Anda di halaman 1dari 2

Nama :Bekti Nurul Hidayah

NIM :2011100018
Prodi :Keperawatan Anestesiologi
Resume Sejarah Anestesi
Anestesi Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton pada tahun 1846,
anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Saat itu ia sedang memperagakan pemakaian
dietil eter untuk menghilangkan kesadaran dan rasa nyeri pada pasien yang ditanganinya. Ia
berhasil melakukan pembedahan tumor rahang pada seorang pasien tanpa memperlihatkan gejala
kesakitan. Karena pada saat itu eter merupakan obat yang cukup aman, memenuhi kebutuhan,
mudah digunakan, tidak memerlukan obat lain, cara pembuatan mudah, dan harganya murah.
Oleh karena itu eter terus dipakai, tanpa ada usaha untuk mencari obat yang lebih baik. Setelah
mengalami stagnasi dalam perkembangannya selama 100 tahun setelah penemuan morton
barulah kemudian banyak dokter tertarik untuk memperlajari bidang anestesiologi, dan barulah
obat-obat anestesi generasi baru muncul satu-persatu (Mangku dan Senapathi, 2010) Anastesi
berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi.
Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan
hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa (without sensation) tetapi bersifat
sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula. (Sudisma et al., 2006) Tindakan anestesi
yang memadai meliputi tiga komponen yaitu hipnotik (tidak sadarkan diri = “mati ingatan’),
analgesi (bebas nyeri = “mati rasa”), dan relaksasi otot rangka (“mati gerak”) (Mangku dan
Senapathi, 2010) Untuk mencapai ke tiga target tersebut dapat digunakan hanya dengan
mempergunakan satu jenis obat, misalnya eter atau dengan memberikan beberapa kombinasi
obat yang mempunyai efek khusus seperti tersebut di atas, yaitu obat yang khusus sebagai
hipnotik, khusus sebagai analgesi, dan khusus sebagai obat pelumpuh otot. Ketiga target
anestesia tersebut populer disebut dengan “Trias anestesi” (Mangku dan Senapathi, 2010)
Tanggal 16 Oktober yang diperingati sebagai Hari Anestesi Sedunia merupakan tonggak
dimulainya anestesi modern. Ini adalah hari ketika William Morton mendemonstrasikan
penggunaan anestesi umum dengan inhalasi eter di “The Ether Dome”, Massachusetts General
Hospital tepat 174 tahun silam atau tahun 1846. Kata “anesthesia” sendiri diciptakan oleh Oliver
Wendell Holmes beberapa minggu setelah demonstrasi Morton. Anesthesia mengandung makna
“hilangnya sensasi”, terutama terhadap stimulus sentuh.

Saat ini, anestesi telah berkembang menjadi sangat luas. “Anesthesia agent” yang dulu hanya
eter kini memiliki puluhan variasi, baik inhalasi, intravena maupun obat-obat lain. Fasilitas untuk
melakukan prosedur pembedahan maupun prosedur lain juga berkembang. Blok neuraksial
(anestesi spinal dan epidural) dan blok saraf perifer telah dipraktikkan sehari-hari dengan
berbagai keuntungannya. Anestesi umum pun dapat dicapai mulai dari sedasi ringan hingga
narkosis.

Tidak hanya itu, ilmu anestesi juga semakin merambah luas menjadi perioperative medicine;
anestesi di luar kamar bedah, termasuk manajemen nyeri; serta ilmu kedokteran kritis (critical
care medicine) mencakup resusitasi jantung-paru-otak dan terapi intensif. Penelitian dalam
anestesiologi dan terapi intensif yang dilakukan tanpa henti membawa praktik pelayanan ke arah
lebih baik dan aman. Dari data epidemiologi di AS, peluang kematian terkait anestesi pada tahun
1940-an adalah 1 dalam 1000 prosedur, kemudian pada awal tahun 2000 berkurang menjadi 1
dalam 100.000 prosedur.
Anestesiologi telah memelopori perkembangan ilmu intensive care. Manajemen jalan napas dan
ventilasi mekanis secara alamiah memang merupakan prosedur yang biasa dilakukan
anestesiologis. Prosedur pemantauan invasif (misalnya kateter vena sentral, tekanan arteri sistemik,
dan tekanan arteri pulmonalis) adalah prosedur yang biasa dilakukan juga oleh anestesiologis dalam
kamar bedah.

Hari ini, ucapan “Happy World Anesthesia Day” disampaikan dengan agak lirih dan penuh
keprihatinan.

Di masa pandemi Covid-19 ini, para anestesiologis termasuk serdadu-serdadu yang berjuang di
garis depan medan pertempuran. Bahaya yang dihadapi anestesiologis bukan hanya pada zona
merah, tetapi juga pada zona kuning bahkan zona hijau. Tindakan intubasi yang menciptakan
aerosol merupakan salah satu prosedur paling berisiko terhadap penularan Covid-19. Risiko tertular
virus ini lebih tinggi pada prosedur emergensi karena tindakan medis harus dilakukan segera,
sedangkan proses diagnosis untuk mengonfirmasi Covid-19 memerlukan waktu. Oleh sebab itu,
pada pasien yang belum terkonfirmasi, tindakan anestesi tetap dilakukan dengan APD level 2.

https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustakad3154e3e1996315c1a8cb192eac0ce2b44265.html

https://fk.ui.ac.id/berita/world-anesthesia-day-174-tahun-perkembangan-anestesiologi-hingga-hari-
ini.html

Anda mungkin juga menyukai