Anda di halaman 1dari 5

ada 5 Rasio penting sehingga dengan ini diharapkan kita dapat dengan mudah melihat perusahaan

tersebut sehat atau tidak secara fundame ntal

1.EPS (Earning Per Share)

Rasio ini sangat penting untuk diperhatikan karena memberikan informasi tentang laba bersih yang
diperoleh per lembar sahamnya.

EPS didapatkan dengan rumus:

Earn Per Share = (Laba bersih – Pajak – Dividen)/ Jumlah saham beredar

Biasanya EPS yang tinggi menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba yang
besar sehingga mencerminkan kesehatan perusahaan yang baik.

Namun EPS yang tinggi tidak selalu menunjukan laba perusahaan yang besar namun bisa juga
dipengaruhi oleh jumlah saham beredar yang sedikit.

Oleh karena itu sebaiknya EPS tetap dipadukan dengan rasio analisis fundamental lainnya dalam
menentukan keputusan untuk membeli sebuah saham.

INTI :

EPS ⇑ : Perusahaan memiliki laba yang lebih besar (BAIK)

EPS ⇓ : Laba perusahaan biasanya tidak terlalu besar (KURANG BAIK)

oke sudah paham ya fungsi EPS, kita lanjut ke Rasio ke 2

2. PER (Price Earning Ratio)

PER merupakan turunan dari EPS. PER menunjukan perbandingan harga saham sekarang dengan laba
bersih perusahaan per lembar sahamnya (EPS)

Jadi rumus dari PER adalah:

PER = Harga Saham Terakhir / EPS


PER sering menjadi dasar acuan seorang investor untuk membeli sebuah saham. Rasio ini menjadi
sangat penting karena memberikan informasi terkait nilai wajar suatu perusahaan.

PER yang rendah sering menarik para value investor untuk membelinya karena PER yang rendah
menunjukan laba yang tinggi bila dibandingkan dengan harga sahamnya. Saham dengan PER rendah
sering diprediksi untuk mengalami kenaikan harga hingga berada di daerah wajarnya.

Sebaliknya, PER yang sudah cukup tinggi menunjukan bahwa harga suatu saham sudah bisa disebut
mahal. Sehingga kurang menarik bagi value investor.

Kapan PER suatu perusahaan disebut tinggi dan rendah ?

Untuk menentukan PER suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara membandingkan PER
perusahaan tersebut dengan PER perusahaan sejenisnya. Melalui proses perbandingan ini anda dapat
melihat perusahaan mana yang memimpin di bidang tersebut.

Jadi PER juga bisa memperlihatkan siapa pemimpin pasar pada suatu sektor. Investor yang pintar akan
menghindari berinvestasi pada suatu perusahaan yang PER nya sudah cukup tinggi kecuali ada
pertimbangan lain.

INTI:

PER ⇑ :Menunjukan Harga Saham sudah tergolong mahal dan kurang cocok untuk investasi.

PER ⇓ :Menunjukan Harga Saham masih murah dan cocok untuk investasi jangka panjang.

Lanjut ke Rasio ke -3 yang dimana ini sering di cari oleh para value investor

3. PBV (Price to Book Value)

PBV juga ditujukan untuk menentukan nilai wajar suatu saham. Perbedaan mendasar dibandingkan
dengan PER adalah PBV berfokus pada ekuitas suatu perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang
dihasilkan.

Yang perlu diketahui pertama oleh anda semua adalah arti dari Book Value. Book Value adalah nilai
ekuitas per lembar sahamnya.
PBV didapatkan dengan rumus:

PBV = Harga Saham Terakhir/ Nilai buku per lembar sahamnya

Biasanya investor membandingkan PBV suatu saham dengan PBV saham sejenis atau dengan
menggunakan suatu acuan tetap, contohnya:

PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)

PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)

Walaupun demikian tidak semua saham yang memiliki PBV < 1 layak disebut dengan saham yang layak
investasi. Namun bisa saja menunjukan bahwa fundamental saham tersebut sudah tidak baik dan tidak
berpotensi berkembang lagi.

Banyak analis yang berpendapat bahwa penggunaan PBV sudah tidak relevan lagi. Namun
bagaimanapun kehadiran PBV tidak dapat dielakan oleh seluruh investor.

Investor yang cerdas akan memadukan penggunaan PBV untuk menentukan nilai wajar sebuah saham
dengan rasio lainnya seperti PER (Price Earning Ratio)

INTI :

PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)

PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)

nah ini Rasio ke 4 untuk melihat kesehatan fundamental perusahaan

4. ROE (Return on Equity)

ROE merupakan indikator penunjuk tingkat keuntungan anda selama berinvestasi di suatu saham.
Kelemahan ROE adalah tidak dimasukannya hutang ke dalam penghitungannya. Namun ROE tetap bisa
menjadi rasio penting dalam melihat kesehatan fundamental suatu saham.

ROE didapat dengan rumus:

ROE = Laba bersih/ Total Ekuitas

Dengan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki rasio ROE yang tinggi diharapkan dapat
memberikan imbal balik yang tinggi.
Investor biasanya memilih perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi karena itu mencerminkan
keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga bisa menghasilkan laba yang besar.

Biasanya ROE dibandingkan dengan perusahaan pada sektor yang sama atau sering juga dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya. Dengan membandingkan ROE pada periode sebelumnya maka
investor dapat mengetahui kualitas kinerja perusahaan.

INTI:

ROE ⇑ : Suatu saham efektif dalam mengelola modalnya sehingga bisa disebut perusahaan
berfundamental baik

ROE ⇓ : Suatu saham kurang bisa efektif dalam mengelola modal yang ditanamkan oleh investor
sehingga patut dipertanyakan apa adanya masalah di dalam manajemennya.

dan yang terakhir adalah melihat kesehatan hutang sebuah perusahaan

5. DER (Debt to Equity Ratio)

Pasti semua dari anda setidaknya pernah memiliki hutang. Memiliki hutang bukanlah hal yang buruk
selama masih dalam batas yang wajar.

Biasanya perusahaan akan berhutang untuk mengembangkan bisnis dan mendorong kinerja
perusahaan. Melalui rasio ini maka para analisis dapat menentukan batas wajar dari hutang suatu
perusahaan.

Hutang yang terlalu besar dapat menjadi resiko bagi suatu perusahaan. Oleh karena itu, DER menjadi
rasio yang penting untuk diperhatikan oleh para investor.

DER didapat dengan rumus:

DER = Total Hutang/ Total Ekuitas

Biasanya para investor menggunakan acuan tetap dalam menilai kesehatan hutang suatu perusahaan.

DER > 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih besar daripada ekuitasnya. Hal ini wajib diwaspadai

DER < 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih kecil daripada ekuitasnya. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah hutang masih dapat ditoleransi.
Namun sebenarnya DER dari setiap sektor perusahaan berbeda-beda. Seperti contohnya DER dari saham
sektor perbankan biasanya lebih besar daripada 1 karena biasanya dana yang dikelola berasal dari pihak
ke-3 dan digolongkan sebagai hutang.

Perusahaan yang memiliki DER yang tinggi juga biasanya kurang aktif dalam membagikan dividen. Hal ini
tentu sangat berpengaruh terhadap keuntungan para investor jangka panjang. Oleh karena itu ada
baiknya memilih perusahaan yang memiliki DER rendah.

INTI:

DER ⇑ : Hutang perusahaan diatas ekuitasnya, patut diperhatikan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya.

DER ⇓ : Hutang perusahaan masih di dalam batas wajarnya, sehingga di prediksi tidak akan ada masalah
bagi perusahaan dalam membayar hutangnya

Anda mungkin juga menyukai