Pendahuluan
Nama : Hanny Trihidayani
Kasus ke : 2
Diagnosa : Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten Tlp/Fax.0254.232729
1. Definisi Penyakit
Benign prostatic hyperplasia / hiperplasia prostat jinak adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan yang biasanya muncul pada lebih
dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun ke atas (Wilson dan Price, 2005).
Benign prostatic hyperplasia adalah penyakit yang disebabkan karena penuaan (Price dan Wilson, 2005). BPH dapat didefenisikan sebagai
pembesaran kelenjar prostat yang memanjang ke atas ke dalam kandung kemih yang menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium
uretra (Smeltzer dan Bare, 2003).
Secara patologis BPH dikarakteristikkan dengan meningkatnya jumlah sel stoma dan epitella pada bagian perluretra prostat disebabkan
adanya proliferasi atau gangguan pemrogaman kematian sel yang menyebabkan terjadinya akumulasi sel (Roehrborn, 2011)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BPH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan dimana prostat
mengalami pembesaran memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
2. Etiologi
a. Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan estrogen pada laki-laki usia lanjut
b. Peranan dari growth factor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati
d. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
Ada 2 stadium yang mempengaruhi perubahan pada dinding kemih yaitu :
a. Stadium dini
Hiperplasi prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menyumbat aliran urine sehingga meningkatkan tekanan
intravesikel
b. Stadium lanjut
Terjadi dekompensasi karena penebalan dinding vesika urinaria tidak bertambah lagi residu urine bertambah. Gejala semakin
menyolok ( retensi urine clonis ), tonus otot vesika urinaria menurun. Persyarafan para simpatis melemah dan akhirnya terjadi
kelumpuhan detsrusor dan spinter uretra sehingga terjadi over flow incontinensia ( urine menetes sacara periodik ).
3. Klasifikasi Penyakit
Keparahan Penyakit Kekkhasan gejala dan tanda
Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak <10Ml/s
Volume urin residual setelah pengosongan >25-50
mL
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda diatas ditambah obstruktif
penghilangan gejala dan iritatif penghilangan gejala
9 tanda dari destrusor yang tidak stabil)
Parah Semua tanda diatas ditambah satu atau dua lebih
komplikasi BPH
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidjat & de jong (2005) dibedakan menjadi 4 tingkat yang dinilai berdasarkan pemeriksaan fisik dengan
colok dubur dan pemeriksaan sisa volume urin/atau residu urin yang ada di kandung kemih setelah pasien berkemih dengan menggunakan
kateter.
4. Manifestasi klinis / Tanda Gejala
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan
tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar
saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai
miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi).
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi).
BPH
Kurang Pengetahuan
6.
Terputusnya kontunuitas jaringan Peregangan vesika urinaria lebih
7.
Retensi Urin
Spasme otot spinter
Nyeri Akut
Penurunan Pertahan tubuh
Nyeri Akut
Resiko Infeksi
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan / Teori
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan pada penderita BPH adalah :
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi untuk mengurangi tekanan pada uretra
b. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan alfa blocker (penghambat alfa adrenergenik)
c. Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone testosterone/ dehidrotestosteron (DHT).
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, menurut Purnomo (2011) diantaranya : penghambat adrenergenik alfa,
penghambat enzin 5 alfa reduktase, fitofarmaka.
3. Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi
dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi
infeksi dapat terjadi diruang retropubik
Menyapa pasien
Menjelaskan tujuan pengkajian
Mencuci tangan kering
Menggunakan Handscoon
Perhatiakan privasi
Pengkajian
Ukur tanda vital
Inspeksi umum: konjungtiva, ujung kuku, mukosa
mulut, mukosa bibir, kelembaban kulit
ada pernafasan cuping hidung atau tidak
Cek peningkatan JVP
Inspeksi kulit adanya lesi atau tidak, tanda infeksi,
pruritus
Auskultasi suara paru terhadap edema pulmonal
Ukur CRT, palpasi suhu akral
Inspeksi distensi kandung kemih
Inspeksi Asites
Auskultasi bruit vaskular di area arteri renalis, arteri
iliaka, dan arteri femoralis
Inspeksi:
Vagina: warna kulit, kebersihan dan kelembaban
meatus uretra, labia
penis: warna kulit, meatus uretra
Inspeksi urin output: warna, jumlah, discharge,
hematuri
Area CVA: nyeri atau tidak
Kaji edema ekstremitas
9. Analisa Data
- Pre – Operatif
Retensi urin
2 Ds & Do Etiologi Nyeri akut b.d peregangan
dari terminal saraf,distensi
BPH
kandung kemih dan
Obstruksi saluran kemih yang bermuara obstruksi uretra.
ke vesika urinaria
Nyeri akut
3 Ds & Do Etiologi Kurang pengetahuan
tentang kondisi dan
BPH
kebutuhan pengobatan b.d
Pasien kurang informasi kesehatan dan kurangnya informasi
pengobatan
Kurang pengetahuan
4 Ds & Do Etiologi Ansietas/cemas b.d krisis
situasi atau menghadapi
BPH
prosedur bedah
Pasien kurang informasi kesehatan &
pengobatan
Kurang pengetahuan
Krisis situasi
Cemas
- Post – Operatif
Insisi pembedahan
Nyeri akut
2 Ds & Do Etiologi Kerusakan integritas jaringan
b.d insisi bedah
BPH
Post operatif
Insisi pembedahan
Insisi pembedahan
Resiko infeksi
- Post – Operatif
Diagnosa
No Tujuan Asuhan Intervensi Aktivitas
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d spasme Setelah dilakukan askep Manajemen 1. Kaji nyeri, perhatikan
kandung kemih dan selama 3x24 jam Nyeri lokasi, intensitas (skala 0-
insisi sekunder pada diharapkan nyeri 10)
pembedahan ditandai teratasi dengan kriteria 2. Jelaskan pada pasien
dengan : hasil : tentang gejala dini
Ds & Do 1. Pasien spasmus kandung kemih.
mengatakan 3. Pertahankan patensi
nyeri berkurang kateter dan system
2. Ekspresi wajah drainase. Pertahankan
pasien tenang
3. Pasien akan selang bebas dari lekukan
menunjukkan dan bekuan
ketrampilan 4. Berikan informasi yang
relaksasi. akurat tentang kateter,
4. Pasien akan drainase, dan spasme
tidur / istirahat kandung kemih
dengan tepat. 5. Kolaborasi pemberian
5. Tanda – tanda antispasmodic
vital dalam batas
normal.
Daftar Pustaka