Anda di halaman 1dari 8

Farmakologi - Anastesi (Materi Kebidanan dan

Umum)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi,
kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia
kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus
Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus,
ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah
nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas
nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan
kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya
sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-
oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil
dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi
pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali
menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika
Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William
H. Hart beberapa tahun yang lalu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Apa saja macam-macam anastesi?
3. Apa efek samping dari pemberian anastesi?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dari anastesi?
5. Berapa dosis yang diberikan ?

C. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan anastesi.
2. Kita dapat mengetahui macam-macam dari anastesi.
3. Agar kita dapat mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari anastesi.
4. Agar kita dapat mengetahui berapa dosis yang diberikan
5. Kita dapat mengetahui efek samping dari anastesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anastesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an yaitu "tidak, tanpa" dan aesthētos yaitu "persepsi,
kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846..
Sejarah Anestesi
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia
kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus
Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus,
ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah
nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas
nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan
kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia
lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia
sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran
gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk
memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia
menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam
membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara
menghilangkan rasa sakit.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil
dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi
pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali
menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika
Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William
H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah
terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah
digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia. Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan
Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda,
seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun
1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di
setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-
pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar
kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
B. Macam-Macam Anastesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik
adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri,
tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
• Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934).
• Benzodiazepine Intravena
• Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
• Etomidate (suatu derifat imidazole)
• Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)
• Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
• Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
• Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil,
meperidine
• Neurosteroid
Beberapa tipe anestesi adalah:
1. Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah
tubuh).
3. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif
pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Anastesi Umum
Anastesi umum, adalah jenis anastesi (obatnya yang menyebabkan hilangnya sensasi). Hal ini digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur pembedahan. Anastesi umum benar-benar membuat
kehilangan kesadaran sehingga opersai dapat dilakukan tanpa menyebabkan rasa sakit atau tertekan.
Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh
dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Pembiusan
lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh
manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan
dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan
operasi.
Macam-macam Anestesi Lokal
a. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat
syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
b. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan
efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan
jaringan belum begitu kompak.
c. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Syarat Obat Anestesi Lokal
a. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
b. Batas keamanan harus lebar.
c. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa.
d. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama.
e. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.

C. Rangkaian Kagiatan Anastesi


. Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi
selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi
perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
a) Mempertahankan jalan napas.
b) Memberi napas bantu.
c) Membantu kompresi jantung bila berhenti.
d) Membantu peredaran darah.
e) Mempertahankan kerja otak pasien.
Mekanisme Anestesi Lokal
1. Anastesi Lokal mencegah timbulnya konduksi impuls saraf.
2. Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
3. Anastesi Lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi ion Na & K dalam keadaan istirahat.
4. Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekule \

D. Efek Samping Anestesi


Meski demikian, sampai dengan tahun 1950, efek samping berbahaya dari anestesi banyak ditemui,
misalnya saja gangguan irama jantung, gangguan pernapasan, tekanan darah rendah, mual, dan
muntah.
Teknik anestesi modern memungkinkan para pasien bisa melakukan dioperasi dengan aman dan efek
samping yang minimal. Seiring perkembangan pengetahuan, anestesi kini juga semakin efektif, bekerja
cepat dan bisa dihentikan. Dokter juga bisa memilih anestesi lokal atau total. Namun, terkadang masih
sering didengar cerita mengenai orang yang dibius total bisa mengingat apa yang terjadi di ruang operasi
atau percakapan para dokter di ruang operasi. Beberapa juga mengaku bertemu dengan keluarganya
yang sudah almarhum ketika mereka dalam kondisi tidak sadar. Misteri ini sampai sekarang belum
dimengerti penyebabnya.
Riset yang dilakukan National Insitute of Health mengidentifikasi beberapa komponen yang sering dipakai
dalam anetesi, yakni zat penenang, penghilang sakit, penghilang ingatan (amnesia), ketidaksadaran,
serta zat penghilang gerakan.
Kini para ilmuwan juga telah mengembangkan obat-obatan yang bisa menyediakan salah satu atau
beberapa elemen tersebut secara terpisah sehingga para dokter anestesi bisa membuat regimen
penghilang sakit yang disesuaikan dengan pasien dan prosedur yang dilakukan.
Tugas para dokter anestesi sebenarnya bukan hanya mmebuat pasien "tertidur", tetapi juga membantu
pasien pulih dari operasinya. Apalagi, proses membuat pasien "tertidur" dan bangun kembali sangatlah
berbeda. Meski anestesi masa kini sudah semakin aman, para ilmuwan terus mencari formula anestesi
terbaik. Hal tersebut bertujuan mendesain anestesi yang spesifik dan efektif untuk tiap pasien.
Riset dalam bidang anestesi juga diharapkan bisa menguak misteri tentang sakit, memori, kondisi seperti
epilepsi dan koma, serta dunia bawah sadar.
Beberapa efek samping anastesi yang mungkin termasuk :
a. Merasa sakit dan muntah setelah operasi – sekitar 1 dari 3 orang mungkin merasa sakir setelah
operasi, hal biasanya terjadi secara langsung. Beberapa kasus mungkin akan terus merasa sakit sampai
berhari-hari.
b. Mengigil dan perasaan dingin – sekitar 1 dari 4 orang akan mengalami ini. Mengigil dapat berlangsung
selama 20 – 30 menit setelah operasi. Kebingungan dan kehilangan memory – ini lebih umum pada
orang tua dan biasanya bersifat sementara. Kebingungan kadang-kadang terjadi beberapa hari atau
seminggu.
c. Infeksi – ini dapat terjadi 1 dari 5 orang yang menjalani operasi perut. Ini membuat perasaan demam
(panas dan dingin) dan menyebabkan kesulitan bernafas.
d. Masalah kandung kemih – pria mungkin mengalami kesulitan buang air kecil dan perempuan mungkin
bocor urin, ini lebih umum setelah anastesi spinal atau epidural.
e. Kerusakan saraf ringan sementara – ini dapat mempengaruhi 1 dari 100 orang dan menyebabkan mati
rasa, kesemutan atau nyeri yang mungkin pulih dalam beberapa hari atau beberapa minggu untuk
menghilangkannya.
f. Rasa pusing – dapat terjadi setelah operasi Anda, tetapi anda akan diberikan cairan untuk mengobati
memar dan rasa sakit dapat berkembang di daerah di bagian yang telah disuntik atau diinfus, biasanya
sembuh tanpa pengobatan selama operasi.
Keefektifan anestesi lokal tergantung pada :
a. Potensi analgesik dari agen anestesi yang digunakan.
b. Konsentrasi agen anestesi lokal.
c. Kelarutan agen anestesi lokal dalam : air ( misalnya : cairan ekstraseluler ) dan lipoid ( misalnya :
selubung mielin lipoid ).
d. Persistensi agen pada daerah suntikan tergantung baik pada konsentrasi agen anestes lokal maupun
keefektifan vasokonstriktor yang ditambahkan.
e. Kecepatan metabolisme agen pada daerah suntikan.
f. Ketetapan terdepositnya larutan dan dekat saraf yang akan dibuat baal.
g. Tergantung pula pada keterampilan operator dan variasi anatomi
Sering terjadi pasien ternyata dapat merasa dan sadar dari pengaruh bius akibat obat pembius yang tidak
bekerja dengan efektif. Secara statistik, Dr. Peter Sebel, ahli anestesi dari Universitas Emory yang dikutip
Time terbitan 3 November 1997 mengungkapkan bahwa dari 20 juta pasien yang dioperasi setiap
tahunnya di Amerika Serikat, 40.000 orang mengalami gejala siuman tersebut. Untuk mengatasi masalah
ini, dalam pertemuan tahunan sekitar bulan Oktober 1997, Persatuan Dokter Ahli Anestesi Amerika
ditawari suatu alat yang disebut Bispectral Index Monitor yang akan memberi peringatan bahwa pasien
yang sedang dioperasi mengalami gejala siuman atau menjelang "bangun dari tidurnya".Penemu alat
tersebut adalah Dr. Nassib Chamoun, seorang dokter ahli saraf (neurologist) asal Yordania. Dengan
menggunakan prinsip kerja dari alat yang sudah ada, yaitu piranti yang disebut EEG
(Electroencephalography). Alat yang ditemukan Dr. Chamoun itu mampu memonitor potensi listrik yang
ditimbulkan oleh aktivitas "jaringan otak manusia".
Alat ini dapat menunjukkan derajat kondisi siuman pasien yang sedang menjalani suatu pembedahan.
Angka "100" menunjukkan pasien dalam keadaan "siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka
"60" berarti pasien dalam kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami
"koma yang dalam".
Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat menambahkan obat pembiusan
apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal
untuk dilakukan operasi. Di samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya
sesuai rencana yang telah ditetapkan.

E. Indikasi / Kontraindikasi Obat Anastesi


Indikasi Anastesi Lokal
1. Tindakan pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri seperti pencabutan gigi,gingivektomi, bedah
periodontal,pulpektomi, poulpotomi, alveloplasty, bonegrafting, implant gigi, gingivoplasti, perawatan
fraktur rahang, pengembalian gigiavulse, removal tumor dan kista.
2. Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut ( untuk anestesitopical).
3. Inisisi abses.
4. Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang
5. Mengurangi nyeri pasca operasi
Kontraindikasi Anastesi Lokal
a. Adanya infeksi akut pada daerah operasi (karena dapat menyebabkan penyebaraninfeksi melalui
rusaknya daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulkanefek anastesi).
b. Penderita penyakit gangguan darah yang langka seperti hemofilia, penyakitChrsitmas atau penyakit
von Willebrand (karena akan timbul resik terjadinyaperdarahan di daerah injeksi atau suntikan).
c. Terdapat inflamasi pada daerah tempat penyuntikan.
d. Keadaan lingkungan periodontal yang tidak memungkinkan pemberian anestesilokal yang sempurna.
e. Anak-anak di bawah umur yang tidak mengenal dan tidak mengerti akibat anestesi.
f. Pada penderita yang lemah saraf dan penakut.
g. Pasien yang tidak dapat membuka mulut dengan lebar, misalnya pada keadaantrismus, fraktur tulang
rahang, ankilosis temporomandibula, dll.
h. Pasien yang alergi terhadap bahan anestesi lokal.
i. Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol (misal diabetes tidakterkontrol).
j. Pasien yang tidak kooperatif.
k. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung tekniktertentu.
l. Jika dibutuhkan anestesi segeraatau tidak cukup waktu untuk anestesi lokal untukbekerja secara
sempurna.
m. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
n. Efek merugikandari berbagai anas anastesi local modern terhadap kehamilanbelum terbukti. Tetapi
diperkirakan vasokonstriktor relypressin mempunyai efekoksitoksik ringan, sehingga dapat menganggu
sirkulasi fetus dan mempercepatkelahiran. Umumnya anastesi pada ibu hamil cukup aman asalkan
diberikandengan hati-hati. Namun sebaiknya dibatasai perawatan yang hanya diperlukansaja, operasi
dan restorasi ditunda setelah persalinan.

F. Dosis Anastesi
1. Ether
 Kemasan = Cairan volatile.
 Dosis = Induksi : 2 – 15 vol%. Anestesi ringan : 3 - 5 vol%. Anestesi dalam : 5 – 6 vol%. Kontrol dengan
pelumpuh otot : 2 – 4 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Iritasi mukosa saluran napas, rangsang sekresi bronkus, bronkodilatasi, peningkatan
tekanan darah, relaksasi otot sekletal, penurunan tonus otot usus, mual muntah post anestesi, RBF dan
GFR menurun, peningkatan kadar glucose.
2. Halothane
 Kemasan = Cairan volatil
 Dosis = Induksi : 2 – 4 vol%. Rumatan : 0,5 – 2 vol%.
 Farmakokinteik = -
 Reaksi obat = Depresi korteks cerebral dan medula, peningkatan CBF dan CSS, efek analgesik
kurang, vasodilatasi sehingga hipotensi, bradikardia, peningkatan kepekaan myocard terhadap
katekolamin, depresi jantung, relaksasi yang moderat, bahaya terhadap janin, hepatotoksik ringan.
3. Enflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Mendepresi SSP, efek epileptiform, peningkatan aliran darah ke otak, depresi myocard,
depresi ventilasi, relaksasi yang moderat.
4. Isoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Depresi pernapasan, TV dan RR menurun, dilatasi bronkus, hipotensi karena penurunan
resistensi perifer, relaksasi otot baik, potensial menyebabkan gangguan ginjal karena efek flourida.
5. Sevoflurane
 Kemasan = Cairan volatile
 Dosis = Induksi : 3 – 4 vol%. Rumatan : 1 – 2 vol%.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Hipotensi, aritmia, depresi pernapasan, peningkatan aliran darah ke otak dan tekanan
intrakranial, gangguan fungsi ginjal, hipertermia maligna.
6. N2O
 Kemasan = Gas berbentuk cair dalam silinder berwarna biru.
 Dosis = Diberikan pada perbandingan 50 – 70 % dengan O2 Dihentikan 10 menit sebelum operasi
selesai.
 Farmakokinetik = -
 Reaksi obat = Menyebabkan hipoksia difusi, zat anestetik yang lemah namun analgesianya kuat,
sirkulasi dan pernapasan tidak banyak terpengaruh.
7. Penthotal
 Kemasan = Serbuk dalam vial 500 mg dan 1 gr Inj. 25 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 3 – 5 mg/kg BB
 Farmakokinetik =.iv onset : 10 – 20 detik. peak : 30 - 40 detik. duration : 5 - 15 menit.
 Reaksi obat = Metabolisme otak menurun, hipotensi sementara, tachicardia, depresi napas dengan
premedikasi opioid, kepekaan terhadap CO2 menurun, rangsangan parasimpatis (hidung tersumbat,
batuk, bronchospasme, spasme laring), nyeri dan nekrosis pada injeksi di luar vena, depresi napas janin.
8. Ketamin
 Kemasan = Vial 500 mg dan 1 gr. Inj. 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi i.v 1 –2 mg/kg BB, i.m 5 – 10 mg/kg BB. Batas sistole 140 mmHg dan diastole 90
mmHg.
 Farmakokinetik = i.v onset : < 30 detik. peak : 1 menit. duration : 5 – 15 menit. i.m onset : 3 – 4 menit.
peak : 5 – 20 menit. duration : 12 – 25 menit.
 Reaksi obat = Nyeri per i.m, hipersalivasi, mual muntah, anestesi assosiatif, TIK dan TIO meningkat,
hipertensi, tachicardia, relaksasi kurang, analgesik kuat, peningkatan CO, merangsang pengeluaran
katekolamin sehingga hati-hati kombinasi dengan halotan, hati-hati pada asma.
9. Profopol
 Kemasan = Cairan emulsi lemak dalam ampul 10 mg/ml.
 Dosis = Induksi 2 – 2,5 mg/kg BB. Maintenance 0,1 – 0,2 mg/kg BB. Tidak boleh dicampur dengan
ringer laktat. Dapat dicampur dengan lidokain untuk mengurangi nyeri induksi dengan dosis 0,1 mg/kgBB.
 Farmakokinetik = iv onset : dalam 40 detik. Peak :1 menit duration : 5 – 10 menit. Kontraindikasi : Pada
alergi telur dan kacang kedelai.
 Reaksi obat = Hati – hati pada gangguan napas, hipovolemia dan kelainan metabolisme lemak,
bradikardia atau tachikardia, mual muntah, hati – hati pada sectio, peningkatan TIK, kurangi dosis pada
manula, hipovolemikjuga pada penggunaan narkotik dan hipnotik sedative.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik
adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri,
tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Anastesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Tipe Anastesi terdiri atas : a. Pembiusan total, b. Pembiusan regional, c. Pembiusan Lokal.
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh
dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran.
Anastesi lokal terdiri atas : a. Anastesi topikal, b. Anastesi infiltrasi, c. Anastesi Blok.

Kata Pengantar
DEPKES RI Farmakotherapi.
Dewi Marthaningtyas. 2005. "Terbius Memburu Paten Gas Tertawa". Cakrawala.
Jordan, Sue. 2009. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC
Suryanto,dr (1998): "Trauma selama dan setelah operasi"

Anda mungkin juga menyukai