kinerja Dewan

JURNAL PSIKOLOGI 127


WIDHIASTUTI

Dengan demikian, hasil analisis terse- vitas mampu menjelaskan variabel kinerja
but dapat dimasukkan dalam persamaan Dewan.
sebagai berikut:
Tabel 5
Kinerja Dewan =1,412 + 0,216 Kreativitas Uji Koefisein Determinasi Regresi Tahap II

Persamaan regresi linier diatas R Adjusted Std. Error of


Model R
Square R Square the Estimate
menunjukan bahwa variabel kreativitas
1 .385a .148 .123 5.94982
memberikan nilai yang positif yang dapat
a. Predictors: (Constant), Predicted Value
diartikan seseorang yang memiliki kecen- Kreativitas
derungan Big Five Personality, maka akan b. Dependent Variable: KinerjaDewan
semakin meningkatkan kreativitas yang
berimplikasi terhadap kinerja anggota
Diskusi
Dewan.
Variabel kreativitas memberikan nilai Hasil pengujian hipotesis menghasil-
t hitung sebesar 2,431 (positif) dengan nilai kan analisis bahwa seluruh aitem variabel
signifikansi 0,020 lebih kecil dibanding Big Five Personality memberikan tanda
tingkat signifikansi yang digunakan α= yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa
0,05 (Tabel 3). Hal ini membuktikan bah- semakin seseorang memiliki kecenderung-
wa kreativitas berpengaruh signifikan an yang terdapat pada kepribadian Big
terhadap kinerja anggota Dewan. Dengan Five Personality yang terdiri dari Neurotic-
demikian Hipotesis keenam yang menya- ism, Extraversion, Openness to experience,
takan bahwa ada pengaruh positif dan Agreeableness, dan Conscientiousness, maka
signifikan antara Big Five Personality terha- ia akan memiliki kreativitas yang tinggi
dap kreativitas yang berimplikasi terha- yang memberi dampak pada kinerja yang
dap Kinerja Dewan adalah diterima. lebih tinggi atau lebih baik. Hal ini senada
dengan penelitian Askarian, (2013)tentang
Uji koefisien determinasi (R2) keterkaitan antara kepribadian Big Five
Personality dengan kinerja. Hasil penelitian
Tabel 4
Askarian menemukan bahwa keempat
Uji Koefisein Determinasi Regresi Tahap I
faktor Big Five Personality berpengaruh
R Adjusted Std. Error of terhadap kinerja kecuali Neuroticism yang
Model R
Square R Square the Estimate
bertanda negatif.
1 .861a .741 .698 7.22011
Faktor Neuroticism dalam penelitian
Nilai koefisien determinasi dalam re- ini tidak berpengaruh dengan kreativitas.
gresi linear berganda pada tahap pertama Sehingga apabila para anggota dewan
ditunjukkan dengan adjusted R2 sebesar memiliki stabilitas emosi baik, dapat
0,698 yang artinya 69,8% variabel Big Five dengan mudah muncul kreativitas untuk
Personality yang terdiri dari faktor Neuro- mengatasi permasalahan-permasalahan
ticism, Extraversion, Openness to Experience, yang ada. Hal ini sesuai dengan teori
Agreeableness, dan Conscientiousness mam- Pervin (2012) bahwa kreativitas dipenga-
pu menjelaskan variasi dari Kreativitas. ruhi oleh kesadaran dan ketidaksadaran
Sedangkan pada Tabel 5 yang berisi hasil seseorang. Dalam kondisi sadar, seseorang
uji koefisein determinasi regresi tahap dengan jernih akan menuangkan kreativi-
kedua menunjukkan adjusted R2 sebesar tasnya. Namun sebaliknya, apabila seseo-
0,123 yang artinya 12,3% variabel kreati- rang dalam kondisi emosi, maka ketidak-

128 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

sadaran menjadi penghambat kreativitas. menjalani tugas merupakan aspek kepri-


Sehingga apabila dikaitkan dengan tugas badian. Dengan demikian, sebaiknya para
para anggota Dewan, maka kepribadian anggota Dewan memiliki kecenderungan
Neuroticism tidak dapat mendukung kepribadian Agreeableness yang baik,
kreativitas. sehingga anggota Dewan dapat dengan
Hasil uji analisis terhadap Extraversion tulus ikut serta memecahkan masalah-
dengan Kreativitas adalah diterima. Hasil masalah yang muncul di masyarakat,
ini sesuai dengan teori Goldberg (Pervin, begitu juga dengan Conscientiousness.
2000) dan Costa dan McCrae (1992), bah- Conscientiousness berpengaruh terha-
wa Extraversion melalui facet ini sesuai dap kreativitas. Dengan demikian Con-
dengan indikator dari tugas anggota de- scientiousness memberi dampak yang
wan, bahwa kreativitas dibutuhkan agar sangat berarti bagi kreativitas. Apabila
memiliki kontrol terhadap emosi, supaya dikaitkan dengan hasil pemikiran teoritis
dapat memberi layanan kepada msyarakat dari Wallace (2010) bahwa kreativitas
luas, dan memiliki visi misi yang sama muncul dengan melalui tahapan proses,
dengan dan kompak dengan kelompok yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan
komisi maupun partai yang mengusung- verifikasi, sesuai dengan facet yang ada
nya. pada faktor Conscientiousness yaitu facet
Openness to Experience atau keterbu- “berjuang untuk sampai ke tujuan”. Ko-
kaan atas pengalaman, sesuai analisis data mitmen untuk mencapai tujuan menjadi
statistik tidak berpengaruh terhadap krea- pendorong untuk melakukan kreativitas.
tivitas, walau dalam facet diantaranya Intelektual menjadi salah satu facet yang
terdapat dorongan ide-ide, nilai-nilai. Na- optimum akan menjadikan kreativitas
mun satu hal yang kemungkinan adanya seseorang semakin meningkat, karena
facet senang berkhayal dan menyukai proses tersebut dapat dilalui dengan baik.
dengan hal-hal yang indah, sehingga facet Berkaitan dengan intelektual, Jauk dkk.
ini bertentangan dengan indikator kreati- (2013) dalam temuan penelitiannya, inte-
vitas anggota Dewan. Hasil penelitian ligensi yang tinggi akan mempresentasi-
Parvin (2000) disampaikan bahwa Open- kan kondisi kreativitas yang tinggi pula.
ness to Experience mempengaruhi kinerja Walaupun inteligensi di sini menguji
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. indikator potensi yang berbeda, namun
peningkatan hanya pada potensi kreativi-
Hasil analisis terhadap Agreeableness
tas bukan pada sumber peningkatannya.
atau kesepakatan berpengaruh terhadap
kreativitas. Hasil penelitian ini dikuatkan Uji analisis pada tahap satu, Big Five
dengan penelitian Berry dkk. (2007) bahwa Personality berpengaruh terhadap kinerja,
unsur interpersonal individu termasuk namun pengaruh kepribadian secara lang-
kepribadian, berhubungan dengan peker- sung tidak terhadap kinerja, akan tetapi
jaan dan organisasi tempat individu be- melalui variabel kreativitas. Tidak semua
kerja. Kreativitas menjadi salah satu syarat unsur Big Five Personality berpengaruh ter-
keberhasilan kerja. Walaupun Berry dkk. hadap kreativitas, diantaranya Neuroticism
(2007) tidak membahas secara khusus dan Openness to Experience. Hal ini berbeda
tentang Big Five Personality, namun secara dengan penelitian Buchanan dkk. (1998)
umum unsur yang terpecah dalam facet bahwa kelekatan kelompok kerja terkait
Agreeableness antara lain dengan tulus dengan kepribadian antar anggota kelom-
melayani, ikhlas, dan dengan ikhlas pok mempengaruhi kreativitas kelompok,

JURNAL PSIKOLOGI 129


WIDHIASTUTI

khususnya Openness to Experience dan Sedangkan terkait analisis tahap ke dua


Conscientiousness. Sedangkan Extraversion menggambarkan pengaruh kreativitas
pada urutan berikutnya yang memengaru- tidak begitu kuat untuk meningkatkan
hi kreativitas. Dengan demikian, berhasil kinerja melalui deteksi kepribadian.
tidaknya anggota Dewan menyelesaikan Dengan demikian, tuntutan terapan
suatu permasalahan dalam pekerjaan de- kreativitas terkait ide-ide, dan strategi
ngan menggunakan kreativitas, dipenga- capaian tujuan masing-masing komisi di
ruhi oleh kepribadian, khususnya Extra- DPRD dan partai yang mengusungnya,
version, Agreeableness, dan Conscientious- berdampak pada Kreativitas yang bera-
ness. gam antar anggota Dewan dalam peme-
Satu hal penemuan dalam penelitian cahan masalah. Hasil capaian kinerja
kali ini adalah bahwa kepribadian khu- anggota Dewan yang terdiri dari presensi
susnya Big Five Personality berimplikasi kehadiran, layanan masyarakat, dan
terhadap kinerja, dengan memperhatikan capaian target kinerja, secara langsung
pengaruh Kreativitas para anggota juga menggambarkan adanya pengaruh
Dewan. Diskusi yang dapat disampaikan kreativitas.
terkait hasil analisis tahap ke dua, bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti-
Kesimpulan
an Barrick, Piotrowski, dan Stewart (2002)
yang membuktikan bahwa kepribadian Berdasarkan temuan penelitian, maka
akan berhubungan dengan kinerja khusus- dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
nya pekerjaan atau tugas-tugas yang ber- Ada pengaruh BigFive Personality terhadap
kaitan dengan kognisi. Barrick juga kreativitas. Secara parsial Neuroticism dan
mengemukakan, bahwa faktor Extraversion Openness to Experience tidak berpengaruh
dan Conscientiousness lebih menggambar- terhadap kreativitas. Sehingga apabila
kan hasil apabila dikaitkan dengan Kiner- hasil penelitian ini diterapkan pada
ja. Namun berbeda dengan penelitian kehidupan keseharian para anggota
Salgado (1996) yang mengemukakan bah- Dewan Kota ’S’, tidak semua unsur kepri-
wa Neuroticism juga dapat mempengaruhi badian Big Five Personality anggota DPRD
Kinerja, walau kecil hasilnya. Hal ini dapat Kota ’S’ berpengaruh terhadap kinerja.
dimengerti, karena sedikit banyak dalam Extraversion, Agreeableness, dan Conscien-
menyelesaikan suatu pekerjaan dipenga- tiousness berpengaruh secara signifikan
ruhi oleh stabilitas emosi individu. Secara terhadap kreativitas, yang artinya anggota
keseluruhan dari faktor Big Five Personality DPRD yang memiliki kecenderungan
tersebut, mempengaruhi Kinerja (Hogan, kepribadian Extraversion, Agreeableness,
1996). Apabila diterapkan pada penelitian dan Conscientiousness yang baik akan
ini, yaitu penelitian dengan melihat pe- dapat meningkatkan kreativitas, (2) Ada
ngaruh Big Five Personality terhadap pengaruh masing-masing faktor dalam Big
kreativitas implikasinya terhadap Kinerja Five Personality yaitu faktor Neuroticism,
juga terbukti. Hasil analisis pengaruh Big Extraversion, Opennessto Experience, Agree-
Five Personality terhadap kreativitas dapat ableness, dan Conscientiousness terhadap
dijelaskan bahwa unsur kepribadian me- Kreativitas yang berimplikasi terhadap
miliki bukti yang cukup kuat sebagai kinerja anggota Dewan.
pencetus kreativitas anggota Dewan.

130 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

Saran temporary Research in Business, 5(8).


Diunduh dari: Ijcrb.wels.com.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
maka disarankan sebaiknya para anggota Baron, A. R., & Jerald, G. (2000). Behaviorin
DPRD Kota ’S’ selalu mengasah keteram- Organization: Understanding & Mana-
pilan dan kreativitasnya, sehingga dapat ging The Human Side of Work, Prentice
lebih meningkatkan Kinerjanya. Selain itu Hall International Inc. Canada.
pada dasarnya para anggota DPRD Kota Barrick, M. R., & Mount, M. K. (1991).“The
’S’ sudah memperlihatkan kemampuan Big Five Personality Dimensionsand
yang optimal sesuai dengan kepribadian Job Performance: A Meta-Analysis”.
Big Five Personality yang terdiri dari faktor Personal Psychology Journal, 44, 1-26.
Neuroticism, Extraversion, Openness to
Barrick, M. R., Piotrowski, M., & Stewart,
Experience, Agreeableness, dan Conscientious-
C. L. (2002). “Personality and Job
ness. Akan tetapi perlu dilakukan tes
Performance: Test of The Mediating
psikologi agar dapat dideteksi calon legis-
Effect of Motivation Among Sales
latif yang memiliki kemampuan yang
Representatives”, Journal of Applied
yang diharapkan akan mendukung krea-
Psychology, 87(1), 43-51.
tivitas, Sehingga untuk meningkatkan
Kinerja khususnya anggota DPRD Kota Berry, C.M., Ones,D.S., & Sackett, P.R.
’S’, didapat calon anggota Dewan yang (2007). ”Interpersonal Deviance, Orga-
berkomitmen untuk melayani masyarakat nizational Deviance, and Their
sehingga ke depan tidak banyak anggota Common Corelates “:A Review an
dewan yang meninggalkan Sidang Pari- Meta Analysis. Journal of Applied
purna, maupun aktivitas lain yang Psychology, 92,411-424.
berkaitan dengan tugas anggota Dewan. Bramantyo. (2013). Selewengkan Anggaran,
18 Anggota DPRD Sragen Harus
Diperiksa, Diunduh dari: http://jogja.
Kepustakaan
okezone.com/read/2013/12/05/513/908
Amelia. (2013). Anggota DPRD Wonosobo 046/selewengkan-anggaran-18-
Terima Uang Proyek Dari Korban anggota-dprd-sragen-harus-
Penyekapan di Wonosobo.http://news. diperiksa/large.
detik.com/read/2013/10/25/185341/239 Buchanan, L.B., & Roseanne, J., (1998). The
5927/10/anggota-dprd-wonosobo- Impact of Big Five personality Charac-
terima-uang-proyek-dari-korban- teristics on Group Cohesion an Creative-
penyekapan-di-bekasi?r771108bcj. task Performance.Desertation of Philo-
Ardian, A. (2014). DPRD Bombana Hasil- sophy in Psychology. Blacksburg.
kan Sembilan Perda Selama 2013. Virginia.
Diunduh dari: http://www. Dessler, G. (1992). Manajemen Perso-
ciputranews.com/politik/dprd- nalia, Diterjemahkan oleh: Agus
bombana-hasilkan-sembilan-perda- Dharma. Edisi ketiga. Erlangga.
selama-2013. Jakarta.
Dunnette, M. D., & Hough, L. M. (1998).
Askarian, N. (2013). “The Relationship Bet-
Handbook of Industrial and Organiza-
ween Personality Traits and Job
tional Psychology; Consulting Psycho-
Performance” (Case Study: Employees
logists Press. Inc. Palo Alto. California.
of The Ministry of Education of
Kerman. Interdiciplinary Journal of Con- Dunn, W. S., Mount, M. K., Barrick, M. R.,

JURNAL PSIKOLOGI 131


WIDHIASTUTI

& Ones, D. S. (1995). “Relative Impor- book of Personality: Theory & Research.
tanceof Personality and General (pp 66-100). Guilford Press. New
Mental Ability in Manager ’Judgments York.
of Applicant Qualifications”, Journal of Jauk,E., Mathios ,B.,Beate,D., and Aljoscha,
Applied Psychology, 4, 500-509. C.N.”, The relationship between
Ferdinand, A. (2011) Metode Penelitian Intelligence and Creativity; New
Manajemen. Badan Penerbit Univer- Support for The Tresshold Hypothesis
sitas Diponegoro Semarang. by Means ofEmpirical Breakpoint
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multi- Detection. Journal of Intelligence. July
variate Dengan Program IBM SPSS 19. 2013. 41(4):pp. 212-221.
Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Komaki, J. L., Coobs, T., Redding, T. P., &
Gatewood, R. D., Field, H. S., & Barrick, M. Schepman, S. (2000).“A Rich and
(2011). Human Resource Selection 7th Ed. Rigorous Examination of Applied
South-Western. Cengage Learning. Behavior Analysis Research in The
USA. World of Work”. International Review
of Industrial and Organizational Psycho-
Goldberg, L. R. (1990). “An Alternative
logy, 15, 265-367.
Description of Personality: The Big
Five Factor Structure”, Journal of Kreitner, R., & Angelo, K. (2001). Orga-
Personality and Social Psychology, 59, nizational Behavior. McGraw-Hill Com-
1216-1229. panies. North America.

Greer, C. R. (1995). Strategy and Human Lazarus, A. (2004). Reality Check: Is Your
Resources, A General Managerial, Behavior Aligned With Organizational
Perspective. Prentice-Hall. Inc. New Goal”. Diunduh dari: http://www.
York. findarticles.com/p/articles.

Hakim, A. R., & Lataruva, E. (2011). Lucius. (2013). Rapor Kinerja DPR Periode
“Pengaruh kepribadian, Sikap, dan 2013 “Jeblok”. Republika.Co.Id. Diun-
kepemimpinan terhadap Kinerja duh dari: http://www.republika.co.id/
kreatif Dalam Organisasi”; Studi pada berita/nasional/umum/13/11/20/mwjjy
Organisasi kreatif di kota Semarang. r-rapor-kinerja-dpr-periode-2013-
Diunduh dari: http://eprints.undip. jeblok.
ac.id/28073/1/Jurnal.pdf. Media DPRD Kota Semarang. Edisi 01.
Hogan, R., HoganJ., & Robert, B.W. (1996). (2013). Semarang
Personality Measurement & Employment _______ .Edisi 02. (2013). Semarang
Decision: Quest on and Answers. _______ . Edisi 03. (2013). Semarang
American Psychologist, 51(5), pp.467-
_______ . Edisi 04. (2013). Semarang
477.
Pervin. L. A., & Oliver P. J. (2000).
Ivancevic, J. M. (2001). Human Resource
Personality Theory & Research.
Management, McGraw-HillCompanies,
8thedition. John Wiley & Sons Inc.
New York.
New York. p 256-271.
John, O. P. (1990). “The Big Five Factor
Pervin, L. A., Cervone, D., & Oliver, P. J.
Taxonomy: Dimension of Personality
(2012). Psikologi kepribadian: Teori dan
in The Natural Language & in Ques-
Penelitian (edisi ke-9). Kencana
tionaires”. in L. Pervin (Ed.). Hand-
Prenada Media Group. Jakarta.

132 JURNAL PSIKOLOGI


BIG FIVE PERSONALITY, PREDIKTOR KREATIVITAS, KINERJA

Ruky, A. (2002). Sistem Manajemen Kinerja. Strenberg, R. J., & Lubart T. I. (1999).
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Handbook of Creativity. UK: Cambridge
Saut, P.D. (2014). Penilaian Kinerja DPR University Press.
Versi Formappi: Mayoritas Rapornya Supriadi. (2013). “Studi tentang Kinerja
Sangat Buruk. DetikNews. Diunduh Pegawai Puskesmas kecamatan Sesa-
dari: yap Hilir Kabupaten Tana Tidung”. E
http://news.detik.com/read/2014/04/03 Jurnal Pemerintah Integratif, 1(3), 304-
/130750/2544326/10/penilaian-kinerja- 318. ISSN 2337-8670.
dpr-versi-formappi-mayoritas- ejournal.pin.or.id@Copyright. 2013.
rapornya-sangat-buruk Sugiyanto. (2008). Pengaruh Kepribadian,
Sharpley, D. (1998). Personality Profiles, and Kemampuan dan Motivasi Terhadap
The Dynamicsof High Performance. Kinerja. Diunduh dari: http://jurnal.
Diunduh dari: http://www.david. utm.ac.id/index.php/ipi/article/view/15
co.uk/Pagefiles/pp%2022%20. pdf 8/156.
Salgado, J. F. (1997). “The Five Factor Sugiyono. (2003). Statistika Untuk peneliti-
Model of Personality and Job Perfor- an. Penerbit: CV. Alfa Beta. Bandung.
mance In The European Community”, Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indo-
Journal of Applied Psychology, 82(1), 30- nesia (Formappi). (2014). Penelitian:
43. “83 Persen Anggota DPR Berkinerja
Simamora, H. (2005). Manajemen Sumber Buruk”. Tempo.Co. Diunduh dari:
Daya Manusia. STIE YKPN. Yogya- http://pemilu.tempo.co/read/news/201
karta. 4/04/03/269567571/Penelitian-83-
Sonnentag, S. (2000). Expertise At Work: Persen-Anggota-DPR-Berkinerja-
Experienceand Excellent Performance. Buruk.
International Review of Industrial and Wallace, A. R. ( 2010). The Art of Thought.
Organizational Psychology, 15, 223-264. LIPI Press. Jakarta.
Staw, B. M. (1991). Psychologycal Demension Yoo, T. Y. ( 2002). A Meta-Analysis of The
of Organizational Behavior. Colliner Big Five and Performance in Korea,
Macmillan Canada Inc. New York. Department of Psychology. Michigan
State University. Michigan.

JURNAL PSIKOLOGI 133

Anda mungkin juga menyukai