Anda di halaman 1dari 2

Membeli saham jika PER, PBV, ROE dan DER yang seperti apa?

PER (Price Earning Ratio)

PER merupakan perbandingan antara harga saham dan laba bersih perusahaan. Dengan tau
level PER dari satu emiten, calon investor bisa tau apakah harga saham emiten itu wajar/
tidak secara nyata, jadi bukan hanya lewat perkiraan.

PER bisa mengetahui harga per lembar saham dibandingkan keuntungan per lembar
sahamnya itu kemahalan atau tidak.

Saham-saham dengan PER yang rendah akan lebih menarik karena laba per saham yang
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya, dengan demikian tingkat returnya
akan lebih baik.

Jika return saham tersebut relatif lebih tinggi atau PER-nya lebih rendah maka biasanya
saham tersebut layak untuk dibeli.

Angka PER yang kecil merupakan salah satu pertimbangan utama bagi investor dan trader,
sedangkan PER yang terlalu tinggi mencerminkan harga saham yang sudah overpriced.
Dalam hal ini pasar menaruh harapan yang terlalu tinggi pada keuntungan yang akan
diperoleh saham tersebut untuk waktu yang akan datang. Sehingga berani membeli dengan
harga yang tinggi atau mungkin saham tersebut sedang dinaikkan harganya dengan cepat
dengan cara yang tidak wajar.

PBV (Price to Book Value)

PBV memperhatikan berapa kali besarnya penilaian publik terhadap harga buku atau nilai
perusahaan per saham yang tercermin dalam harga pasar dibursa. Semakin besar nilainya
artinya semakin tinggi apresiasi investor terhadap nilai perusahaan tersebut. Biasanya
digunakan untuk menilai perusahaan jasa keuangan.

PBV lebih konsisten dan lebih tepat mewakili nilai harga wajar suatu saham, karena PBV
dihitung berdasarkan ekuitas perusahaan, dimana selama perusahaan mampu menghasilkan
laba (walaupun sewaktu-waktu turun) maka nilainya juga akan terus naik.

PBV yang rendah menunjukkan bahwa harga saham perusahaan tersebut tergolong
undervalued dan layak untuk dibeli, namun akan lebih baik lagi apabila melihat lebih dalam
hal apa yang menyebabkan rasionya menjadi rendah atau dibawah 1.
ROE (Return On Equity)

ROE adalah rasio pengembalian terhadap ekuitas. ROE bisa menunjukkan kepada para
investor mengenai kemampuan modal yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (ekuitas)
untuk menghasilkan laba bersih

ROE merupakan perbandingan antara keuntungan usaha dengan aset bersih. Bisa dibaca
sebagai seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola asetnya. Semakin besar
tentunya semakin efektif dan bagus. Semakin besar kemungkinan akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dalam bentuk deviden.

Semakin tinggi ROE semakin baik. Akan tetapi, perusahaan dengan ROE tinggi biasanya juga
memiliki risiko tinggi pula karena perusahaan itu memiliki rasio utang yang cukup besar.
Selain itu, perusahaan dengan ROE tinggi juga cenderung memiliki PBV tinggi pula. Oleh
karena itu, pilihlah saham yang mempunyai ROE stabil dan minimal 10persen

DER (Debt to Equity Ratio)

DER berfungsi untuk mengukur risiko keuangan suatu perusahaan atau emiten. Rasio DER
membandingkan jumlah seluruh hutang perusahaan pada modal perusahaan. Oleh
karenanya, semakin tinggi besaran rasio DER maka semakin meningkat level risiko
perusahaan itu.

Pembiayaan yang sehat memiliki rasio DER kurang dari 1 karena perusahaan tersebut
memiliki utang yang lebih kecil dari ekuitas milik perusahaan. Jika rasio DER lebih dari 1
maka perusahaan tersebut memiliki risiko keuangan yang besar.

Rasio DER lebih dari 1 pada perusahaan bisa mengganggu kualitas kinerja perusahaan
tersebut. Jika kinerja perusahaan mengalami penurunan maka akan menimbulkan efek
negatif juga pada pertumbuhan harga sahamnya. Oleh karena itu beberapa investor
cenderung menghindari perusahaan yang bukan bergerak dalam bidang keuangan seperti
bank atau perusahaan investasi dengan rasio DER lebih dari 1. Investor sebaiknya tidak
mengabaikan DER saat memilih saham, karena ini bisa jadi warning jika perusahaan akan
bermasalah

Anda mungkin juga menyukai