2 Nata
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin
sebagai nature yang berarti terapung-apung. Nata juga dikenal sebagai salah satu
produk makanan fermentasi yang berbentuk gelatin seperti agar-agar atau kolang-
kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es krim, dan youghurt. Nata
berwarna putih hingga abu-abu muda dan teksturnya kenyal seperti kolang-kaling.
Nata dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan fungsional untuk keperluan diet,
Nata de coco yang berasal dari limbah air kelapa yang terdapat melimpah di
dimanfaatkan sebagai bahan baku membran selulosa asetat (Lindu, dkk., 2010).
xylinum. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku air kelapa, limbah
industry nanas. Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa
murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan.
1. Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas
gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air
kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba
kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan
harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni
Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat
dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media
fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih
segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan
biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis
berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan
semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9
hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan
lagikarenakondisifisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat
kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume
media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari
5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang
Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter.
yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah
10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke
kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini
adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media
yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan
Di Indonesia, roti menjadi makanan siap saji yang bayak dipilih masyarakat.
Kesibukan Kerja dan gaya hidup yang serba cepat membuat masyarakat memilih
makanan yang penyajiannya praktis. Roti dipilih sebagai alternative sumber kalori
pengganti nasi dan camilan pngganjal perut. Masuk akal karena selain praktis, roti
relative tahan lama, kaya karbohidrat, dan harganya cukup terjangkau semua kalanga
(Sutomo, 2007).
Mesir kuno menggunakan ragi untuk pembuatan anggur dan roti. Ragi dapat
mengubah glukosa dalam cairan anggur menjadi alcohol. Dalam pembuatan roti, ragi
akan menghasilkan gelembung gas pada proses fermentasi, sehingga akan membuat
khamir yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pembuatan roti dan
adonan menjadi gas karbondioksida dan alcohol. Terbentuknya zat inilah yang
membuat adonan men gembang, membentuk pori-pori dan beraroma harum ketika
Di dalam adonan roti, gula berfungsi sebagai makanan ragi sehingga ragi bias
berkembang lebih cepat dan proses fermentasi berjalan baik. Gula juga memberikan
rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma karena proses karamelisasi selama
pemanggangan. Sifat gula yang higroskopis menjadikan roti lebih awet. Gunakan
gula sekitar 25% dari berat tepung terigu. Roti tertentu, seperti roti manis,
memerlukan jumlah gula lebih banyak. Penambahan gula yang terlalu banyak
menyebabkan proses fermentasi berjalan cepat sehingga pori-pori menjadi kasar dan
roti lebih cepat gosong saat dipanggang. Pilih gula yang tidak bergumpal, butirannya
hewani (mentega). Namun, ada jenis roti tertentu, seperti adonan kulit pizza yang
menggunakan minyak goring atau olive oil dan puff pastry yang menggunakan
korsvet, pastry margarin atau lemak beku. Pilih lemak sesuai dengtan kebutuhan
resep. Penggunaan lemak biasanya 2-6% dari berat tepung. Lemak membuat roti
lebih empuk dan beraroma harum. Tekstur roti juga lebih halus (Sutomo, 2007).
Kadang, adonan roti ditambah dengan cairan seperti air dingin, susu cair, jus
buah atau santan. Gunakan jumlahnya sesuai petunjuk resep. Kelebihan cairan
keras sehigga sulit digiling dan dibentuk. Cairan membuat adonan keras sehingga
sulit digiling dan dibentuk. Cairan membuat kepadatan adonan bisa dikontrol dan
Telur yang biasa digunakan dalam pembuatan roti adalah telur ayam. Telur
pembentukan tekstur serat roti yang lebih halus. Kandungan lesitin di dalam kuning
telur membantu mengemulsi adonan sehingga struktur adonan lebih kompak. Pilih
telur ayam yang baru, tidak retak dan bersih (Sutomo, 2007).
Garam membuat proses fermentasi ragi dapat dikontrol. Jika tidak ada garam,
fermentasi berjalan lebih cepat dan gula habis dimaka ragi. Akibatnya, warna kulit
roti menjadi pucat dan berkerut karena tidak ada gula. Garam juga berfungsi
menstabilkan kekokohan gluten di dalammenhan gas sehingga adaonan tidak mudah
turun. Fungsi lainya, garam memperbaiki cita rasa roti menjadi lebih gurih dan lebih