Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN PETIL LELE DALAM MEMAHAMI KONSEP

GERAK BOLA PADA PEMBELAJARAN KINEMATIKA

Diana Rohmawati1, Intan Maulida Ulfa2, Dinar Maftukh Fajar 3

Program Studi Tadris IPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Jember

Email: rohnawatidiana@gmail.com

PENDAHULUAN

fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang berbagai fenomena alam
yang ada di sekitar. Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan
pengetahuan,pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya
(Rismatul Azizah, Lia Yuliati, dan Eny Latifah, 2015). Pembelajaran fisika dituntut untuk
bisa memahami konsep dan juga bisa menerapkannya dalam kehidupan guna untuk
memecahkan masalah fisika siswa.

Keaktifan siswa dalam belajar fisika sangat dibutuhkan. Siswa dikatakan aktif dapat
dilihat dari keaktifan dalam berpikir dan juga keaktifan dalam bertindak. Namun, dalam
kenyataannya siswa masih kurang aktif dalam berpikir maupun bertindak dalam
pembelajaran fisika dikarenakan siswa menganggap bahwa pelajaran fisika sangatlah sulit
untuk dipelajari dan dipahami.

Siswa yang beranggapan bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit harus diberikan
motivasi guna meningkatkan semangat dalam belajar. Salah satunya dengan permainan.
Siswa akan lebih senang jika dalam proses pembelajaran terdapat permainan, karena jika
hanya monoton belajar saja maka siswa akan lebih cepat merasa bosan dan juga materi yang
disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa. Salah satu permainan yang bisa
digunakan untuk membantu dalam menigkatkan semangat belajar siswa yaitu Pethil Lele atau
juga bisa disebut Bethik.

Patil lele merupakan permainan tradisional dengan melempar atau memukul batang kayu
dengan keras, tempat bermainnya dilapangan(Aljuk Ja’far Achmad Yanu Alif Fianto dan
Sigit Prayitno Yosep, 2014). Patil lele umumnya dilakukan oleh laki-laki yang jumlahnya
bisa 4 sampai 6 anak. Alat yang digunakan dalam permainan patil lele sangatlah sederhana
dan mudah didapatkan yaitu dua buah ranting kayu atau bambu yang ukurannya berbeda.
Bethong adalah nama untuk tongkat yang panjang, sedangkan janak untuk nama tongkat yang
pendek. Patil lele merupakan permainan yang mendasarkan padakekuatan fisik berupa
pertandinganantara satu orang dengan kelompokatau kelompok dengan kelompok. Salah satu
hal yang diajarkan padapermainan tradisional kategori iniadalahkarakter sportifitas
(Muhammad Ragil Kurniawan, 2018). Permainan tersebut bukan sekedar hanya untuk
bersenang-senang melainkan terdapat salah satu konsep fisika yang terkandung di dalamnya.
Konsep fisika yang dimaksud adalah kinematika gerak parabola. Permainan ini hampir sama
dengan permainan Angry Bird. Game Angry bird dirancang untuk menjelaskan beberapa
konsep tentang gerak parabola, sepertipengaruh sudut lontar terhadap jarak benda dan
ketinggian. Pengaruh kecepatan awalterhadap jarak tempuh dan waktu (Nira Nurwulandari,
2018).

Manfaat digunakannya permainan Patil Lele selain mempermudah dalam memahami


konsep juga bermanfaat dalam melestarikan permainan tradisional karena pada era sekarang
jarang remaja memainkan permainan tradisional sebab remaja yang sekarang banyak yang
kecanduan bermain game online.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam menumbuhkan semangat belajar siswa terhadap


pelajaran Fisika maka penting untuk dilakukan penelitian akan kaitannya permainan Patil
Lele dengan materi gerak bola. Belajar sambil bermain dengan tujuan agar siswa tidak
merasa bosan terhadap pembelajaran di kelas.

PEMBAHASAN

a. Permainan Tradisional

Permainan Tradisional, merupakanbagian dari tradisi lisan, pada hakikatnya sama


dengan apa yang disebut permainan rakyat (Sigit Wahyu Wibowodan Ika Ratna. I.A,
2017), maksudnya dari permainan rakyat yaitu permainan yang tumbuh dan berkembang
pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan. Permainan tradisional tumbuh
dan berkembang berdasar kebutuhan masyarakat setempat (Ni Nyoman Seriati dan Nur
Hayati, 2012). Permainan tradisional adalah kegiatan yang bersifat menghibur yang
menggunakan alat sederhana dan tanpa alat yang telah diwariskan dari generasi ke
generasi. Permainan tradisional memberikan manfaat yang baik untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, dan kognitif anak (Nurdiana Siregar 1 dan Wiwik Lestari,
2018).Permainan ini merupakan permainan anak-anak yang terkenal pada masa lampau.
Permainan tradisional merupakan alternatif yang kaya akan nilai budaya dan bahkan
hampir tanpa adanya pelestarian (Rina Wijayanti, 2014).Sekarang permainan tradisional
jarang dimainkan dikarenakan era sekarang anak-anak menggunakan permainan modern
yang bisa dimainkan melalui gadget. Permainan modern hanya mereproduksi kognitif
mereka, akan tetapi tidak dalam hubungan sosial. Kebanyakan anak-anak yang bermain
melalui gadget pintar tetapi bersifat individualitas karena kurangnya sosialisme dalam
interaksi dengan sesama. Permainan tradisional mempunyai manfaat yaitu dalam hal
bermasyarakat, kesopanan, kreatif, ketangkasan dan juga bisa meningkatkan pemahaman
dalam mempelajari sesuatu yang sulit dipahami. Tim penyusun Panduan Pemanfaatan
Permainan Tradisional untuk Anak Usia dini dalam (Saputra, 2017: 49) menyebutkan
ada 9 (sembilan) kecerdasan yang mampu di stimulasi oleh permainan tradisional yaitu
kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa); kecerdasan logika matematika
(kemampuan menghitung); kecerdasan visual-spasial (kemampuan ruang); kecerdasan
musikal (kemampuan musik/ irama); kecerdasan kinestetika (kemampuan fisik baik
motorik kasar dan halus); kecerdasan natural (keindahan alam); kecerdasan intrapersonal
(kemampuan hubungan antar manusia); kecerdasan intrapersonal (kemampuan
memahami diri sendiri); kecerdasan spritual (kemampuan mengenal dan mencintai
ciptaan Tuhan).

Pemaparan tentang kelebihan-kelebihan yang ada pada permainan tradisional ini


agaknya tidak diketahui oleh sebagian besar orang, sehingga permainan tradisional
semakin tergerus oleh zaman. Salah satu faktor yang menyebabkan permainan ini seakan
tergerus oleh zaman menurut Nofans Eka Saputra (2017: 49-50) para orang tua telah
banyak yang tidak mengingat bagaimana cara memainkannya dan jarang
menceritakannya pada anak-anaknya. Hal ini tentu membuat eksistensi permainan
tradisional semakin tidak diketahui oleh masyarakat luas.

b. Permainan Patil Lele


Patil Lele merupakan salah satu permainan tradisional. Patelele atau dengan nama lain
yaitu tak kadal, Gatrik atau juga di kenal dengan nama benthik di daerah sekitar
yogyakarta, jawa tengah. Pada waktu itu pernah menjadi permainan yang cukup populer
di Indonesia. Bethik identik dengan permainan anak laki-laki karena anak laki-lakilah
yang banyak memainkannya. Nama permainan ini diduga berasal dari bunyi thik yang
dihasilkan oleh beturan 2 buah kayu berbeda ukuran yang digunakan untuk bermain
(Sigit Wahyu Wibowo dan Ika Ratna. I.A, 2017). Permainan ini membutuhkan tempat
yang luas seperti lapangan, halaman rumah, atau ladang yang kering. Permainan ini
terdiri dari 2 orang sampai 4 orang. Alat yang digunakan yakni dua buah bambu dengan
ukuran yang berbeda, satu tongkat berukuran panjang dan tongkat yang lain berukuran
pendek. Ukuran untuk kayu panjang kurang lebih 30 cm sedangkan untuk kayu yang
pendek sebesar 10 cm. Dalam permainan ini juga ada istilah wok yang berarti lubang
tanah yang seperti garis dengan ukuran 5 sampai 10 cm. Wok juga bisa diganti dengan 2
batu bata yang digunakan sebagai sandaran dari kayu pendek.
Patil lele atau gatrik dimainkan dengan cara, memukul kayu pendek yang berada di
atas wokdengan pukulan yang sekeras-kerasnya hingga kayu tersebut bisa mencapai jarak
sejuah-jauhnya. Ketika kayu pendek dipukul menghasilkan suatu gerakan yakni gerakan
melambung ke udara. Jika kayu pendek tidak bisa ditangkap oleh penjaga, maka harus
diukur jarak antara wok dengan kayu pendek tersebut.
Nilai terkandung dalam permainan ini sangatlah banyak, antara lain nilai
kekompakan, solidaritas dan strategi dalam menyusun rencana bagaimana caranya agara
kayu yang dipukul bisa jauh da tidak bisa ditangkap lawan. Nilai sportifitas dalam
permainan secara berkelompok juga bisa dijadikan nilai bersifat terbuka terhadap
lingkungan yang mana nantinya bagi mereka dapat memiliki fungsi pedaggogik atau
pembelajaran di kehidupan mereka kelak. Selain mengandung nilai-nilai, permainan ini
juga memiliki manfaat, pertama dapat menigkatkan kebugaran fisik yakni berfungsi
mngembangkan kecekatan gerak otot, kedua, meningkatkan ketahanan mental yakni
tidak mementingkan ego masing-masing ketika bermain secara berkelompok dan yang
terakhir agar permainan ini dijaga dan dilestarikan.

c. Pembelajaran Kinematika

Menurut Wijayanto (2015: 133) kinematika dalam pembelajaran fisika membahas


besaran-besaran kinematis yang mempengaruhi gerak benda, dimana meliputi lintasan,
kecepatan, dan percepatan. Beberapa jenis gerak yang akan dieksplorasi pada pembahsan
ini meliputi:

Gerak lurus, yaitu suatu benda dikatakan bergerak lurus adalah jika lintasan
geraknya berupa garis lurus. Gerak lrus dibedakan lagi menjadi gerak lurus beraturan
(GLB), gerak lurus berbah beraturan (GLBB) dan gerak lurus berubah tidak beraturan.
Gerak lurus beraturan menurut Sarojo dalam (Wijayanto, 2017 133) adalah gerak benda
titik yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang
ditempuh tiap satuan waktu tetap, baik besar maupun arahnya. Gerak lurus berubah
beraturan adalah gerak benda titik yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan
sifat bahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu tidak sama besar, sedangan arah
gerak tetap. Sebaliknya gerak lurus berubah tidak beraturan adalah gerak benda titik
yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang ditempuh
tidak sama besar dengan arah yang berbeda.

d. Gerak Parabola
Spesifikasi dalam penelitian ini adalah terfokus pada gerak dua dimensi yakni gerak
parabola. Gerak parabola disebut juga dengan gerak peluru. Menurut Tri Kuntoro
Priyambodo dalam (Akhsan, 2011: 212) gerak peluru atau gerak proyektil suatu benda
yang merupakan hasil perpaduan antara gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dalam
arah vertikal (sumbu z) dan gerak lurus beraturan (GLB) dalam arah bidang horizontal
(sumbu x,y). Menurut Mikrajuddin Abdullah (2016: 162) disebut gerak peluru karena
gerak ini yang akan ditempuh oleh setiap peluru yang ditembakkan ke atas dengan
membentuk sudut tertentu terhadap arah horizontal (tidak vertikal ke atas) atau yang
ditembakkan dengan sudut sembarang dari ketinggian tertentu. Walaupun namanya gerak
peluru, namun gerak tersebut tidak hanya digunakan untuk membahas peluru. Setiap
benda yang dilempat ke atas dalam arah tidak vertikal atau ditembakkan dengan sudut
sembarang dari ketinggian tertentu melakukan gerak peluru. S
Dalam gerak peluru, apabila hambatan udara dan efek gerak perputaran bumi
diabaikan, serta percepatan gravitasi dianggap tetap, maka komponen gaya yang bekerja
hanyalah gaya gravitasi bumi yang dialami oleh benda atau yang seringkali disebut
dengan gaya berat benda. Dalam kasus ini, gaya berat benda adalah konstan, baik besar
maupun arahnya. Akibatnya, bila pembahasan mengenai gerak hanya dilakukan dalam
dua dimensi, yaitu arah sumbu x (mendatar) dan sumbu y (vertikal), maka komponen
gerak yang memperoleh pengaruh gaya hanya dalam arah vertikal saja. Oleh karena itu,
gerak peluru seperti ini mengalami gerak GLB dalam arah sumbu x dan gerak GLBB
dalam arah sumbu y.
𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼 𝑡 (1)
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 𝑡 − 2 𝑔𝑡 2 (2)

Dalam persamaan (1) dan (2) di atas, vektor kecepatan awal benda 𝑣⃗0 diwakili oleh
besar kecepatannya 𝑣0 , dan arah kecepatannya diwakili oleh α, yang menyatakan sudut
elevasi gerak terhadap sumbu x. Dan g menyatakan percepatan gravitasi bumi.
Dalam pembahasan mengenai gerak peluru, terdapat dua posisi yang istimewa yang
sering dibahas di banyak buku teks, yaitu posisi puncak (posisi tertinggi yang dicapai
benda, arah vertikal) dan posisi terjauh yang bisa dicapai benda (arah horizontal).
Makalah ini akan difokuskan pada pembahasan titik puncak. Titik puncak gerak peluru
akan dicapai bila komponen kecepatan gerak peluru dalam arah vertikal sama dengan
nol, yaitu posisi di mana benda akan mengalami gerakan membalik. Sebagaimana
diketahui bahwa kecepatan benda adalah diferensial pertama posisi terhadap waktu [4],
maka diperoleh
𝑑𝑦
𝑣𝑦 = = 𝑣0 sin 𝛼 − 𝑔𝑡 = 0 (3)
𝑑𝑥
Atau dari persamaan (3) di atas dapat pula ditentukan lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh benda yang mengalami gerak peluru untuk mencapai titik puncak, yang
diberikan oleh
𝑣0 sin 𝛼
𝑡𝑝 = (4)
𝑔

Selanjutnya bila persamaan (4) disubstitusi ke persamaan (1) dan (2), menghasilkan
posisi titik puncak gerak peluru, yaitu
𝑣02 sin 𝛼 cos 𝛼
𝑥𝑝 = (5)
𝑔

dan
𝑣0 sin 𝛼
𝑦𝑝 = (6)
2𝑔

Lebih lanjut, posisi benda yang mengalami gerak peluru yang diberikan oleh
persamaan (1) dan (2), dapat pula diungkapkan menjadi sebuah persamaan yang
merupakan fungsi y terhadap x, tanpa melibatkan variabel waktu t, yaitu
𝑔 sec2 𝛼
𝑦 = 𝑥 tan 𝛼 – 𝑥2 (7)
2𝑣02

Pada persamaan (3), terlihat dengan jelas bahwa hubungan antara fungsi y terhadap
x merupakan persamaan parabola [5]. Oleh karena itu gerak peluru seringkali disebut
sebagai gerak parabola. Dan untuk seterusnya dalam artikel ini digunakan istilah gerak
parabola.
Bila dilakukan telaah pada gerak parabola dengan menggambarkan grafik fungsi y
terhadap x pada keadaan di mana kecepatan awal benda 𝑣0 , dipilih konstan dan sudut
elevasi α divariasi dalam selang (0,π).

e. Penerapan Konsep Gerak Parabola Pada Permainan Pethil Lele


Permainan Petil Lele mengandung pembelajaran kinematika tentang materi gerak
parabola. Permainan pathil lele dimainkan dengan cara memukul keras kayu pendek
yang berada di atas wok dengan kayu panjang. Hasil pukulannya kayu pendek akan
melambung ke udara dan itu merupakan gerakan parabola dalam kinematika yang
merupakan perduan antara gerak lurus beraturan (GLB) sebagai garis horizontal (sumbu
x) dengan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) sebagai garis vertikal (sumbu y). Pada
permainan patil lele sumbu x merupakan jarak antara wok dengan kayu pendek setelah
dipukul dan tidak bisa ditangkap oleh lawan sedangkan sumbu y adalah gerkan
melambung ke udara setelah kayu pendek dipukul. Ketika kayu pendek melambung di
udara pada titik ketinggian maksimum maka itu adalah gerakan potensial yang kecepatan
vertikalnya bernilai nol.
Materi gerak parabola bisa diajarkan mengunakan metode permainan petil lele yakni
siswa dibentuk beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang setiap kelompok.
Kemudian menyiapkan alat yang akan digunakan dalam permainan tersebut. Selain
bermain guru juga bisa memberikan tugas dari permainan tersebut mengenai materi
gerak bola seperti mengukur jarak antara kayu pendek dengan wok setelah dipukul,
kemudian diamati dimana kayu pendek mencapai titik maksimum. Jadi selain belajar
untuk memahami konsep gerak, siswa juga bisa bermain. Dari itu, guru bisa melihat
seberapa siswa yang paham mengenai konsep gerak bola dan juga guru bisa melihat
kepribadian dan karakter siswanya.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai