Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

Penyelesaian Sengketa Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Vietnam di


Laut Natuna Utara Tahun 2019

Kedutaan Besar Republik Indonesia Hanoi, Vietnam

DISUSUN OLEH:

Angel Priscilla Situmorang

372016031

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya teknologi dan informasi tentunya berdampak bagi banyak hal, salah
satunya pada dunia pendidikan, saat ini pada perguruan tinggi sebuah studi khusus terkait
perkembangan dunia internasional dikaji dalam sebuah program studi atau jurusan yang
dikenal sebagai Ilmu Hubungan Internasional (HI). Dalam Ilmu Hubungan Internasional
kajian yang dipelajari lebih dalam ada berbagai hal, seperti Ekonomi Internasional,
Keamanan Internasional, dan politik. Melalui kata internasional kita dapat mengatakan
bahwa kajian yang digunakan atau yang menjadi perhatian pada studi ini adalah terkait
hal – hal lintas negara, seperti hubungan kerjasama atau mungkin yang lebih sering juga
dikenal dengan diplomasi, regional kawasan negara, struktur internasional itu sendiri,
politik dunia, hingga membahas terkait konflik – konflik antar negara.

Hubungan internasional juga mengikuti perkembangan jaman yang dimana saat ini
aktor internasional tidak hanya berbicara terkait negara, namun juga berbicara terkait
oknum – oknum atau kelompok tertentu yang kemudian disebut sebagai non state actor.
Disiplin Ilmu Hubungan Internasional bisa dikatakan merupakan sebuah studi baru yang
secara khusus membahas tentang permasalahan internasional yang sebenarnya sudah ada
sejak dulu, meskipun dikatakan disiplin ilmu yang baru – baru saja muncul, namun
praktek hubungan internasional sudah ada sejak dulu. Seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya bahwa berbicara terkait hubungan internasional tentunya akan mencakup
banyak pembahasan, namun salah satu yang sangat melekat dari praktek ilmu hubungan
internasional itu sendiri adalah kerjasama antar negara, baik bilateral maupun multilateral.

Praktek ilmu hubungan internasional dalam hal ini kerjasama tentunya dilakukan oleh
berbagai negara yang ada di dunia, salah satu contohnya adalah negara kita, Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak membangun kerjasama dengan
negara – negara lain, baik dalam bidang perekonomian ataupun keamanan, hubungan
yang dijalin oleh Indonesia dengan mitra kerjasamanya pun beragam, baik itu hubungan
kerjasama bilateral ataupun multilateral. Indonesia sendiri merupakan bagian dari
kawasan Asia Tenggara dimana Indonesia masuk pada organisasi regional Asia Tenggara
yang kita tahu sebagai ASEAN, dimana ASEAN sendiri saat ini beranggotakan 10 negara
yang semua berada pada letak geografis yang kemudian disebut sebagai kawasan Asia
Tenggara. Hal ini kemudian juga banyak memudahkan adanya kerjasama – kerjasama
yang dibangun oleh negara anggota atau diluar dari itu.

Hubungan kerjasama yang dibangun oleh negara terhadap negara lain, tentuny tidak
lepas dari adanya interest atau kepentingan nasionalnya masing – masing yang tetap
dijadikan sebagai tujuan utama negara tersebut, maka hal ini seringkali menyebabkan
permasalahan – permasalahan yang muncul antar negara yang awalnya saling melakukan
kerjasama. Masalah yang kemudian dihadapi sangat beragam baik dari bidang ekonomi
atau keamanan, bahkan keduanya secara sekaligus.

Kawasan Asia Tenggara sendiri, tidak jarang kita diperhadapkan dengan masalah –
masalah perbatasan antar negara atau masalah wilayah – wilayah lainnya, salah satunya
yang saat ini penulis bahas adalah konflik wilayah yang terjadi antar Indonesia dan
Vietnam di laut Natuna Utara dimana kedua negara bersangkutan melakukan klaim
terhadap wilayah perairan tersebut yang kita kenal sebagai Zona Ekonomi Eksklusif,
Indonesia dan Vietnam sama – sama melakukan pengawasan terhadap aktivitas di
wilayah tersebut, baru – baru ini pada tanggal 29 April 2019 pada akhir bulan april ini
terjadi sebuah insiden penabrakan kapal yang dilakukan oleh pihak Vietnam terhadap
kapal TNI AL KRI Tjiptadi-381.

Kronologi kejadian yang dilansir melalui laman berita bbc.com mengatakan bahwa
kejadian diawali dengan tindakan yang dilakukan Vietnam terhadao kapal TNI AL
Indonesia yang sedang melakukan penangkapan pada kapal yang menggunakan bendera
Vietnam yang pada saat itu terlihat sedang berusaha untuk mengambil ikan pada wilayah
yang diklaim sebagai Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.Tentunya hal ini merupakan
salah satu masalah yang membuat hubungan Vietnam dan Indonesia kembali menegang,
dimana kejadian seperti ini, menurut ibu Susi Pudjiastuti sendiri selaku Menteri Kelautan
dan Perikanan Indonesia tidak jarang lagi ditemukan1

Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE merupakan batas wilayah suatu negara yang
diukur sepanjang 200 mil dari pangkal laut, dan pengukuran ZEE sendiri dilakukan pada
saat air laut sedang surut, dimana ZEE ini ada juga untuk mengatur aktivitas negara di
laut, selama negara berada pada ZEE yang sudah ditentukan maka segala kekayaan alam

1
Callistasia Wijaya, “Konflik Indonesia – Vietnam ‘terancam terus berulang’ selama belum ada kesepakatan
Zona Ekonomi Eksklusif” https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48103607 (diakses pada 12 Oktober
2019, pukul 19.23 WIB)
yang ada dibawah laut merupakan milik negara yang bersangkutan. Indonesia sendiri
telah membuat aturan hukum terkait dengan ZEE yang dituangkan dalam UU Nomor 5
Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia2. Pada Bab II Pasal 3 dalam UU
Nomor 5 1983 Ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang :

(1) ‘Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan zona
ekonomi eksklusif negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau berdampingan
dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara
tersebut ditetapkan dengan persetujuan antara Republik Indonesia dan negara yang
bersangkutan’. (2) ‘Selama persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum ada
dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus yang perlu dipertimbangkan, maka batas zona
ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut adalah garis tengah atau garis
sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia atau titik-titik terluar
Indonesia dan garis-garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara tersebut,
kecuali jika dengan negara tersebut telah tercapai persetujuan tentang pengaturan
sementara yang berkaitan dengan batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia termaksud’.

Selain menjelaskan terkait adanya tumpang tindih batas wilayah suatu negara, pada
UU Nomor 5 Tahun 1983 juga menjelaskan terkait Penegakan Hukum yang tercantum
pada Bab VI, Pasal 13 Ayat (a),(b),(c) yang menjelaskan tentang :

(a). ‘Penangkapan terhadap kapal dan/atau orang – orang yang diduga melakukan
pelanggaran di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia meliputi tindakan penghentian kapal
sampai dengan diserahkannya kapal dan/atau orang – orang tersebut di pelabuhan dimana
perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut,’ (b) ‘Penyerahan kapal dan/atau orang –
orang tersebut harus dilakukan secepat mungkin dan tidak boleh melebih jangka waktu 7
(tujuh) hari, kecuali apabila terdapat keadaan force majeure,’ (c) ‘Untuk kepentingan
penahanan, tindak pidana yang diatur dalam pasal 16 dan pasal 17 termasuk dalam
golongan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (4) huruf b Undang –
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana’.

Hukum laut Vietnam tercantum pada: Law of the Sea of Vietnam3 chapter II The
Maritime Zone of Vietnam Article 15 Exclusive Economy Zone

‘The exclusive economic zone is a sea area adjacent to and beyond the territorial sea of
Vietnam, which integrates with the territorial sea to form a maritime zone extending to
200 nautical miles from the baseline’

Pasal 15 ini menjelaskan tentang ZEE Vietnam yang dihitung sepanjang 200 mil dari
garis dasar.

2
“Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia”,
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_5_83.htm (diakses pada 12 Oktober 2019, pukul 19.47 WIB)
3
“Law of the Sea of Vietnam”, http://vietnamlawmagazine.vn/law-of-the-sea-of-vietnam-4895.html (diakses
pada 12 Oktober 2019, pukul 20.21 WIB)
Article 16. Legal status of the exclusive economic zone

1. Within the exclusive economic zone, the State of Vietnam exercises the following
rights: (a) Sovereign rights for the purpose of exploring, exploiting, managing and
conserving natural resources of the waters superjacent to the seabed, of the seabed and
its subsoil; as well as other activities for the economic exploitation and exploration of the
zone; (b) Jurisdiction with regard to the establishment and use of artificial islands,
installations and structures at sea; as well as marine scientific research, and protection
and preservation of the marine environment; (c) Other rights and duties in conformity
with international law

2. The State of Vietnam respects freedoms of navigation and overflight, the right to lay
submarine cables and pipelines and lawful uses of the sea by other states in Vietnam’s
exclusive economic zone in accordance with this Law and treaties to which the Socialist
Republic of Vietnam is a contracting party, provided that those operations are not
detrimental to the sovereign rights, jurisdiction and national maritime interests of
Vietnam. The laying of submarine cables and pipelines is subject to written consent of
competent Vietnamese authorities.

3. Foreign organizations and individuals may participate in exploring, utilizing and


exploiting natural resources, conducting scientific research and establishing installations
and structures in the exclusive economic zone of Vietnam on the basis of treaties to which
the Socialist Republic of Vietnam is a contracting party, contracts signed in accordance
with the provisions of Vietnamese law or with the permission granted by the Vietnamese
Government.

4. The rights related to the seabed and subsoil are exercised in accordance with Articles
17 and 18 of this Law.

Pasal 16 ini menjelaskan tentang bagaimana Vietnam juga terlihat sangat fleksibel
dengan adanya aktor eksternal selain negara dalam ZEE mereka, namun dengan catatan
sebelumnya harus melakukan kesepakatan terlebih dahulu.

Law of the Sea of Vietnam Chapter III Operations in Maritime Zones of Vietnam, Article
30 Criminal jurisdiction over foreign vessels,

Clause (1) ‘within the scope of their mandates and responsibilities, the Vietnamese sea
patrol and surveillance forces have the right to take measures such as arresting people,
conducting investigation of crimes taking place on board of foreign vessels during the
passage in Vietnam’s territorial sea after leaving the internal water’; Clause (3) ‘the sea
patrol and surveillance forces may not take any measure on board a foreign vessel
navigating in Vietnam’s territorial sea for the purpose of arresting people or
investigating crimes happening before the vessel enters Vietnam’s territoril sea if the
vessel had departed from foreign port and only passes through the territorial sea without
going into the internal waters of Vietnam, except for the case of preventing or limiting the
pollution of the marina enviroment or exercising the national jurisdiction prescribed at
point b, clause 1 Article 16 of this law’; Clause (4) ‘the application of criminal
procedures must be in conformity with the provisions of Vietnamese law and treaties to
which the Socialist Republic of Vietnam is a contracting party’.

Article 31 Civil Jurisdiction over foreign vessels (1). ‘Sea patrol and surveillance forces
may not force a foreign vessel passing through the territorial sea to stop or change
course for the purpose of exercising civil jurisdiction over an individual aboard the
vessel’.
(2). ‘Sea patrol and surveillance forces may neither arrest nor apply civil measures to
foreign vessels navigating in the maritime zones of Vietnam outside the internal waters,
except as required in compliance with the obligations or civil liabilities borne by the
vessel when passing by or in order to pass through the maritime zones of Vietnam’.
(3). ‘Sea patrol and surveillance forces may apply measures, including arrest, against a
foreign vessel for the purpose of exercising civil jurisdiction if the vessel is anchored in
the territorial sea or passing through the territorial sea upon leaving the internal waters
of Vietnam’.

Kedua Pasal diatas menjelaskan tentang prosedur penanggulangan tindakan kriminal


yang terjadi pada teritorial Vietnam, dan pada kondisi seperti apa saja patroli laut
Vietnam dapat menangkap kapal asing yang berada di wilayah teritorial Vietnam

ZEE sendiri tidak hanya diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia maupun
hukum laut Vietnam, Hukum Laut Internasional atau yang biasa kita kenal sebagai United
Convention on the Law of the Sea ( UNCLOS) juga menjelaskan secara khusus terkait
ZEE4 yang tertuang pada: Part V Exclusive Economic Zone, Article 59;

‘Basis for the resolution of conflicts regarding the attribution of rights and jurisdiction in
the exclusive economic zone: In cases where this Convention does not attribute rights or
jurisdiction to the coastal state or to other states within the exclusive economic zone, and
a conflict arises between the interest of the coastal State and any other state or states, the
conflict should be resolved on the basis of equity and in the light of all the relevant
circumstances, taking into account the respective importance of the interest involved to
the parties as well as to the international community as a whole,’

Pasal ini menjelaskan jika pada wilayah ZEE negara pantai timbul sengketa dengan
negara lain, maka permasalahan ini harus diselesaikan dengan adil dan mempertimbagkan
keadaan yang relevan dan memperhatikan keutamaan kepenting pihak yang terlibat
maupun bagi masyarakat internasional

Hukum nasional dan hukum internasional sendiri telah memiliki aturannya masing –
masing terkait hukum laut, hanya saja sengketa terkait batas wilayah laut ataupun ZEE

4
“United Nations Convention on the Law of the Sea”,
https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.pdf (diakses pada 12 Oktober
2019, pukul 20.44 WIB)
masih sering menjadi fokus negara pantai seperti Indonesia. Permasalahan yang sering
terjadi di antara Indonesia – Vietnam ini sendiri membuat penulis sebagai salah satu
mahasiswa hubungan internasional ingin mencoba melakukan penilitian terhadap akar
permasalahan perebutan wilayah yang terjadi ini, bersamaan dengan akan dilaksanakan
program praktek magang yang merupakan rangkaian dari studi Ilmu Hubungan
Internasional penulis berkeinginan untuk dapat melakukan praktek magang di Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Hanoi, Vietnam, dengan harapan penulis dapat memperoleh
informasi terkait dengan masalah klaim wilayah, dan juga melihat cara penyelesaian
sengketa tersebut. Serta dapat menerapkan teori – teori yang telah penulis dapati selama
menekuni studi hubungan internasional, dan juga penulis berharap dapat memiliki
pengalaman baru yang kemudian akan membantu menunjang penulis dalam melanjutkan
studi ilmu hubungan internasional.

1.2 Tujuan Kegiatan

Adapun dalam melakukan praktek magang penulis tentunya memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut :

- Praktek Magang dilakukan dengan tujuan memenuhi syarat kelulusan dari


program studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Kristen Satya
Wacana
- Mempelajari lebih dalam hubungan kerjasama Indonesia – Vietnam dalam
wilayah perairan
- Mempelajari lebih dalam hukum yang berlaku antar Indonesia – Vietnam
terkait illegal fishing
- Mempelajari lebih dalam bagaimana pembagian Zona Ekonomi Eksklusif
pada wilayah perairan di laut Natuna Utara
- Ingin mengetahui akar konflik berkelanjutan antar Indonesia dan Vietnam
terkait klaim wilayaha yang ada
- Mengetahui apa saja usaha yang dilakukan oleh pihak Indonesia dan Vietnam
dalam rangka membangun kembali hubungan bilateral yang baik antar
keduanya.
BAB II

RANCANGAN KEGIATAN

2.1. Tempat dan Waktu

Tempat : Kedutaan Besar Republik Indonesia

Alamat : 50, Ngo Quyen Street, Hanoi, Vietnam


Telp. (+84 – 24) 3825 3353
E-mail, hanoi.kbri@kemlu.go.id
Waktu : 13 Januari 2020 – 21 Februari 2020

2.2. Rencana Praktek Magang

No Waktu Kegiatan
1 Minggu ke I - Melakukan penyesuaian terhadap cara kerja
(13 Januari – 18 KBRI, dan peraturan – peraturan selama
Januari 2020) melaksanakan praktek magang di KBRI Hanoi
- Menyusun laporan magang selama satu minggu
berjalan
2 Minggu ke II (20 - Mempelajari mekanisme pekerjaan secara
Januari – 25 langsung, dan ikut serta membantu dalam
Januari 2020) pekerjaan – pekerjaan yang akan ditugaskan
- Menyusun laporan magang selama satu minggu
berjalan
3 Minggu ke III (27 - Ikut serta dalam rangkaian acara yang akan
Januari – 1 dilaksanakan oleh pihak KBRI seperti seminar
Februari 2020) atau kegiatan – kegiatan lainnya
- Menyusun laporan magang selama satu minggu
berjalan
4 Minggu ke IV - Mencari informasi dan mempelajari lebih lanjut
( 3 Februari – 8 terkait hubungan bilateral Indonesia – Vietnam
Februari 2020) - Menyusun Laporan magang selama satu minggu
berjalan
5 Minggu ke V - Mempelajari proses penyelesaian masalah
(10 Februari – 15 melalui diplomasi antar dua negara
Februari 2020) - Menyusun laporan magang selama satu minggu
berjalan
6 Minggu ke VI - Mengumpulkan informasi – informasi yang telah
(17 Februari – 21 didapatkan, dan melakukan penyatuan terhadap
Februari 2020) laporan – laporan selama melakukan praktek
magang
- Menyusun laporan akhir praktek magang

Rancangan kegiatan ini penulis buat dengan harapan dapat melaksanakannya pada saat
melakukan praktek magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Hanoi, Vietnam.
Penulis juga menyampaikan kesediaan diri bilamana pada masa praktek magang ada
perubahan pada rancangan kegiatan sesuai dengan kebijakan dari KBRI.
BAB III

PENUTUP

Dalam rangka melakukan praktek magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia di


Hanoi, Vietnam. Penulis memiliki harapan yang sangat besar dapat memiliki pengalaman
baru dalam lingkungan kerja KBRI serta dapat memiliki jawaban atas penilitian yang akan
penulis laporkan pada akhir program praktek magang terkait dengan dinamika permasalahan
wilayah Indonesia dan Vietnam di Laut Natuna Utara, penulis juga berharap dapat
menyelesaikan tanggung jawab dengan sangat baik pada saat melakukan program praktek
magang dan dapat membawa hasil yang baik demi menunjang studi ilmu hubungan
internasional lebih lanjut kedepannya. Demikian proposal praktek magang ini penulis buat,
sebagai pedoman untuk membantu penulis melaksanakan praktek magang pada waktu yang
telah ditentukan dan dapat menyelesaikan praktek magang dengan baik. Penulis berharap
dapat memperoleh perhatian dan bantuan dari pihak – pihak yang bersangkutan , atas
perhaaatian dan bantuannya penulis mengucapkan terima kasih

Salatiga, 17 Oktober 2019

Yang Mengajukan,

Angel Priscilla Situmorang


372016031

Menyetujui,

Roberto O.C.Seba, SH., M.HI


Pembimbing Magang

Mengetahui,

Roberto O.C.Seba, SH., M.HI Triesanto Romulo Simanjuntak, S.IP., M.A


Koordinator Magang Kepala Program Studi
Ilmu Hubungan Internasional Ilmu Hubungan Internasional

Anda mungkin juga menyukai