Oleh:
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | ii
DAFTAR ISI
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | iii
4.1.3. Menghitung Perpindahan Panas .................................................... 32
4.1.4. Spesifikasi Pipa Spiral .................................................................. 35
4.2. Desain Kelistrikan Termokontrol............................................................ 35
4.2.1. Cara Kerja Sistem Pemanas .......................................................... 35
4.2.2. Diagram Blok dan sistem kelistrikan Sistem Kontrol................... 38
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | iv
DAFTAR GAMBAR
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi pada UKM susu sapi yang berada di Jl. Pakal
Amd No.26 Kel. Babat Jerawat Kec. Pakal, Surabaya selama ini pemasakan dan
proses pendinginan susu sapi masih menggunakan cara tradisional dan mesin yang
digunakan masih relatif sederhana. Selain itu pada proses pengadukan masih
menggunakan cara manual sehingga dapat menimbulkan capek pada lengan dan
rasa panas pada tangan. Pada proses pendinginan membutuhkan waktu yang lama
(30 menit) dan kurang higenis karena dibiarkan di udara terbuka sehingga
memungkinkan susu sapi terkontaminasi oleh bakteri yang ada di udara.
Pada rancang bangun mesin pemasak dan pendingin susu sapi ini mengacu
pada Mesin Pengolah, Pendingin, dan Pengemas Susu Sapi (MP3 SUPI). Hanya
saja, dimodifikasi dan difokuskan pada unit pendinginannya. Pada mesin ini
dirancang sebuah mekanisme untuk proses pendinginan susu sapi menggunakan
Heat Exchanger yang direndam dalam air yang dilengkapi dengan pengaduk
dan kipas. Susu sapi yang sudah dimasak dialirkan melalui kotak pendingin untuk
proses menggunakan gaya gravitasi. Untuk membantu proses pendinginan susu
maka diperlukan pengaduk dan kipas di dalam unit pendingin yang mana tugas
pengaduk adalah untuk membantu mensirkulasikan panas yang diserap oleh air
keluar. Sedangkan kipas berfungsi untuk menyerap panas yang keluar dari air untuk
dibuang ke udara sekitar. Proses pendinginan dilakukan secara terus menerus
hingga mendapatkan hasil pendinginan yang diinginkan.
Hal-hal seperti kekuatan, kekakuan, putaran kritis, korosi dan masalah bahan,
merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan poros. Poros
untuk mesin umum, kebanyakan terbuat dari baja karbon konstruksi mesin,
sedangkan poros-poros mesin untuk meneruskan beban berat dengan putaran tinggi,
biasanya terbuat dari baja padu dengan pengerasan kulit.
M2 = αv . M1 …………………………………………... (5)
Fh = αh . F …………………………………………......... (6)
Harga αv dan αh tergantung faktor kecepatan seperti yang terdapat dalam Tabel
2.1.
Tegangan bengkok ijin untuk bahan gandar pada dudukan roda terhadap
kelelahan diberikan dalam Tabel 2.2.
Kelas 1 10,0
Kelas 2 10,5
Kelas 3 11,0
Kelas 4 15,0
Mb Mb 10,2 Mb
σb ≥ = = π ---------- kg/mm2 ……………………............ (10)
10,2 1/3 𝑊𝑏 ( )ds3ds3
32
10,2 1/3
atau ds = .Mb mm ..…………………………….......... (11)
σb
10,21/3
ds ≥ . m [(M1 + M2 + M3)] mm, ......………………………….... (13)
σb ijin
Pada poros bulat pejal tegangan geser maksimalnya dapat dihitung dengan
rumus,
τw maks. = (5,1/ds)(M2 + T2)1/2 kg/mm2................................................. (15)
Bila ds diameter poros mm, l panjang poros mm, T torsi atau momen puntir
= (F2 – F1). kg.mm, G modulus geser poros kg/mm2, besar sudut puntir
penampang poros dapat dihitung dengan rumus,
T.𝑙
θ = 584 G.ds4 derajad ........................................... (16)
G baja = 8,3 x 103 kg/mm2, besar sudut puntir ijin maksimal 0,25o
Kekakuan poros perlu diperiksa, sudut lentur ijin maksimal (0,3 – 0,35) o/m.
Besar sudut lentur poros yang ditumpu pada bantalan yang mapan sendiri,
dapat ditentukan dengan persamaan,
Pd = fc . P (kW)
Nilai faktor keamanan, untuk daya rata-rata (1.2 – 2.0), untuk daya maksimum
(0.8 – 1.2) dan daya normal (1.0 – 1.5).
T 5.1T
τa = =
πd3s d3s
16
σB
τa =
Sf1 . Sf2
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 10
(1.5 – 3.0). Dengan demikian besarnya diameter poros (ds mm) dapat dihitung
dengan teliti dan aman sebagai:
3 5.1
ds = √[ K . C T]
τa t b.
Nilai Cb = 1 bila poros beban puntir saja. Bila poros mengalami beban
kombinasi lentur dan puntir maka nilai Cb = 1.2 − 2.3
Ml Ml 10.2Ml
σa ≥ = π =
Z (32) d3s d3s
3 10.2 Ml
ds = √
σa
σx 2
τmax = √( ) + τ2xy
2
16
τmax = √M 2 + T 2
πd3
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 11
Teori tegangan geser maksimum akan mengalami kegagalan statis pada τmax =
Ssy = Sy ⁄2 dan dengan angka keamanan adalah n, maka:
Sy 16
= 3 √M 2 + T 2
2n πd
Karena beban yang bekerja pada poros adalah pembebanan berulang, maka
poros tersebut akan mengalami kelelahan. Untuk itu ASME merekomendasikan
untuk memperhitungkan faktor momen lentur Cm dan factor momen puntir Ct
adalah:
1
5.1 1 3
d = [ {(Cm M)2 + (Ct T)2 }2 ]
τp
Tipe Pembebanan Cm Ct
Poros diam:
a. Beban berubah teratur 1 1
b. Beban kejutan 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
Poros berputar:
a. Beban berubah teratur 1.5 1
b. Beban steady 1.5 1
c. Beban kejut kecil 1.5 – 2.0 1.0 – 1.5
d. Beban kejut besar 2.0 – 3.0 1.5 – 3.0
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 12
mempercepat proses pendinginan suatu fluida yang melewati pipa tersebut, hal ini
terbukti efektif dan lebih higienis karena proses pendinginan didalam ruang tertutup
sehingga tidak ada bakteri yang merusak susu. Desain pipa didapat dari hasil uji.
Dari hasil itulah didapatkan model yang tepat dalam penerapan pipa spiral pada
mesin.
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 13
Gambar 2.5. Heat Exchanger
Adapun klasifikasi dari alat penukar kalor dapat dibagi dalam beberapa
kelompok yaitu:
A. Berdsarkan konstruksinya
1. Tabung (tubular)
2. Plate-Type
3. Extended Surface
4. Regenerative
B. Berdasarkan pengaturan aliran
1. Single Pass
2. Multi Pass
C. Berdasarkan jenis aliran
1. Aliran Berlawanan Arah (Counter Flow)
2. Alira Sejajar (Parallel Flow)
3. Aliran Silang (Cross Flow)
4. Aliran Terpisah (Split Flow)
5. Aliran Bercabang (Divide Flow)
D. Berdasarkan banyaknya laluan:
1. Seluruh Cross-counter flow
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 14
2. Seluruh cross-parallel flow
3. Parallel counter flow
E. Berdasarkan mekanisme perpindahan panas
1. Konveksi satu fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
2. Konveksi dua fasa (dengan konveksi paksa atau alamiah)
3. Kombinasi perpindahan panas
F. Berdasarkan fungsinya dapat digolongkan pada beberapa nama:
1. Exchanger : Memanfaatkan perpindahan kalor diantara dua fluida
proses (steam dan air pendingin tidak termasuk sebagai fluida proses,
tetapi merupakan utilitas).
2. Heater : Berfungsi memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan
pemanas alat ini menggunakan steam.
3. Cooler : Berfungsi mendinginkan fluida proses, dan sebagai bahan
pendingin digunakan air.
4. Condenser : Berfungsi untuk mengembunkan uap atau menyerap kalor
laten penguapan
5. Boiler : Berfungsi untuk membangkitkan uap.
6. Reboiler : Berfungsi sebagai pensuplai kalor yang diperlukan bottom
produk pada distilasi. Steam biasanya digunakan sebagai media pemanas.
7. Evaporator : Berfungsi memekatkan suatu larutan dengan cara
menguapkan airnya.
8. Vaporizer : Berfungsi memekatkan cairan selain dari air.
Adapun bentuk dari alat penukar kalor pada industri antara lain:
1. Alat Penukar Kalor Shell dan Tube
2. Alat Penukar Kalor Coil dan Box
3. Alat Penukar Kalor Double dan Pipe
4. Alat Penukar Kalor type Plate
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 15
dimengerti bahwa kalor adalah sebuah bentuk tenaga dan bukan merupakan sebuah
zat. (Halliday Dan Resnick, 1985:722-723)
∆𝑇
𝑞 = −𝑘. 𝐴.
𝐿
Dimana:
q : laju aliran panas konduksi (W)
k : daya hantar termal / konduktivitas termal (W/m.℃)
A : luas penampang (m2)
ΔT : beda temperatur (℃)
L : panjang benda hantar (m)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 16
tersebut. Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam kumpulan energi yang
terbatas. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) dan gejala
– gejalanya menyerupai radiasi cahaya. Apabila energi radiasi menimpa permukaan
suatu bahan, maka sebagian dari radiasi itu dipantulkan (direfleksikan) sebagian
lagi akan diserap (absorpsi) dan sebagian lagi diteruskan (ditrasmisikan).
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 17
2.7. Laju Perpindahan Panas
Jumlah kalor yang dilepas refrigeran ke fluida pendingin dapat dituliskan
sebagai berikut:
q = U0.Atot.ΔTm
Dimana:
q : laju aliran kapasitas fluida panas maupun dingin (W)
U0 : koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m2.℃).
Atot : luas bidang total perpindahan panas (m2)
ΔTm : perbedaan temperatur rata – rata (℃)
Kalor selalu berpindah dari zat yang lebih tinggi suhunya, menuju ke zat yang
lebih rendah suhunya. Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya
suatu energi dari suatu daerah lainnya akibat dari beda suhu antara daerah – daerah
tersebut (J.P.Holman,Ir.Jasjfi, 1997: 33).
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 18
Untuk penukar kalor dengan aliran paralel berlaku:
ΔT1 = Thi – Tci
ΔT2 = Tho – Tco
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 19
2.10. Pengertian Debit Aliran
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002). Untuk dapat
menentukan debit air maka kita harus mengetahui volume dan waktunya terlebih
dahulu. Adapun rumus yang sering digunakan untuk menghitung debit aliran yaitu:
𝑉
𝑄=
𝑡
Dimana:
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 20
BAB 3
DESAIN ALAT DAN KOMPONEN
= 𝜋 . 𝑟2 . 𝑡
Susu sapi dimasak dalam waktu 2 Jam, karena waktu 2 jam menurut hasil
observasi di lapangan merupakan waktu ideal memasak susu sapi maka
kapasitas mesin adalah 10 lt/Jam.
2. Daya Motor
Dari hasil percobaan dilapangan, pengadukkan manual dengan volume
20 liter susu sapi, membutuhkan putaran 45 – 60 rpm tergantung pemilik
UKM/karyawan yang mengaduk karena ada faktor lelah dalam proses
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 21
pengadukan. Pengadukan dilakukan selama 2 jam, maka didapat data sebagai
berikut:
= 17.32 kg
= 169.73 N
= 169.73 N x 0,125 m
= 21.217 N.m
Dimana:
c) Daya Rencana
Setelah mengetahui berapa besarnya torsi dan rpm yang dibutukan,
maka selanjutnya kita bisa menghitung berapa daya yang dibutuhkan guna
menggerakkan mekanisme pengaduk mesin pemasak dan pendingin susu
sapi ini. Perhitungan daya (P) pada mesin tanpa memperhitungkan efisiensi
yang terjadi dapat dihitung dengan rumus:
P
T = (Robert L. Mott, 2009:339)
n
Keterangan:
T= Torsi (N.m)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 22
ω= Kecepatan sudut (putaran/menit)
2 π × 60 rpm
P = 21.217 N.m ( )
60 s
= 0.178 Hp
Pd = P. Fc
= 0.178 x 1.2
= 0.2136 Hp
n = 60 rpm
P = 0,5 Hp
Ampere = 4–6A
Tegangan = 24 V
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 23
P (1: 2)
Merk -
Daya 0.5 Hp
RPM 50 – 60 r/m
Voltage 24 V
Berat 2 Kg
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 24
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 25
Gambar 3.2. Part List Mesin Pemasak dan Pendingin Susu Sapi (Sumber: Inventor 2015)
Gambar 3.3. Tampak Depan, Samping, dan Atas Mesin (Sumber: Inventor 2015)
Dalam pembuatan mesin pemasak susu sapi, perlu sekali rancangan alat
untuk dijelaskan agar lebih jelas kegunaan serta fungsi alat tersebut, berikut
penjelasan funsi serta kegunaan komponen tersebut:
1. Motor Listrik
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 26
Motor listrik adalah sebagai inti penggerak dari mesin ini.
2. Panci kapasitas 20 lt
Berfungsi sebagai penampung bahan baku yang akan di proses oleh
mesin dan juga sebagai tempat berprosesnya bahan baku.
3. Rangka Mesin
Untuk menyangga dan berpijaknya semua komponen yang ada pada
mesin.
4. Pengaduk
Berperan sebagai pengaduk susu sapi dan pengaduk air pada kotak
pendingin.
5. LPG 3 Kg
Sebagai sumber bahan bakar kompor gas.
6. Termokontrol
Komponen elektronik yang digunakan untuk mengatur suhu
pemasakan.
7. Katup Solenoid
Katup yang dapat membuka dan menutup saluran gas untuk mengatur
besarnya api, katup ini dikontrol oleh termokontrol.
8. Keran
Untuk saluran keluar susu sapi setelah dimasak dan siap untuk dikemas.
9. Mur dan Baut
Berperan sebagai pengikat antar komponen.
10. Pipa Spiral
Sebagai saluran untuk memproses pendinginan susu sapi.
11. Kotak Pendingin
Kotak berisi air yang berfungsi sebagai tempat proses pendinginan susu
sapi.
12. Pipa Penyalur
Untuk menyalurkan susu sapi setelah proses pemasakan menuju ke
kotak pendingin untuk proses pendinginan.
13. Control Box
Sebagai pengatur seluruh sistem kelistrikan yang ada di mesin.
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 27
14. Kipas Pendingin
Kipas yang menghisap panas dari kotak pendingin untuk membantu
proses pendinginan susu sapi.
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 28
BAB 4
PERHITUNGAN
P
T = (Robert L. Mott, 2009:339)
n
Keterangan:
T = Torsi (N.m)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 29
P = Daya nominal (Watt)
= 0.178 Hp
Ptotal = 2P
= 2 x 0.178 Hp
= 0.356 Hp
Pd = P. Fc
= 0.178 x 1.2
= 0.2136 Hp = 0.159 kw
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 30
Rencana torsi poros adalah:
Pd
T = 9.74 x 105 𝑥
n1
0.159
T = 9.74 x 105 𝑥
60
= 2581.1 Kg.mm
5,1
ds = [( τα . Kt x Cb x T)] 1/3 (Sularso dan Kiyokatsu
Suga,1997:18)
5,1
= [(4,6 x 1.5 x 1.5 x 2581.1)] 1/3
Gambar 4.2. Kipas Pendingin Mesin Pemasak dan Pendingin Susu Sapi
(Sumber: Inventor 2015)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 31
Tegangan 12 Volt
Material Plastik
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 32
Besar perpindahan panas yang terjadi:
Luas Penampang (A) = 𝜋 𝑥 𝑟 2
= 𝜋 𝑥 0.00752
= 0.000176625 m2
∆𝑇
𝑞1 = −𝑘. 𝐴.
𝐿
(85−48.67)℃
= - (15 W/m.℃) x 0.000176625 m2 x
1.5 𝑚
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 33
Luas Penampang (A) = 𝜋 𝑥 𝑟2
= 𝜋 𝑥 0.00752
= 0.000176625 m2
q konduksi = q konveksi
𝑇1 −𝑇2
𝑘. = hc.(Ts – Tf)
𝐿
Saat katup terbuka 45˚
(85−48.67)℃
(15 W/m.℃) x = h. (85-30.34) ℃
1.5 𝑚
h = 6.646 (W/m.℃)
qc1 = hc.A.ΔT
= 6.646 (W/m.℃) x 0.000176625 m2x (85-30.34) ℃
= 0.0641 W
h = 5.774 (W/m.℃)
qc2 = hc.A.ΔT
= 5.774 (W/m.℃) x 0.000176625 m2x (85-37.67) ℃
= 0.0482 W
Dimana:
qc : laju perpindahan panas konveksi (W)
hc : koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.℃)
A : luas penampang (m2)
Ts : suhu permukaan (℃)
Tf : suhu fluida (℃)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 34
4.1.4. Spesifikasi Pipa Spiral
Gambar 4.3. Pipa Spiral Mesin Pemasak dan Pendingin Susu Sapi
(Sumber: Inventor 2015)
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 35
Proses
pemasakan
susu sapi di
dalam panci
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 36
4.2.2 Diagram Blok dan sistem kelistrikan Sistem Kontrol
Gambar 4.5. Diagram Blok Sistem Pemanasan Mesin Pemasakan Susu Sapi
Pada sistem ini yang jadi inputan adalah suhu maksimum sehingga suhu
merupakan variable yang dikontrol, kemudian elemen pembanding adalah
termokontrol yang juga sebagai controller, termokontrol sebagai elemen
pembanding membaca apakah nilai error yang dikirim oleh sensor + atau –
sehingga hasil dari elemen pembanding akan diteruskan ke kontroller.
keluaran dari termokontrol sebagai controller adalah sinyal elektrik yang akan
dikirim ke actuator yaitu solenoid valve berdasarkan error yang ada. Solenoid
valve sebagai actuator akan mengatur besar kecilnya api melalui jumlah gas
yang lewat di katup nya, solenoid valve digerakkan dengan sinyal digital
sehingga hanya bisa membuka dan menutup saja, tergantung ada atau
tidaknya sinyal elektrik yang dikirim oleh termokontrol. Output dari sistem
ini adala suhu pemasakan. Suhu pemasakan akan berubah sesuai dengan
lamanya pemasakan, maka suhu dibaca oleh sensor termokopel yang
mengirim sinyal balik ke elemen pembanding.
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 37
Termokontrol
Emergency
Gambar 4.5. Skema Sistem Kelistrikan Pada Mesin Pemasakan Susu Sapi
Sistem kelistrikan pada sistem control suhu seperti pada gambar 4.5,
pada sistem ini menggunakan arus bolak balik (AC) dengan sumber listrik
PLN, semuanya dirangkai pada satu control box yang meliputi 2 saklar
utama, termokontrol, relay, dan tombol emergency.
P e r a n c a n g a n E l e m e n M e s i n | 38