Anda di halaman 1dari 5

PROVOKASI TIONGKOK DI LAUT NATUNA: KEDAULATAN INDONESIA

BERDASARKAN UNCLOS

Annisa Agustina

(Program Studi Hubungan Internasional; Universitas Mataram)

(L1A021030)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak
pulau, yaitu sekitar 17.508 pulau baik itu pulau besar dan pulau kecil. Eksistensi Indonesia
sebagai negara kepulauan telah diakui dunia melalui Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS
1982). Dengan kondisi geografis tersebut mengakibatkan Indonesia memiliki banyak wilayah
yang berbatasan dengan negara asing. Perbatasan tersebut merupakan kawasan yang strategis
yang bisa memberikan dampak pada kehidupan banyak orang, baik dari segi ekonomi, sosial,
politik, lingkungan, budaya, dan juga pertahanan secara nasional. Hal ini menjadi
konsekuensi bagi Indonesia untuk bisa menjaga stabilitas negara yang baik.

Indonesia berbatasan dengan banyak tetangga, baik berbatasan di darat maupun di laut.
Negara yang berbatasan darat dengan Indonesia meliputi Malaysia, Papua Nugini, Brunei dan
Timor Leste. Sedangkan yang berbatasan laut yaitu India, Brunei, Thailand, Malaysia,
Singapura, Vietnam, Filipina, Australia, Timor Leste, Palau, Papua Nugini, dan Tiongkok.
Beberapa pulau yang menjadi titik batas negara Indonesia rawan terhadap konflik. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor, seperti adanya kegiatan eksplorasi sumber daya alam tanpa izin,
kondisi pulau yang tidak ada penghuninya, dan kurangnya pengawasan dan pengamanan.
(Muta’ali 2018)

Dari masa ke masa, permasalahan batas wilayah antar negara terus berlanjut. Seringkali
wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang berharga menjadi incaran
semua negara yang berbatasan langsung. Permasalahan batas wilayah ini merupakan salah
satu isu yang kompleks, yang dimana bisa menjadi sumber ketegangan internasional.
Berbicara terkait batas wilayah tentu tidak terlepas dari konsep wilayah. Perbatasan wilayah
sendiri adalah garis atau batas yang memisahkan dua wilayah geografis yang berbeda.
Perbatasan ini bisa berupa batas antar negara, provinsi, kabupaten, kota, atau wilayah lainnya,
yang sering digunakan untuk menentukan yurisdiksi hukum, pemerintahan, atau pemilikan
atas wilayah tertentu. (Mate 2020)

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sering kali menghadapi


permasalahan terkait batas laut. Isu maritim dan perbatasan laut menjadi isu penting dalam
menjaga kedaulatan dan sumber daya laut. Indonesia memiliki banyak pulau, sehingga
menentukan batas laut yang jelas dan mengelola sumber daya di sekitar batas tersebut
menjadi kompleks. Konflik yang sering terjadi di wilayah perbatasan laut biasanya terkait
dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan hak pemanfaatan sumber daya alam. Beberapa
negara sering mengklaim pulau-pulau kecil yang jauh dari daratan utama Indonesia. Seperti
salah satu contoh yaitu klaim Tiongkok pada kepulauan Natuna.

Indonesia berpegang teguh pada UNCLOS terkait kedaulatannya. United Nations


Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) merupakan perjanjian internasional yang
mengatur berbagai aspek hukum laut, termasuk kedaulatan negara-negara pesisir terhadap
perairan laut di sekitar mereka, menurut UNCLOS kedaulatan pesisir meliputi zona
territorial, zona eksklusif, lepas pantai, dan juga laut bebas. UNCLOS juga menetapkan
kerangka kerja hukum laut yang mengatur kedaulatan negara-negara pesisir dan pengelolaan
sumber daya laut di berbagai zona perairan. Oleh karena itu, dalam merespon klaim Tiongkok
terkait kepulauan Natuna, Indonesia berpatokan pada perjanjian UNCLOS yang diratifikasi
oleh Indonesia pada 29 Juli 1986.(Pengayoman 2022)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin menganalisis kepentingan kedua
negara pada kepulauan Natuna. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat pada paper
ini yaitu “Mengapa Tiongkok mengklaim pulau Natuna dan bagaimana respon Indonesia
terkait klaim Tiongkok pada kepulauan Natuna?”.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Posisi Laut Natuna

2.2. Kepentingan Kedua Negara (Tiongkok dan Indonesia)

2.3. Argument Masing-Masing Negara Tentang Klaim Laut Natuna

2.4. Dasar Hukum Klaim Kedua Negara

2.5. Analisis Posisi Laut Natuna Berdasarkan UNCLOS 1982

2.6. Analisis Penyelesaian Sengketa


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai