Anda di halaman 1dari 5

Materi Rasio Keuangan

SMK Triguna 1956


Oleh: KKSP dan Rekan Jakarta

A. Analisis Profitabilitas
1. Return on Assets (ROA)
Laba bersih
ROA =
Total aset

Rasio yang menggambarkan berapa persen laba bersih yang dapat dihasilkan
dari total aset yang diinvestasikan. Sebagai contoh, ROA dengan nilai 20% berarti
setiap Rp1.000 yang diinvestasikan perusahaan dalam bentuk aset, dapat
menghasilkan Rp200 laba bersih. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin efisien
sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba melalui investasi asetnya.

2. Return on Equity (ROE)


Laba bersih
ROE =
Total ekuitas

Perhitungan ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dihasilkan dari
setiap investasi atas ekuitas. ROE dengan nilai 15% menunjukkan bahwa sebuah
perusahaan dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp150 untuk setiap Rp1.000
ekuitas yang diinvestasikan. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin baik. Namun,
ROE juga perlu dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama.

3. Gross Profit Margin (GPM)


Laba kotor
GPM =
Penjualan

GPM adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar bagian dari penjualan
yang dapat dikonversi menjadi laba kotor. Contoh, GPM dengan nilai 17% berarti
menunjukkan bahwa 17% dari penjualan merupakan bagian dari laba kotor. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin efisien perusahaan untuk memaksimalkan
penjualannya.
4. Net Profit Margin (NPM)
Laba bersih
NPM =
Penjualan

Sama seperti GPM, namun NPM menunjukkan seberapa besar bagian dari
penjualan yang dapat termasuk dalam laba bersih. Sebagai contoh, jika NPM
menunjukkan angka 10%, maka 10% dari penjualan dapat diubah menjadi laba bersih
oleh perusahaan. Semakin tinggi angka ini, maka semakin baik pula.

5. Asset Turnover (AT)


Penjualan
AT =
Total aset

Perhitungan rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam


memanfaatkan aset yang dimiliki menjadi penjualan. Semakin tinggi angkanya, maka
semakin efisien pula sebuah perusahaan. Contoh, AT dengan nilai 2,08 berarti
perusahaan berhasil melakukan penjualan sebanyak 2,08 kali lipat dari aset yang
dimiliki.

6. Inventory Turnover (IT)


Beban penjualan
IT =
Persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa kali dalam setahun sebuah perusahaan menjual
dan menggantikan persediaan yang dimiliki. Dengan kata lain, menunjukkan
seberapa cepat perputaran persediaan perusahaan dalam setahun. Semakin tinggi
angkanya, maka semakin cepat sebuah perusahaan menjual seluruh persediaannya.
Sebagai contoh, IT dengan nilai 4 berarti selama satu tahun, perusahaan berhasil
menjual dan menggantikan persediaan yang dimiliki sebanyak 4 kali.
B. Analisis Risiko
1. Current Ratio (CR)
Aset lancar
CR =
Liabilitas jangka pendek

Rasio ini membandingkan antara aset lancar dengan liabilitas jangka pendek.
Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa besar liabilitas jangka pendek yang
dapat dibayar dengan aset lancar jika perusahaan mengalami pailit. Perhitungan rasio
yang lebih besar dari 1 merupakan hal yang baik, karena seluruh liabilitas jangka
pendek dapat dibayar jika perusahaan menggunakan seluruh aset lancar mereka.

2. Acid-Test Ratio (ATR)


(Kas dan setara kas + Piutang usaha)
ATR =
Liabilitas jangka pendek

Perhitungan rasio ini merupakan pengembangan dari current ratio. Sehingga


rasio ini memilih dua aset paling lancar dalam perusahaan, yaitu kas dan piutang. Rasio
ini menggambarkan seberapa besar liabilitas jangka pendek yang dapat dibayar dengan
dua aset paling lancar. Sehingga, perhitungan lebih dari 1 merupakan hal yang baik.

3. Debt to Equity Ratio (D/E)


Total liabilitas
𝐷/𝐸 =
Total ekuitas

Rasio ini melihat penggunaan utang yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, maka semakin besar risiko yang dimiliki perusahaan. Karena, rasio ini
menunjukkan seberapa besar bagian dari ekuitas yang berasal dari utang/pinjaman.
Sebagai contoh, angka 0,4 berarti sebesar 0,4 ekuitas perusahaan berasal dari utang.
Rasio ini harus dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama.
C. Valuasi
1. Price-to-Earnings Ratio (P/E)
Harga per lembar saham
P/E =
Laba per saham (EPS)

Rasio ini membandingkan harga per lembar saham yang beredar di pasaran
dengan laba yang akan diperoleh investor jika membeli satu lembar saham tersebut.
Rasio ini harus dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri sejenis untuk
melihat perbandingannya.

2. Price-to-Book Ratio (P/B)


Harga per lembar saham
P/B =
Nilai buku per saham*
Total ekuitas
*Nilai buku per saham =
Jumlah saham beredar

Perhitungan rasio ini menunjukkan nilai harga per lembar saham yang
dibandingkan dengan nilai buku per lembar saham. Nilai buku merupakan nilai
intrinsik (nilai sesungguhnya) dari sebuah perusaahaan. Sehingga rasio ini dapat
digunakan untuk melihat apakah harga saham perusahaan saat ini terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Angka yang lebih besar dari satu menandakan bahwa harga saham di
pasaran lebih tinggi dari nilai sesungguhnya.
Contoh Soal

Laporan Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) memiliki data-data


sebagai berikut (dalam jutaan):

• Aset lancar = Rp41.091.638


• Laba bersih = Rp8.581.378
• Aset tidak lancar = Rp8.582.401
• Penjualan = Rp92.425.210
• Beban pokok penjualan = Rp73.653.975
• Liabilitas jangka pendek = Rp16.743.834
• Liabilitas jangka panjang = Rp2.688.770
• Total ekuitas = Rp30.241.426
• Harga saham = Rp1.631 per lembar
• Jumlah saham beredar = 116.318.076.900 lembar

Hitunglah:
1. Return on Assets
2. Gross Profit Margin
3. Net Profit Margin
4. Debt to Equity Ratio
5. Price-to-Book Ratio

Anda mungkin juga menyukai