Anda di halaman 1dari 6

Nama : Felix Tandiko

NIM : 170301154
Kelas : AET 3
Mata kuliah : Pestisida & Teknik Aplikasi

1. Tuliskan apa yang dimaksud dengan :

a. Bahan aktif (active ingredient)

Bahan aktif atau konstituen adalah bagian dari formulasi yang bertanggung jawab
untuk aktivitas biologis pestisida, misalnya dalam insektisida itu adalah bagian yang
membunuh serangga dan herbisida bagian yang membunuh gulma. Nama bahan aktif
dan konsentrasinya diberikan pada panel depan label di bawah nama produk. Sebagai
contoh, Roundup herbisida mengandung 360 g / L bahan aktif glifosat. Ini berarti
bahwa dalam 1 L produk Roundup atau konsentrat, lebih dari sepertiga (360 g) adalah
bahan aktif glifosat. Ada banyak herbisida yang mengandung glifosat. Sementara
Roundup adalah produk asli, sekarang ada banyak merek dengan nama-nama seperti
Pembersihan, Kredit, Gladiator, Ken-Up, Razor, Touchdown, Wipe-Out, dan
Zero. Karena ada sejumlah nama produk, semua dengan bahan aktif yang sama dan
pola penggunaan yang serupa, seringkali lebih bermanfaat untuk merujuk ke produk
glifosat secara umum daripada daftar semua merek yang berbeda. Serta nama bahan
aktif, konsentrasi juga penting. Dalam kasus insektisida beracun, proporsi bahan aktif
akan mempengaruhi penjadwalan racun. Misalnya, parathion insektisida yang sangat
beracun adalah racun jadwal 6 jika konsentrasi bahan aktif adalah 45% atau kurang
dari total formulasi seperti produk Penncap-M yang mengandung 240 g / L
parathion. Di sisi lain, produk Folidol M500 yang mengandung 500 g / L parathion,
adalah racun 7 jadwal. Penjadwalan racun yang lebih tinggi dalam kasus ini
mencerminkan peningkatan risiko keracunan akut karena proporsi yang lebih besar
dari bahan aktif, parathion, dalam formulasi.

b. Inert ingredient

Bahan yang disebut inert atau 'tidak aktif' adalah pelarut dan pembawa yang
mengantarkan bahan aktif ke target - hama, gulma atau penyakit. Jika bahan inert
adalah racun yang dijadwalkan atau zat berbahaya, yaitu berbahaya bagi kesehatan
manusia, harus tercantum pada panel depan label di bawah bahan aktif tetapi ini tidak
selalu terjadi. Misalnya, insektisida Fastac Duo mengandung 100 g / L bahan aktif
alfa-cypermethrin dan 751 g / L dari pelarut xilena. Baik bahan aktif maupun
pembawa adalah racun dalam hak mereka sendiri. Informasi lebih lanjut tentang
bagian lain dari formulasi kadang-kadang dapat ditemukan dalam MSDS di bawah
bagian 'Komposisi / informasi tentang bahan-bahan' di bagian depan MSDS. namun,
alih-alih nama kimia spesifik, nama kimia umum yang tidak jelas sering diberikan
seperti 'hidrokarbon cair', 'pelarut hidrokarbon', 'pengemulsi' dan 'surfaktan'. MSDS
lain bahkan kurang bermanfaat, hanya mencantumkan 'bahan lain (tidak berbahaya)'
atau 'tanda (tidak berbahaya)'. Jika formulasi mencakup sejumlah besar pelarut
organik atau hidrokarbon sebagai pembawa, biasanya akan diklasifikasikan sebagai
Kelas 3 Berbahaya Baik (DG), menunjukkan risiko mudah terbakar dalam
penyimpanan. Terkadang kehadiran hidrokarbon akan ditunjukkan pada panel depan
label di bawah bahan aktif. Jika tidak, itu akan terdaftar di MSDS. Dalam hal apapun,
label akan membawa berlian Kelas 3 dan informasi DG lengkap akan dimasukkan
dalam MSDS di bagian 'Informasi Transportasi' menjelang akhir MSDS.

c. Adjuvant

Adjuvant adalah bahan kimia yang dapat dicampur dalam ormulasi pestisida,atau ditambahkan ke
campuran tangki, dan mempunyai fungsi untuk meningkatkan efektivitas dan
keamanan serta kestabilan ormulasi pestisida. Adjuvant umumnyatidak berpengaruh
pada hama secara langsung

2. Tuliskan bentuk bentuk pestisida cairan (liquid) dan kering (dry) serta kelebihan dan
kekurangan penggunaan herbisida cairan (liquid) dibandingkan dengan bahan kering
(dry) dan bagaimana cara mengatasi bahaya yang bisa ditimbulkan

Bentuk Cair

1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan


(konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika
dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam
media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula
digunakan dengan cara lain.
Kelebihan utama dari EC adalah relatif (sangat) murah dan mudah digunakan,
karena hanya diencerkan dengan air yang mudah dan murah didapatkan di mana
saja. Umumnya formulasi digunakan untuk penyemprotan permukaan atau surface spray
dengan volume tinggi seperti penyiraman tanah (soil drenching) pada peracunan tanah
(soil treatment) maupun space spray seperti ulv dan misting.

Kekurangan dari EC adalah mudah terserap pada permukaan porous seperti batu-bata,
semen, maupun batu gunung, sehingga tidak meninggalkan residu aktif. Disamping itu
perlu agitasi atau guncangan pada alat semprot agar emulsi tetap stabil dan resiko bahaya
keracunan dermal karena minyak mudah terserap oleh kulit.
2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan
membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara
disemprotkan.
3. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air.
Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk
garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan
cara disemprot.
4. Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida
ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
Kelebihan formulasi ini adalah dari segi toksisitasnya yang rendah dan mudah dilarutkan
serta tidak meninggalkan bercak.

Kelemahan dari formulasi ini adalah terbatasnya insektisida yang bisa diformulasikan
S/SL sangat terbatas disamping karena tidak berwarna banyak orang secara psikologis
kurang puas.
5. Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair
yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya
WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
Kelebihan lain dari SC/FW adalah mudah larut dalam air dan stabil, kristal yang tersedia
adalah 100 % bahan aktif, stabil pada permukaan porous dan toksisitas dermal dan oral
lebih rendah dibanding formulasi lainnya.
Satu-satunya kelemahan dari SC/FW adalah bahan aktif insektisida yang bisa diformulasi
SC/FW sangat terbatas.

Bentuk padat

1. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang


masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila
dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
2. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan
menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
3. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi
rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara
manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga
pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand
granular.
4. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip
G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan
digunakan dengan cara disemprotkan.
5. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus
digunakan untuk perawatan benih
6. Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang
digunakan dengan cara dihembuskan.
7. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap
pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

Cara mengatasi bahaya yang terjadi:


 Apabila sewaktu menyemprot badan terasa sakit, hentikan pekerjaan dan pergola
keklinik /dokter terdekat
 Bila penyemprot merasakan pusing, mual, muntah, tremor, tidak boleh melakukan
penyemprotan selama 1 minggu sampai gejala-gejala tersebut hilang.

 Usahakan periksa 6 bulan sekali untuk mengetahui kadar cholinestrase


 Tanggalkan pakaian yang terkena pestisida dan cucilah bagian tubuh yang terkena
dengan sabun
 Apabila pestisida mengenai mata cucilah mata dengan air bersih selama 15menit
 Apabila pestisida tertelan dan masih sadar segera muntahkan dengan memberikan
air minum hangat dan diberi satu sendok garam dapur atau dengan cara
mengelitik tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Usahakan terus
pemuntahan sampai cairan muntah jernih
 Apabila pestisida terhisap bawahlah penderita keruangan yang berudara segar dan
bila perlu beri pernafasan buatan
 Selanjutnya segera hubungi dokter atau petugas medis yang berwenang dan bawa
label pestisidanya (kalauada)
 Jangan diberi sesuatu melalui mulut pada penderita yang tidak sadar, segera bawa
ke dokter

3. Apa yang dimaksud dengan adjuvant dan apa perlunya bahan ini diperlukan dalam
aplikasi herbisida
Adjuvant adalah bahan yang digunakan sebagai campuran dalam formulasi pestisida
(selain pelarut / pengencer) yang berfungsi untuk memodifikasi sifat-sifat bahan aktif dan
untuk meningkatkan daya kerja pestisida pada sasaran semprot.
1. Utility Adjuvant / Spray Modifier
Yaitu adjuvant yang digunakan sebagai campuran dalam formulasi pestisida (selain
pelarut / pengencer) yang fungsinya untuk memodifikasi sifat-sifat bahan aktif yang
dalam bentuk teknisnya belum siap digunakan, menjadi produk pestisida yang siap
pakai. Adjuvant ini lazim disebut bahan pembawa atau carrier.

Utility Adjuvant (UA) terdiri dari :


Emulsifier, yaitu bahan pembentuk emulsi (butiran-butiran bahan aktif yang tidak bisa
bercampurt air) saat pestisida diencerkan air. Digunakan untuk pestisida berformulasi
EC (emulsifiable concentrate).

1. Dispersant (penyebar), yaitu bahan penyebar molekul, suspensi, emulsi, atau


tepung pestisida dalam air.
2. Drift retardant, yaitu bahan pemecah butiran air menjadi butiran halus sehingga
membentuk kabut saat pestisida disemprotkan.
3. Compatibility agent, untuk menstabilkan struktur kimia bahan aktif agar tidak
berubah atau rusak apabila pestisida tersebut dicampur dengan pestisida berbahan
aktif lain atau dengan bahan lain (misalnya pupuk daun atau ZPT).
4. Buffer, yaitu bahan untuk menstabilkan pH dan struktur kimia bahan aktif agar
tidak dipengaruhi oleh sifat pH air pengencer sehingga daya kerjanya tetap terjaga.
5. Thickening agent, yaitu bahan untuk mencegah pengkristalan pestisida pada
permukaan daun akibat sinar matahari.
6. Deposition agent, yaitu bahan untuk membuat pestisida mau menempel pada
sasaran semprot.

2. Tank Mix Adjuvant / Surfactant (SURFace ACTive AgeNT)


Yaitu adjuvant yang digunakan untuk memperbaiki karakteristik bahan semprot
(pestisida dan air pengencer) meningkatkan daya kerja pestisida terhadap OPT
(organisme pengganggu tanaman) atau tanaman sasaran. Adjuvant ini disebut Tank
Mix Adjuvant / Surfactant (SURFace ACTive AgeNT). Pencampuran pada pestisida
dilakukan dalam tangki semprot saat pestisida akan diaplikasikan.
Surfactant terdiri dari beberapa macam :

1. Spreader, yaitu bahan untuk menurunkan tegangan permukaan bahan semprot / air
pada permukaan daun sehingga butiran semprot menyebar merata ke seluruh
permukaan daun.
2. Sticker, untuk meningkatkan daya rekat pestisida pada permukaan sasaran semprot
(daun atau kulit hama), sehingga tidak mudah tercuci oleh hujan.
3. Wetting agent, untuk membantu pembasahan pestisida terutama pada daun tanaman
yang berlapis lilin dan kulit serangga yang berlapis chitin.
4. Penetrant / Biological activator, bahan yang berfungsi untuk memudahkan
penembusan pestisida sistemik melalui stomata dan pori-pori daun hingga
ditranslokasikan ke seluruh jaringan jaringan tanaman. Juga berfungsi sebagai
penembus jaringan khitin serangga hama.

Anda mungkin juga menyukai