Unguentum
Unguentum
Karakteristik Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan
obat yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Kelebihan Salep
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
Sebagai obat luar
Kekurangan Salep
Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan
kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
1. Basis hidrokarbon,
2. Basis absorpsi (basis serap),
3. Basis yang dapat dicuci dengan air, dan
4. Basis larut dalam air.
Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis silikon. Setiap salep
obat menggunakan salah satu basis salep tersebut
1. Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon bersifat inert, umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi
(Petrolatum) yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax
atau senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum). Basis ini digolongkan
sebagai basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau
hewani. Sifat minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit
tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga
menguntungkan karena memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti
antibiotik.
Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat
hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang waterproff.
Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat
menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga
memiliki sifat moisturizer dan emollient. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga
mampu meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan
absorbsi dari zat aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek
vasokonstriksi pada pemberian steroid secara topikal dengan basis ini.
1. Soft Paraffin
Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi
Jenis soft paraffin yaitu :
Berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
Berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna
putih
2. Hard Paraffin
Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
Sifat fisik :
- tidak berwarna s/d berwarna putih,
- tidak berbau,
- memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
- memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.
3. Liquid Paraffin
Merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak
berbau dan mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan
antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT). Digunakan untuk menghaluskan basis salep
dan mengurangi viskositas sediaan krim. Jika dicampur dengan 5% low density polietilen,
lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang
mampu mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga
60oC). Stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan,
mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.
5. Minyak mineral
Minyak mineral adalah campuaran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi.
Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak.
6. Silikon
Termasuk basis berminyak, bila dipegang rasanya seperti minyak, tak campur dengan air,
cairan jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Stabil pada oksidasi dan (tahan aksidasi), dan
stabil pada temperatur tinggi.
7. Minyak tumbuh-tumbuhan
Contohnya Ol. Sesami dan Ol. Olive, digunakan sebagai pelumas dan penurun titik lebur
salep. Pada proses hidrogenasi menjadi semisolid yang berwarna putih. Keuntungan
hidrogenasi adalah salep makin stabil dan tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.
Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika tidak disebutkan
apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon
- Sulfur 400 mg
- Vaselinum album ad 10 g
- Paraffinum liquidum 65 mg
- Vaselinum album ad 1 g
Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang
kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air
dibandingkan dasar salep berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan
antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air. Sifatnya yang
berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit
dibersihkan dari permukaan kulit. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah
terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti
krim dan lotion.
Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga dapat berupa
bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap kelebihan air.
Sumber Basis
tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Kelarutan: Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air dengan jumlah dua
kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%)
panas dan sangat larut dalam eter, benzene, dan kloroform.
Kestabilan dan Syarat Penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam
penyimpanan.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Lanolin anhidrat selain digunakan dalam
formulasi topikal dan kosmetik, dapat sebagai basis salep, juga sebagai emulsifying agent.
Lanolin anhidrat digunakan sebagai basis salep terutama jika ingin dilakukan pencampuran
larutan yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat meningkatkan absorpsi terhadap zat aktif dan
mempertahankan keseragaman konsistensi salep. Namun, Lanolin anhidrat juga dapat
mempengaruhi stabilitas zat aktif karena mengandung pro-oksidan.
Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter dengan pemisahan
bagian airnya akibat hidrasi.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Banyak digunakan sebagai basis pada
salep karena kompatibilitasnya dengan lemak pada kulit. Lanolin merupakan emulsi air
dalam minyak. Derivat dan fraksi-fraksi dari lanolin yang ada sekarang antara lain lanolin
alcohol, lanolin terhidrogenasi, ester lanolin dan produk lainnya. Sebagian besar dari derivat
ini diproduksi untuk tujuan memperbaiki sifat emulsifikasi atau mengurangi reaksi alergi.
Sebagian besar dari fraksi-fraksi lanolin ini mempermudah pembentukkan emulsi air di dalam
minyak.
3 . Petrolatum Hidrofilik
Petrolatum hidrofilik dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih dan petrolatum putih. Dasar
salep ini memiliki kemampuan mengabsorpsi air dengan membentuk emulsi air dalam
minyak.
4 . Cold Cream
Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak, setengah padat, putih,
dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat dan air murni.
Natrium borat dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin membentuk
sabun natrium yang bekerja sebagai zat pengemulsi. Krim pendingin digunakan sebagai
emolient dan dasar salep
Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB >9 )
Hidrat
Hidrofilik
Mudah dicuci dengan air
Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-hydrolyzable
Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air (O/W)
Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol
BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun,
contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam
formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan
formulasi
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
Pembuatan salep kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol (dasar larut dalam air).
Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen glikol yang dimodifikasi :
Kloramfenikol 2g
Propilen glikol 50 g
Polietilen glikol 6000 49 g
Cara Pembuatan
Dalam cawan porselin ditimbang propilen glikol dan polietilen glikol 6000, lalu dipanaskan
pada penangas uap pada 65°C, kemudian dibiarkan dingin sambil diaduk sampai membeku.
Setelah itu, ditambahkan kloramfenikol, dan digerus sampai homogen.
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok yang kemudian akan menunjukkan susunan yang homogen.
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep.
Camphora, mentholum, phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan
dengan cara digerus dalam mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut dicampurkan
bersama-sama ke dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dahulu agar meleleh lalu
ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
Contoh resep :
R/
Camphorae 1
Vaselin flav. 9
S.ungt.Camphoratum
R/
Zinci Oxydi 1
Vaselini albi 9
m.d.s.ad us.ext.
Ayak ZnO dengan pengayak no. 100 dan ditimbang serbuk yang telah diayak tersebut 1 gram.
Panaskan mortar dan stamfer dengan menuangkan air panas. Masukkan kurang lebih 1 gram
Vaselin dalam mortar panas, diaduk dan digerus sampai homogeny.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai
larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus
fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar
meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
(IMO,hal 55)
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex,
hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25%
air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).(IMO, hal 57)
3. ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM DASAR SALEP
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan
yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk
pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau
lunak.(IMO,hal 59)
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri,
jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.
EVALUASI SALEP
Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:
1. DAYA MENYERAP AIR
BA=100.KA100-KA
KA=100.BA100-BA
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasikan basis
absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g
basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu
terbatas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur
tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :
2. KANDUNGAN AIR
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salap.
• Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan
massa maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
• Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut
menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau
silen yang disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
• Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan Belerang Oksida dan
Iod serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya reaksi secara
kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air digunakan formula berikut :
% Air = f . 100 (a-b) P
3. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap sejenis
salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan
metode sebagai berikut:
• Metode penetrometer.
• Penentuan batas mengalir praktis
4. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuannya dilakukan
dengan menggunakan entensometer.
5. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah
dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.
6. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam industri
bahan pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang
diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut
daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta