Anda di halaman 1dari 2

Nama : Queenta Azzahra Mayo

NIM : 19/440127/PS/07862

PSIKOLOGI PELUANG KEWIRAUSAHAAN: PROSES KOGNITIF PENGUSAHA


STARTUP DIGITAL DALAM OPPORTUNITY RECOGNITION

Pendahuluan
Kewirausahaan atau entrepreneurship telah dianggap sebagai mesin pembangun
ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Pengusaha menjadi sosok yang teramat esensial, mengutip
pernyataan Acs dan Audretsch (2005) pengusaha dianggap sebagai pemain paling penting
dalam ekonomi modern. Dimana, beberapa tahun terakhir pengembangan pengusaha tidak
terlepas dari perkembangan dunia startup. Bahkan, Indonesia merupakan negara dengan
jumlah startup terbanyak di Asia Tenggara (Amalia, 2016). Peluang atau opportunity, diartikan
sebagai serangkaian tindakan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan yang terjadi
(Gregoire, Barr & Shepherd, 2010). Dan Shane (2003) mendefinisikan peluang kewirausahaan
sebagai sebuah situasi ketika individu dapat menciptakan sebuah new means-ends framework
atau kerangka baru mengenai sarana atau tindakan dalam mencapai sebuah tujuan, untuk
mengembangkan sumber daya yang ada, yang dipercaya dapat menghasilkan keuntungan.
Penelitian selama ini menunjukkan bahwa tidak ada karakteristik kepribadian khusus di
pengusaha dan non pengusaha dalam orientasi melihat peluang. Dimana peluang tersebut
merupakan hal yang dipersepsikan oleh individu, sehingga mencakup dalam ranah kognitif.
Artikel penelitian ini mengungkapkan proses kognitif yang berlangsung ketika pengusaha
khususnya founder startup digital dalam identifikasi peluang kewirausahaannya.

Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode think aloud protocol dengan
protocol analysis, ditemukan bahwa dalam proses identifikasi peluang, pengusaha
memfokuskan cognitive effort mereka pada pasar (demand) dan teknologi (supply). Sekaligus
membangun hubungan dan pola bermakna dari dua aspek tersebut melalui structural
relationship. Dan penelitian ini menunjukkan peran prior knowledge dalam opportunity
recognition. Dari penelitian ini, proses identifikasi peluang kewirausahaan membutuhkan 2
aspek. Yaitu prior knowledge atau simpanan pengetahuan dan informasi, serta pemrosesan
kognitif untuk mengolah informasi tersebut, dan dibutuhkan perubahan khusus yang memicu
munculnya informasi baru atau ketidakseimbangan informasi, sehingga individu menyadari
adanya potensi peluang. Hasil dari penelitian menemukan bahwa pertama, dari kategorisasi
attention focus ditemukan bahwa partisipan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
mendiskusikan pasar (demand) daripada teknologi yang disajikan (supply). Temuan kedua,
secara spontan atau tanpa instruksi, proporsi terbesar dari verbalisasi partisipan saat melakukan
opportunity recognition difokuskan pada teknologi dan pasar sekaligus (pasar-teknologi).
Selanjutnya temuan ketiga, pengusaha lebih menggunakan proses structural relationship
dibandingkan dengan superficial features dari hasil Analisa keduabelas protokol. Peran prior
knowledge memberikan sanggahan kepada pandangan ekonomi neoklasikal yang berasumsi
bahwa orang-orang akan menemukan peluang yang sama ketika dihadapkan pada perubahan
teknologi (Khilstrom & Laffont, 1979).

Tanggapan
Dari perumusan model dalam penelitian ini, terangkum bahwa pengusaha memiliki
prior knowledge yang berasal dari pengeahuan familiar, pengalaman personal, keahlian
professional, maupun ketertarikan personal. Selanjutnya menyadari adanya perubahan dan
menggunakan prior knowledge tersebut untuk melakukan proses pengolahan informasi atau
proses reasoning yang fokus perhatian terbesarnya atau cognitive effort pada pasar-teknologi
sekaligus. Penelitian ini sangat menarik untuk mengetahui bagaimana seorang individu dapat
menjadi pengusaha melalui proses orientasinya melihat peluang. Berdasarkan penelitian ini,
pengusaha merupakan sosok yang mampu menghubungkan bagian bagian dan informasi dari
perubahan yang terjadi. Hal yang perlu dikembangkan dari penelitian ini adalah bagaimana
merekayasa dan menstimulus individu individu lain yang memiliki orientasi berbeda dalam
melihat peluang. Sehingga setiap individu dapat memiliki sense dan kesempatan yang sama
untuk menjadi pengusaha bila menginginkannya. Penelitian ini masih menggunakan kelompok
partisipan generasi muda berusia antara 22 hingga 29 tahun yang merupakan pengusaha startup.
Untuk itu diperlukan penelitian yang cakupannya lebih luas dengan partisipan dari berbagai
jenis usaha dan rentang kelompok usia dari pengusaha muda sampai pengusaha senior (lanjut).
Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian akhir dapat memberikan analisis dan kesimpulan
terkait proses orientasi pengusaha dalam melihat peluang secara komperhensif. Dan dapat
memberikan manfaat untuk pengembangan program yang dapat diaplikasikan bagi setiap
individu dari berbagai usia untuk dapat melihat peluang dan menjadi pengusaha.

Sumber:
Aruni, Sadida Fatin & Rahmat Hidayat. (2019). Psikologi Peluang Kewirausahaan: Proses
Kognitif Pengusaha Startup Digital dalam Opportunity Recognition. Jurnal Psikologi,
46(1). doi: 10.22146/jpsi.34608

Anda mungkin juga menyukai