Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI SPONS Dictyonella funicularis


DAN Phyllospongia lamellosa YANG DIAMBIL PADA PERAIRAN
BUNAKEN

(Antibacterial activity test of sponge Dictyonella funicularis and Phyllospongia lamellosa


collected from Bunaken marine waters)

Angeline E. C. Ngantung1*, Deiske A. Sumilat1, Robert A. Bara1

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
*
e-mail : angelchristiany@gmail.com

Sponges is one of reef building marine organisms. This animal contains so many
compounds that have a potential to be expended in medical field, one of them as an
antibacterial. This research aims to find the antibacterial potential and make an antibacterial
activity test from sponge Dictyonella funicularis and sponge Phyllospongia lamellosa from
Bunaken marine waters, North Sulawesi. The result shows that the extract of sponge
Dictyonella funicularis and sponge Phyllospongia lamellosa has an antibacterial activity. The
extract of sponge Dictyonella funicularis has a higher antibacterial activity than the extract of
sponge Phyllospongia lamellosa and also have a potential to be expended as an antibacterial
medicine.

Keywords: Sponge, Dictyonella funicularis, Phyllospongia lamellosa, Antibacterial, Bunaken


Marine Waters

Spons merupakan salah satu biota laut penyusun terumbu karang. Hewan laut ini
diketahui mengandung senyawa-senyawa yang berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang
pengobatan, diantaranya sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
antibakteri dan melakukan pengujian aktivitas antibakteri dari spons Dictyonella funicularis dan
Phyllospongia lamellosa yang diambil dari perairan Bunaken, Sulawesi Utara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak spons Dictyonella funicularis dan Phyllospongia lamellosa memiliki
aktivitas antibakteri. Ekstrak spons Dictyonella funicularis menghasilkan aktivitas antibakteri
yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak spons Phyllospongia lamellosa dan memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai obat antibakteri.

Kata kunci: Spons, Dictyonella funicularis, Phyllospongia lamellosa, Antibakteri, Perairan


Bunaken

PENDAHULUAN ekosistem terumbu karang hidup


berbagai jenis biota laut, termasuk di
Indonesia merupakan negara dalamnya spons laut (Mokodompit et
kepulauan terbesar di dunia yang al., 2015).
memiliki wilayah laut sangat luas Spons merupakan salah satu
dengan panjang pantai 99.093 km komponen biota penyusun terumbu
(Badan Informasi Geospasial, 2015). karang yang penyebarannya cukup
Hal ini berkaitan erat dengan luas. Terdapat 15.000 spesies spons di
keanekaragaman sumberdaya alam seluruh dunia dan sekitar 45% senyawa
hayati laut yang tinggi, salah satunya bioaktif ditemukan pada spons
ialah ekosistem terumbu karang. Dalam

10
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

(Denning, 2006). Kandungan metabolit sekunder dari spons diketahui mampu


menangkal dan menghambat bakteri dikeringkan, kemudian disterilkan
patogen pengganggunya. Hal ini dengan menggunakan autoklaf pada
membuat spons menjadi salah satu suhu 121ºC selama 15 menit (Ortez,
hewan laut yang menarik untuk diteliti 2005). Laminary air flow yang
karena berpotensi besar untuk digunakan untuk pengerjaan disterilkan
dikembangkan dalam bidang menggunakan alkohol dan lampu
pengobatan yaitu sebagai antibakteri bunsen.
(Abubakar et al., 2006; Suparno, 2005).
Penelitian ini secara umum 4. Ekstraksi
bertujuan untuk meneliti manfaat spons Sampel spons dimaserasi dalam
dalam bidang kesehatan khususnya larutan etanol selama 24 jam
sebagai antibakteri dan untuk menguji selanjutnya disaring dengan
tingkat aktivitas antibakteri dari menggunakan kertas Whattman
beberapa spons yang diambil dari untuk mendapatkan ekstrak spons.
perairan Bunaken, Sulawesi Utara. Ekstrak etanol sampel spons
kemudian diuapkan dengan Rotary
vacuum evaporator pada suhu 40º
METODE PENELITIAN hingga kering.

Tempat dan Waktu Penelitian 5. Pembuatan Media


Pengambilan sampel dilakukan a. Media cair Brain Heart Infusum
pada dua lokasi di perairan Bunaken, (BHI)
yaitu Tanjung Parigi dan Mamaling. Ditimbang sebanyak 37 gram
Kemudian penelitian dilanjutkan di agar BHI kemudian dilarutkan
Laboratorium Riset Biomedik Fakultas dengan 1 liter aquades. Media
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. dituang ke dalam tabung reaksi
Penelitian dilaksanakan dari bulan sebanyak 10 ml per tabung.
Februari sampai bulan April 2016. Kemudian disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 121ºC selama
Prosedur Penelitian 15 menit.
1. Persiapan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada b. Media Nutrien Agar (NA)
kedalaman 5 m - 10 m menggunakan Ditimbang sebanyak 23 gram
alat selam. Sampel yang diambil agar nutrien dilarutkan dalam 1 liter
selanjutnya dipotong kecil-kecil aquades. Media dituang ke dalam
berbentuk kubus/dadu, direndam dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml per
larutan etanol 95% dan dibawa ke tabung. Kemudian disterilkan
Laboratorium Riset Biomedik Fakultas dengan autoklaf pada suhu 121ºC
Kedokteran UNSRAT. selama 15 menit.

2. Identifikasi Sampel c. Media Mueller Hinton Agar (MHA)


Pengidentifikasian sampel spons Ditimbang sebanyak 38 gram
dilakukan dengan melihat bentuk, MHA kemudian dilarutkan dengan 1
warna, dan struktur spons. Jenis spons liter aquades. Media disterilkan
ditentukan dengan pencarian melalui dengan autoklaf pada suhu 121ºC
buku Biologi Laut (Nybakken, 1988) selama 15 menit. Kemudian media
dan situs “www.spongeguide.com”. dituang ke dalam cawan petri
sebannyak 20 ml per cawan.
3. Sterilisasi Peralatan dan
Lingkungan Kerja
Alat-alat gelas yang digunakan
terlebih dahulu dicuci bersih,

11
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

6. Pembuatan Kontrol Positif dan HASIL DAN PEMBAHASAN


Kontrol Negatif
Kontrol positif dibuat dari Sampel Spons Dari Perairan
sediaan kapsul kloramfenikol 250 Bunaken
gram yang dilarutkan dalam 100 ml Sampel spons yang diambil dari
aquades. Sedangkan kontrol negatif Tanjung Parigi dan Mamaling sebanyak
menggunakan cairan etanol 95%. dua belas sampel dan yang berhasil
diidentifikasi sebanyak empat sampel.
7. Kultur Bakteri Uji Sedikitnya sampel yang berhasil
Bakteri uji yang digunakan yaitu diidentifikasi dikarenakan kecilnya
Staphylococcus aureus (Gram ukuran sampel yang diambil.
positif) dan Escherichia coli (Gram
negatif). Masing-masing diambil Hasil Pengujian di Laboratorium
sebanyak 1 ose kemudian Uji Awal
digoreskan pada permukaan media Pengujian awal dilakukan untuk
NA miring. Selanjutnya media melihat aktivitas semua sampel
diinkubasi salama 1x24 jam pada terhadap bakteri uji Staphylococcus
suhu 37ºC (Ortez, 2005). aureus dan Escherichia coli. Hasil dari
pengujian awal menunjukkan bahwa
8. Aktivitas Antibakteri beberapa sampel yang diambil
Ada dua metode difusi yang memberikan zona hambat terhadap
digunakan yaitu metode cakram bakteri uji.
kertas dan metode sumur. Adanya Berdasarkan hasil penapisan
aktivitas antibakteri ditandai dengan awal, dipilih dua spesies spons yang
terbentuknya zona bening di sekitar memberikan zona hambat yang besar
sumur dan cakram. Tahap yaitu Dictyonella funicularis dan
pengujian awal digunakan metode Phyllospongia lamellosa (Tabel 1).
cakram kertas (disc diffusion Kirby Kemudian dilakukan pengujian lanjut
Bauer) yaitu kertas cakram dengan terhadap dua sampel yang dipilih
diameter 6 mm direndam ke dalam dengan menggunakan metode sumur.
larutan spons uji kemudian
diletakkan di atas permukaan media Tabel 1. Ekstrak spons laut yang
MHA lalu diinkubasi selama 1x24 mempunyai aktivitas terhadap
jam pada suhu 37ºC (Ortez, 2005). Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli
Setelah muncul zona bening
Sampel S. Aureus E. Coli
dilakukan pengujian lanjut dengan 1 - -
menggunakan metode sumur 2 - -
(metode modifikasi Kirby Bauer). Amphimedon - -
Larutan spons uji dievaporasi chloros
hingga kering lalu dilarutkan dengan 4 + +
etanol sebanyak 4 ml, kemudian 5 + +
dimasukkan ke dalam tiga buah 6 + -
sumur berdiameter 6 mm. Sumur ke Dictyonella + +
empat diisi dengan etanol sebagai funicularis
kontrol positif dan sumur kelima diisi 8 + -
dengan larutan kloramfenikol 9 - -
sebagai kontrol positif. Selanjutnya 10 + -
media diinkubasi selama 1x24 jam Phyllospongia + +
pada suhu 37ºC. lamellosa
13 + +/-
Keterangan: + = Memiliki aktivitas
- = Tidak memiliki aktivitas

12
2

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

1 4

2 3

1a 1b
Gambar 1. Zona hambat ekstrak spons Dictyonella funicularis pada pengamatan 1x24 jam
terhadap pertumbuhan bakteri (1a) Staphylococcus aureus dan (1b) Eschericia
coli.
Keterangan: 1,2,3 = Ekstrak spons, 4 = Kontrol Negatif, 5 = Kontrol Positif

Pengujian Terhadap Spons Pengujian Terhadap Spons


Dictyonella funicularis Phyllospongia lamellosa
Setelah diinkubasi selama 1x24 Setelah diinkubasi selama 1x24
jam pada suhu 37ºC, ekstrak jam pada suhu 37ºC, ekstrak
Dictyonella funicularis menunjukkan Phyllospongia lamellosa menunjukkan
adanya daya hambat terhadap bakteri adanya daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli (Gambar 1). Escherichia coli (Gambar 2).
Pengamatan dilanjutkan selama Pengamatan dilanjutkan selama
2x24 jam untuk melihat apakah ada 2x24 jam untuk melihat apakah ada
perubahan yang terjadi, namun tidak perubahan yang terjadi, namun tidak
terjadi perubahan yang signifikan terjadi perubahan yang signifikan
terhadap bakteri uji. terhadap bakteri uji.

4
4
1 1
5
5
3
3
2 2

2a 2b
Gambar 2. Zona hambat ekstrak spons Phyllospongia lamellosa pada pengamatan 1x24 jam
terhadap pertumbuhan bakteri (2a) Staphylococcus aureus dan (2b) Eschericia
coli.
Keterangan: 1,2,3 = Ekstrak spons, 4 = Kontrol Negatif, 5 = Kontrol Positif
13
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

Tabel 2. Rerata diameter 2007; Posangi et al., 2014; Bara et al.,


zona hambat ekstrak spons Dictyonella 2015).
funicularis dan Phyllospongia lamellosa Kekuatan senyawa bioaktif yang
pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus terkandung dalam ekstrak spons laut
aureus dan Eschericia coli.
dapat dilihat dengan menggunakan
Bakteri lebar diameter zona hambat sebagai
Spesies
Spons/Antibiotik S.aureus E.coli parameternya. Semakin lebar diameter
(mm) (mm) zona hambat yang terbentuk
Dictyonella menandakan semakin kuatnya
38,83±6,59 42,33±3,08
funicularis
Phyllospongia senyawa bioaktif tersebut menghambat
18,00±6,26 25,17±5,34 pertumbuhan bakteri.
lamellosa
Antibiotik 31,75±9,18 34,50±2,65 Dalam penelitian ini, ekstrak
Keterangan ± = Standart deviasi
Dictyonella funicularis memiliki
senyawa antibakteri yang cukup kuat.
Selanjutnya peneliti melakukan
Berdasarkan hasil penelitian, pencarian mengenai penelitian serupa
terlihat bahwa kedua ekstrak dengan mesin pencari pada situs
menunjukkan adanya aktivitas www.Google.scholar.com, untuk
antibakteri terhadap bakteri uji dibandingkan dengan penelitian ini
Staphylococcus aureus dan Eschericia namun tidak ditemukan adanya
coli. Hasil pengukuran rerata diameter penelitian tentang aktivitas antibakteri
zona hambat ekstrak spons uji dan dari spesies yang sama. Penelitian oleh
antibiotik disalin dalam tabel 2. Konuklugil dan Gozcelioglu (2015) juga
Penelitian ini memperlihatkan dilakukan terhadap genus Dictyonella
bahwa ekstrak spons Dictyonella namun dari spesies yang berbeda yaitu
funicularis dan Phyllospongia lamellosa Dictyonella incisa yang tumbuh di
memiliki daya hambat terhadap kedua Perairan Turki. Pada penelitian tersebut
bakteri uji. Namun ekstrak spons ekstrak Dictyonella incisa menunjukkan
Dictyonella funicularis memiliki aktivitas adanya aktifitas antibakteri terhadap
antibakteri yang lebih kuat bakteri Staphylococcus aureus.
dibandingkan ekstrak spons Ekstrak lainnya dari spons
Phyllospongia lamellosa. Hal ini Phyllospongia lamellosa juga dipastikan
ditunjukkan dengan adanya perbedaan memiliki senyawa antibakteri. Penelitian
daya hambat yang muncul. oleh Undap (2016) dan Dajoh (2004)
Kedua ekstrak spons menunjukkan adanya senyawa dari
menunjukkan adanya aktivitas yang Phyllospongia lamellosa yang dapat
lebih kuat terhadap bakteri Escherichia menghambat pertumbuhan bakteri.
coli. Sejauh ini pengendalian infeksi Penelitian tersebut serupa dengan
Gram negatif seringkali menjadi kendali penelitian ini yaitu tentang spesies
dalam dunia kedokteran modern, hal ini Phyllospongia lamellosa yang diambil
diakibatkan oleh karakteristik bakteri dari Perairan Bunaken yang juga
kelompok Gram negatif memiliki memiliki kandungan senyawa
dinding peptidoglikan yang cukup padat antibakteri.Dibandingkan dengan
dan kompak serta adanya ”efflux-pump antibiotik pembanding, diameter zona
mechanism” yaitu suatu mekanisme hambat yang terbentuk di sekitar
untuk mengeluarakn sanyawa-senyawa ekstrak Dictyonella funicularis lebih
yang tidak dibutuhkan dalam proses- besar. Hal ini menunjukan aktivitas
proses biotransformasi seluler bakteri antibakteri yang sangat tinggi pada
melalui sistem sekresi, sehingga bakteri uji Esherichia coli dan
menghambat proses internalisasi Staphylococcus aureus. Sehingga
senyawa untuk mampu mempengaruhi spesies ini dapat dikembangkan karena
mekanisme selular dari bakteri (Poole, memiliki potensi sebagai obat
antibakteri. Ekstrak Phyllospongia

14
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

lamellosa juga menunjukkan aktivitas Dajoh, O. 2004. Pengujian Aktifitas


antibakteri moderat terhadap bakteri uji Antibakteri dari Spons di Perairan
Eschericia coli dan Staphylococcus Selat Lembeh. Manado: Skripsi
aureus, walaupun aktivitasnya masih FPIK UNSRAT.
sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan antibiotik pembanding. Denning, D. 2006. Branches on the
Pengamatan dilanjutkan selama Tree of Life: Sponges. from
2x24 jam dilakukan untuk melihat sifat http://ebiomedia.com/prod/BOspo
dari ekstrak spons yang diuji, apakah nges.html.
bersifat bakteristatik, bakterisidal, atau
bakterilitik. Hasil yang diperlihatkan Konuklugil, B., Gozcelioglu, B. 2015.
oleh kedua ekstrak spons uji bahwa Antimicrobial Activity of Marine
zona bening yang terbentuk tidak jauh Samples Collected From The
berbeda dengan pengamatan 1x24 Different Coasts of Turkey.
jam. Hal ini berartri ekstrak spons yang Turkish Journal of Pharmaceutical
diuji bersifat bakterisidal yaitu Sciences. 12(3) : 337-344.
membunuh bakteri, tidak hanya
mencegah mereka berkembang biak. Mokodompit, A., Boekoesoe, L.,
Mustapa, M. A. 2015. Uji Aktifitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Spons
KESIMPULAN Laut (Porifera: Demospongiae)
Terhadap Bakteri Staphylococcus
Berdasarkan hasil penelitian aureus dan Escherchia coli.
dapat disimpulkan bahwa ekstrak Gorontalo: Universitas Negeri
Dictyonella funicularis dan Gorontalo.
Phyllospongia lamellosa mempunyai
aktivitas terhadap bakteri Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut:
Staphylococcus aureus dan Eschericia Suatu Pendekatan Ekologis.
coli. Jakarta: Gramedia. 459 halaman.

Ortez, J. 2005. Disk Diffusion Testing in


DAFTAR PUSTAKA Manual of Antimicrobial
Susceptibility testing. Marie B.
Abubakar, H., Wahyudi, A.T., Yuhana, Coyle (Coord. Ed). American
M. 2011. Skrining Bakteri yang society for Microbiology.
Berasosiasi dengan Spons Jaspis
sp. Sebagai Penghasil Senyawa Poole, K. (2007). Efflux pumps as
Antimikroba. Jurnal Ilmu antimicrobial resistance
Kelautan. VOL. 16 (1). Hal. 35-40. mechanisms. Annals of Medicine
39(3): 162-176.
Badan Informasi Geospasial. 2015.
Diakses pada 12 Mei 2016 dari Posangi, J., Bara, R. A. 2014. Analisis
https://www.bakosurtanal.go.id. Aktivitas Dari Jamur Endofit Yang
Terdapat Dalam Tumbuhan
Bara, R. A., Kandou, G., Ola, A., Bakau Avicennia marina di Tasik
Posangi, J. 2015. Analisis Ria Minahasa. Jurnal Pesisir dan
Senyawa Antibiotik Dari Jamur Laut Tropis. VOL. 1(1).
Simbion Yang Terdapat Dalam
Ascidians Didemnum molle Di Suparno. 2005. Kajian Bioaktif spons
Sekitar Perairan Bunaken laut (Porifera: Demospongiae)
Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Suatu Peluang Alternative
Bidang Sains dan Teknologi. Pemanfaatan Ekosistem Karang
VOL. 2(2). Indonesia Dalam Bidang Farmasi.

15
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016

Makalah Pribadi. Bogor: Institute


Pertanian Bogor.

Undap, N. 2016. Senyawa antibakteri


spons Smenospongia aurea,
Strepsichordaia sp., Agelas
tubulata dan Phyllospongia sp.,
dari perairan pantai Malalayang
Manado terhadap pertumbuhan
strain bakteri. Tessis. Manado:
Pasca Sarjana Universitas Sam
Ratulangi.

16

Anda mungkin juga menyukai