net/publication/331870473
CITATIONS READS
0 919
6 authors, including:
Ezra Tari
STAK Negeri Kupang (Kupang State Christian College)
31 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ezra Tari on 19 March 2019.
Diterbitkan oleh:
Akademia Pustaka
Perum. BMW Madani Kavling 16, Tulungagung
Telp: 081216178398
Email: redaksi.akademia.pustaka@gmail.com
P
rinsip belajar yang hakiki adde pervum parvo, manus acervus
erit ‘ditambahkan sedikit hingga menjadi tumpukan’
menjadi salah satu dasar pemikiran diterbitkannya
buku ini. Ilmu yang terus ditambahkan akan menjadi sebuah
tumpukan ide berharga untuk direnungkan sepanjang hayat.
Dunia keilmuan pada dekade terakhir ini bergerak cepat ke
ranah yang lebih luas dengan cakupan multidemensi keilmuan,
tidak terkecuali Teologi. Pergerakan ide-ide pada era global
menuntut penulis yang tidak hanya mapan secara teoritis, tetapi
juga empiris dan praktis. Prinsip-prinsip eksegesis Alkitab yang
menjadi ranah Teologiharuslah diterapkan secara komprehensif
pada berbagai konteks sosial dan budaya. Sehingga, output
pemikiran para ahli tidaklah semata pada penelahaan teks-teks.
Pemahaman ini membawa para penulis untuk menuangkan
hasil karyanya dalam sebuah buku teks yang diharapkan mampu
menyentuh para pembaca mengenai penelaahan kitab Perjanjian
Lama yang bergerak menuju konteks sosial dan budaya. Buku ini
akan diawali dengan pemaparan teori, beberapa eksegesis kitab
yang berkaitan dengan kultur global dan beberapa pandangan-
pandangan budaya yang pada akhirnya memperkaya pembaca
untuk lebih memahami dunia teologia dari kacamata yang
berbeda.
iii
Para penulis dalam buku ini berasal dari berbagai
latar belakang pendalaman ilmu Teologi. Keberagaman ini
memberikan warna tersendiri mengenai gagasan, pendekatan,
dasar teoritis dan penerapannya dalam berbagai permasalahan
kehidupan. Keberagaman lainnya terlihat dari pemilihan kata
dan pengelolaan kalimat yang jika dibaca hingga tuntas akan
memperkaya khazanah pemahaman keilmuan.
Keberagaman tulisan-tulisan dalam teks yang dimaksud
membangun struktur rasionalisasi berpikir yang berbeda dengan
buku-buku terdahulu yang telah terbit. Pergerakan ide secara
induktif nantinya menjadi ruang reflektif yang khas bagi para
pembaca sekalian.
Akhir kata, tidak ada yang abadi di dunia ini selain catatan
yang ditulis dan dipublikasi seperti kutipan publish or perish‘
terbitkan atau lenyap tak berbekas’. Penulis berharap setiap
tulisan dalam buku ini akan menjadi sedikit tambahan dalam
tumpukan catatan bagi Ilmu Teologi secara khusus yang terkait
dengan kitab Perjanjian Lama. Ketidaksempurnaan dalam
menuangkan setiap gagasan di dalamnya hendaklah disampaikan
sebagai pertimbangan demi perbaikan di kemudian hari.
Editor
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................v
BAGIAN
I. Teori Sumber dalam Tanakh
(Osian Orjumi Moru,M.Si)..................................................1
v
vi
1
TEORI SUMBER DALAM TANAKH
Osian Orjumi Moru, M.Si.)*
A. Pengantar
K
itab suci orang Kristen, Alkitab, merupakan kumpulan
kitab yang menggambarkan berbagai kejadian pada
zaman tertentu dalam sejarah umat manusia dan
banyak memberikan informasi berharga dalam mengungkapkan
berbagai peristiwa di masa lalu. Alkitab dibagi atas dua bagian
yakni Perjanjian Lama yang aslinya ditulis dalam bahasa
Ibrani (dengan beberapa dalam bahasa Aram) dan Perjanjian
Baru dalam bahasa Yunani.1 Teks-teks Alkitab dalam proses
perjalanannya telah diterjemahkan dalam banyak bahasa di
dunia dan berpengaruh luas karena telah melahirkan jutaan
tulisan baru yang secara langsung atau tidak berusaha mengerti
dan mendalami berbagai informasi dan kejadian dalam teks-teks
tersebut.
Dokumen-dokumen (Perjanjian Lama) dalam Alkitab
1 Robert B. Coote dan Marry P. Coote, Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 1.
1
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
2 Ibid., 2.
3 Ibid., 8 - 9.
4 Perbedaan antara Tetrateuch dan Pentateuch adalah Tetrateuch merupakan sebutan
untuk empat kitab pertama dalam Alkitab yakni “Kejadian, Keluaran, Imamat dan Bilangan”
sedangkan Pentateuch adalah sebutan bagi kelima kitab Taurat yakni “Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan dan Ulangan”.
2
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
3
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
4
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
B. Sumber Y
Sumber utama dalam kitab-kitab Tentrateuch adalah
sumber Y, ditulis pada awal abad ke-10 B.C.E di istana Daud,
sang panglima perang yang merebut ”Israel Bersatu” dari
tangan Saul.10 Melalui sumber Y, kitab-kitab Tentrateuch
memperoleh garis besar narasi utamanya. Sumber Y
adalah cerita tentang sejarah dunia dan sejarah bangsa
“Israel Bersatu” (Yahuda Selatan dan Israel Utara) yang
dirancang untuk mencerminkan bangkitnya keturunan
Daud dan untuk menopang pemerintahan Daud dari
ancaman pendudukan bangsa Mesir.11
Sumber Y di atas merupakan dasar penting dalam
membentuk narasi-narasi dalam Tentrateuch (bahkan juga
Pentateuch)12 dan menjadi pola tetap dalam penyusunannya.
Lima abad sesudah itu, dua sumber pelengkap utama lainnya
dibuat yakni E dan P, beserta tambahan kecil yang signifikan
sehingga menghasilkan Tentrateuch dalam bentuknya sekarang
ini. Kitab-kitab Tentrateuch adalah hasil dari berbagai serial yang
tumpang-tindih melalui proses suplemen terhadap sumber Y.
Sumber Y dipercaya sebagai produk kolaborasi antara
konsep-konsep sejarah dan kepentingan para penguasa saat
10 Para ahli menduga bahwa posisi Saul saat itu adalah sebagai raja dalam konteks
suku-suku (nagid – prince/commander dalam bahasa Ibrani) sedangkan Daud adalah seorang
raja dalam konteks “Kerajaan Bersatu” (United Kingdom).
11 Robert B. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History…, 2.
12 Robert B. Coote and David Robert Ord, The Bible’s First History (Philadelphia:
Fortress Press, 1989), 8.
5
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
6
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
7
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
8
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
C. Sumber E
E adalah tulisan yang berada di bawah kekuasaan
Yerobeam I, raja Israel di Utara. Kekuasaan Yerobeam I muncul
dengan diadakannya pemberontakan atas kekuasaan wangsa
Daud setelah kematian Salomo. Sebagai seorang yang merebut
kekuasaan, Yerobeam I berupaya menyatakan legitimasi
kekuasaan dan yurifikasi hukum-hukumnya, terutama dalam
pertentangan dengan putra Salomo, Rehabeam, maka dibuatlah
literatur yang mendukung segala maksud tersebut.17
Sumber E berbeda dari Y dan P dan mengacu pada
yang diduga sebagai pengarang kelompok teks ini. Sebelum
pertengahan abad ke-19, sebagaian besar sejarawan
menganggap Kejadian sampai Ulangan hanya terdiri dari
dua jenis teks, yang satu menggunakan sebutan Yahweh
untuk Allah dan yang lain Allah saja. Bagian pertama
disebut para ahli dengan nama Y (untuk Yahweh) dan
yang kedua E (untuk ’elohim, bahasa Ibrani untuk Allah).
Sekitar tahun 1798, K.D. Ilgen dan pada tahun 1807, W.
M. L. de Wette melihat bahwa di beberapa tempat jenis
teks yang kedua sebenarnya berisi jenis teks yang ketiga.
17 Robert B. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History…, 2.
10
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
11
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
20 Ibid.
21 Ibid., 13 – 16.
12
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
13
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
24 Ibid ., 16 - 17.
25 Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction…, 138,
350 – 351.
26 David Robert Ord dan Robert B. Coote, Apakah Alkitab Benar?: Memahami
Kebenaran Alkitab pada Masa Kini…, 92.
27 Robert B. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History…, 17.
14
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
28 Ibid., 17 - 18.
29 Ibid., 83 – 87.
15
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
16
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
32 Ibid., 78.
33 Ibid., 33.
17
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
34 Ibid., 91 – 94.
18
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
19
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
D. Sumber D
Sumber lain yang penting dan terpanjang adalah sumber
D. 40
Diduga sumber D tergabung dalam kitab-kitab yang
lebih luas yakni kitab Ulangan – Raja-raja. Sumber ini ditulis
diantara masa YE dan P. Seperti halnya sumber-sumber
yang lain, sumber D diduga memberikan penegasan dan
legitimasi terhadap kebangkitan kekuasaan raja Yosia pada
masa tersebut (622 - 609 B.C.E).41 Sumber ini memiliki dasar
penulisan yang disebut Deuteronomistic History, yang diduga
terdapat dalam kitab Ulangan 12 – 26. Dasar ini kemudian
juga dikembangkan oleh raja Yosia menjadi sumber D
pada masa propagandanya.42 Menurut Robert Coote dan
David Ord, meski sumber ini ditulis sebagai keberlanjutan
37 Ibid., 95 – 98
38 Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction…, 183.
39 Lihat, Robert B. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History…, 39 – 4
40 Disebut sumber D karena berasal dari huruf awalnya Deuteronomistic.
41 David Robert Ord dan Robert B. Coote, Apakah Alkitab Benar?: Memahami Kebenaran
Alkitab pada Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 100.
42 Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction…, 138 – 139.
20
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
21
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
22
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
23
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
48 Lihat Cross. CMHE, 274 – 289, bandingkan dengan Norman K. Gottwald, The
Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction…, 299.
24
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
25
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
26
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
E. Sumber P
Pada dasarnya tambahan utama berikutnya dalam tradisi
Tentrateuch adalah sumber P. Disebut Sumber P karena berasal
dari istilah Priestly Tradition (Priester = imam). Sumber P
berpegang pada subjek kultus dari YE dan menyusun kembali
sejarah yang diagungkan menjadi suatu wahana sastra bagi
ritual dan hukum dari ekspatriat (warga asing) yang dominan,
kemudian warga kota, kelompok imam Yerusalem pada awal
masa Persia. Imam-imam ini adalah pewaris pemerintahan
Daud setelah pembuangan keluarga Daud ke Babilonia dan
kegagalannya untuk bangkit kembali di bawah kekuasaan Persia.
Secara umum, suplemen keimaman diduga mencakup banyak
tambahan di dalam kitab Bilangan yang mungkin telah disisipkan
atau ditambahkan setelah komposisi utama P.49 Sumber P
tersebut diduga bisa ditemukan dalam beberapa bagian
kitab Kejadian, Keluaran, Bilangan dan keseluruhan kitab
Imamat.
Tulisan-tulisan sumber P ditulis sesudah masa pembuangan
atau lebih tepat disebut pada masa sesudah orang Yahudi
dikembalikan ke Yerusalem dari pembuangan di Babilonia di
bawah kontrol kekuasaan Persia (sekitar tahun 500an B.C.E).
Masa ini kemudian dikenal sebagai masa restorasi bangsa
Yahudi.50 Pada Masa restorasi tersebut, para imam memainkan
peranan yang sangat penting bukan hanya sebagai penguasa
sektor keagamaan dan peribadatannya tetapi juga menyangkut
sektor politik dan kekuasaan. Hal ini terjadi sebab pada masa
49 Robert B. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History…, 3.
50 Ada empat tahap masa restorasi yang terjadi antara tahun 538 sampai 458 B.C.E.
yang meliputi empat misi besar yakni masa Sesbazar, masa Zerubbabel dan Yosua, masa
Nehemia, dan masa Ezra (lihat Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary
Introduction..., 430 - 439).
27
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
51 Pada masa akhir kekuasaan Babilonia dan awal kekuasaan Persia diperkirakan
para imam telah mengumpulkan dan menyeleksi kitab Kejadian sampai 2 Raja-Raja, Ezra
dan Nehemia.
52 Zadok sendiri (bahasa Ibrani: ( צדוקṢadhoq), Tsadok yang berarti saleh, berbudi,
budiman) adalah seorang yang merupakan anak dari Ahitub, keturunan langsung dari Eleazar
anak Harun (saudara Musa). Ia mendukung Daud pada waktu pemberontakan anaknya
Absalom. Ia juga mendukung penunjukan Salomo sebagai raja pengganti Daud seperti
yang dicatat dalam Kitab 1 Raja-raja. Keturunan Zadok menguasai perimaman Yerusalem
sampai tahun 171 B.C.E. Para imam keturunan Zadok adalah pemimpin pertama dari
persekutuan yang dibentuk di Qumran. Nama Saduki sebagai salah satu sekte keagamaan
pada masa Perjanjian Baru, juga sering dihubungkan dengan para imam keturunan Zadok ini.
28
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
29
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
30
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
31
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
58 Robert B. Coote dan David R. Ord, In The Beginning: Creation and Priestly History...,
72.
59 Ibid., 71.
32
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
33
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
34
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
35
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
63 Robert B. Coote dan David R. Ord, In The Beginning: Creation and Priestly History...,
79.
36
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
37
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
38
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
bukan tanpa alasan dan bukan pula tanpa tujuan. Alhasil, alasan
dan tujuan tersebut selalu bersifat manusiawi dan kontekstual.
REFERENSI
Coote, Robert B and David Robert Ord. The Bible’s First History.
Philadelphia: Fortress Press, 1989.
_____________. Apakah Alkitab Benar?: Memahami Kebenaran
Alkitab pada Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
_____________. In The Beginning: Creation and The Priestly History.
Minneapolis: Fortress Press, 1991.
Coote, Robert B dan Mary P. Coote. Kuasa, Politik dan Proses
Pembuatan Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Coote, Robert B. In Defense of Revolution: The Elohist History.
Minneapolis: Fortress Press, 1991.
Ericksen Paige and Jefferey M. Paige, The Politics of Reproductive
Ritual (Berkeley: University of California Press, 1981).
Gottwald, Norman K. The Hebrew Bible: A Socio-Literary
Introduction. Philadelphia: Fortress Press, 1987 .
Hesse, Brian. “Animal Use at Tel Miqne – Ekron in the Bronze
Age and Iron Age”, dalam Bulletin of the American School of
Oriental research 264 (1986).
39
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
40
2
MAWIN’NE BODOMAROTO PEREMPUAN
CIPTAAN ALLAH
Kajian terhadap Eksistensi Perempuan Bodomaroto sebagai
Ciptaan Allah dari Sudut Pandang Penciptaan Perempuan
dan Implikasinya terhadap Peranan Perempuan Kristen Masa
Kini bagi Pendidikan dalam Keluarga
P
erempuan Bodomaroto adalah perempuan Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang hingga saat ini tetap memperjuangkan
eksistensinya dalam kehidupan bersama di tengah-tengah
masyarakat. Sosok mereka dapat dikenal melalui struktur rumah
Bodomaroto yang disebut um’ma.
Betapa pentingnya makna dan fungsi dari um’ma bagi
keluarga di Kampung Bodomaroto Desa Kalimbu Kuni. Um’ma
bukan hanya sebagai tempat bernaung dari hujan dan panasnya
matahari, tetapi um’ma juga menjadi tempat di mana anggota
keluarganya dapat saling membangun komunikasi melalui
41
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
interaksi baik sebelum dan setelah para orang tua pulang dari
bekerja baik di sawah maupun di kebun. Selain itu, um’ma
menjadi tempat di mana anggota keluarga dapat memelihara
interaksi dengan para leluhurnya. Karena itu, um’ma tidak
hanya sebagai obyek wisata dan wahana sosial budaya,
melainkan memiliki aspek pembelajaran terutama berkaitan
dengan pendidikan dalam keluarga. Di mana tanggung jawab
yang terutama terhadap pendidikan anak adalah dimulai
dalam keluarga dan pelaksanaan tersebut dimulai dari dalam
rumah. Bagi masyarakat Bodomaroto, um’ma bukan sekedar
tempat pelaksanaan pembelajaran, tetapi um’ma adalah media
pembelajaran itu sendiri. Misalnya, bagaimana masyarakat
belajar menghargai laki-laki (kabani) dan perempuan (mawin’ne),
salah satunya melalui konsep tata ruang dalam um’ma. Jadi,
konsep menghargai kabani dan mawin’ne sudah diketahui oleh
orang Bodomaroto sebelum mereka mengenal sekolah formal.1
L. Onvlee2 mengatakan:
Want het woord voor huis, uma, kan inderdaad dienen waar
wij van woning spreken, maar wordt tevens gebruikt om aan
te duiden allen die in mannelijke linie van de voorvader, wiens
naam aan dit huis verbonden is afstammen. Dit “huis” is dan
weer een onderdeel van een verwante groep van ruimer opvatting
evenals het “huis” door afstamming in mannelijke inie bepaald.
Menurut Onvlee, rumah (uma) adalah bangunan tempat
orang saling melayani antara laki-laki dan perempuan, tetapi
rumah juga digunakan untuk merujuk pada pemilik rumah
terutama dari garis keturunan laki-laki sebagai pembawa marga
yang namanya melekat pada rumah tersebut turun temurun.
1 Rato Ama Tagu, Wawancara, diakses tanggal 14 Juni 2016.
2 L. Onvlee, Cultuur als Antwoord, Gravenhage, 1973, 208.
42
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
43
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
di belakang dari parii urata dan hanya tiang ini yang terdapat
labe yaitu gelang yang melingkari tiang tempat bersemayamnya
Marapu yang biasa disebut mori um’ma mori katonga atau ubu mono
waika yakni para leluhur. Ketiga, parii kere padalu adalah tiang
depan sebelah kiri biasanya melambangkan tiang perempuan.
Dan keempat, tutu ngaba adalah tiang pasangan parii kere padalu
yang terdapat dibelakangnya. Tiang ini juga melambangkan
tiang perempuan.5
Konsep keempat tiang ini secara umum mirip dengan
konsep tiang rumah adat pada penduduk NTT, namun
keempat tiang pada um’ma Bodomaroto ini memiliki makna
tersendiri bagi penduduknya. Konsep empat tiang ini
melambangkan kesetaraan antara tanggung jawab laki-laki
dan tanggung jawab perempuan. Laki-laki dan perempuan
sama-sama duduk di depan yang satu di sebelah kanan dan
yang satu lagi di sebelah kiri. Demikian halnya laki-laki
dan perempuan sama-sama duduk di belakang di sebelah
kiri dan kanan. Keseimbangan justru terlihat dari topangan
laki-laki dan perempuan.6
Hal menarik lainnya, dalam pandangan penduduk
Bodomaroto tiang pertama selalu diasosiasikan sebagai ayah,
tiang kedua selalu diasosiasikan sebagai anak laki-laki, tiang
ketiga selalu diasosiasikan sebagai ibu dan tiang keempat
selalu diasosiasikan sebagai anak perempuan. Keempat tiang
menggambarkan keakraban keluarga yang utuh yang saling
melengkapi dan saling menopang. Sebuah um’ma tidak akan
berdiri dengan kokoh jika hanya ditopang oleh satu atau
tiga tiang. Demikian halnya pandangan penduduk mengenai
44
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
keluarga yang tidak akan kokoh jika tidak ada topangan yang
kuat dari ayah, ibu dan anak-anak.
Setelah empat tiang dibangun, selanjutnya dibangunlah
tiang tengah7 sebanyak empat batang ditambah dengan 12 buah
tiang rumah yang dipalang horisontal.8 Selain itu ada juga yang
disebut dalung duka yaitu dalung yang dibuat tidak kena tali
pengikat, biasanya juga disebut dengan karape duka. Keempat
tiang induk um’ma mempunyai 4 (empat) labe. Labe merupakan
asosiasi gelang gading yang biasanya dikenakan pada pergelangan
tangan anak perempuan yang akan pindah rumah. Selain labe di
tengah rumah terdapat patenga um’ma ndana (tiang loteng). Pada
um’ma ndana juga terdapat dalung um’ma ndana yang terdiri dari 9
(sembilan) batang dalung duka. Dalung duka ditopang oleh karabo
um’ma yaitu 4 (empat) batang tiang penopang menara um’ma atau
tempat kuda-kuda menara. Kemudian um’ma ndana dilengkapi
dengan 4 (empat) batang kayu induk9 dan rangka atap rumah10
yang dipasang melintang. Ada satu yang disebut kogola mbisa
yaitu rangka atap rumah yang keramat terdiri dari 4 (empat)
batang balok penopang yang tidak boleh disentuh langsung oleh
alang. Menurut pemahaman penduduk Bodomaroto, kogola ini
tidak boleh disentuh alang agar kogola ini tidak tertutup atau
terus terbuka. Mereka meyakini bahwa sebagai asosiasi tubuh
manusia rumah memiliki mata yang terus mengawasi dan
mengontrol keberadaan seisi rumah. Mata itulah yang mereka
sebut kogola mbisa. Misalnya dalam rumah tangga jika ada yang
mencuri atau makanan secara sembunyi-sembunyi maka ada
mata dan tiang yang mengawasinya, sehingga anggota keluarga
7 Wasu patenga berarti tiang tengah.
8 Dalung adalah tiang rumah yang dipalang horisontal.
9 Bei karaga berarti induk karaga atau kayu induk.
10 Kogola yaitu rangka atap rumah.
45
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
46
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
47
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
disebut lado.14 Lado terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu lado tutu
natara, lado tutu ngaba, anta dingo, dan kere padalu.15
Lado tutu natara dan lado tutu ngaba digunakan sebagai
tempat makan, bercengkrama dan bercerita. Anta dingo
digunakan sebagai tempat penyimpanan wasu patunu16 yang
digunakan untuk memasak makanan, sedangkan kere
padaludigunakan sebagai tempat penyimpanan tempat air
atau kendi.17 Padalu merupakan asosiasi dari ginjal manusia.
Karena itu bagi penduduk Bodomaroto, pamali atau tabu jika
menemukan padalu dalam keadaan kosong tanpa air. Padalu
harus sering diisi air dan tidak boleh kosong, karena manusia
juga tidak bisa hidup tanpa air. Jika padalu kosong maka padalu
bisa saja pecah, sama halnya dengan ginjal manusia tidak boleh
kosong.
Setelah lado, katonga um’ma juga terdiri dari pono koro tutu
natara, pono koro tillu, dan pono koro tutu ngaba.18 Pono koro tillu
adalah tempat untuk menerima tamu. Tamu pada bagian ini
biasanya diterima oleh kaum bapak atau laki-laki. Sedangkan
pono koro tutu ngaba adalah tempat duduk kaum ibu atau
perempuan. Pada bagian ini para mawin’ne saling bercengkrama
dan melakukan aktivitas rumah tangga seperti memintal benang,
menenun kain, menganyam tikar, tempat penyimpanan bahan
makanan, dan sebagainya.
48
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
49
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
50
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
51
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
R. Ord, Sejarah Pertama Alkitab-Dari Eden hingga Kerajaan Daud Berdasarkan Sumber Y, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015, 125.
26 Karman, Bunga…, 50.
27 Karman, Bunga…, 50-51.
52
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
53
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
54
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
55
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
56
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
57
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
58
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
59
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
60
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
62
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
63
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
REFERENSI
Campbell-Nelson, Karen, 1995, “Anjing di Bawah Meja-
Tantangan Mendengarkan Suara Perempuan”, dalam Kasihilah
Allah, Ajarilah Dunia, Kupang: Fakultas Teologi.
Coote, Robert B., dan Ord,David R., 2015,Sejarah Pertama
Alkitab-Dari Eden hingga Kerajaan Daud Berdasarkan Sumber
Y, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Harianto, Agus Dwi, dkk., Laporan Penelitin No. 01/LPPM/
UKP/2012; Judul Penelitian Hubungan Ruang, Bentuk dan
Makna Pada Arsitektur Tradisional Sumba Barat, Surabaya:
LP3M UKP.
Karman, Yonky, 2007, Bunga Rampai Teologi PL, Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.
Kolimon, Mery, dkk,2015, Perempuan-Perempuan di Garis Terdepan
(Kisah Pendeta dan Pekerja Perempuan Pertama di GMIT dan
GKS), Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lasor,W. S., Hubbard, D. A., dan Bush,F. W., 2008, Pengantar PL
I, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Onvlee, L., 1973,Cultuur als Antwoord, Gravenhage.
Rato Ama Tagu, Wawancara, diakses tanggal 14 Juni 2016.
Retnowati, 2002, Perempuan-Perempuan dalam Alkitab-Peran,
Partisipasi dan Perjuangan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Telnoni,J. A., 2009,Manusia yang Diciptakan Allah-Telaah atas
Kesaksian PL, Kupang: Artha Wacana Press
64
3
SIKAP PROTEKTIF SARA
TERHADAP ISHAK Kejadian 21:1-10
Nelci Nafalia Ndolu, M.Th.)*
A. Pengantar
J
udul tulisan ini terinspirasi dari beberapa tulisan
praktisi parenting. Judul semacam itu mengandung
ajakan untuk memahami kisah parenting seperti halnya
Sara terhadap Ishak, anak satu-satunya. Pemahaman ulang
ini dilakukan dari berbagai aspek untuk dapat mengetahui
apa/ siapa Tuhan sekaligus merenungkan secara jujur
bagaimana perjuangan dan partisipasi seorang ibu terhadap
anaknya. Seorang ibu diharapkan dapat mengenali dirinya
sendiri dalam menjalankan perannya di dalam keluarga.
Tulisan ini akan mengajak pembaca secara kritis dan teliti
melihat teks Kejadian dengan menggunakan penafsiran
secara baru yang kontekstual untuk menjembatani
permasalahan keresahan Sara tentang model parenting
65
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
66
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
67
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
3 Marie-Claire Barth-Frommel & B.A Pareira, Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-
150, Jakarta: BPK, 2015, h 399
4 Gerrit Singgih, Bapak Kita Abrahama Pelopor Hidup Bersama yang lebih
Manusiawi , Yogyakarta, 2017, h 3
5 Walter Lempp, Tafsiran Alkitab: Kejadian 12:4-25:18, Jakarta : BPK Gunung
68
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
69
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
70
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
71
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
B. Pasal 21:3
Abraham menamai anak laki-lakinya itu, Ishak, yang
dilahirkan Sara baginya.
Berdasarkan penggalan di atas, dikatakan bahwa Abraham
memberi anak laki-lakinya itu.Pada bagian ini, Abraham yang
berperan dalam pemberian nama tersebut bukan Sara, ibunya.
Dalam dunia Perjanjian Lama, tugas memberi nama tidak mutlak
milik suami atau bapak dari anak tersebut. Selain Abraham yang
memberi nama kepada anak nya Ishak dan Ismael, Yakub yang
memberi nama kepada anak bungsunya Benyamin (Kej 35:18)
serta Yusuf yang memberi nama kepada kedua anak laki-lakinya
yang lahir di Mesir (Kej 41:51-52). Kita juga membacabeberapa
kisah dalam Perjanjian Lama juga memberi informasi bahwa
perempuan selaku ibu dari anak yang memberi nama kepada
adalah ibu dari anak tersebut. Hawa yang memberi nama
kepada Kain (Kej 4:1), Rahel dan Lea memberi nama kepada
anak-anak mereka sesuai dengan pergumulan mereka masing-
masing (Kej 29: 32-30:24). Lempp menjelaskan dalam tiap-tiap
keluarga bapaklah yang berhak memberi nama kepada anaknya.
Pemberian nama berarti menciptakan menurut hakikatnya,
berbeda dan terpisah dari orangtuanya9
9 Lempp,Tafsiran Kejadian 1:1-4:26, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964, hal 24,
107-109
72
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
C. Pasal 21:4
Kemudian Abraham menyunat Ishak anaknya ketika berumur
delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.
Kisah kelahiran Ishak berlanjut dengan upacara
penyunatan Ishak. Abraham menyunat Ishak setelah berumur
delapan hari. Adakalanya sunat dilakukan oleh seorang Ibu (Kel
4:25). Tindakan menyunat (Ibr. mul) merupakan suatu adat dan
kebiasaan lama diantara orang bangsa Israel. Sunat menjadi
tanda kebangaan bagi orang Israel (Hak 14:3, 15:18). Selain itu,
sunat menjadi tanda pengenal dan tanda pengakuan kepercayaan
Yahudi.12 Tradisi sunat hanya berlaku bagi laki-laki. sunat wajib
dilakukan bagi setiap anak laki-laki yang berumur delapan haru
10 C.S Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, h 5-6
11 Lempp, Opcit, h 255
12 James T Cleland, The Interpreter’s Bible Volume I, Nashville: Abingdon Press,
1953, 629-631
73
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
74
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
D. Pasal 21:5-7
Abraham berumur seratus tahun, pada waktu Ishak anaknya
lahir baginya. Berkatalah Sara : Allah telah membuatku tertawa, setiap
orang yang mendengarnya akan tertawa kepadaku. Lagi katanya: siapa
yang dapat mengumumkan kepada Abraham Sara telah menyusui
sendiri anaknya? Karena aku telah melahirkan baginya pada masa
tuanya.
Narrator memberi informasi tentang usia Abraham ketika
Ishak lahir. Abraham berusia seratus tahun. Penjelasan narrator
ini berkaitan dengan Kej 17:17. Saat itu Abraham berusia 99
tahun. Informasi tersebut menegaskan Allah sungguh mengenapi
janjinya setahun kemudian kepada Abraham dan Sara. Usia 100
tahun adalah usia yang sangat tua. Zaman sekarang sulit bagi
seseorang yang untuk mencapai usia 100 tahun. Apalagi memiliki
anak di usia tersebut. Khususnya Sara yang melahirkan Ishak.
Ini sungguh luarbiasa. Bagaimana mungkin Sara dalam usia
Sembilan puluh satu tahun melahirkan seorang anak laki-laki
bagi Abraham? Memang ada beberapa kisah zaman sekarang
tentang beberapa perempuan usia senja melahirkan anak bagi
suaminya. Sebut saja Margareth Allen yang hamil di usia 90
tahun setelah melakukan hubungan seks dengan seorang pria 22
tahun. Menarik bahwa ia hamil setelah berdoa selama 10 tahun
agar bisa mendapatkan anak yang pertama.15
Kisah lebih lanjut diceritakan bahwa, Sara berkata “ Allah
telah membuatku tertawa, setiap orang yang mendengarnya akan
tertawa”.Berdasarkan penggalan ini dapat kita ketahui ungkapan
hati Sara setelah melahirkan Ishak. Allah dikatakan telah
menggenapi janjinya tentang seorang anak laki-laki, namun saat
15 http://progressnews.com/gaya-hidup/nenek-usia-90-tahun-masih-bisa-hamil-heboh-
media-internasional/
75
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
itu dia tidak percaya justru tertawa. Lazim dalam Alkitab narator
melukiskan ungkapan hati setiap ibu tentang kehamilan dan
anak yang dilahirkannya. Sebagaimana Sara, Hawa membuat
pernyataan yang mengakui akan pertolongan dalam kehamilan
dan kelahiran (Kej 4:2), Lea dalam keadaan tidak dikasihi oleh
Yakub bersyukur karena Allah memperhatikan kesengsaraannya
(Kej 29: 32-35; 17-21), Rahel pung menganggap kehamilannya
karena Tuhan telah menghapus aibnya ((Kej 29:22-24, 35:16-
17), Hana memuji Tuhan yang Kudus yang menjawab doa dan
pergumulan untuk memiliki seorang anak laki-laki (I Sam 1-2).
Lebih lanjut, kata Tertawa (tsekhoq) diartikan sebagai
ekspresi suara yang mencerminkan kala gembira, geli dan lucu.
Seringkali, tertawa itu merupakan manifestasi histeris . Ada orang
yang tertawa terbahak-bahak dengan ada penyebabnya, tetapi
ada juga orang yang terpaksa tertawa yang sifatnya kompulsif,
terpaksa, dan osbesif yang tidak ada penyebabnya. Ada orang
yang suka tertawa tetapi ada juga orang suka tersinggung jika
ada orang tertawa. Menurut Juan, seseorang tertawa karena ada
sesuatu yang menggelitik hatinya tetapi juga didasarkan pada
rasa takut. Rasa takut akan dipermalukan secara sosial, takut
kehilangan martabat, takut dikucilkan oleh kelompok, takut
dibohongi atau dimanfaatkan, takut mati, takut cedera, dan
takut seks.16
Pertanyaan lebih lanjut, apakah yang membuat Sara
tertawa? Apakah ada pokok sebab kegembiraannya? Apakah ada
yang menggelitik hati dan pikirannya? Ataukah ada rasa takut
yang menyelimutinya pikirannya? Dilihat dari sudut kondisi
usia, dan fisik Sara, memang ada yang mengganjal pikiran.
16 Stephen Juan, Tubuh Ajaib,: Membuka misteri-misteri aneh dan menakjubkan tubuh
kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Indonesia, 2005, h 230
76
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
17 Di dalam Perjanjian Lama kata iman berasal dari kata kerja aman, yang berarti
“memegang teguh kepada janji” seseorang, karena janji itu dianggap teguh atau kuat sehingga
dapat diamini, dipercaya. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti,
bahwa Allah harus dianggap sebagai Yang Teguh atau Yang Kuat. Oleh karena itu, menurut
Perjanjian Lama, beriman kepada Allah berarti mengamini, bukan hanya dengan akalnya,
melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya, kepada segala janji Allah
yang telah diberikan dengan perantara firman dan karya-Nya. Dalam Perjanjian Baru Iman
berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa
Ia di dalam Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya sendiri, sehingga
segenap hidup orang yang beriman dikuasai oleh keyakinan yang demikian itu. Lih Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010, hlm. 17
77
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
78
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
E. Pasal 21:8-9
Bertambah besar anak itu dan ia disapih, lalu Abraham
mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih. Dan Sara
melihat anak Hagar perempuan Mesir itu yang dilahirkan bagi
Abraham bermain dengan anaknya.
Berdasarkan penggalan di atas, persepsi tekstual
menggambarkan narasi yang bergerak cepat, dalam hal ini
dikatakan ‘tiba-tiba Ishak sudah besar’. Abraham menyapih
ishak dengan membuat sebuah perayaan pesta. Seorang anak
biasanya disapih ketika berusia tiga tahun (2 Makabe 7:27). Bila
merujuk pada aturan tersebut, maka Ishak berusia tiga tahun
ketika disapih oleh ayahnya. Perayaan pesta mengindikasikan
kebiasaan adat yang berlaku terkait penyapihan anak. Dalam 2
Samuel 1:23-25, Hana menyapih anaknya melakukan perayaan
pesta di hadapan Allah di Silo dengan membawa seekor lembu
janta satu efa tepung, sebuyung anggur.
Perjamuan makan seharusnya menjadi sukacita besar bagi
keluarga. Akan tetapi dalam teks tersebut di atas dikatakan
bahwa muncul konflik yang sangat krusial atas diri Abraham.
Konflik diawali dengan Sara melihat anak Hagar yakni
Ismael bermain bersama anaknya Ishak. Kata kerja “melihat”
diterjemahkan dari bahasa Ibrani ra’ah. Kata tersebut digunakan
dalam Massortic Text (MT) sebanyak 1140 kali untuk menjelaskan
tentang tindakan seseorang melihat sebuah objek dengan mata
yang memunculkan sikap waspada atau bahagia. Penggunaan
kata ini menunjukkan mata Sara selalu tertuju kepada Ishak. Ia
selalu mengawasi gerak-gerik anaknya. Termasuk ketika Ishak
dan Ismael sedang bermain bersama di tengah keramaian pesta.
Penerjemahan teks tersebut diperkaya dengan kata kerja
79
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
80
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
20 Devora Steinmetz, From Father to Son : Kinship, conflct and continuity in genesis,
America: Jhon Knox Press, 1959, h 79
21 Lih. Fita Chakra, Diary Parenting & Relationship, Jakarta: Buana Ilmu Populer,
2013, h 11
81
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
82
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
83
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
REFERENSI
84
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
85
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
86
4
HARAM DAN TIDAK HARAM MENGENAI
MAKANAN MENURUT ULANGAN
14:3-21
Mieke Yen Manu, M.Th.)*
A. Pendahuluan
K
itab Ulangan adalah buku kelima dari urutan kitab
Pentateukh. Dalam naskah Ibrani kitab Ulangan
disebut ‘ellehhaddebharim yang berarti inilah perkataan-
perkataan. Sedangkan dalam naskah Yunani, terdiri dari dua kata
yaitu deuteros dan nomos, masing-masing berarti kedua/ulangan
dan hukum; merupakan terjemahan perjanjian lama dalam
bahasa Yunani pada abad 3 sM.1 Dalam bagian lain disebut juga
sebagai mišneh hattôrâ (salinan hukum) atau hanya mišnah saja
(Ul. 17:18); namun sepertinya nama yang paling popular adalah
hukum kedua, mungkin untuk menunjukkan hubungannya
dengan perjanjian Sinai di kitab Keluaran.2
1 J. Sidlow, Menggali isi Alkitab 1 (Kej-Est), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997), 203.
2 Lih. Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas, 1998), 285-
87
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
Adapun tujuan dari kitab ini dapat terlihat dari isinya, paling
tidak judulnya saja telah memberikan gambaran, namun perlu
diingat bahwa ini bukan hukum yang baru. Wolf menyatakan
bahwa tujuan kitab ini adalah untuk mengingatkan orang Israel
akan kesetiaan Allah dan mendorong mereka untuk mengasihi
Tuhan dengan segenap hati.3 Bangsa Israel yang akan memasuki
tanah perjanjian adalah generasi yang baru dan bahkan akan
mengalami pergantian pemimpin.4 sehingga seluruh perjanjian
yang telah dibuat sebelumnya dengan Allah sebagai pemrakarsa
perjanjian harus diteguhkan kembali.
Mengenai penulis, ada beberapa keberatan yang
dikemukakan oleh para ahli yang menolak Musa sebagai
penulisnya. Ada beberapa bagian yang tampaknya masuk akal,
seperti bagian pasal 34 tentang kematian Musa. Alasan lain yang
dikemukakan adalah merujuk pada isi dari kitab itu sendiri,
seperti penegasan mengenai penyembahan yang berpusat
pada satu tempat (band. Ul.12).5 Selain itu, keseluruhan dari
isi hukumnya menunjuk pada taraf masyarakat dengan proses
hukum yang sedang berkembang dan bukan merupakan
permulaan perkembangan hukum seperti pada zaman Musa.
Hal ini juga dipertegas dengan ciri bahasa yang menekankan
pada keadilan sosial memiliki kemiripan dengan pemberitaan
pada zaman nabi.6 Walaupun demikian tidak bisa dipungkiri
bahwa hukum ini memang dikaitkan langsung dengan Musa
286.
3 Ibid., 286.
4 I. J. Cairns, Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan (pasal 1-11), (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997), 10.
5 Lih. Andrew Hill dan John Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum
Mas, 1998), 226
6 Lih. I. J. Cairns, Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan (pasal 1-11), (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997), 2.
88
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
sebagai penulisnya.
Penjelasan lebih lanjut dapat kita kaitkan dengan Neh.
8:2 disebutkan ‘kitab Taurat Musa’, lihat juga keterangan dalam
kitab itu sendiri yang mengidentifikasi Musa sebagai penulisnya
(Ul. 31: 9-13) dan juga pengutipan kitab Ulangan dalam
Perjanjian Lama selalu menggaitkan dengan Musa.7 Berdasarkan
berbagai kajian yang dilakukan terhadap bentuk dan struktur
dari kitab Ulangan, ditemukan bahwa kitab ini mengikuti atau
mirip dengan model perjanjian yang telah dikenal pada zaman
pertengahan millennium ketiga hingga pertengahan millennium
pertama sebelum masehi, dan ternyata diperoleh struktur yang
hampir serupa dengan fakta Neo-Het, sehingga menunjukkan
bahwa penentuan penulisan kitab ini pada zaman Musa dapat
diterima.8 Penelusuran lebih lanjut, dapat dilakukan dengan
cara merekontruksi model seperti surat perjanjian yang dikenal
pada masa itu, sepertinya Musa mengadopsi bentuk hukum yang
telah dikenal pada masa itu. Biasanya seorang Maharaja akan
membuat perjanjian dengan raja bawahannya dengan ketentuan
untuk taat sehingga memperoleh anugerah dan sebaliknya
malapetaka bila membangkang.9 Meskipun demikian, kitab
ulangan tidak mutlak meniru pakta yang beredar masa itu karena
ada perbedaan dalam susunannya secara khusus. Biasanya dalam
pakta bangsa Timur dekat kuno menempatkan ‘saksi-saksi’ lebih
dulu sebelum kutuk dan berkat, selain itu tidak terdapat prolog
89
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
B. Struktur Ulangan 14
Adapun struktur kitab ulangan secara umum yang
dikemukan oleh Wolf dapat dikemukan seperti di bawah ini
yaitu:
Judul/Mukadimah 1:1-5
Prolog historis 1:6-4:43
Ketentuan 4:44-26:9
Berkat, kutuk 27-30
Saksi-saksi 31-34
Pada awalnya kitab ini dijadikan bagian dari kitab sejarah
deutronomis, namun kemudian dipisahkan dan dimasukkan
dalam jilid terakhir pentateukh. Tiga pasal terakhir yaitu pasal 32-
34 12 ditambahkan kemudian sehingga menjadikan kitab ulangan
memiliki keterikatan dengan 4 jilid Pentateukh sebelumnya.
10 Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, 295.
11 J. Blommendall, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 60.
12 Lihat keterangan selengkapnya yang dikemukakan oleh Cairns, Tafsiran Alkitab:
Kitab Ulangan (pasal 1-11), 11.
90
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
13 Lih. W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama I (Taurat
dan Sejarah), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997),
14 Cairns, Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan (pasal 1-11), 6
15 Lih. Penjelasan lebih lanjut oleh Cairns, Tafsiran Alkitab Ulangan 2 (12-34), ibid., 2-7.
16 Warner H. Schmidt, Old Testament Introduction, (New York: The Crossroad Pub.
Com., 1984), 120.
91
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
itu, karena konteks saat itu adalah pidato Musa yang mengulang
kembali kodeks perjanjian untuk segenap bangsa itu yang hendak
memasuki tanah perjanjian.
Secara umum ada sebuah sistem yang tampaknya seragam
berhubungan dengan formula hukum di mesapotamia dan bangsa
Het, yaitu disusun secara apodeictic, dan juga nampak di Israel pada
masa patriakh, namun terus berkembang dalam menjadi hukum
itu lebih segar dan berdasarkan perubahan rezim.17 Sepertinya
hal yang serupa juga terjadi pada Israel berhubungan dengan
pendudukannya di Kanaan. Untuk mempermudah melihat latar
belakang dari kodeks ini, perlu diperhatikan perbandingannya
dengan kodeks bangsa di timur dekat kuno berkisar di masa
yang sama. Hukum Asiria kuno dikenal dengan kekerasannya,
sedangkan kodeks Hammurabi lebih progresif, dan hukum Het
tampaknya lebih ringan.18 Bagaimana pun Israel memiliki nilai
hukumnya berbeda dengan masyarakat tetangganya. Perbedaan
itu terlihat dalam tidak adanya pinalti fisik yang melibatkan
mutilasi atau penyiksaan, tapi dalam bidang agama dan moral
hukum bangsa lain menjadi ringan dengan hanya membayar
denda; sedangkan Israel menjadi begitu keras sehubungan
dengan pelanggaran kekudusan Allah, Sang Pemberi Hukum.19
Dengan demikian, hukum Israel mengutamakan pernghormatan
atas nyawa manusia diatas segalanya.
17 Jolberto Soggin, Introduction to the Old Testament, (London: SCM Press LTD,
1976), 154
18 Ibid., 157-158
19 Ibid., 158.
92
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
93
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
Pasal 14: 3-20 adalah daftar yang sama dalam kitab Imamat
11:1-23, dan bagian ayat 22-29 juga tercantum dalam kitab Imamat
27:30-33; sepertinya adalah petunjuk yang diperuntuk bagi para
imam. Setelah diteliti ternyata kedua bahan ini pun masing-
masing sudah tidak terlalu identik. Mungkin telah mengalami
perkembangan dari zaman ke zaman dan disederhanakan untuk
disisipkan dalam kodeks ulangan ini sehingga dapat dibacakan
untuk seluruh awam.25 Bahan yang terdapat dalam kitab Imamat
agak lebih diperjelas dalam beberapa bagian tertentu sedangkan
bagian kodeks ulangan hanya secara umum saja.
Adapun hasil yang diperoleh setelah memporak-
porandakan teks kodeks Ulangan pasal 14 secara menyeluruh
maka ditemukan pola sebagai berikut.
Tabel 2. Pola Struktur Ulangan 14
Pasal 14:1-21
25 Lih. Cairns, Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan 2 (pasal 12-34), 40.
94
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
26 semua kata Ibranidan artinya dalam tulisan ini dikutip dari Lexicon to the Old
and New Testament seperti yang dilampirkan oleh Spiros Zodhiates, The Hebrew-Greek Key
Study Bible.
95
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
96
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
97
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
98
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
E. Kesimpulan
Pasal 14 dimulai dengan penyebutan status Israel oleh
Musa bahwa Israel adalah anak-anak Allah, umat yang kudus
milik kesayangan Allah. Dengan mengingatkan Israel tentang
siapa mereka, Musa menyebutkan sejumlah ketentuan perjanjian
yang harus diikuti oleh Israel sebagai akibat dari statusnya
tersebut. Israel harus menjaga diri dari praktek-praktek yang
mencemarkan kekudusannya. Praktek-praktek yang dilarang
dalam konteks ini antara lain mengenai proses perkabungan,
Israel tidak boleh menorah diri atau mencukur rambut di dahi
(ay.1-2). Israel harus menjaga dan menghormati tubuh yang
diciptakan oleh Allah serta tidak merusaknya hanya dengan
31 Lih. “cooking” dalam Merrill F. Unger, Unger’s Bible Dictionary, 374.
99
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
F. Aplikasi
Adapun kebenaran yang dapat diterapkan bila bagian
kodeks ulangan ini ditarik dalam situasi kehidupan umat
perjanjian baru saat ini, yaitu umat perjanjian baru tidak lagi
terikat dengan larangan mengenai makanan (1 Kor.10:19-20),
namun bukan berarti bahwa kebebasan itu tidak terkontrol.
Pertimbangan yang tidak boleh dilupakan adalah menyangkut
alasan kesehatan dan semacamnya, agar tubuh kita tetap
terpelihara dan dapat memuliakan Allah
REFERENSI
Blommendall, J. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 1996.
Cairns, I. J. Tafsiran Alkitab: Kitab Ulangan (pasal 1-11). Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 1997.
Green, Denis. Pembimbing ke dalam Pengenalan Perjanjian Lama.
101
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
102
5
STUDI EKSEGESIS YEREMIA 10:1-7
Sance Mariana Tameon, M.Pd.K)*
A. Pendahuluan
Y
eremia lahir pada masa raja Manasye di Anatot. Dia
dibesarkan oleh orangtuanya yang saleh dan berasal
dari suku Lewi. Ayahnya seorang imam yang bernama
Hilkia. Yeremia melayani pada masa pemerintahan lima raja
Yehuda terakhir yakni Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin
dan Zedekia. Dia melayani kurang lebih 40 tahun di Yehuda,
setelah itu Yeremia diperintahkan Allah menuangkan amanat-
Nya dalam bentuk tertulis. Hal ini dilakukannya dengan
mendiktekan nubuat-nubuat itu kepada Barukh, juru tulisnya
yang setia (Yer.36:1-4). Nubuat-nubuat tersebut juga dibacakan
kepada Raja Yoyakhin, tetapi dia merobek gulungan kitab itu
dan membuangnya dalam api (Yer. 36:22-23). Tetapi Yeremia
kembali mendiktekannya dan kali ini lebih banyak dari gulungan
pertama. 1
1 W. S. Lasor, dkk. Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat,. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2015, hal. 305
103
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
104
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
B. Analisa konteks
105
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
106
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
3. Analisa Eksegetis
Yeremia 10:1-7 merupakan suatu peringatan atau teguran
Tuhan kepada bangsa Yehuda untuk tidak menyembah berhala
dan peringatan itu disampaikan melalui Yeremia. Ayat 1 dimulai
dengan kata ׁשִ ( ּו֣עְמQal Impv. 2.m.p) dari kata dasar עמשyang
berarti “hear, listen to obey. Ini berarti suatu perintah untuk
mendengarkan yang didalamnya harus ada ketaatan untuk
melakukannya. Jadi, kata ini mau menegaskan bahwa perintah
ini secara langsung dari Tuhan dan harus dilaksanakan. Harris
menegaskan kata ini sebagai berikut:
107
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
108
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
109
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
12 C.F. Kiel & F. Deliztch Commentary on the Old Testament Vol X. Grand Rapids:
Wm.B. Eerdmans Publishing House, 1985, hal. 955
13 B. Francis, obcit
14 L. R. Harris, obcit, hal. 204
15 B. Francis, obcit
16 L. R. Harris, obcit, hal. 391
110
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
111
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
112
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
113
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
REFERENSI
Hill, Andrew E. & Walton, John H. (2013). Survei Perjanjian
Lama . Malang : Gandum Mas.
Kiel, C.F. & Deliztch, F. (1985). Commentary on the Old Testament
Vol X. Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing House .
Francis, B. (1979). The Brown Driver Briggs Gesenius Hebrew And
English Lexicon. Messachusetts: Hendrikson Publisher.
Harris, L. R. (1980). Theological Wordbook Of The Old Testament
Vol.11. Chichago: Moody Press.
Thomson, J. (2008). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 2. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Lasor, W.S., Hubbard, D.A. & Bush, F.W. (2015). Pengantar
Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat . Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Walvoord, J. T. (1985). The Bible Knowledge Commentary .
Wheaton Illinois : Victor Books.
Alkitab Terjemahan Baru (2000). Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia
114
Perjanjian Lama dan Konteksnya: Bunga Rampai Kajian Teoritis & Sosial
115