Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN KIKIR PADA KERJA BANGKU

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia yang diampu oleh Firman Aziz, S.Pd., M.Pd.
dan Siti Hamidah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Deni Herlambang Pratama 1605912
Panujuh 1600255
Sa’id Abdurahman Fauzi 1604144
Tandi Maulana 1306726
Wahyu Arief Husein 1600945

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan Karunia-
Nya, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW, alhamdulillah dalam kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai Pengertian dari kikir, Jenis Gigi Kikir, Bagian-
bagian kikir, Macam-macam kikir, Teknik mengikir yang baik dan benar, Teknik
Perawatan Kikir, dan Petunjuk Keselamatan Kerja dalam Mengikir.

Isi makalah ini memang masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami berusaha untuk
melakukan perbaikan atas kekurangan dan kelemahan tersebut. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi para pembaca.

Bandung, 11 Mei 2017

Penulis

i
PENGGUNAAN KIKIR PADA KERJA BANGKU
Deni Herlambang, Panujuh, Sa’id Abdurahman Fauzi, Tandi Maulana, Wahyu
Arief Husein
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2017

ABSTRAK
Teknik mengikir adalah salah satu kegiatan dari kerja bangku dengan cara
menyayat permukaan benda kerja hingga permukaan tersebut rata, namun ada
teknik tersendiri dalam mengikir agar pada saat mengikir tidak cepat lelah dan hasil
dari benda kerja tersebut menjadi rapi. Perawatan serta keselamatan kerja dalam
mengikir juga harus diperhatikan dengan baik. Tujuan dari pengkajian makalah ini
ialah untuk memberikan pengetahuan tentang metode mengikir yang baik dan benar
karena dalam praktik yang terjadi di lapangan sering terjadi kesalahan pada saat
melakukan pengikiran sehingga hasil pengikiran menjadi tidak maksimal. Hasil
pembahasan makalah ini ialah teknik mengikir yang baik dan benar, perawatan
kikir setelah digunakan, dan pedoman keselamatan kerja dalam mengikir.
Kata kunci: Teknik mengikir, perawatan kikir, keselamatan kerja mengikir

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
BAB II TEORI ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kikir .............................................................................................. 3
2.2 Bagian-bagian Utama Kikir ............................................................................ 4
2.3 Jenis Gigi Kikir ............................................................................................... 4
2.4 Macam-macam Kikir ...................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 8
3.1 Teknik Mengikir yang Baik dan Benar ........................................................... 8
3.2 Teknik perawatan Kikir................................................................................... 13
3.3 Petunjuk Keselamatan Kerja dalam Mengikir ................................................ 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian utama kikir ................................................................ 4


Gambar 2.2 Jenis gigi kikir ................................................................................... 4
Gambar 2.3 Kikir rata ........................................................................................... 5
Gambar 2.4 Kikir segi empat ................................................................................ 5
Gambar 2.5 Kikir bulat ......................................................................................... 6
Gambar 2.6 Kikir setengah bulat .......................................................................... 6
Gambar 2.7 Kikir segi tiga .................................................................................... 7
Gambar 2.8 Kikir instrumen ................................................................................. 7
Gambar 3.1 Teknik mengikir yang baik dan benar ............................................... 8
Gambar 3.2 Cara memegang kikir ........................................................................ 9
Gambar 3.3 Cara mengikir .................................................................................... 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sumantri (1989, hlm. 153) menyatakan bahwa “mengikir merupakan suatu
kegiatan memperhalus dan meratakan permukaan benda kerja menggunakan alat
kikir yang dilakukan dengan tangan. Dalam mengikir tentunya ada teknik yang
harus dikuasai agar hasil yang diperoleh maksimal dan tidak merusak alat kikir
tersebut.” Namun dalam praktik yang terjadi di lapangan sering kali orang
mengabaikan teknik-teknik dalam mengikir sehingga hasil pengikiran yang
diperoleh kurang maksimal dan malah membuat kikir menjadi cepat rusak. Oleh
karena itu makalah ini akan mengkaji tentang teknik-teknik dalam mengikir agar
penggunaan kikir lebih efektif dan efisien.

Penggunaan kikir dalam kerja bangku juga merupaka hal yang wajib diketahui
karena dasar dari kerja bangku itu adalah mengikir. Setiap benda kerja pada kerja
bangku pasti akan dikikir guna menghasilkan benda yang rapi, dan juga dapat
membentuk benda radius tanpa menggunakan mesin. Meskipun terlihat sepele,
kikir juga tidak bisa asal-asalan dalam menggunakanya, karena untuk mengikir ada
beberapa cara dalam menggunakanya. Cara menyimpan kikir juga tidak
sembarangan, karena jika sembarangan menyimpan kikir dapat merusak mata kikir.
Atas dasar inilah kami ingin mengangkat makalah ini guna menambah wawasan
pembaca tentang peranan penting kikir pada kerja bangku, tidak semudah yang
terlihat dalam proses mengikikir ini, karena banyak hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengikir, mulai dari kikir yang baik, cara mengikir, jenis-jenis kikir, hingga
cara menyimpanya.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana teknik mengikir yang baik dan benar ?
2. Bagaimana teknik perawatan kikir agar tidak cepat rusak?
3. Bagaimana petunjuk keselamatan kerja dalam mengikir?

1
2

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui teknik mengikir yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui perawatan kikir agar tidak cepat rusak
4. Untuk mengetahui keselamatan kerja dalam mengikir
BAB II
LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengertian Kikir

Dalam sejarah penggunaannya “Kikir merupakan alat tangan yang paling tua yang
digunakan oleh umat manusia untuk membuat benda kerja.” (Sumantri, 1989, hlm.
153). Ada dua ahli yang menjelaskan arti dari pengikiran, pertama menurut
(Sugiarto, 2014) “Pengikiran adalah untuk menyayat permukaan bahan benda kerja
sedikit demi sedikit, sehingga dapat dihasilkan permukaan benda kerja yang halus.”
Kedua menurut (Safril, Mulyadi, dan Nasirwan, 2006, hlm. 116) “Pengikiran adalah
salah satu cara untuk membuang, memperindah sebuah permukaan benda kerja
dengan cara memberikan gaya tekan dan gaya dorong pada permukaan benda
memakai alat kikir.”

(Ambiyar, dkk. 2008) menyatakan bahwa Pemakaian kikir pada bengkel kerja
bangku adalah untuk menyayat permukaan bahan benda kerja sedikit demi sedikit,
sehingga dapat dihasilkan permukaan benda kerja yang halus. Bahan untuk
membuat kikir adalah baja karbon tinggi dengan kandungan karbon pada baja jenis
ini adalah kurang 0,7 sampai 0,8%. Untuk mendapatkan pisau potongnya maka
permukaan kikir dicacah dengan pisau yang keras dan tajam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengikiran menurut Shigley et al, (1985) menyatakan bahwa ada
lima faktor yang mempengaruhi pengikiran yaitu faktor yang berhubungan dengan
tempat kerja, Ragum, ketinggian ragum, posisi kaki, cara memegang kikir, gerakan
badan, dan gaya dorong.

3
4

2.2 Bagian-bagian Utama Kikir


Bagian-bagian utama kikir menurut Sumantri (1989, hlm. 155) adalah ujung kikir,
sisi kikir, badan kikir, muka kikir, puncak kikir, dan gagang kikir

Gambar 2.1 Bagian-bagian utama kikir

2.3 Jenis Gigi Kikir

Gambar 2.2 Jenis gigi kikir


Jenis gigi kikir dibagi menjadi 2 yaitu kikir gigi tunggal dan kikir gigi ganda.
Sugiarto (2014, hlm. 5-6) menjelaskan bahwa Kikir dengan gigi potong tunggal
digunakan untuk pemotongan benda kerja secara halus. Artinya pemotongan tidak
dapat dilaksanakan secara tepat, tetapi hasil pengikiran pada permukaan benda kerja
menjadi lebih halus. Kikir dengan gigi potong ganda dapat melakukan pemotongan
secara cepat, tetapi hasil pengikirannya kasar.
5

2.4 Macam-macam Kikir


Dalam penggunaannya, kikir dibagi enam macam untuk praktik kerja bangku
yaitu kikir rata, kikir segi empat, kikir segi tiga, kikir bulat, kikir setengah bulat,
dan kikir instrumen. Berikut penjelasan macam-macam kikir menurut Sumantri
(1989, hlm. 160) :

1. Kikir rata

Gambar 2.3 Kikir rata

Sumantri (1989, hlm. 160) Kikir ini biasanya mempunyai gigi pemotong
dua/ganda dan biasanya merupakan kikir dengan kekerasannya menengah
dan kasar serta sangat besar. Dengan demikian kikir ini hanya menghasilkan
permukaan benda kerja yang kasar. Penggunaan kikir ini digunakan untuk
pekerjaan permulaan sebelum dikerjakan lanjutan dengan menggunakan
kikir halus maupun mesin

2. Kikir segi empat

Gambar 2.4 Kikir Segi Empat


Sumantri (1989, hlm. 160) Kikir ini memiliki dua gigi pemotong yang saling
bersilangan. Seluruh sisi dari kikir ini mempunyai gigi-gigi pemotong.
6

Penggunaan kikir ini adalah untuk pembuatan lubang segi empat, dan
membuat alur atau meluaskan/memperlebar alur pada benda kerja. Tingkat
kekasarannya yaitu kasar atau bastar, dan ukuran panjang yang tersedia
biasanya 4-16 inci.

3. Kikir bulat

Gambar 2.5 Kikir bulat


Sumantri (1989, hlm. 162) Kikir ini memiliki luas penampang bulat dan
memiliki ketirusan 1/3 bagian dari panjang kikir dimuai dari ujung kikir.
Kikir ini banyak digunakan untuk membuat lubang yang berbentuk silinder
dan memperluas lubang. Tingkat kekerasan kikir ini yaitu kasar atau bastar,
dengan ukuran panjang kikir 4-16 inci.

4. Kikir setengah bulat

Gambar 2.6 Kikir setengah bulat


Sumantri (1989, hlm. 162) Kikir ini memiliki luas penampang yang
setengah bulat/lingkaran dengan salah satu permukaannya setengah
lingkaran, sedangkan yang satunya lagi memiliki luas penampang datar.
Kikir ini digunakan untuk membentuk bidang cekung pada benda kerja.
Jenis kikir ini adalah kikir kasar dengan panjang kikir 6-2 inci.
7

5. Kikir segi tiga

Gambar 2.7 Kikir segi tiga


Sumantri (1989, hlm. 163) Kikir ini banyak digunakan dalam pembuatan
sudut kurang dari 90°, membentuk sudut 90°, dan mengasah peralatan
perkakas seperti daun gergaji. Bentuk kikir ini menyerupai bentuk segi tiga
sama kaki dengan sudut 60° pada setiap sudutnya dan mempunyai ketirusan.
Kikir ini mempunyai dua gigi pemotong yang bersilangan pada ketiga
sisinya, dan bergigi pemotong tunggal pada sisinya

6. Kikir instrumen

Gambar 2.8 Kikir instrumen


Sumantri (1989, hlm. 163) Kikir ini memiliki bentuk yang sangat kecil
dibandingkan dengan ukuran kir pada umumnya. Penggunaan kikir ini
adalah untuk mengikir benda kerja yang kecil atau instrumen dari suatu
peralatan. Kikir instrumen ini tersedia dalam satu set yang berisi semua
bentuk atau macam kikir yaitu kikir datar, kikir segi tiga, kikir segi empat,
kikir bulat, kikir setengah bulat, dan kikir pisau. Gigi-gigi pemotongnya
bergerigi tunggal dan ganda.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Teknik Mengikir yang Baik dan Benar


Dalam mengikir diperlukan keterampilan dan teknik mengikir agar hasil
pengikiran menjadi rapi dan rata. Teknik mengikir yang baik dan benar
menurut Sumantri (1989, hlm. 165) adalah untuk pengikiran berat maka ujung
kikir harus digenggam dengan kuat agar gaya tekan yang diberikan besar.
Untuk pengikiran ringan maka ujung kikir dipegang oleh jari atau ditekan oleh
jari karena pengikiran ini tidak memerlukan gaya tekan yang besar. Untuk
pengikiran bidang kecil maka pemegangan dilakukan pada bagian badan kikir
agar benda yang di kikir menjadi rata.

Gambar 3.1 Teknik mengikir yang baik dan benar

8
9

1. Cara memegang kikir

Gambar 3.2 Cara memegang kikir

Pekerjaan pengikiran akan berhasil dengan baik apabila para pekerja


mengetahui jenis kikir apa yang harus digunakan agar sesuai dengan bahan
yang akan dikerjakan, cara menjepit benda kerja yang benar, cara
memegang kikir yang benar, dan cara mengikir yang benar. Cara memegang
kikir yang salah dapat mengakibatkan cepat merasa lelah, sehingga
pekerjaan menjadi lambat. Rasa lelah kemungkinan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja, sebab dengan kelelahan konsentrasi menjadi menurun.
Dengan menurunnya konsentrasi, maka kecelakaan kerja lebih mudah
terjadi. Menurut Sumantri, 1989, hlm.167 cara memegang kikir yang benar
ialah:
1) tangkai kikir harus dipegang dengan tangan kanan dengan ibu jari
berada di atas tangkai kikir, sedangkan jari telunjuk mengikuti
panjang tangkai kikir.
2) untuk pengikiran/pekerjaan yang berat, maka tangan kiri (telapak
tangan) diletakkan pada ujung kikir dengan jari-jari tangga menjepit
ujung kikir. Fungsinya ialah agar pemotongan bahan oleh kikir bisa
lebih besar dan kelurusan permukaan bisa terjaga.
3) untuk pelaksanaan pengikiran yang ringan, jari-jari tangan kiri dapat
diletakkan pada ujung kikir. Fungsinya ialah sebagai penyeimbang.
4) Pada pengikiran benda kerja yang tipis, ujung ibu jari tangan kiri
ditekankan pada permukaan kikir dekat dengan tangkai kikir
sedangkan ujung jari yang lainnya menekan kikir bagian ujung, atau
jari-jari tangan menekan permukaan kikir.
10

5) pada saat pelaksanaan pengikiran, posisi badan agak condong ke


depan dan posisi kaki kiri berada di depan kaki kanan, kira–kira
membentuk sudut 60°.

2. Cara mengikir

Sumantri (1989, hlm. 168) Cara mengikir


yang salah dapat merusak benda kerja dan
mengakibatkan kelelahan fisik bagi para
pekerja, sehingga produktivitasnya menjadi
menurun. Untuk menghindari hal tersebut
berikut diberikan suat pedoman
pelaksanaan pekerjaan mengikir, yaitu:
1) penekanan gaya pada kedua tangan
harus sama pada saat melakukan
Gambar 3.3 Cara mengikir
pemotongan benda kerja
2) pemakanan mata kikir dilakukan pada gerakan maju kikir, sedangkan
pada waktu kikir bergerak mundur kikir tidak boleh melakukan
pemakanan
3) letak permukaan kikir/gigi pemotongan harus rata dengan benda kerja
pada saat pemakanan sehingga seluruh permukaan kikir atau semua
mata potong kikir dapat melakukan pemotongan terhadap benda kerja
4) untuk pengerjaan benda kerja yang panjang, maka pemakanan
dilakukan oleh semua badan kikir sedangkan untuk benda kerja yang
pendek pemakanan kikir tidak boleh dilakukan oleh seluruh panjang
badan kikir karena dapat mengakibatkan hasil pengikiran tidak rata.
Hal ini dikarenakan oleh penekanan pada waktu pemakanan tidak
seimbang.
5) kecepatan pemakanan hendaknya sekitar 40-50 langkah untuk tiap
menitnya, tetapi untuk benda kerja yang terbuat dari bahan yang keras,
maka kecepatan pemakanan yang dilakukan rendah sedangkan untuk
pengikiran benda kerja yang lunak maka kecepatan pemotongan
11

diperbesar. Sebagai contoh pelaksanaan pengikiran yang benar adalah


sebagai berikut:

3. Mengikir silang

Safril, Mulyadi, dan Nasirwan (2006) menyatakan bahwa mengikir


silang dilakukan dengan jalan menggerakkan kikir maju arah silang
terhadap benda kerja. Gerakkan maju dan silang tersebut dilakukan
secara bersama-sama. Kikir yang digunakan untuk melakukan
pemotongan pengikiran dengan cara ini adalah kikir kasar dengan mata
potong ganda yang saling silang. Posisi kikir pada benda kira-kira 45°
dan pelaksanaan pengikiran dilakukan dari arah kiri ke kanan.

4. Mengikir searah panjang benda kerja

Menurut Safril, Mulyadi, dan Nasirwan (2006) pengikiran ini dilakukan


saat proses pengerjaan benda telah sampai pada tahap akhir/finishing.
Kikir yang digunakan ialah kikir halus dengan mata potong tunggal.
Letak permukaan kikir tegak lurus dan melintang terhadap benda kerja.
Cara memegang kikir ialah tangan kanan memegang pemegang kikir
dengan posisi ibu jari menempel pada tangkai kikir. Tangan kiri
memegang ujung kikir dengan ibu jari berada pada sisi kikir dan jari-jari
yang lainnya memegang kikir. Posisi ibu jari kedua tangan ialah
mendorong kikir ke depan. Langkah pemakanan kikir adalah langkah
maju dan langkah mundur kikir bebas artinya tidak melakukan
pemakanan. Pada saat melakukan pemakanan gerakkan kikir harus rata
agar dapat dihasilkan permukaan bidang yang rata dan halus. Proses
pengikiran ini tidak dapat dilakukan terlalu lama, karena kikir akan
menjadi tidak rata sehingga bagian yang selalu melakukan pemakanan
akan menjadi cekung sedangkan bagian-bagian yang lain tetap rata.
Dengan demikian kikir tidak dapat digunakan kembali.
12

5. Mengikir lubang segi empat

Safril, Mulyadi, dan Nasirwan (2006) menyatakan ada beberapa


pedoman untuk mengikir lubang segi empat, yaitu:
a) Tentukan tempat di aman lubang segi empat akan dibuat, kemudian
tandai dengan penitik garis untuk batas pengerjaan dan tandai
dengan menggunakan penitik pusat untuk pekerjaan pembuatan
lubang dengan menggunakan mata bor
b) Buat lubang dengan menggunakan mata bor. Besar lubang tersebut
minimal 1 milimeter lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
lubang segi empat yang akan dibuat dengan kikir
c) Lakukan pengikiran dengan menggunakan kikir kasar segi empat
dengan ukuran yang sesuai dengan lubang yang dibuat oleh mata
bor. Lakukanlah hingga mendekati ukuran yang diminta.
d) Setelah semua sisi-sisinya dikikir dengan menggunakan kikir
kasar, maka periksa semua sisi-sisinya terutama untuk memeriksa
kesejajaran.
e) Lakukan pengerjaan finishing pada salah satu sisinya hingga
mencapai ukuran yang diminta. Lanjutkan dengan sisi berikutnya.
Urutkan kesejajaran sisi tersebut dengan sisi pertama , sebab sisi
pertama merupakan basis pengukuran. Demikian seterusnya
sehingga semua sisi segi empat telah sejajar dan siku satu dengan
lainnya
f) Periksa sekali lagi ukuran dan lubang dan kesejajaran sisi-sisi
lubang segi empat.

6. Mengikir radius
Menurut Safril, Mulyadi, dan Nasirwan (2006) kikir yang digunakan
ialah kikir rata ataupun kikir setengah bulat dan kikir bulat. Hal ini
tergantung dari jenis bentuk radius yang diminta. Misalnya bentuk radius
luar, maka dapat dibentuk dengan menggunakan kikir rata. Langkah-
langkah pelaksanaannya adalah:
13

a) Buat gambar bentuk radius pada benda kerja


b) Tandai menggunakan penitik garis
c) Jepit benda kerja pada ragum dengan posisi benda kerja miring
sekitar 45-60°
d) Lakukan pengikiran dengan menggunakan kikir kasar untuk
membuang bahan (potongan awal). Gerakan pengikiran masih
bebas karena masih langkah awal
e) Lakukan pembentukan radius luar menggunakan kikir. Cara
membuat bentuk radius luar menggunakan kikir adalah gerakan
kikir pertama-tama dari arah atas menuju ke bawah sambil
diayunkan
f) Lakukan secara berulang-ulang sambil selalu diperiksa bentuk
radius yang dibuat, juga selalu lakukan pemutaran posisi
penjepitan benda kerja. Posisi pekerja ialah berada di belakang
benda kerja artinya badan pekerja berada di belakang ragum bukan
di samping ragum seperti pengikiran biasa.
3.2 Teknik Perawatan Kikir
Seperti alat perkakas pada umumnya yang membutuhkan perawatan, kikir
juga perlu dirawat agar kikir tidak cepat rusak. Menurut Sumantri (1989,
hlm. 172) teknik perawatan kikir dibagi menjadi dua yaitu :

1. Cara membersihkan kikir

Sumantri (1989, hlm. 172) menyatakan bahwa pada saat melakukan


pengikiran banyak beram hasil pengikiran akan tertinggal pada mata potong
kikir atau pada gigi-gigi pemotong kikir. Hal ini nantinya dapat merusak
gigi-gigi pemotong kikir akibat adanya penumpukan beram. Guna
menghindari kemungkinan tersebut, maka setiap saat hendaknya beram-
beram yang tertahan pada gigi-gigi pemotong kikir selalu dibuang dengan
menggunakan sikat kikir atau peralatan lain khusus untuk pembuangan
beram. Apabila menggunakan sikat kikir, maka pilihlah sikat kikir dengan
bahan dari kuningan, agar tidak merusak gigi pemotong kikir. Cara
melakukan pembersihan tersebut dengan jalan menyikat gigi-gigi kikir
14

searah dengan alurnya, dan pembersihan adalah satu arah agar beram-beram
bisa terbuang dengan baik. Untuk kikir dengan mata ganda, maka kedua gigi
pemotongnya harus dibersihkan secara bersama-sama. Kikir yang akan
disimpan harus bersih dari beram dan kotoran lainnya seperti kapur yang
menempel padanya. Kapur akan mengakibatkan timbulnya karat pada kikir
jika tidak segera dibersihkan.

2. Cara menyimpan kikir

Menurut Sumantri (1989, hlm. 174) ketika kikir telah selesai digunakan,
Kikir hendaknya disimpan pada tempat yang kering atau tidak lembab dan
jauh dari tempat yang berminyak. Penempatan kikir tidak boleh ditumpuk
artinya mata-mata potong kikir tidak boleh bersinggungan satu dengan yang
lainnya, sebab akan mengakibatkan mata kikir menjadi tumpul. Cara
menyimpan kikir yang baik ialah dengan menyimpan secara sejajar dan
memberikan jarak antar kikir yang satu dengan kikir yang lainnya. Cara
lainnya ialah dengan menggantung kikir di dalam lemari alat.
3.3 Petunjuk Keselamatan Kerja dalam Mengikir
Menurut Sumantri (1989, hlm. 169) menyatakan bahwa agar tidak terjadi
kecelakaan saat pengikiran, maka petunjuk di bawah ini dapat dilakukan
sebagai pedoman:
1. Jangan menggunakan kikir yang tidak bertangkai.
2. Jangan menggunakan kikir dengan tangkai yang longgar atau pecah/rusak.
3. Periksa apakah kikir benar-benar terikat secara kuat pada tangkainya.
4. Gunakan kikir sesuai dengan fungsinya.
5. Meletakkan kikir jangan ditumpuk dengan benda kerja atau alat perkakas
lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengikiran adalah salah satu cara untuk membuang, memperindah sebuah
permukaan benda kerja dengan cara memberikan gaya tekan dan gaya dorong pada
permukaan benda memakai alat kikir. Bahan untuk membuat kikir adalah baja
karbon tinggi dengan kandungan karbon pada baja jenis ini adalah kurang 0,7
sampai 0,8%. Untuk mendapatkan pisau potongnya maka permukaan kikir dicacah
dengan pisau yang keras dan tajam. Dalam mengikir diperlukan keterampilan dan
teknik mengikir agar hasil benda yang di kikir menjadi rata. Dalam mengikir juga
diperlukan petunjuk keselamatan kerja agar ketika mengikir tidak terjadi
kecelakaan. Alat kikir harus perlu dirawat agar ketajaman kikir tersebut tidak
berkurang.
4.2 Saran
Dalam mengikir terdapat teknik mengikir, perawatan kikir, dan petunjuk
keselamatan kerja. Oleh karena itu setelah kita membahas makalah ini diharapkan
dapat lebih mengerti dan paham tentang teknik mengikir, perawatan kikir, dan
petunjuk keselamatan kerja dalam mengikir.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, Y. (2014). Perkakas Tangan. Jurnal: Teknik Mesin, 1 (3), hlm. 10-11.
Safril, Mulyadi, dan Nasirwan. (2006). Gaya Tekan dan Gaya Dorong terhadap
Kerataan dan Kesikuan Benda Kerja dan Praktik Kerja Bangku Mahasiswa. Jurnal:
Teknik Mesin, 3 (2), hlm. 116.
Ambiyar, dkk. (2008). Teknik Pembentukan Plat Jilid 2 untuk SMK. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Drs. Sumantri. (1989). Teori kerja bangku. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Shigley et al, (1985). Teknik Bengkel 1 Jurusan Teknik Mesin. Bandung: Proyek
Pengembangan Pendidikan Politeknik.

Anda mungkin juga menyukai