Anda di halaman 1dari 43

RKAS

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH

IMAN RUHIMAN S.Pd.MM 2019/2020 www.smksadam.sch.id


HALAMAN SAMPUL

RENCANA KERJA ANGGARAN SEKOLAH


(RKAS)

“Based Boarding School”

SMK SADAM
C I S U R U P A N

KABUPATEN GARUT
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2019
PROFIL LEMBAGA

A. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah :
2. Alamat Sekolah :

3. NPSN :
4. SK Pendirian :
5. Bidang Keahlian :

6. Program Keahlian :
7. Status Akreditasi :
8. Email :
9. Website :

B. IDENTITAS YAYASAN
1. Nama Yayasan :
2. Akte Pendirian
Tanggal Pendirian :
Nomor Akte :
Nama Notaris :
3. Pengurus Yayasan
Ketua Yayasan :
Sekretaris :
Bendahara :
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Sekolah :
Alamat :

Kabupaten :
Nama Kepala Sekolah :

Rencana Kerja Anggaran Sekolah


(RKAS)
Sekolah Menengah Kejuruan

disetujui oleh:

Yayasan Pendidikan Kepala Sekolah,

……………………………………………………… …………………………………………………
(Ketua) NUPTK:

Mengetahui,
Pengawas Pembina

EMA SRIMALIA., S.Pd.M.Pd


NIP: 196908221997022002
KATA PENGANTAR

Pendidikan yang mendukung pembangunan di masa mendatang adalah


pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi
peserta didik.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Pemerintah dan pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa deskriminatif. Agar dapat memberikan layanan pendidikan yang
bermutu maka sangat diperlukan perencanaan yang bagus.
Dalam penyusunan Rencana Kerja Sekolah ini, kami telah mendapatkan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima
kasih kepada seluruh keluarga jajaran SMK SADAM CISURUPAN.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam mendidik putra-
putri kita menjadi tenaga kerja yang professional, cerdas, terampil, mandiri dan
berakhlakul karimah di era globalisasi.

Garut, 17 September 2019


Kepala Sekolah

……………………………………………………..
NUPTK: 1857761664110022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), mendorong satuan pendidikan untuk memenuhi 8
(delapan) SNP dalam kurun waktu yang ditentukan. Ketentuan Peraturan Peralihan
pasal 94 butir b, menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri
dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak
diterbitkannya. Selain itu UU Sisdiknas dan PP tersebut memberikan pula dorongan
kepada satuan pendidikan untuk dapat melaksanakan Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal (PBKL), penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
baik dalam pembelajaran maupun manajemen sekolah.

Merespon amanat tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


(Dit. PSMK) sejak tahun 2007 telah melakukan rintisan Sekolah Kategori
Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) di 441 SMK tersebar di 34 provinsi
220 kab/kota dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di 100 SMK,
tersebar di 34 provinsi 90 kab/kota. Pada tahun 2008 jumlah SMK rintisan
SKM/SSN bertambah menjadi 2.625 SMK untuk rintisan SKM/SSN, sedangkan
untuk SMK rintisan PBKL, jumlahnya tetap. Pada tahun 2008 Dit. PSMK juga
merintis Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan fokus program adalah sebagai media
informasi dan pengembangan bahan ajar/bahan uji di 33 SMK, walaupun secara
faktual PSB sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan diadakannya kegiatan
pelatihan penyusunan pengembangan bahan ajar/bahan uji. Jumlah rintisan
SKM/SSN pada tahun 2009 bertambah lagi menjadi 3.252 SMK. Selain program
rintisan SKM, PBKL dan PSB, Dit.PSMA juga secara intensif dan berkelanjutan
melaksanakan Bintek KTSP dimulai tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat
kabupaten/kota/sekolah.

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan rintisan tersebut, Dit.PSMK membuka


peluang bagi sekolah-sekolah yang memiliki potensi dan sumber daya dapat
melaksanakan beberapa program rintisan secara sekaligus, dengan tetap
memprioritaskan pemenuhan SNP. Dengan demikian sekolah dapat membuat
perencanaan program yang memuat program pemenuhan SNP, ataupun program-
program lainnya dalam bentuk perencanaan program kerja sekolah sesuai dengan
kondisi dan kesanggupan sekolah masing-masing.

Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari
kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan
tuntutan SNP, dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana
kerja sekolah yang disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder
sekolah bersifat unik, dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya,
baik dalam melaksanakan program pelayanan terhadap warganya, maupun pihak
lain yang berkepentingan.

Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan pasal 51 ayat 1 menyatakan, bahwa satuan pendidikan
harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya
secara transparan dan akuntabel. Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) oleh Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Satuan Pendidikan Dasar, Dan
Satuan Pendidikan Menengah dituangkan dalam:
a. Rencana kerja tahunan satuan pendidikan;
b. Anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan; dan
c. Peraturan satuan atau program pendidikan;

Sementara itu Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 menyatakan, bahwa sekolah


harus membuat Rencana Kerja Sekolah yang terdiri atas Rencana Kerja Jangka
Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu
empat tahun dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang disusun dan dilaksanakan
berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Untuk selanjutnya glosarium
nomor 10 pada Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa RKT adalah Rencana
Kerja Tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka
menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).

Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini
masih banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS.
Untuk itulah perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang
penggunaan istilah RKAS tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk
kepentingan tersebut dan untuk memberikan kemudahan bagi sekolah dalam
menyusun RKAS, maka Dit. Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan menyusun
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang dapat
dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan program-programnya.

B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
6. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendiknas No.25 Tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Ditjen Mandikdasmen.
10. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
12. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
13. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
14. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan
15. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
16. Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan, dan penjabarannya dalam Pedoman Pelaksanaan
Tugas Guru dan Pengawas yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK, Agustus 2009
17. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
C. Landasan Operasional

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b menyatakan,


bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan mengenai
8 (delapan) SNP paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya PP tersebut.
2. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, Lampiran Bagian B butir 1 a menyatakan,
bahwa dalam pelaksanaan rencana kerja, sekolah/madrasah membuat dan
memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis
yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
3. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 menyatakan bahwa standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem-
belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
4. Permendiknas No. 22 tahun 2006 pada Pendahuluan Lampiran menyatakan,
bahwa peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui
penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

5. Permendiknas No.13 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 2.1


menyatakan kompetensi kepala sekolah menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
6. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian A:
a. butir 1: Perencanaan Program meliputi Visi, Misi, dan Tujuan
Sekolah/Madrasah, serta Rencana Kerja Sekolah
b. butir 4 d: Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan
dicapai dalam kurun waktu empat tahun, berkaitan dengan mutu lulusan
yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan
mutu lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan
rencana jangka menengah.
7. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 8 b
menyatakan, bahwa Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
Sekolah/ Madrasah mengatur:
a) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
b) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar
dana investasi dan operasional;
c) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah dalam
membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
d) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan
anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta
institusi di atasnya.
D. Landasan Empiris
1. Masih ada sekolah yang menganggap bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) sebagai barang baru yang esensinya berbeda dengan Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga perlu adanya
sosialisasi tentang RKAS yang merupakan istilah lain dari RAPBS.
2. Masih ada sekolah yang mengalami kesulitan dalam menyusun Rencana Kerja
Sekolah (RKS), baik Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) maupun Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai dengan tuntutan dalam
memenuhi SNP dan program-program lainnya

3. Strategi sekolah dalam pencapaian SNP bervariasi, tergantung pada


kemampuan sekolah menganalisis kebutuhan sekolah berdasarkan kondisi riil,
serta kesiapan dan kemampuan sekolah dalam mengelola dan mengoptimalkan
seluruh sumber daya di sekolah.

4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat
dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS.

E. Tujuan
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun
dengan tujuan:

1. Menyamakan pemahaman tentang konsep dan substansi RKAS


2. Memberikan rambu-rambu kepada sekolah dalam menyusun dan
mengembangkan RKAS, sesuai dengan kondisi riil sekolah dengan mengacu
pada tuntutan SNP.
F. Hasil yang Diharapkan
1. Setiap sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang konsep dan substansi
RKAS
2. Adanya acuan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, sehingga sekolah dapat
menyusun substansi RKAS sesuai dengan kondisi riil sekolah
G. Sasaran
Panduan ini dapat digunakan oleh seluruh SMA dalam menyusun Rencana Kegiatan
dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk memenuhi SNP.
BAB II
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH

A. Pengertian
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan
bahwa Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi:

1. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan


dicapai dalam kurun waktu empat tahun berkaitan dengan mutu lulusan yang
ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu
lulusan;

2. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan


Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M), dilaksanakan berdasarkan rencana
jangka menengah.

Selanjutnya Glosarium butir 10 Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa: “RKT


adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana
kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari
Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).

Dalam hal ini juga Muhaimin, et al (2009:185) mengungkapkan bahwa: “Rencana


program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi
dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk
implementasi strategi utama organisasi. Rencana program merupakan proses
penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan suatu rencana”.
B. Komponen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

PP Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran


Sekolah (RKAS) pada dasarnya harus mencakup substansi yang telah ditetapkan,
sesuai dengan tuntutan SNP. Sementara itu, Permendiknas No. 19 Tahun 2007
secara rinci mengatakan bahwa RKAS harus memuat secara jelas tentang;

1. kesiswaan
2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran
3. pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya
4. sarana dan prasarana
5. keuangan dan pembiayaan
6. budaya dan lingkungan sekolah
7. peran serta masyarakat dan kemitraan
8. rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.
Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling
melengkapi dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007
terakumulasi pada 8 (delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005.
Dengan demikian komponen kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar
nasional pendidikan.

C. Prinsip Penyusunan/Pengembangan RKAS

RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah
dengan kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas.
Menurut Muhaimin (2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai


dengan tingkatan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil;
2. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah;
3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku
sekolah dan/atau antara sekolah dan Dinas Pendidikan;
4. menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan;
5. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
6. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip
berikut:

1. demand driven (berdasarkan kebutuhan)


2. data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis konteks
3. dapat memperbaiki prestasi belajar peserta didik
4. membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan)
5. sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), dan menyeluruh
6. tanggap terhadap perubahan
7. bersifat partisipasif, keterwakilan, dan transparansi,
8. berdasarkan pada hasil review dan evaluasi.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada
lampiran bagian A butir 4.d menyatakan bahwa Rencana Kerja Tahunan dijadikan
dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

D. Keterkaitan antar Komponen 8 SNP dalam penyusunan RKAS

Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab
itu analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan
suatu hal yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan
kegiatan sekolah yang dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya
akan dapat menentukan keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan
mutu pendidikan maupun dalam kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat
sekolah itu berada. Selain itu semua program dan kegiatan yang dicanangkan oleh
sekolah merupakan jembatan yang akan dijalani sekolah dalam menyongsong
masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith (2001; 18) berpendapat bahwa
analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan program
sekolah, karena:

• Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon
it
• An examination of past trends allows us to understand the present and
anticipate the future
• Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A
thorough understanding of such problems provides an opportunity for taking
appropriate action with regard to program and personnel development
• Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the
culture helps us understand and meet staff needs
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada
lingkungannya, serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya.
Selain itu evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan dapat memberikan
masukan dan bahan bagi masa depannya, sehingga sekolah dapat menjadi
tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah peningkatan dan kemajuan.

Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat
pada pada bagan 1 berikut;
Analisis SNP dan Satdik Analisis Lingkungan
Analisis Konteks
1. Perencanaan

Dukungan
1. SI Ekternal
KTSP
2. SKL

3. St. Penilaian

4. St. Proses

5. St. Pend. & 8. St. Pengelolaan


Tendik

6. St. Sarana
Prasarana

7. St.Pembiayaan
Pembiayaan

Strategi Perencanaan
Visi & Tujuan Anaslisis Strategi
Misi Kesenjangan
n

Rencana Kerja Sekolah (RKS)

RKJM RKAS

2. Pelaksanaan

3. Pengawasan
Bagan 1 Keterkaitan antar komponen dalam penyusunan RKAS
(dimodifikasi dari Model Smith)
Penjelasan Bagan 1

Keseluruhan proses kegiatan yang terjadi di sekolah mulai dari perencanaan,


pelaksanaan, dan pengawasan harus mengacu kepada berbagai ketentuan yang
diatur dalam PP No.17 Tahun 2010 tentang Standar Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan dan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan.

a. Perencanaan

Proses perencanaan dimulai dengan melakukan analisis konteks dan menelaah


hasilnya, dilanjutkan dengan merumuskan/menyusun visi, misi, tujuan, sasaran
dan hasil yang diharapkan, serta strategi pelaksanaan.

1) Melakukan analisis konteks meliputi:

(a) Analisis konteks 8 SNP


(b) Analisis kondisi satuan pendidikan

(c) Analisis Kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan

(Untuk melakukan analisis konteks sangat dianjurkan membaca Petunjuk


Teknis Analisis Konteks yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan
SMA).

2) Menelaah hasil analisi konteks untuk mendapatkan kesenjangan yang


dihadapi sekolah

Hasil analisis konteks dimaksud, pada dasarnya merupakan acuan utama


bagi sekolah dalam penyusunan program kerja sekolah, sebagai contoh: hasil
pemetaan standar Isi, SKL, dan Standar Penilaian merupakan bahan dasar
dalam penyusunan KTSP yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, serta pembiayaan akan sangat diperlukan dalam menunjang
keberlangsungan proses pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan
pemetaan dan analisis standar – standar ini dapat dibaca di Seri Petunjuk
Teknis penyusunan KTSP.

3) Mendata hasil kesenjangan dan menetapkan skala prioritas penanganan


program sekolah.

4) Merumuskan/menyusun Visi

Wibisono (2006) menyatakan bahwa visi merupakan rangkaian kalimat yang


menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang
ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan
pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan
hal yang sangat “genting” bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan
kesuksesan jangka panjang. Pernyataan visi harus selalu berlaku pada
semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu visi
hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Sementara itu Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 1.b menyatakan bahwa visi sekolah/
madrasah;
(a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
(b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah
dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi
diatasnya serta visi pendidikan nasional;
(d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
(f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Memperhatikan kedua pernyataan tersebut, maka ada beberapa persyaratan


yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi, yaitu;

(a) Berorientasi pada masa depan


(b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau trend saat ini
(c) Mengekspresikan kreativitas
(d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi setiap
warga sekolah
(e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai sekolah meskipun ada
perubahan
(f) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota
lembaga sekolah
(g) Memberikan klarifikasi bagi manfaat sekolah serta tujuan-tujuannya
(h) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi setiap warga
sekolah
(i) Menggambarkan keunikan/ciri khas sekolah dalam kompetisi serta
citranya
(j) Dirumuskan bersama seluruh warga dan dijadikan pedoman atau cita–
cita bersama, dan ditetapkan melalui rapat sekolah

5) Merumuskan/menyusun misi sekolah

Setelah visi ditetapkan, maka untuk mencapainya dirumuskan misi yang


merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah. Dalam
operasionalnya seluruh personil yang terlibat berpedoman pada pernyataan
misi yang merupakan hasil kompromi interpretasi visi. Misi juga merupakan
serangkaian aktivitas yang akan dilakukan oleh sekolah dalam rangka
mewujudkan visi jangka panjangnya. Misi dapat dimaknai juga sebagai sebuah
deskripsi alasan bagi eksistensi suatu sekolah yang mencerminkan tujuan
fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan dan merangsang
proses perumusan tujuan dan strategi.

Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; “Misi merupakan
sebuah “... pervasive, although general, expression of the philosophical
objectives of the entreprise.” Mission should focus on “long-range economic
potentials, attitudes toward customers, product and service quality, employees,
and attitudes toward owners”. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b
menyatakan bahwa misi sekolah/madrasah;

(a) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai


dengan tujuan pendidikan nasional;
(b) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
(c) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
(d) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh sekolah/madrasah;
(e) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
sekolah/madrasah;
(f) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-
satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
(g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh
rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(h) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
(i) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka proses perumusannya


perlu melibatkan dan memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak
yang terkait khususnya seluruh warga sekolah serta sumber-sumber lain
yang secara langsung berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Untuk
memberikan tekanan pada faktor komprehensif dari pernyataan misi maka
pernyataan tersebut hendaknya mampu memberikan gambaran yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan diantaranya sebagai berikut:

(a) Apa yang akan dikerjakan oleh sekolah?


(b) Usaha apa yang akan dilaksanakan sekolah dalam meningkatkan
mutunya?
(c) Apa yang yang menjadi ciri khas dari sekolah?
(d) Pihak luar mana yang berkepentingan dengan sekolah dan mengapa?
(e) Apa nilai dasar sekolah?
(f) Apa yang berbeda pada sekolah 4 tahun yang lalu dengan sekarang?
(g) Mengapa berbeda?
(h) Cita – cita apa yang diinginkan sekolah 4 tahun yang akan datang?
(i) Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan visi
sekolah?

6) Merumuskan/menyusun Tujuan Sekolah

Setelah visi dan misi ditentukan, maka kegiatan selanjutnya adalah


menentukan tujuan sekolah yang dijabarkan kedalam masing – masing tujuan
kegiatan/program. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu
rencana kegiatan. Tujuan ini harus terdefinisikan dengan tepat dan dapat
ditentukan atau diukur keberhasilan yang ingin dicapainya pada satuan waktu
tertentu, dengan target tertentu, mengacu pada analisis kesenjangan.
Kesenjangan merupakan hasil pengukuran terhadap perbedaan antara kondisi
riil sekolah dengan kondisi ideal yang dicita - citakan sekolah sesuai dengan
visi atau standar yang berlaku. Analisis kesenjangan dilaksanakan untuk
menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan dalam penentuan program dan
kegiatan yang harus dicanangkan dalam RKAS mengacu kepada visi, misi, dan
tujuan sekolah yang telah ditentukan.

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan


pada Lampiran bagian A butir 3.b menyatakan bahwa tujuan
sekolah/madrasah:

(a) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka


menengah (empat tahunan);
(b) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat;
(c) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan pemerintah;
(d) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah, dan diputuskan oleh rapat dewan
pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(e) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan.

7) Merumuskan/menyusun Hasil dan Sasaran Yang Akan Dicapai

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek
dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran
adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan
pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat
capaiannya (targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat
dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan
sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategik.
Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap
tahun dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau
kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh,
untuk kegiatan pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata
usaha, atau peserta didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau
dokumen.

8) Merumuskan/menyusun Strategi Pelaksanaan

Strategi merupakan rencana komprehensip yang disusun untuk mencapai misi,


tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan. Strategi harus dapat
memaksimalkan seluruh peluang dan potensi yang tersedia di dalam dan di
luar sekolah yang dapat memacu pengembangan sekolah, dan sekaligus
mampu meminimalkan permasalahan yang dapat menghambat peningkatan
mutu sekolah tersebut. Richard Vancil dalam Nisjar dan Winardi (1997)
mengemukakan bahwa: “... Strategi sebuah organisasi, atau sub-unit sebuah
organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang
diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa:
(a) sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut;
(b) kendala-kendala dan kebijakan-kebijakan, yang ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, atau yang diterima dari atasannya, yang membatasi ruang
lingkup aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan, dan
(c) kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan
harapan akan diberikannya kontribusi mereka dalam hal mencapai
sasaran-sasaran organisasi tersebut”

b. Pelaksanaan

RKAS disusun sebagai pedoman sekolah dalam melaksanakan program dan


kegiatan, serta pembiayaan yang telah dianggarkan. Semua warga sekolah harus
memiliki komitmen bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran dan mematuhi
jadwal yang telah ditetapkan. Selain itu, warga sekolah juga harus mentaati
semua peraturan dan membuat pelaporan untuk semua kegiatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam RKAS. Apabila ada perubahan
program/kegiatan, maka harus segera dilakukan penyesuaian, dan diberitahukan
kepada seluruh warga yang berkepentingan, agar keberlangsungan program
dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini Permendiknas No. 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian B butir 3.b dan
3.c menyatakan:

1) Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana


yang sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan
pendidik dan komite sekolah/madrasah.

2) Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan


pengelolaan bidang akademik pada rapat Dewan Pendidik, dan bidang non
akademik pada rapat komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada
akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja
tahunan berikutnya.

c. Pengawasan

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak


terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah.
Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan
adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama
kepada para guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284)
memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya.
Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya
bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama para guru yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.
Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam, dengan
acuan perencanaan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan
yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu
penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi
bantuan yang diberikan harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi
belajar mengajar.

Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi
pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program
dan kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus
menerus mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga
peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana.

Pengawasan juga merupakan bantuan dalam pengembangan untuk memperoleh


kondisi yang lebih baik, terutama bantuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Selain itu, pengawasan juga merupakan suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang agar dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, serta
merupakan pekerjaan pembinaan yang menggunakan sejumlah teknik atau
pendekatan dalam memberikan dorongan dan bantuan secara profesional untuk
memperbaiki kinerja. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan
Pendidikan pada Lampiran Bagian C butir 1.d menyatakan bahwa pengawasan
pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan baik secara periodik maupun sewaktu-
waktu, tetapi dengan tetap menggunakan prinsip pengawasan seperti yang
dikemukakan oleh Sahertian & Mataheru (1982), yaitu;
(1) Ilmiah, dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen;
(2) Demokratis, menjunjung tinggi musyawarah dan memiliki jiwa kekeluargaan;
(3) Kooperatif, seluruh personil sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan
usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik;
(4) Konstruktik dan kreatif, membina guru serta mendorong untuk aktif
menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan nyaman.
E. Mekanisme Penyusunan RKAS
Mekanisme penyusunan RKS, RKJM dan RKAS, dapat digambarkan seperti bagan 2
berikut.

Kondisi Riil
St. Pengelolaan

St. Pembiayaan

P
Kegiatan Pembiayaan
P
e
Analisis Pelatihan/IHT P
-Nara sumber
Anslisis St. Pend
e/Workshop
SI, SKL, & Tendik m /fasilitator
St. e-Akomodasi
Penilaian m -Konsumsi
m
b-ATK
-Honor
b Penugasan
Penyusunan Siap b-dll.
i
KTSP ?
i
i
a-ATK
Pembenahan/ -Honor
a
optimalisasi Penugasan
St. Proses Sesuai sesuai hasil a-Biaya
y
? analisis operasional
y Pesdik/Pend/
yTU/Adminis
a
St. Sarpras trasi
a
Pemenuhan a
Pengadaan a
Memenuhi, Pemanfaatan
a
Diberdayak secara optimal -Honor/biaya
a
anDipelihar Pemeliharaan/ jasa
a/ dirawat Perawatan n-Pembelian
Penambahan
n -Pembangunan
Penghapusan/ n
Hibah

Koordinasi -Transport
Dukungan Konsultasi -ATK
Cuku
Eksternal. Kemitraan -Akomodasi
p?
-Konsumsi
RKJM Skala prioritas RKAS

Kondisi Ideal

F. Penyusunan dan Penentuan Besaran Biaya Kegiatan dan Anggaran Sekolah

Rencana kegiatan di setiap sekolah tergantung kepada hasil analisis kesenjangan


yang terjadi di sekolah tersebut. Sedangkan besaran biaya dapat memgacu kepada
ketentuan Kabupaten/Kota masing – masing, atau ketentuan lain yang ditetapkan
menurut harga pasar. Semua sumber dana harus dicantumkan dalam RKAS, baik
dana yang diterima sekolah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang tua,
masyarakat, dan sumber lainnya. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No. 19
tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian A butir
8.b.4) yang menyatakan; “pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta
institusi di atasnya”. Penghitungan dan penentuan besaran biaya/harga mengacu
kepada besaran biaya/plafon yang berlaku serta pembayaran kewajiban pajak
sesuai dengan peruntukannya.

Cara menentukan program/kegiatan berdasarkan hasil analisis kondisi dapat


dilihat pada contoh 1, sedangkan cara menentukan besaran biaya, terutama yang
berkaitan dengan operasional peserta didik dapat dilihat pada contoh 2. Untuk
selanjutnya contoh 3 dan contoh 4 masing-masing adalah contoh cara menentukan
besaran biaya dalam pelaksanaan In House Training (IHT) dan cara menentukan
biaya untuk kebutuhan administrasi guru. Contoh 5 dan contoh 6 adalah contoh
RKJM dan RKAS. Contoh RKAS dapat dilihat di lampiran 1 panduan ini.

G. Kerangka Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan
mencakup berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan
jumlah dana) yang dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut:

1. Cover
2. Kata Pengantar dan Daftar Isi
3. Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
4. Bab I. Pendahuluan; Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
5. Bab II.Hasil Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis Konteks)
6. Bab III. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan
substansinya, yaitu aspek dan uraian kegiatan, tanggal pelaksanaan, unsur
yang terlibat, tujuan kegiatan, hasil kegiatan dan sumber dana (format
terlampir)
7. Bab IV. Penutup
Lampiran – lampiran

Guna mendukung kelengkapan informasi, maka program kerja sekolah harus


dilengkapi/dilampiri dengan :
1. Fotocopy surat keputusan pendirian sekolah (bagi sekolah negeri) atau Akte
pendirian yayasan (bagi sekolah swasta)
2. Fotocopy surat keputusan pembentukan Komite Sekolah
3. Fotocopy surat keputusan pengangkatan Kepala Sekolah, sebagai bukti
status Kepala Sekolah yang definitif
4. Data sekolah mengacu pada Lembar Identitas Sekolah/Madrasah (LISM)
5. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Tim Kerja Sekolah beserta uraian
tugasnya.
1. Penentuan rencana kegiatan yang didasarkan pada hasil analisis dan penentuan kebutuhan biaya dalam RKAS

No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
1. Semua pendidik Belum semua Melakukan kegiatan • Honor fasilitator Besaran biaya Komite
menyusun Silabus pendidik dapat pelatihan bagi guru, • Konsumsi pendidik sesuai dengan Sekolah
secara mandiri menyusun Silabus misalnya IHT dan fasilitator jumlah fasilitator
• ATK dan pendidik yg
ada
..... •
7. Jumlah rombel 18 Jumlah ruang 1.Penambahan ruang Biaya pembangunan Jumlah ruang • Komite
kelas 15 kelas RKB yang dibangun Sekkolah
sesuai dengan • Masyarakat
kemampu-an • Pemerintah
/rencana tahun
berjalan dengan
besaran biaya di-
sesuaikan
dengan standar
yang berlaku

.....
18 Semua pendidik telah Baru 50% pendidik Persiapan dan • Transport Disesuaikan Komite
tersertifikasi tersertifikasi pengusulan guru • ATK dengan sekolah
unyuk disertifikasi ketentuan
Kab./Kota
Mendorong Dinas
Kab/Kota
merealisasikan
usulan
......
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
22. Semua bangunan/ Sebagian gedung Pemeliharaan/pera- Pemeliharaan rutin Sesuai • Komite
gedung difungsikan kurang watan bangunan/ berpe- doman pada kebutuhan Sekolah
se-cara optimal dan terpelihara/ gedung pembiayaan • Block Grant
ter-pelihara dengan terawat pemeliharaan dan rehab
baik ringan
23. Ruang kelas Baru sebagian Pemenuhan sarana • Pembelian sarana Besaran biaya Block Grant
dilengkapi dengan ruang kelas yang TIK di ruang kelas TIK (infocus, screen, disesuaikan
sarana TIK yang dileng-kapi sarana komputer, dll) dengan
memadai TIK aturan/harga
yang berlaku
....
30. Peserta didik Belum seluruh Kegiatan OSIS • Transport Disesuaikan Komite
memiliki pengalaman peserta didik • ATK dengan Sekolah
berorganisasi memiliki • Konsumsi ketentuan
pengalaman Kab./Kota
organisasi
Seluruh peserta didik Baru sebagian Pembuatan kartu • ATK Sesuai Komite
menjadi anggota peserta didik OSIS • Biaya cetak kebutuhan Sekolah
OSIS memiliki kartu
OSIS
2. Perhitungan biaya operasional peserta didik (non inventaris)

a. Ulangan harian.
Ulangan harian diperhitungkan dari jumlah SK/KD untuk setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh untuk mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Jumlah Banyak Ulangan Kebutuhan
Kelas Jumlah SK KD Harian Kertas

Dari daftar di atas, jika dirata–rata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali
Ulangan Harian setiap yahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD),
maka kebutuhan Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut;
• 18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar ≈ 0, 67 rim kertas
• Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube,
dan
• Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar.
Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah
Jenis Harga
kebutuhan volume satuan (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan
b. Praktikum
Rata–rata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun
(disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah
sebagai berikut:
10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00
c. Pembinaan Prestasi
1) Ekstra kurikuler ± Rp 60.000,00
2) Akademik ± Rp 60.000,00
Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun
d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian
2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00
e. Buku Teks
18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi
Rp 180.000,00/peserta didik/tahun
f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00
Jumlah kebutuhan operasional /peserta didik/Tahun adalah;
Biaya yang Keterangan
No. Jenis kegiatan dibutuhkan (Rp)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Penghitungan biaya In House Training

In House Training (IHT), merupakan pelatihan yang dilakukan di sekolah. Waktu


disesuaikan dengan banyaknya/luasnya substansi materi pelatihan, sedangkan
pembiayaan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, misalnya sesuai dengan
plafon biaya Pemerintah Daerah setempat. Berikut perhitungan pembiayaan untuk IHT
tentang pelaksanaan dan penyusunan hasil analisis konteks dilaksanakan selama 2
hari dengan jumlah peserta 50 orang:

No. Jenis Pembiayaan Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)


(Rp)
a.
b.

Penghitungan biaya kebutuhan administrasi guru

Pembiayaan kebutuhan administrasi guru dalam pembelajaran berhubungan dengan


ATK dan honor penugasan. Penghitungan untuk ATK dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan banyaknya guru dan program (Teknik Komputer Dan Jaringan,
Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura) yang ada di sekolah. Penugasan
penyusunan administrasi (Silabus, RPP, dan pedoman/program kegiatan lainnya) dapat
dilakukan per mata pelajaran. maka penghitungan pembiayaan dapat dilakukan sebagai
berikut:

1. Honor Penugasan: 18 mapel x Rp 200.000 = 3.600.000 /semester

2. ATK diperkirakan

a. Kertas: 1 rim/orang/semester, sehingga kebutuhan ATK keseluruhan menjadi 16


orang x 1 rim x Rp 40.000 = Rp.640.000 /semester

b. Tinta; 16 rim x 500 lembar = 8.000 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (8.000
: 800) x Rp 300.000,00 = Rp 3.000.000 /semester

c. Master; (8.000 : 100) x Rp 3000,00 = Rp 240.000,00 /semester


Dengan demikian maka kebutuhan biaya untuk administrasi guru dalam satu
Tahun adalah sebagai berikut;

No. Jenis Kebutuhan Biaya per Biaya yang diperlukan


semester (Rp) dalam satu Tahun (Rp)
1.
2. a.
b.
c.
RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) 2019
SMK ..........................................................
TAHUN ................

URAIAN KEGIATAN TAHUN


NO
KOMPONEN KEGIATAN (DISESUAIKAN DENGAN HASIL SASARAN
. 2016 2017 2018 2019
ANALISIS KESENJANGAN)
Standar Isi dan
1. 1.1 Penyusunan/ 1.1.1 Penyusunan program kerja
Standar
Penyempurnaan
Kompetensi 1.1.2 Penyusunan/penyempurnaan
Dokumen
Lulusan dokumen KTSP
kurikulum
1.1.3 Penyusunan/penyempurnaan
komponen KTSP
1.1.4 Penyusunan/pengembangan
silabus
2.2 Penyusunan
2. Standar Proses 2.2.1 Penyusunan RPP
perangkat
2.2.2 Penyusunan/pengembangan
pebelajaran bahan ajar

Standar Pendidik 3.1 Pemenuhan


3. 3.1.1 Pendidikan S1 bagi guru .....
dan Kualifikasi
Tenaga akademik pendidik
3.1.2 Sertifikasi profesi guru
Kependidikan dan
3.1.3 Peningkatan kompetensi guru
dalam pengembangan bahan
tenaga
ajar berbasis TIK, melalui ....
kependidikan
workshop/pelatihan eksternal
dan IHT (internal)
URAIAN KEGIATAN TAHUN
NO
KOMPONEN KEGIATAN (DISESUAIKAN DENGAN HASIL SASARAN
. 2016 2017 2018 2019
ANALISIS KESENJANGAN)

3.1.5 Peningkatan kompetensi tenaga


laboran melalui
workshop/pelatihan eksternal
dan IHT (internal)

4. Standar Sarana 4.1 Pemenuhan


dan Prasarana standar ruang 4.1.1 Penambahan ruang kelas
kelas
4.1.2 Pemenuhan sarana ruang kelas

4.2 Pemenuhan ruang 4.2.1 Perluasan ruang perpustakaan


perpustakaan
4.2.4 Pengembangan perpustakaan
berbasis TIK

4.3 Pemenuhan 4.3.1 Pembangunan ruang


Laboratorium laboratorium komputer
Komputer 4.3.2 Pemenuhan sarana

dst .....
BAB III

PENUTUP

1. Semua SMK berkewajiban untuk terus berupaya meningkatan kuantitas dan


kualitasnya secara proporsional melalui berbagai kegiatan yang dituangkan
dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), agar pada saatnya
dapat memenuhi SNP.

2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan pedoman dan acuan


bagi sekolah dalam pelaksanaan proses pendidikan yang harus ditaati oleh
seluruh warga sekolah.

3. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan rencana yang


komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang
ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di
masa mendatang. RKAS juga harus berorientasi ke depan dan dapat
menjembatani antara kondisi saat ini dan kondisi ideal.

4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah memiliki komponen dan cakupan


yang harus dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis kondisi, serta
memperhatikan peluang dan tantangan dari lingkungan eksternal, kekuatan
dan kelemahan internal, dalam rangka pemenuhan SNP.

5. Panduan Penyusunan RKAS ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan


bagi sekolah dalam menyusun rencana kerjanya untuk memenuhi SNP.

6. Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini
sangat diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai