Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Disusun Oleh:
Nama : Atika Wulandari
NPM : E1G016030
Tanggal Praktikum : 30 November 2018
Nama Dosen : 1. Dr. Ir. Kurnia Harlina Dewi, MP
2. Evanila Silvia, STP, M.Si
Nama Coass : Selamet Riadi (E1G015041)
Objek Praktikum : Pengambilan Keputusan Dengan
Analitikal Hirarki Proses (AHP)

LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah merupakan suatu kondisi yang memiliki potensi untuk
menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa.
Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang
manajer yakni akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Dengan
kata lain, pengambilan keputusan ini membutuhkan pemahaman sistem yang
komprehensif berdasarkan data yang tersedia sehingga diperoleh gambaran
karakteristik organisasi atau sistem tersebut. Oleh karena itu masalah penting
untuk dipecahkan.
Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan
dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau
prioritas. Metode ini juga menganalisis pendapat pakar yang telah
teridentifikasi sebagai pelaku pada industri terpilih menggunakan kuisioner
terhadap produk terpilih yang akan dikembangkan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mahasiswa dapat menyusun hierarki, untuk menyelesaikan masalah maka
persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya,
dimulai dari menentukan tujuan/sasaran, kriteria dalam menyelesaikan
serta alternatif-alternatif penyelesaian
2. Mahasiswa dapat melakukan penilaian kriteria dan alternatif
3. Mahasiswa dapat menentukan prioritas pengambilan keputusan dengan
metode AHP
4. Mahasiswa dapat mengukur konsistensi logis untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli


matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini
membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada
berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam
menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Eriyatno, 1996).
Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk mengambil
keputusan dari persoalan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir
sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang
efektif atas persoalan tersebut. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan
nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap
suatu kriteria) secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuisener yang diperoleh dari narasumber yang merupakan pelaku-pelaku dalam
sistem agroindustri hilir kopi pada identifikasi analisis sistem sebelumnya (Dewi,
2009). Alat yang digunakan dalam pengolahan data adalah seperangkat hardware
computer dan software Criterium Decision Plus dalam mengambil keputusan
menggunakan metode AHP (Marimin, 2004)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada prinsip-prinsip yang
harus dipahami diantaranya adalah Decomposition, Comparatif Judgement,
Synthesis of Priority, Logical Consistency.
a. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-
unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena
alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan
hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki
tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang menentukan
dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan
tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan
hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua
tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak
demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap.
b. Comparatif Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap
prioritas elemen-elemen.
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen
vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise
comparison terdapat pada setiaptingkat, maka untuk mendapatkan global
priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan elemen-
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis
dinamakan priority setting.
d. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua
adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan
pada kriteria tertentu (Mulyono, 1996).
Prinsip kerja AHP terdiri atas beberapa tahapan, yakni:
1. Menyusun hierarki, untuk menyelesaikan masalah maka persoalan
yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, dimulai dari
menentukan tujuan/sasaran, kriteria dalam menyelesaikan serta
alternatif-alternatif penyelesaian.
2. Penilaian kriteria dan alternatif.
3. Penentuan prioritas.
4. Konsistensi logis, pengukuran ini dimaksud untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau
tidak (Tim Penyusun, 2018).
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang diperoleh
dari narasumber yang merupakan pelaku-pelaku dalam sistem agroindustri
hilir teh pada identifikasi analisis sebelumnya (Dewi, 2009). Alat yang
digunakan dalam pengolahan data adalah peralatan tulis.

3.2 Prosedur Kerja


1. Membuat kuisioner
2. Menentukan pembobotan terhadap kriteria-kriteria
3. Membuat deskripsi identitas responden konsumen
4. Membuat analisa prioritas produk berdasarkan kriteria
5. Membuat data penilaian perbandingan berpasangan kriteria
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Deskripsi Identitas Responden Konsumen
1. Karakteristik responden menurut jenis kelamin
Tanggapan responden
No. Jenis kelamin
Orang %
1.. Laki - laki 2 28,57
2 Perempuan 5 71,43
Total 7 100

2. Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan


Tanggapan responden
No. Jenis pekerjaan
Orang %
1. Mahasiswa 5 71,43
2. PNS 2 28,57
3. Swasta - -
4. IRT - -
5. Lainnya - -
Total 7 100

3. Karakteristik responden menurut umur


Tanggapan responden
No. Jenis kelamin
Orang %
1. 17 – 27 tahun 7 100
2. 28 – 38 tahun - -
3. 39 – 49 tahun - -
Total 7 100
4.1.2 Analisa Prioritas Alternatif Produk Baytat Berdasarkan Kriteria
Rasa Tekstur Kenampakan Aroma Warna Keseragaman ukuran
Respond
Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat Baytat
en
A B C A B C A B C A B C A B C A B C
1 5 5 5 4 4 5 2 3 5 4 4 4 3 4 4 2 5 5
2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3
3 3 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 4 5 5
5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 5 3 4 5
7 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4
Geomea
4,14 4,42 4,42 4,28 4,28 4,14 3,28 4 4,28 4,14 4,14 4,42 4,14 3,71 4,28 3,57 4,28 4,28
n
4.1.3 Data Penilaian Perbandingan Berpasangan Kriteria
 Rasa
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 0,937 0,937
Baytat B 1/0,937 1 1
Baytat C 1/0,937 1/1 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 0,937 0,937
1,067 1,000 1,000
1,067 1,000 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 2,811 2,811 Jumlah Baris Normalisasi


3,201 3,000 3,000 8,622 0,320
3,201 3,000 3,000 9,201 0,340
9,201 0,340
Total 27,024 1
 Tekstur
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 1 1,034
Baytat B 1/1 1 1,034
Baytat C 1/1,034 1/1,034 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 1,000 1,034
1,000 1,000 1,034
0,967 0,967 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 3,000 3,102 Jumlah Baris Normalisasi


3,000 3,000 3,102 9,102 0,337
2,901 2,901 3,000 9,102 0,337
8,802 0,326
Total 27,006 1
 Kenampakan
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 0,820 0,766
Baytat B 1/0,820 1 0,935
Baytat C 1/0,766 1/0,935 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 0,820 0,766
1,220 1,000 0,935
1,305 1,070 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 2,46 2,298 Jumlah Baris Normalisasi


3,66 3,000 2,805 7,758 0,284
3,915 3,21 3,00 9,465 0,346
10,125 0,370
Total 27,348 1
 Aroma
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 1 0,937
Baytat B 1/1 1 0,937
Baytat C 1/0,937 1/0,937 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 1,000 0,937
1,000 1,000 0,937
1,067 1,067 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 3,000 2,811 Jumlah Baris Normalisasi


3,000 3,000 2,811 8,811 0,326
3,201 3,201 3,000 8,811 0,326
9,402 0,348
Total 27,024 1
 Warna
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 1,116 0,967
Baytat B 1/1,116 1 0,867
Baytat C 1/0,967 1/0,867 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 1,116 0,967
0,896 1,000 0,867
1,034 1,153 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 3,348 2,901 Jumlah Baris Normalisasi


2,688 3,000 2,601 9,249 0,341
3,102 3,459 3,000 8,289 0,306
9,561 0,353
Total 27,099 1
 Keseragaman Ukuran
1. Matriks Perbandingan
Baytat A Baytat B Baytat C
Baytat A 1 0,834 0,834
Baytat B 1/0,834 1 1
Baytat C 1/0,834 1/1 1

2. Ubah Matriks Menjadi Bilangan Desimal


1,000 0,834 1,834
1,199 1,000 1,000
1,199 1,000 1,000

3. Menghitung Eigen Vektor

3,000 2,502 2,502 Jumlah Baris Normalisasi


3,597 3,000 3,000 8,004 0,294
3,597 3,000 3,000 9,597 0,353
9,597 0,353
Total 27,198 1
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengambilan keputusan dengan
analitikal hirarki proses (AHP). Yang mana menurut Eriyatno (1996) analitikal
hirarki proses (AHP) merupakan sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Produk pada metode AHP ini yaitu baytat. Ada 7 orang yang menjadi
responden kami. Responden mengisi identitas yang telah diberikan, dan mengisi
bobot tingkat kesukaan dengan produk baytat A, baytat B, dan baytat C.
Responden dengan 2 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, rata-rata umur 17-27
tahun, memilih bobot ketiga baytat yang berbeda-beda seperti pada tabel.
Ada beberapa kriteria dalam penilaian produk baytat, yaitu rasa, tekstur,
kenampakan, aroma, warna, dan keseragaman ukuran.
Dari hasil pengamatan, nilai kriteria rasa pada baytat A yaitu 4,14, baytat
B yaitu 4,42, dan baytat C yaitu 4,42. Untuk nilai tekstur pada baytat A yaitu 4,28,
baytat B yaitu 4,28, dan baytat C yaitu 4,14. Nilai kenampakan dari baytat A yaitu
3,28, baytat B yaitu 4, dan baytat C yaitu 4,28. Selanjutnya, pada nilai aroma dari
baytat A yaitu 4,14, baytat B 4,14, dan baytat C 4,42. Nilai warna dari baytat A
yaitu 4,14, baytat B 3,71, dan baytat C 4,28. Terakhir yaitu nilai dari keseragaman
ukuran pada baytat A 3,57, baytat B 4,28, dan baytat C 4,28.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan yaitu:
1. Kriteria-kriteria dalam penilaian baytat yaitu rasa, tekstur, kenampakan,
aroma, warna, dan keseragaman ukuran.
2. Penilaian kriteria yaitu dengan cara melakukan pembobotan berdasarkan
kriteria.
3. Menentukan prioritas pengambilan keputusan dengan metode AHP yaitu
diambil dari hasil pembobotan berdasarkan kriteria.
4. Perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan membaca panduan praktikum terlebih dahulu sebelum
kegiatan dilaksanakan, serta para praktikan lebih serius lagi dalam melakukan atau
mencari suatu data.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. 2009. Sistem Pendukung Keputusan untuk Mengidentifikasi Customer


Fundling pada Bank dengan Metode Analytical Hierarchy Process. Skripsi
Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.
Eriyatno. 1996. Riset Kebijakan, Metode Penelitian untuk Pasca Sarjana. Bogor:
IPB Press.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo.
Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Penerbit Fakultas Pertanian
Universitas Indonesia.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Analisis Sistem dan Penunjang Keputusan.
Bengkulu: Universitas Bengkulu .

Anda mungkin juga menyukai