Anda di halaman 1dari 14

Panggung Vol. 26 No.

3, September 2016 247

Dinamika Budaya Material pada Desain


Furnitur Kayu di Indonesia

Arianti Ayu Puspita, Agus Sachari, Andar Bagus Sriwarno


Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha no.10, Bandung 40132

ABSTRACT

The impact of Indonesia economic development in 21st century, then the increasing needs
of furniture both from outside and within the country, and the development of design in
Indonesia, are directly related to ecological problems.The high demand for wood encourage
furniture industry in Indonesia to use alternate various kinds of solid wood, wood processing
and wood waste.Wood has a role in the dynamic cultural development of Java, both from the
aspect of spiritual, philosophical, aesthetic and economic. This study aims to describe the shift
in social and cultural values that occurred on the island of Java, in particular the use of
wood materials.The development of wood utilization will be explained based on Material
Cultural Studies viewpoint. Sustainable and ecologicalconcept for furniture design in Indone-
sia would be seen as an opportunity to maintain the continuity of wood materials.

Keyword: cultural transformation, furniture, wood, Indonesia, ecology

ABSTRAK

Perubahan kondisi ekonomi hingga abad ke-21, dan meningkatnya kebutuhan


furnitur baik dari luar maupun dalam negeri, kemudian perkembangan ilmu desain di
Indonesia, secara tidak langsung berhubungan dengan permasalahan ekologi.
Ketersediaan sumber daya alam seperti kayu, semakin berkurang sehingga mendorong
industri furnitur di Indonesia untuk menggunakan alternatif berbagai macam kayu
solid, kayu olahan hingga kayu limbah. Dari waktu ke waktu, perubahan kondisi sosial,
ekonomi, dan gaya hidup, turut berperan pada kemunculan bentuk-bentuk furnitur
baru di Indonesia. Pada penelitian ini, transformasi kebutuhan material kayu pada
furnitur akan dikaitkan dengan dinamika sosial budaya yang terjadi dari abad ke-18
hingga abad ke-21 di Indonesia. Tansformasi akan dilihat berdasarkan perubahan teori
Material Cultural Studies, yang kemudian akan menghasilkan kesimpulan bahwa konsep
ekologi berperan penting dalam perkembangan desain furnitur kayu di Indonesia.

Kata kunci: transformasi budaya, furnitur, kayu, Indonesia, ekologi


Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 248

PENDAHULUAN yang digunakan berupa kayu jati. Salah satu


Kayu merupakan bahan mentah yang tiang penyangganya ada yang terbuat dari
mudah diproses untuk dijadikan barang serpihan kayu Jati (tatal). Selain
lain. Indonesia memiliki kekayaan variasi perwujudannya pada tempat ibadah dan
jenis kayu didukung dengan letak geografis tempat tinggal, keterikatan yang kuat pada
dan faktor cuaca. Dengan kemajuan material kayu juga diperlihatkan pada karya
teknologi, kayu dapat diolah menjadi pengrajin ukir di Jepara.Dikatakan oleh
berbagai produk seperti kertas, tektil, Zamroni (2004), setelah kebudayaan Islam
furnitur dan sebagainya. Kayu mempunyai masuk ke Nusantara, penggunaan kayu
sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh menjadi ramai, khususnya kayu Jati. Kayu
bahan lain buatan manusia. Misalnya, kayu jati (tectona grandis) adalah jenis kayu keras
mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap yang banyak dimanfaatkan untuk
pembebanan dan berbagai sifat lain lagi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.
yang tidak dimiliki beton, baja hingga Berdasarkan tingkat kebutuhannya, kayu
plastik. Ciri-ciri umum kayu dapat dilihat adalah material yang mendominasi
dari Sifat fisiknya. Kasmudjo (2012) penggunaan produk furnitur di Indonesia,
menyebutkan bahwa karakter pada sifat yaitu sebanyak 67,02% (Majalah Furnicraft
fisik sebuah kayu berkaitan dengan apa Today, Departemen Perindustrian &
yang dilihat langsung oleh mata, yang Perdagangan Republik Indonesia, 2014).
termasuk di dalamnya adalah; warna kayu Furnitur saat ini tumbuh menjadi
(termasuk serat kayu), bau, kesan raba barang komoditi, sehingga pertimbangan
(termasuk tektur), kilap, kekerasan dan desain tidak hanya berkaitan dengan aspek
berat. budaya namun juga aspek ketersediaan
Sudah sejak lama masyarakat Indone- bahan baku, tingkat kemampuan ekonomi
sia memiliki keterikatan dan pengetahuan masyarakat dan potensi industri. Effendi
lokal yang mendalam pada material kayu. dan Dwiprabowo (2007) mengatakan,
Contohnya pada Masjid Demak yang bahwa bahan baku kayu merupakan salah
didirikan tahun 1466, seluruh bahan baku satu faktor yang menentukan keunggulan

Tabel 1: Tabel Ekspor Furniture 2014, Berdasarkan Bahan Baku

No. Deskripsi Nilai (USD) Prosentase


1 Wooden Furniture 1.259.224.080 67.02 %
2 Rattan Furniture 17.781.750 9.19 %
3 Bamboo Furniture 2.129.645 0.11 %
4 Metal Furniture 45.821.375 2.43 %
5 Plastic Furniture 62.640.158 3.33 %
6 Other 336.185.603 17.89 %
Jumlah 1.878.782.612 100 %

(Sumber: Majalah Furnicraft Today, 2015)


Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 249

komparatif dari industri furnitur dan sosial budaya pada furnitur kayu di Indo-
memberikan kontribusi utama dalam nesia. Salah satu ahli budaya arkeologi di
menentukan biaya produksi. Indonesia bernama Vogler menyebutkan
Dengan melihat sejarah masa lalu, maka bahwa perubahan dalam nilai estetika
konon penggunaan material kayu telah terjadi karena adanya perpaduan gaya.
lama dimanfaatkan sejak abad ke-8 di In- Menurutnya, setiap komponen memiliki
donesia, khususnya pulau Jawa. Bahkan riwayat perjalanan, dan tidak hanya
sejak VOC mengalami kebangkrutan pada ditemukan pada satu contoh saja
abad ke-18, pulau Jawa mulai mengalami (Sedyawati, 2010: 37). Furnitur kayu dapat
kelangkaan material kayu khususnya Jati. menjadi salah satu studi kasus dalam
Dengan kurun waktu yang sangat lama, mengkaji identitas budaya Indonesia.
Indonesia mengalami banyak perubahan Pengumpulan data dilakukan melalui kajian
dan perkembangan baik itu dari kondisi literatur perkembangan jenis material kayu
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hal pada furnitur sebelum abad 19 dan
tersebut juga turut mempengaruhi keadaan kumpulan sampel desain furnitur setelah
alam dan lingkungan hutan di Indonesia abad 20 di Indonesia. Kemudian kemuncul-
karena pengambilan hasil hutan. an berbagai jenis kayu tersebut dikaitkan
Pada perkembangan kehidupan dengan nilai sosial-ekonomi yang
manusia, peradaban manusia semakin mod- mempengaruhinya. Setelah itu, akan ditarik
ern dan dipengaruhi oleh pengetahuan dari benang merah yang dapat menghubung-
kelompok manusia itu sendiri. Pengaruh kan antara kondisi sosial budaya yang
tersebut juga membawa perubahan pada mengiringi perkembangan penggunaan
kondisi lingkungan manusia. Dengan kayu pada abad ke-18 hingga abad ke-21.
kebudayaannya, manusia dapat mengolah “Benang merah” tersebut merupakan
dan mempengaruhi kondisi lingkungan kemungkinan, nilai estetika yang dapat
(Djajadiningrat, 2005: 17), seperti yang berkembang dan menjadi jawaban akan
terjadi pada pemanfaatan material alam kebutuhan material kayu di masa depan.
dalam pengolahan furnitur. Perkembangan
desain furnitur kayu di Indonesia tidak A. Material Cultural Studies dan Furnitur
terlepas dari perubahan nilai sosial budaya, Kayu sebagai Objek
nilai ekonomi, dan isu lingkungan yang Untuk memahami proses perubahan
menyertainya. Karena itu, pada penelitian penggunaan material kayu beserta nilai
ini akan disusun sintesa antara peralihan sosial budaya yang menyertainya, maka
kebutuhan material kayu pada furnitur, dibutuhkan sebuah pendekatan disiplin.
dengan nilai sosial budaya dan isu Objek pada Material Cultural Studies adalah
lingkungan yang menyertainya. sesuatu yang berperan, berinteraksi dan
digunakan oleh manusia. Objek memiliki
METODE lingkup yang luas, namun tidak termasuk
Metode yang dilakukan adalah studi pada natural objek seperti alam seperti batu,
literatur dengan pendekatan kualitatif dan air, pohon, tulang, fosil dan sebagainya.
paparan deskriptif. Paparan data disusun Batasannya adalah pada objek buatan
dan dijelaskan dengan metode historikal. manusia atau hasil modifikasi manusia.
Material Cultural Studies menjadi bingkai Menurut Prown (1982), budaya material
utama untuk menjelaskan peralihan nilai (material culture) adalah kajian melalui
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 250

kepercayaan nilai pada artifak, konsep, penanda nilai estetika, nilai budaya dan
tanggapan masyarakat pada suatu waktu identitas diri. Hal ini terkait dengan objek
tertentu. Objek dapat mengalami pada penelitian, bahwa konsep furnitur
perubahan waktu, perubahan bentuk dan yang berkembang dengan visi ekologi dapat
perubahan nilai namun masih merupakan menjadi penanda nilai estetika baru.
jenis objek yang sama. Objek menjadi
sumber utama data, dan budaya material HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi alat dalam menelusuri nilai A. Kebutuhan Material Kayu untuk
budayanya. Budaya material mengalami Furnitur Sebelum Abad ke-20
perubahan yang disebabkan oleh faktor in- Sejak abad ke-17, kehadiran produk
ternal dan eksternal. Faktor internal terletak furnitur di Pulau Jawa Tengah bertujuan
pada unsur manusia itu sendiri yang untuk memenuhi kebutuhan fungsional,
memiliki insting selalu ingin berubah ke sosial dan estetika di lingkungan kerajaan
arah yang lebih baik (Sumiati, 2015:31). (Kraton). Furnitur yang digunakan di
Sedangkan faktor eksternal selalu lingkungan Kraton dikaitkan dengan nilai-
mendorong adanya perubahan dalam nafas nilai filosofis, dimana bentuk visual yang
kehidupan (Sumiati, 2015:31), contohnya sangat indah di dalamnya dinilai
yaitu faktor ekonomi, faktor gaya hidup, mengandung nilai-nilai budaya adiluhung.
faktor lingkungan, dan sebagainya. Prown Furnitur milik raja sering diidentikkan
(1982:1) menyatakan bahwa material cul- dengan sosok raja itu sendiri. Material yang
tural studies merupakan alat dalam banyak digunakan adalah kayu Jati, yang
penelitian budaya, namun memiliki tujuan mana kayu Jati memiliki nilai filosofis pada
akademis sebagai cabang dari sejarah budaya masyarakat Jawa. Kayu Jati dianggap
kebudayaan atau antropologi budaya. sebagai kayu prima, karena karakternya
Premis utama adalah objek merupakan yang kuat, mudah digunakan dan mudah
hasil karya manusia, secara sadar maupun beradaptasi dengan material lainnya. Selain
tak sadar, langsung maupun tidak langsung. itu, memiliki karakter yang pionir karena
Objek tersebut sekaligus merupakan wujud mampu tumbuh di tanah yang tidak subur.
keyakinan dan digunakan manusia dan Karena sifat fisiknya yang sangat baik,
berpengaruh terhadap keyakinan masyarakat Jawa menganggap kayu Jati
sekelompok masyarakat tempat mereka sebagai keinginan paling inti (sejati) dari
berada. Woodward (2007:7) mengatakan manusia. Nilai tersebut juga dipengaruhi
bahwa Material Cultural Studies (MCS) oleh aspek spiritual masyarakat,
menganalisa dan menghubungkan berdasarkan ajaran agama dan leluhur,
pengetahuan klasik dan modern dari suatu sesuatu yang bernilai harus diperlakukan
objek melalui pandangan sosial budaya. dengan hati-hati.
Hubungan antara manusia dengan objek Selain untuk konstruksi bangunan dan
pada kajian MCS sangat erat yang terkait furnitur, material kayu digunakan dalam
dengan: (1) perbedaan status dan budaya; berbagai keperluan, misalnya untuk
(2) identitas personal dan sosial dan (3) narasi menumbuk padi, mainan anak Sultan,
sosial di masyarakat. Hal ini ditekankan oleh senjata, dan hantaran pernikahan.
pernyataan dari Bourdieu (1984) seperti Berdasarkan pengamatan penulis, maka
yang dikutip oleh Woodward (2007:15), material kayu adalah bahan yang dapat
bahwa konsep suatu objek dapat menjadi digunakan untuk berbagai jenis aktivitas di
Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 251

Keraton pada masa lalu, mulai dari aktivitas Pada masa pemerintahan Sultan
sederhana yang dilakukan para abdi keraton Pakubuwana X di Kesultanan Surakarta
hingga kegiatan ritual keraton yang Hadiningrat (1893-1939), furnitur kayu
dilakukan oleh anggota kerajaan. Furnitur menjadi bagian dari aktivitas diplomasi
di dalam keraton tidak hanya kenegaraan. Bangsa lain seperti Cina,
mengutamakan fungsi kebutuhan semata, Spanyol dan Belanda memberikan furnitur
namun juga memiliki nilai-nilai simbolis kayu untuk keluarga kerajaan sebagai
dan nilai estetis. Awalnya, jenis kayu yang simbol kerjasama. Seiring dengan
banyak digunakan untuk furnitur di Pulau berjalannya waktu, penggunaan material
Jawa adalah Macassar Ebony (Diospoyros kayu dipengaruhi oleh perkembangan
celebica), Ambon Merah (Pterocarpus teknologi pada abad ke-19, khususnya pada
indicus), Sonokeling (Dalbergia latiforia) dan Revolusi Industri. Revolusi industri di
kayu Jati (Tectona grandis) (Veenendaal: Inggris yang merupakan usaha masinalisasi
1985). Keempat jenis kayu tersebut teknik produksi yang sebelumnya masih
memiliki kelebihan dari segi kekuatan, menggunakan teknik manual.
keindahan serat, ketahanan, dan nilai Dengan adanya peristiwa revolusi
sosialnya. Masing-masing kayu memiliki industri, banyak dihasilkan desain-desain
kelebihannya masing-masing. Contohnya yang mengutamakan faktor efisiensi dan
kayu Ebony, yang memiliki permukaan mengurangi unsur dekoratif. Louis Sullivan
halus dan licin, dan serat yang lurus. pernah mengeluarkan pernyataan yang
Sedangkan kayu sonokeling memiliki terkenal, yaitu Form Follow Function.
permukaan mengkilap, sehingga berkesan Kemudian pernyataan tersebut
mewah. disempurnakan oleh Frank Llyod Wright

Gambar 1.
Pemberian bangsa lain (Pemerintah Belanda & Cina)
pada masa pemerintahan Sultan Paku Buwono X
(Sumber: Koleksi Furnitur Keraton Surakarta Hadiningrat, 2015)
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 252

menjadi Form and Function are One. Revolusi kalangan kerajaan, bangsawan dan bangsa
industri secara langsung meningkatkan hasil lain di Indonesia di abad ke-18 hingga abad
produksi furnitur kayu. Salah satu contoh ke-19. Kemunculan masyarakat kelas
desain kursi yang memiliki pengaruh glo- menengah yang mampu membeli furnitur
bal pada fenomena industrialisasi adalah dengan desain baik dan harga terjangkau,
kursi Thonet, yang memiliki kelebihan dari semakin banyak, sehingga permintaan akan
aspek efektivitas material dan efisiensi furnitur juga semakin tinggi. Tingginya
pengemasan barang. Di Indonesia, permintaan furnitur menyebabkan
keterampilan dalam kerajinan ukir dan tingginya tingkat penebangan hutan, baik
membuat furnitur semakin berkembang. di Indonesia ataupun di seluruh dunia.
Kemunculan kursi sebagai simbol
kemuliaan diperkenalkan oleh bangsa B. Kebutuhan Material Kayu untuk
Eropa, sehingga banyak digunakan oleh Furnitur Setelah Abad ke-20

Gambar 2:
Gambaran interpolasi terhadap jenis kayu solid yang
digunakan pada abad 18-19 untuk furnitur
(Sumber: Arianti A.P, 2015)
Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 253

Pada perkembangan paradigma desain (2015), berbagai alternatif kayu tersebut


di abad ke-20, terdapat wacana-wacana memiliki masa panen yang lebih singkat,
yang turut mempengaruhi perubahan dapat dipanen sejak umur 10-15 tahun.
desain pada furnitur, baik itu dari segi gaya Namun, tentu saja jenis kayu alternatif
desain ataupun penggunaan materialnya. tersebut memiliki karakter fisik, kekuatan
Berbagai paradigma desain tersebut sangat dan ketahanan yang berbeda dengan jenis
berpengaruh terhadap perkembangan kayu berkualitas tinggi. Karena itu bentuk
industri seni kerajinan tangan pada desain dan nilai estetis yang dihasilkan juga
umumnya dan industri furnitur ukir memiliki karakter berbeda dengan jenis
khususnya, yang berlangsung hingga awal kayu di gambar 2.
abad ke-20.Jenis alternatif kayu solid yang Seiring dengan perkembangan zaman,
digunakan setelah abad ke-20 terus maka dinamika perubahan budaya turut
bertambah, tidak hanya menggunakan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.
kayu berkualitas tinggi seperti Ebony, Am- Pada masa sekarang, furnitur tidak lagi
bon merah, Sonokeling dan Jati karena dijadikan media diplomasi seperti yang
jenis-jenis kayu tersebut sudah sulit untuk dilakukan sebelum abad ke-20 di
didapatkan dan harganya sangat tinggi. lingkungan Keraton. Namun, furnitur telah
Beberapa alternatif kayu solid lainnya yang menjadi produk komoditas yang
saat ini banyak digunakan adalah kayu Jati mengutamakan aspek fungsional (utilitar-
muda atau Gmelina (Gmelina arborea), ian). Perbedaan status sosial masih ada,
Mindi (Melia azedarach), Mahoni namun tidak sekental pada masa lalu, ketika
(Swietenia spp.), Akasia (Acacia mangium sebuah furnitur dapat menunjukkan tingkat
Will), Pinus (Pinus merkusii), dan Sungkai derajat sosial seseorang. Kehidupan yang
(Peronema canescens). Menurut Mansur semakin demokratis, pemikiran yang maju

Gambar 3:
Berbagai karakter desain furnitur dari Wisanka Furnitur
(atas) & Yudhistira Furnitur (bawah) saat ini
(sumber: Website Wisanka & Website Yudhistira, 2015)
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 254

mempengaruhi peningkatan kemampuan board) dan kayu “plastik”. Disebutkan oleh


ekonomi masyarakat. Pada abad ke-20, Jamaludin (2014:87), terobosan utama
muncul jenis-jenis furnitur yang semakin furnitur pada abad ini sangat tergantung
mudah diproduksi dengan memper- pada kemajuan teknologi dan material.
timbangkan aspek kesederhanaan bentuk Munculnya furnitur dengan pertimbangan
dan sistem lepas pasang (knock down). fungsi dan ekonomi juga dipengaruhi oleh
Sejak tahun 1980 hingga sekarang, kayu tingginya kebutuhan masyarakat saat ini.
olahan banyak digunakan. Antara lain perkembangan kegiatan industri furnitur di
seperti kayu lapis (tripleks & multipleks), Indonesia dipengaruhi salah satunya
partikel kayu (chipboard standar, veneer chip- dipengaruhi oleh aspek proses produksi
board dan OSB (oriented strand board)), yang terdiri dari desain, material, teknik,
papan serat kayu (medium density fiber peralatan, diversifikasi dan fungsi produk

Gambar 4:
Gambaran interpolasi terhadap jenis kayu solid, kayu limbah & kayu
olahan yang digunakan untuk furnitur setelah abad ke-20
(Sumber: Arianti A.P, 2015)
Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 255

(Gustami, 2009:208). Kebutuhan bahan ekologi menjadi filosofi baru, yang dijadikan
kayu terutama kayu Jati semakin banyak, patokan ideal bagi masyarakat yang
sehingga para pengrajin dan industri mulai memperhatikan ekologi. Berdasarkan
mencari jenis kayu lain sebagai alternatif. laporan dari Forest Watch Indonesia 2013,
Pada tahun 1928 di Indonesia, ketertarikan sekitar 73 juta hektare luas tutupan hutan
terhadap jenis kayu lain ditunjukkan antara alam di Indonesia terancam oleh kerusakan
lain dengan adanya furnitur yang terbuat yang lebih besar di masa yang akan datang,
dari mozaik beraneka macam kayu, yaitu baik yang disebabkan aktivitas penebangan
antara lain kayu sana, kayu mentahos, kayu dan konversi lahan yang terencana, akses
nangka, kayu sawo dan kayu secang terbuka (open access) terhadap lahan, serta
(Gustami, 2009:216). ketidakhadiran pengelola di tingkat tapak.
Penggunaan alternatif material kayu Tidak hanya di Indonesia, isu lingkungan
solid semakin berkembang, baik untuk juga telah menjadi permasalahan global.
keperluan ekspor maupun produk dalam Melalui bagan pada Gambar 2 dan
negeri karena permintaan akan furnitur dari Gambar 4, terlihat bahwa perkembangan
luar negeri semakin deras. Produk-produk desain furnitur kayu sangat dipengaruhi
yang dikonsumsi untuk kepentingan ekspor oleh isu lingkungan hidup.Permintaan pasar
umumnya menggunakan kayu Jati, kayu yang sangat tinggi menyebabkan tingginya
eben dan kayu mahoni. Sedangkan untuk kebutuhan kayu di Indonesia. Kayu adalah
produk non ekspor lebih banyak material alam yang dapat diperbarui, namun
menggunakan kayu jati, nangka, durian, kegiatan deforestasi dan penebangan kayu
jering, kayu sengon, sungkai dan lainnya yang berlebihan dapat mengurangi jumlah
yang tergolong kayu keras (Gustami, 2000: dan hasil hutan. Menurut data dari Forest
211). Banyaknya kebutuhan akan material Watch Indonesia, tingkat pengurangan
kayu memancing isu lingkungan hidup hutan paling besar di Indonesia dimulai
yang turut mempengaruhi perkembangan pada tahun 1970 dan memuncak pada
desain furnitur. Saat ini telah banyak tahun 1997-2000 yaitu 2,84 juta hektare per
furnitur yang dihasilkan melalui pemanfaat- tahun. Kini, tanggung jawab terhadap
an kembali kayu bekas (re-use) dan pemanfaatan hasil hutan tidak hanya berada
pengolahan limbah industri (recycle). pada pihak pemerintah, namun juga pada
setiap pelaku yang memanfaatkan kayu,
3.2. Nilai Ekologi sebagai Arah termasuk industri furnitur. Dibutuhkan
Pengembangan Desain Furnitur Kayu strategi yang baik pada tiap industri untuk
A. Isu Lingkungan pada Material Kayu dapat memanfaatkan kayu secara efisien dan
Isu lingkungan hidup mulai muncul tepat guna sehingga juga memberi manfaat
setelah konferensi PBB di Stockholm, terhadap kelangsungan hutan.
Swedia 5-16 Juni 1972 mengenai
lingkungan hidup manusia (United Nations B. Budaya Ekologi
Conference on Human Environment- Konsep ekologi muncul sebagai respon
UNCHE) yang diikuti 113 negara. Ketika itu dari hubungan manusia dengan lingkungan.
isu utama lingkungan ditengarai karena Kebudayaan yang terbantuk terjadi
keterbatasan dan penyusutan sumberdaya berdasarkan adaptasi manusia terhadap
alam yang tersedia. Perhatian terhadap lingkungan (Steward, 1955). Agar dapat
lingkungan saat ini membuat pandangan terus bertahan hidup dan mempertahankan
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 256

lingkungannya, maka manusia melakukan membahayakan tempat kerja dan


proses adaptasi. Steward mengutip dari pekerjanya, seperti polusi atau bahan
Webster, berdasarkan istilah biologi, radio aktif.
pengertian ekologi adalah hubungan saling 3. Kemasan: pemilihan kemasan
ketergantungan antara organisme dengan dilakukan atas dasar kemudahan untuk
lingkungannya, dalam hal ini adalah diurai, seperti menghindari material
manusia dengan lingkungan. Budaya plastik, styrofoam dan sebagainya.
ekologi (ecology culture) mengkaji 4. Finished Product: tingginya tingkat
bagaimana pengaruh adaptasi terhadap persaingan antara industri furnitur saat
lingkungan pada kebudayaan. Pendekatan ini mengakibatkan adanya eksploitasi
historikal dapat dilakukan dalam meng- terhadap material kayu secara
analisa asal usul suatu produk budaya berlebihan, dengan membuat varian
dalam konsep ekologi. Pendekatan pada yang beraneka macam dari satu jenis
aspek ekologi kini masuk ke berbagai bagian produk.
bidang studi baik itu desain maupun 5. Transportasi atau distribusi: semakin
teknikal, sebagai tanda bahwa peran panjangnya proses distribusi, maka
sustainability sangat besar untuk masa energi bahan bakar yang digunakan
depan. semakin banyak.
6. Akhir siklus produk (waste) : apakah
C. Desain Produk Berkelanjutan produk dapat digunakan atau diolah
(Sustainability) kembali.
Diegel (2010) mengutip Whiteley (1993)
yang menyebutkan dalam “Design for Soci- Metode lain yang juga memper-
ety”, desainer memiliki kewajiban moral timbangkan aspek desain berkelanjutan
untuk bertanggung jawab terhadap desain dikeluarkan oleh UNEP (United Nations
mereka, dan pengaruh sosial dan lingkungan Environment Programme Division of Tech-
yang menjadi dampaknya. Telah banyak nology, Industry and Economics) yang
metode yang dihasilkan pada berbagai bekerja sama dengan Delft University of
penelitian, untuk memberikan metode Technology pada tahun 2006, disebut D4S
untuk desain produk yang berkelanjutan. (Design for Sustainability).Terdapat 7 aspek
Tokoh yang mengawali konsep desain desain yang harus dipertimbangkan pada
berkelanjutan, Victor Papanek memaparkan strategi D4S, antara lain adalah:
6 aspek dalam sistem produksi yang menjadi (1 penggunaan material ramah
dasar dalam menciptakan produk ber- lingkungan,
kelanjutan (1995:29) dalam “The Green Im- (2) efisensi penggunaan material,
perative”, yaitu: (3) teknik produksi,
1. Pemilihan material: pemilihan material (4) sistem distribusi,
dilakukan dengan seksama oleh desainer (5) pengaruh ketika pemakaian,
dan pihak industri. Pertimbangan ini (6) jangka waktu pakai, dan
penting untuk menjaga kelestarian dan (7) akhir siklus produk.
menghemat energi.
2. Proses produksi: pertanyaan kepada Terdapat aspek lain yang perlu
desainer adalah apakah ada hal dalam dilengkapi pada strategi D4S, yaitu aspek
proses produksi yang dapat kreatif pada proses desain, sebelum
Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 257

terjadinya proses produksi. Tujuan terhadap 3. Sosial Budaya;


produk berkelanjutan sebaiknya berada Desain pada sebuah furnitur juga dapat
pada tiap bagian produk, termasuk tahap terwujud berdasarkan perilaku atau
mendesain. Pada proses mendesain, kebiasaan yang telah melekat pada
kreativitas desainer dalam melakukan masyarakat tersebut. Misalkan desain
inovasi dan brainstorming sangat penting sebuah kursi amben di Jawa, yang dapat
sebagai awal perancangan produk. Strategi digunakan untuk berbagai kegiatan oleh
desain dibutuhkan karena setiap jenis ma- lebih dari 1 orang. Sebuah furnitur juga
terial memiliki karakter yang berbeda, sebaiknya dapat memancing agar
terutama kayu bekas atau kayu limbah, penggunanya memiliki perilaku
yang perlakuannya juga berbeda dengan ekologi. Misalnya, pengguna dapat
kayu baru. memanfaatkan kembali furnitur yang
tidak terpakai menjadi produk dengan
D. Strategi Desain Furnitur Kayu fungsi baru.
berdasarkan Budaya Ekologi 4. Proses produksi;
Berbagai aspek desain berkelanjutan Dalam proses produksi, dampak polusi
yang telah disebutkan sebelumnya, dan limbah yang dihasilkan juga perlu
beberapa di antaranya memiliki kesamaan. dipikirkan agar dapat mengurangi
Oleh karena itu, penulis akan mencoba bahaya terhadap lingkungan sekitar.
menyaring dan menyusun kembali aspek- 5. Umur produk;
aspek desain berkelanjutan yang dapat Beberapa desain furnitur klasik dapat
diterapkan pada pengembangan desain memperpanjang umur penggunaan
produk, termasuk furnitur kayu. Aspek ini produk. Selain itu, kemudahan dalam
akan menjadi dasar; hal apa saja yang perlu penggunaan dan perawatan produk
dipertimbangkan untuk menerapkan juga menjadi faktor bagi pengguna
budaya ekologi pada sebuah desain. untuk meningkatkan ikatan dengan
Terdapat 13 aspek yang perlu diper- produk tersebut. Tanpa disadari,
timbangkan, yaitu: produk yang disukai dan memiliki
1. Pemilihan material; ikatan kuat dengan penggunanya, tidak
Desainer harus dapat memikirkan baik- akan dengan mudah dibuang dan
baik material apakah yang akan ditinggalkan.
digunakan. Sebaiknya, material yang 6. Konsekuensi;
digunakan adalah material yang tidak Konsekuensi berkaitan erat dengan
berbahaya, material yang dapat hampir semua aspek desain dan proses
diperbarui, atau material baru yang produksi. Pemilihan material mem-
muncul berdasarkan inovasi teknologi. berikan kelebihan namun sekaligus
2. Estetika; terdapat kekurangan pada setiap
Faktor estetika dapat dipengaruhi oleh jenisnya. Lingkungan sosial di area
banyak hal, misalkan faktor eidetic industri juga harus dipertimbangkan
(kemampuan mengingat visual secara de- sebagai lingkungan yang perlu dijaga
tail), dan biosocial given (berdasarkan agar dapat beradaptasi di tengah
pengaruh estetika pada lingkungan sehari- masyarakat.
hari atau keluarga). Kemudian dapat 7. Produk akhir;
dipengaruhi faktor persepsi dan gestalt. Pada produk akhir, penggunaan bahan
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 258

finishing pada kayu sebaiknya meng- perkecil penggunaan kayu merupakan


gunakan bahan yang tidak beracun, salah satu cara yang dapat dilakukan
terutama apabila disentuh oleh manusia. pada desain berkelanjutan. selain
Industri juga dapat berpartisipasi dalam efisiensi terhadap material, efisiensi
memberi wawasan kepada konsumen- energi produksi juga menjadi salah satu
nya melalui cara-cara tertentu agar aspek yang penting. Misalnya,
pengguna mengetahui bagaimana cara meningkatkan penggunaan energi yang
merawat furnitur kayu dengan baik terbarukan, terutama yang berasal dari
menggunakan bahan-bahan alami. matahari, air dan angin.
Terkadang industri memberikan varian 11. Kemasan;
yang sangat banyak, walaupun jenis Kemasan sebaiknya digunakan dalam
produknya satu, didorong oleh jumlah yang wajar, tidak berlebihan.
alasanpemasaran dan ekonomi. Namun, 12. Siklus produk;
varian banyak tersebut tidak dapat Sejak awal konsep perencanaan,
mendukung budaya ekologi pada produk dapat digunakan kembali di
pengembangan desain karena tidak akhir siklus (re-use), atau diolah kembali
efisien dan menghabiskan material yang (recycle), atau dimodifikasi (upgrading).
cukup banyak hanya untuk satu fungsi 13. Servis desain;
yang sama. Servis desain dapat menggantikan
8. Fungsi; bentuk fisik sebuah produk, sehingga
Produk yang memiliki lebih dari 2 fungsi mengurangi pemakaian material dan
dapat memberikan nilai lebih kepada energi.
konsumen. Selain memberikan manfaat,
juga meningkatkan kesenangan peng- SIMPULAN
guna terhadap produk tersebut. Oleh Melalui gambaran dimensi interpolasi
karena itu, fungsi yang tepat dapat dan ekstrapolasi, penulis berusaha
memberikan manfaat bagi budaya membaca, memperkirakan perkembangan
ekologi, baik itu produk yang multifungsi, sifat-sifat bentuk desain yang dihasilkan dari
modular, knockdown, maupun flat pack berbagai jenis kayu baik itu kayu solid
furnitur. maupun kayu olahan. Berbagai karakter
9. Transportasi/ sistem distribusi; desain yang dihasilkan dapat menjadi alur
Sistem distribusi juga mempengaruhi perkembangan teknologi pada inovasi
budaya ekologi pada desain furnitur. desain furnitur. Selain kayu baru, ternyata
Semakin banyak muatan yang banyak industri yang menggunakan kayu
dimasukkan ke dalam kontainer/truk, bekas bongkaran rumah hingga kayu
maka semakin sedikit energi yang limbah dalam memperpanjang siklus ma-
dihabiskan. Agar furnitur dapat lebih terial kayu itu sendiri. Melalui pemilihan
banyak dimuat, maka strategi desain material yang tepat, kemudian dilakukan
harus dipikirkan dengan teliti, dari segi berbagai strategi desain untuk meng-
struktur furnitur, dimensi, dan hasilkan furnitur yang diterima oleh
bentuknya. Bentuk geometris dan pipih masyarakat dengan pijakan desain ber-
dapat menghemat ruang. kelanjutan. Penulis mengambil kesimpulan
10. Efisiensi; bahwa dalam dimensi ekstrapolasi pada
Mengurangi, menghemat dan mem- masa depan, dibutuhkan strategi desain
Panggung Vol. 26 No. 3, September 2016 259

furnitur kayu dengan pijakan desain Muhammad Zamroni


2014 Jati Jawa,Kontribusi Kayu Jati bagi
berkelanjutan, dengan tuntutan kondisi Masyarakat Jawa. Jurnal Seni
lingkungan dan keterbatasan sumber daya Budaya, Volume 12 no.1.
alam. Indonesia memiliki banyak keaneka-
Papanek, Victor
ragaman jenis kayu, namun tantangan yang
1995 The Green Imperative, Ecology and
dihadapi oleh desainer adalah bagaimana Ethics in Design and Architecture.
dapat memaksimalkan manfaat dari material United Kingdom: Thames and
yang dipilih, dengan memaksimalkan jangka Hudson.
waktu pemakaian dan meningkatkan nilai
Prown, Jules David
desain (value) dari furnitur yang dirancang. 1982 Mind in Matter: An Introduction to
Material Culture Theory and Method.
Daftar Pustaka Winterthur Portfolio, Vol 17 No.1,
Diegel, Olaf pp.1-19, The University of Chicago
2010 Tools for Sustainable Product Design: Press.
Additive Manufacturing. Journal of
Sustainable Development, Vol 3 No Rahmat Effendi & H. Dwiprabowo
3, September 2010. 2007 Kajian Pengembangan Industri Furni-
ture Kayu melalui Pendekatan Kluster
Edi Sedyawati Industri di Jawa Tengah. Jurnal
2010 Budaya Indonesia-Kajian Arkeologi, Penelitian Sosial dan Ekonomi
Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajawali Kehutanan Vol.4, No.3 September
Press. 2007, hlm. 233-255.

Forest Watch Indonesia S.P, Gustami


2014 Potret Keadaan Hutan Indonesia 2000 Seni Kerajinan Furnitur Ukir Jepara,
Periode 2009-2013. Bogor: Forest Kajian Estetik Melalui Pendekatan
Watch Indonesia. Multidisplin. Yogyakarta: Kanisius.

Fuad Luke, Alastair Surna Tjahja Djajadiningrat


2009 Design Activism, Beautiful Strangeness 2005 Sustainable Future – Menggagas
for A Sustainable World. London: Warisan Peradaban Bagi Anak Cucu
Eartchscan, p.39. Seputar Wacana Pemikiran. Jakarta:
Indonesia Center for Sustainable De-
Irdika Mansur velopment (ICSD).
2015 Bisnis & Budidaya 18 Kayu Komersil.
Jakarta: Penebar Swadaya. Sumiati, Lilis
2015 Purpose of Art dan Kontribusinya
Indah Septi & Agus Sachari Dalam Transformasi Budaya (Studi
2007 Pergeseran Gaya Estetis Mebel di Kasus: Tari Jayengrana). Jurnal
Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat. Ilmiah Seni & Budaya Panggung Vol
Jurnal Visual and Art, Institut 25 no.1 Maret 2015.
Teknologi Bandung, Vol 1 No 1, 85-
107. Steward, Julian
(-) The Concept and Method of Cultural
Kasmudjo Ecology. p.319-332.
2012 Mebel dan Kerajinan, Teori Dasar
dan Aplikasi. Yogyakarta: Cakrawala UNEP in collaboration with Delft Univer-
Media. sity of Technology
2006 Design for Sustainability: A Global
Kementerian Perindustrian, Republik Indo- Guide. Paris: UNEP.
nesia.
2015 Menyongsong Masa Emas Industri Woodward, Ian
Furnitur dan Kerajinan Indonesia. 2007 Understanding Material Culture. Lon-
Furnicraft Today, 16-17. don: Sage.
Ayu, Sachari, Bagus: Dinamika Budaya Material 260

Veenendaal, Jan Produk kombinasi kayu dan besi dari


1985 Furniture from Indonesia, Srilanka and
India During The Dutch Period.Delft, Yudhistira Furniture di Solo, Jawa Tengah ,
Netherlands: Volkenkundig Mu- www.yudhistira.go.id, diakses 8 September
seum Nusantara. 2015
Sumber lain
Meja belajar anak (produk Olympic)
berbahan particle wood., http://tipe
rumah.com/desain-meja-belajar-anak-
minimalisterbaru/meja-belajar-olympic-fur-
niture-murah/, diakses 8 September 2015

Anda mungkin juga menyukai