SMK SADAM
C I S U R U P A N
KABUPATEN GARUT
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2019
PROFIL LEMBAGA
A. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah :
2. Alamat Sekolah :
3. NPSN :
4. SK Pendirian :
5. Bidang Keahlian :
6. Program Keahlian :
7. Status Akreditasi :
8. Email :
9. Website :
B. IDENTITAS YAYASAN
1. Nama Yayasan :
2. Akte Pendirian
Tanggal Pendirian :
Nomor Akte :
Nama Notaris :
3. Pengurus Yayasan
Ketua Yayasan :
Sekretaris :
Bendahara :
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Sekolah :
Alamat :
Kabupaten :
Nama Kepala Sekolah :
disetujui oleh:
……………………………………………………… …………………………………………………
(Ketua) NUPTK:
Mengetahui,
Pengawas Pembina
……………………………………………………..
NUPTK: 1857761664110022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari
kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan
tuntutan SNP, dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana
kerja sekolah yang disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder
sekolah bersifat unik, dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya,
baik dalam melaksanakan program pelayanan terhadap warganya, maupun pihak
lain yang berkepentingan.
Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini
masih banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS.
Untuk itulah perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang
penggunaan istilah RKAS tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk
kepentingan tersebut dan untuk memberikan kemudahan bagi sekolah dalam
menyusun RKAS, maka Dit. Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan menyusun
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang dapat
dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan program-programnya.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
6. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendiknas No.25 Tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Ditjen Mandikdasmen.
10. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
12. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
13. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
14. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan
15. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
16. Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan, dan penjabarannya dalam Pedoman Pelaksanaan
Tugas Guru dan Pengawas yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK, Agustus 2009
17. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
C. Landasan Operasional
4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat
dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS.
E. Tujuan
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun
dengan tujuan:
A. Pengertian
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan
bahwa Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi:
1. kesiswaan
2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran
3. pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya
4. sarana dan prasarana
5. keuangan dan pembiayaan
6. budaya dan lingkungan sekolah
7. peran serta masyarakat dan kemitraan
8. rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.
Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling
melengkapi dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007
terakumulasi pada 8 (delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005.
Dengan demikian komponen kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar
nasional pendidikan.
RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah
dengan kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas.
Menurut Muhaimin (2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:
Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab
itu analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan
suatu hal yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan
kegiatan sekolah yang dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya
akan dapat menentukan keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan
mutu pendidikan maupun dalam kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat
sekolah itu berada. Selain itu semua program dan kegiatan yang dicanangkan oleh
sekolah merupakan jembatan yang akan dijalani sekolah dalam menyongsong
masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith (2001; 18) berpendapat bahwa
analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan program
sekolah, karena:
• Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon
it
• An examination of past trends allows us to understand the present and
anticipate the future
• Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A
thorough understanding of such problems provides an opportunity for taking
appropriate action with regard to program and personnel development
• Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the
culture helps us understand and meet staff needs
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada
lingkungannya, serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya.
Selain itu evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan dapat memberikan
masukan dan bahan bagi masa depannya, sehingga sekolah dapat menjadi
tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah peningkatan dan kemajuan.
Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat
pada pada bagan 1 berikut;
Analisis SNP dan Satdik Analisis Lingkungan
Analisis Konteks
1. Perencanaan
Dukungan
1. SI Ekternal
KTSP
2. SKL
3. St. Penilaian
4. St. Proses
6. St. Sarana
Prasarana
7. St.Pembiayaan
Pembiayaan
Strategi Perencanaan
Visi & Tujuan Anaslisis Strategi
Misi Kesenjangan
n
RKJM RKAS
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
Bagan 1 Keterkaitan antar komponen dalam penyusunan RKAS
(dimodifikasi dari Model Smith)
Penjelasan Bagan 1
a. Perencanaan
4) Merumuskan/menyusun Visi
Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; “Misi merupakan
sebuah “... pervasive, although general, expression of the philosophical
objectives of the entreprise.” Mission should focus on “long-range economic
potentials, attitudes toward customers, product and service quality, employees,
and attitudes toward owners”. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b
menyatakan bahwa misi sekolah/madrasah;
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek
dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran
adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan
pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat
capaiannya (targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat
dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan
sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategik.
Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap
tahun dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau
kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh,
untuk kegiatan pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata
usaha, atau peserta didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau
dokumen.
b. Pelaksanaan
c. Pengawasan
Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi
pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program
dan kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus
menerus mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga
peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana.
Kondisi Riil
St. Pengelolaan
St. Pembiayaan
P
Kegiatan Pembiayaan
P
e
Analisis Pelatihan/IHT P
-Nara sumber
Anslisis St. Pend
e/Workshop
SI, SKL, & Tendik m /fasilitator
St. e-Akomodasi
Penilaian m -Konsumsi
m
b-ATK
-Honor
b Penugasan
Penyusunan Siap b-dll.
i
KTSP ?
i
i
a-ATK
Pembenahan/ -Honor
a
optimalisasi Penugasan
St. Proses Sesuai sesuai hasil a-Biaya
y
? analisis operasional
y Pesdik/Pend/
yTU/Adminis
a
St. Sarpras trasi
a
Pemenuhan a
Pengadaan a
Memenuhi, Pemanfaatan
a
Diberdayak secara optimal -Honor/biaya
a
anDipelihar Pemeliharaan/ jasa
a/ dirawat Perawatan n-Pembelian
Penambahan
n -Pembangunan
Penghapusan/ n
Hibah
Koordinasi -Transport
Dukungan Konsultasi -ATK
Cuku
Eksternal. Kemitraan -Akomodasi
p?
-Konsumsi
RKJM Skala prioritas RKAS
Kondisi Ideal
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan
mencakup berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan
jumlah dana) yang dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut:
1. Cover
2. Kata Pengantar dan Daftar Isi
3. Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
4. Bab I. Pendahuluan; Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
5. Bab II.Hasil Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis Konteks)
6. Bab III. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan
substansinya, yaitu aspek dan uraian kegiatan, tanggal pelaksanaan, unsur
yang terlibat, tujuan kegiatan, hasil kegiatan dan sumber dana (format
terlampir)
7. Bab IV. Penutup
Lampiran – lampiran
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
1. Semua pendidik Belum semua Melakukan kegiatan • Honor fasilitator Besaran biaya Komite
menyusun Silabus pendidik dapat pelatihan bagi guru, • Konsumsi pendidik sesuai dengan Sekolah
secara mandiri menyusun Silabus misalnya IHT dan fasilitator jumlah fasilitator
• ATK dan pendidik yg
ada
..... •
7. Jumlah rombel 18 Jumlah ruang 1.Penambahan ruang Biaya pembangunan Jumlah ruang • Komite
kelas 15 kelas RKB yang dibangun Sekkolah
sesuai dengan • Masyarakat
kemampu-an • Pemerintah
/rencana tahun
berjalan dengan
besaran biaya di-
sesuaikan
dengan standar
yang berlaku
.....
18 Semua pendidik telah Baru 50% pendidik Persiapan dan • Transport Disesuaikan Komite
tersertifikasi tersertifikasi pengusulan guru • ATK dengan sekolah
unyuk disertifikasi ketentuan
Kab./Kota
Mendorong Dinas
Kab/Kota
merealisasikan
usulan
......
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
22. Semua bangunan/ Sebagian gedung Pemeliharaan/pera- Pemeliharaan rutin Sesuai • Komite
gedung difungsikan kurang watan bangunan/ berpe- doman pada kebutuhan Sekolah
se-cara optimal dan terpelihara/ gedung pembiayaan • Block Grant
ter-pelihara dengan terawat pemeliharaan dan rehab
baik ringan
23. Ruang kelas Baru sebagian Pemenuhan sarana • Pembelian sarana Besaran biaya Block Grant
dilengkapi dengan ruang kelas yang TIK di ruang kelas TIK (infocus, screen, disesuaikan
sarana TIK yang dileng-kapi sarana komputer, dll) dengan
memadai TIK aturan/harga
yang berlaku
....
30. Peserta didik Belum seluruh Kegiatan OSIS • Transport Disesuaikan Komite
memiliki pengalaman peserta didik • ATK dengan Sekolah
berorganisasi memiliki • Konsumsi ketentuan
pengalaman Kab./Kota
organisasi
Seluruh peserta didik Baru sebagian Pembuatan kartu • ATK Sesuai Komite
menjadi anggota peserta didik OSIS • Biaya cetak kebutuhan Sekolah
OSIS memiliki kartu
OSIS
2. Perhitungan biaya operasional peserta didik (non inventaris)
a. Ulangan harian.
Ulangan harian diperhitungkan dari jumlah SK/KD untuk setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh untuk mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Jumlah Banyak Ulangan Kebutuhan
Kelas Jumlah SK KD Harian Kertas
Dari daftar di atas, jika dirata–rata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali
Ulangan Harian setiap yahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD),
maka kebutuhan Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut;
• 18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar ≈ 0, 67 rim kertas
• Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube,
dan
• Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar.
Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah
Jenis Harga
kebutuhan volume satuan (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan
b. Praktikum
Rata–rata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun
(disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah
sebagai berikut:
10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00
c. Pembinaan Prestasi
1) Ekstra kurikuler ± Rp 60.000,00
2) Akademik ± Rp 60.000,00
Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun
d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian
2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00
e. Buku Teks
18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi
Rp 180.000,00/peserta didik/tahun
f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00
Jumlah kebutuhan operasional /peserta didik/Tahun adalah;
Biaya yang Keterangan
No. Jenis kegiatan dibutuhkan (Rp)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Penghitungan biaya In House Training
2. ATK diperkirakan
b. Tinta; 16 rim x 500 lembar = 8.000 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (8.000
: 800) x Rp 300.000,00 = Rp 3.000.000 /semester
dst .....
BAB III
PENUTUP
6. Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini
sangat diharapkan.