Kelas L
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2023
DAFTAR ISI
Daftar Isi 2
I. Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
II. Pembahasan 5
1.1 Sejarah Sengketa Batas Laut ZEE antara Indonesia dan Vietnam 5
1.2 Analisis Cara Penetapan Garis Batas ZEE antara Indonesia dengan Vietnam 7
III. Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10
2
I. PENDAHULUAN
1
Sitohang, J. (2016). Masalah Perbatasan Wilayah Laut Indonesia di Laut Arafura dan Laut Timor.
Jurnal Penelitian Politik, 7(1), 14
2
Intan, G. (2022). Voa Indonesia. Dua Belas Tahun Berunding Indonesia dan Vietnam Sepakati Batas
ZEE. Diakses dari : https://www.voaindonesia.com/a/dua-belas-tahun-berunding-indonesia-vietnam-
sepakati-batas-zee/6887429.html
3
Namun, dalam praktiknya, masih terdapat pelanggaran – pelanggaran yang
terjadi yang dilakukan oleh beberapa kapal asing di perairan laut Natuna Utara.
Berdasarkan data yang tercatat, pada periode Februari sampai Maret 2023, Think-
tank Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) menyebut, terdapat 6 kapal ikan
Vietnam yang terdeteksi oleh Automatic Identification System (AIS), dan 16 kapal
ikan Vietnam yang terdeteksi dengan citra satelit yang berada di area non-sengketa.
Pasca perjanjian batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan Indonesia pada
Desember 2022, terdapat 82 kapal Vietnam yang terdeteksi pada Januari 2023.
Sementara terdapat 155 kapal pada Februari 2023. Selain kapal ikan, IOJI juga
mendeteksi setidaknya 8 kapal Vietnam Fisheries Resources Surveillance atau VFRS
yang berpatroli di sepanjang garis batas landas kontinen Indonesia-Vietnam pada
periode 1 Desember 2022 sampai 9 Februari 2023.3
Permasalahan diatas dapat menyebabkan konflik yang terus berlanjut antar
negara yang bersangkutan jika tidak segera diatasi dan dibahas secara serius. Oleh
karena itu perlu adanya upaya penyelesaian yang dilakukan kedua negara untuk
menetapkan dan mempertegas titik awal garis batas antara Indonesia dan Vietnam.
I.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah sengketa batas laut ZEE antara Indonesia
dan Vietnam
2. Untuk mengetahui analisis cara penetapan garis batas ZEE antara Indonesia
dengan Vietnam berdasarkan pengaturan pada UNCLOS 1982
3
Rosdalina dan Fajri. (2023). Dunia Tempo . Illegal Fishing di Natuna Masih Marak Pasca Perjanjian
Batas ZEE RI Vietnam. Diakses dari https://dunia.tempo.co/read/1715954/illegal-fishing-di-natuna-
masih-marak-pasca-perjanjian-batas-zee-ri-vietnam
4
II. PEMBAHASAN
4
Ameidyo Daud Nasutio, “Zona Ekonomi Eksklusif, Ketegangan di Laut Indonesia-Vietnam”(Online),
tersedia di: https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/5e9a518380635/zona-ekonomi-ekslusif-
ketegangan-di-laut-indonesia-vietnam
5
diajukan oleh Vietnam, Vietnam memasukkan pulau Phu Quoc ke dalam wilayahnya,
yang berjarak kurang lebih 80 mil laut dari perbatasan darat Kamboja-Vietnam.
Vietnam berusaha memasukkan pulau-pulau yang letaknya sangat jauh dari titik
awal. Kondisi ini mengakibatkan tumpang tindih dengan ZEE Indonesia di sebelah
utara Pulau Natuna.5
Kepastian hukum antara Indonesia dan Vietnam merupakan komitmen kedua
negara yang sangat dibutuhkan untuk menyepakati kesepakatan di kawasan
perbatasan ZEE untuk memenuhi kepentingan kedua belah pihak tanpa merugikan
kepentingan pihak lainnya. Di bidang lain juga, hubungan bilateral antara Indonesia
dan Vietnam berjalan dengan baik, karena Indonesia dan Vietnam berhasil
menyepakati dan menandatangani Perjanjian Batas Landas Kontinen RI - Vietnam di
Hanoi, Vietnam pada tahun 2003.
Indonesia dan Vietnam memiliki dua batas maritim di wilayah Laut Natuna
Utara, yaitu batas landas kontinen dan batas ZEE. Perundingan penetapan batas
Landas Kontinen (LK) antara RI – Vietnam telah dilakukan sejak Juni 1978 batas
Landas Kontinen antara Indonesia dan Vietnam yang terletak di Utara perairan
Natuna sudah selesai ditandatangani di Hanoi, Vietnam tanggal 26 Juni 2003 dan
pada tanggal 15 Maret 2007 perjanjian tersebut telah diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam tentang Penetapan
Batas Landas Kontinen, 2003 (Agreement Between The Government of the Republic
of Indonesia and The Government of the Socialist Republic of Vietnam Concerning
The Delimitation of the Continental Shelf Boundary, 2003 ).
Perundingan Delimitasi Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI – Vietnam
telah dilaksanakan 4 (empat) kali perundingan, (1) diselenggarakan tanggal 14 - 21
Mei 2010 di Hanoi, Vietnam. (2) diselenggarakan tanggal 21 - 24 Oktober 2010 di
Nusa Dua, Bali. (3) diselenggarakan tanggal 25 - 28 Juli 2011 di Hanoi, Vietnam. (4)
diselenggarakan tanggal 3 - 5 Juli 2012 di Yogyakarta. Hingga perundingan ke - 4,
kedua pihak masih memiliki perbedaan dalam usulan garis batas ZEE dan pandangan
dalam pembahasan principles and guidelines penarikan garis batas ZEE di Laut China
Selatan khususnya dalam kerjasama perikanan dan pertukaran titik dasar dan garis
pangkal serta kegiatan Coordinated Patrol. Namun demikian, dapat disimpulkan
bahwa Vietnam mengakui adanya 2 (dua) rejim yang berbeda antara ZEE dan LK.
5
Mangisi Simanjuntak, Konvensi PBB 1982 tentang Hukum Laut, Makna dan Manfaatnya bagi Bangsa
Indonesia (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2018), hal. 90.
6
1.2 Analisis Cara Penetapan Garis Batas ZEE antara Indonesia dengan Vietnam
Berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982, ZEE telah diatur oleh BAB V yang
menjelaskan antara lain rezim hukum khusus ZEE, hak-hak negara pantai, yurisdiksi
dan kewajiban negara dalam ZEE, luas ZEE. Hak dan kewajiban negara lain di ZEE,
dasar penyelesaian sengketa tentang pemberian hak dan kewajiban di ZEE, pulau
buatan, instalasi dan bangunan di zona ekonomi, konservasi sumber daya alam
hayati di zona ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam hayati di zona ekonomi,
persediaan spesies ikan yang ada di zona ekonomi dua atau lebih negara pantai, baik
di zona ekonomi maupun di wilayah di luarnya, hak negara yang tidak mempunyai
pantai, hak negara yang secara geografis tidak beruntung, pembatasan terhadap
pengalihan hak, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan negara pantai,
penetapan zona ekonomi antar negara yang pantainya berhadapan atau
berdampingan, serta peta dan daftar koordinat geografis. 6
KHL 1982 mengatur tiga jenis cara penarikan garis pangkal, yaitu garis
pangkal biasa (Pasal 5-6 KHL 1982), garis pangkal lurus (Pasal 7 KHL 1982), dan
garis pangkal kepulauan (Pasal 46-54 KHL 1982). Ketiga metode penarikan garis
dasar yang diatur dalam KHL 1982 dikembangkan berdasarkan perbedaan
karakteristik geografis masing-masing negara pantai dan memungkinkan negara
pantai untuk menentukan metode penarikan garis dasar yang paling sesuai dengan
kepentingan negara pantai tersebut.
Dalam melakukan penarikan garis pangkal, Indonesia menggunakan tata cara
penarikan garis pangkal lurus kepulauan yang tercantum di dalam Pasal 2 Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2022 tentang Daftar Koordinat
Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Di dalam pasal tersebut
dijelaskan bahwa Indonesia menggunakan penggabungan cara penarikan garis
pangkal, antara lain adalah garis pangakl lurus kepulauan, garis pangkal biasa, garis
pangkal lutus, garis penutup teluk, garis penutup muasa sungai, terusan dan kuala
serta garis penutus pada pelabuhan. Penggabungan beberapa cara penarikan garis
pangkal ini digunakan oleh Indonesia dikarenakan wilayah Indonesia yang berbentuk
kepulauan dan tidak dapat disamakan cara pernarikan garis pangkalnya.
6
Chirsty, J. J., & Budianto, A. I. (2022). SENGKETA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA DENGAN
VIETNAM DI WILAYAH LAUT NATUNA UTARA. Reformasi Hukum Trisakti, 4(1), 201-210.
7
Koordinat yang digunakan oleh Indonesia telah didepositkan kepada PBB
pada 25 Maret 2009. Dari data yang sudah didepostkan kepada PBB, hingga saat ini
tidak ada laporan yang masuk ke PBB terkait keberatan dengan cara penarikan garis
pangkal kepulauan yang digunakan oleh Indonesia dari negara lain. 7 Maka dalam
klaim Indonesia di wilayah Laut Natuna Utara yang mengalami tumpang tindih
dengan klaim Vietnam seharusnya dapat diterima karena sesuai dengan pengaturan
yang terdapat di dalam Pasal 47 KHL 1982.
Sementara itu, cara penarikan garis pangkal yang digunakan oleh Vietnam
adalah tata cara penarikan garis pangkal lutus yang menghubungkan titik-titik
koordinat. Cara ini tercantum di dalam Statement of 12 November 1982 by the
Government of the Socialist Republic of Vietnam on the Territorial Sea Baseline of
Vietnam, yang dikeluarkan secara resmi pada 12 November 1982. 8 Dalam
menentukan titik pangkal, Vietnam menggunakan tiga pulau yang letaknya jauh dari
main land atau daratan utama. Ketiga pulau tersebut adalah đảo Côn Sơn (Con Son
Island), Hon Khoai, Đảo Phú Quý (Dao Phu Qui).
Tiga pulau yang digunakan oleh Vietnam sebagai titik pangkal jika ditarik
garis dan diukur ke arah wilayah pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Sekatung
luasnya sebesar 283,2 mil, dalam hal ini melebihi aturan yang ada di dalam Pasal 57
KHL 1982 yang menetapkan bahwa lebar ZEE suatu negara pantai tidak boleh
melebihi 200 mil. Luas wilayah yang menjadi bagian dari sengketa tumpang tindih
klaim di wilayah Laut Natuna Utara ini sebesar 39.763,6 KM2
Jika melihat kondisi atau bentuk wilayah Vietnam bukan merupakan negara
yang berbentuk kepulauan. Maka tata cara penarikan garis yang dilakukan oleh
Vietnam menimbulkan beberapa komentar dan pendapat bahwa klaim yang
digunakan Vietnam tidak sesuai, beberapa pendapat menyatakan seharusnya garis
pangkal yang digunakan oleh Vietnam dalam mengukur lebar ZEE nya adalah garis
pangkal normal yang diatur di dalam Pasal 5 KHL 1982. 9 Lalu terhadap ketiga pulau
yang berada di depan main land, diukur selebar laut teritorial yang bentuknya
melingkari pulau tersebut sejauh 12 mil. Penggunaan garis pangkal biasa yang diatur
di dalam Pasal 5 KHL 1982 dinilai lebih cocok digunakan oleh Vietnam, selain
7
I Made Andi Arsana, Helik Susilo. (2018). “ Analisis Aspek Legal dan Geospasial Forward Position
batas ZEE Indonesia pada Peta NKRI 2017 di Laut China Selatan” Geomatika Vol.24 No.2. hal. 72.
8
Statement of 12 November 1982 by the Government of the Socialist Republic of Vietnam on the
Territorial Sea Baseline of Vietnam, (On-line) tersedia di:
https://www.un.org/depts/los/LEGISLATIONANDTREATIES/PDFFILES/VNM_1982_Statement.pdf
9
I Made Andi Arsana, Helik Susilo. (2018). “Analisis Aspek Legal dan Geospasial Forward Position
batas ZEE Indonesia pada Peta NKRI 2017 di Laut China Selatan” Geomatika Vol.24 No.2. hal. 72
8
berdampak positif bagi Indonesia, tetapi juga sesuai dengan kondisi geografis
Vietnam serta sesuai dengan pengaturan di dalam KHL 1982.
III. Kesimpulan
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan dalam
beberapa poin, sebagai berikut:
1. Wilayah Indonesia di perairan laut Natuna Utara yang terletak pada posisi
strategis dan kaya akan sumber daya alam didalam dan sekitarnya menyebabkan
posisi tersebut kerap terjadi kasus illegal fishing dengan ditangkapnya beberapa
Kapal Ikan Asing (KIA) yang berbendera Vietnam. Ditambah lagi dengan
ketidakpastian batas garis wilayah antara negara Indonesia dan Vietnam yang
saling tumpeng tindih. Persengketaan tersebut muncul akibat penerapan prinsip
yang berbeda terhadap penetapan batas-batas Landas Kontinen di antara
Negara-negara bertetangga sehingga menimbulkan wilayah tumpang tindih yang
dapat menimbulkan konflik antar negara.
2. Metode penarikan garis pangkal yang digunakan oleh indonesia yaitu garis
pangkal lurus kepulauan sudah sesuai dengan aturan yang terdapat di dalam
Pasal 47 KHL 1982. Sedangkan metode penarikan garis pangkal yang digunakan
oleh Vietnam adalah dengan menggunakan cara penarikan garis pangkal lurus.
Cara penarikan garis pangkal ini dinilai tidak sesuai dengan kaidah yang ada di
dalam KHL 1982 dan juga bertentangan dengan bentuk negara Vietnam yang
bukan negara kepulauan dan melanggar Pasal 57 KHL 1982 yang menetapkan
bahwa lebar ZEE dapat ditarik sejauh 200 mil.
9
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Simanjuntak, M. (2018). Konvensi PBB 1982 tentang Hukum Laut, Makna dan Manfaatnya
bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Jurnal
I Made Andi Arsana, Helik Susilo, “ Analisis Aspek Legal dan Geospasial Forward Position
batas ZEE Indonesia pada Peta NKRI 2017 di Laut China Selatan” Geomatika Vol.24
No.2 (November 2018), hal. 72.
Sitohang, J. (2016). Masalah Perbatasan Wilayah Laut Indonesia di Laut Arafura dan Laut
Timor. Jurnal Penelitian Politik, 7(1), 14
Chirsty, J. J., & Budianto, A. I. (2022). SENGKETA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA
DENGAN VIETNAM DI WILAYAH LAUT NATUNA UTARA. Reformasi Hukum
Trisakti, 4(1), 201-210
Artikel Internet
Intan, G. (2022). Voa Indonesia. Dua Belas Tahun Berunding Indonesia dan Vietnam
Sepakati Batas ZEE. Diakses dari : https://www.voaindonesia.com/a/dua-belas-
tahun-berunding-indonesia-vietnam-sepakati-batas-zee/6887429.html
Rosdalina dan Fajri. (2023). Dunia Tempo. Illegal Fishing di Natuna Masih Marak Pasca
Perjanjian Batas ZEE RI Vietnam. Diakses dari
https://dunia.tempo.co/read/1715954/illegal-fishing-di-natuna-masih-marak-pasca-
perjanjian-batas-zee-ri-vietnam
Ameidyo Daud Nasutio, “Zona Ekonomi Eksklusif, Ketegangan di Laut Indonesia-
Vietnam”(Online), tersedia di:
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/5e9a518380635/zona-ekonomi-ekslusif-
ketegangan-di-laut-indonesia-vietnam
Statement of 12 November 1982 by the Government of the Socialist Republic of Vietnam on
the Territorial Sea Baseline of Vietnam, (On-line) tersedia di:
https://www.un.org/depts/los/LEGISLATIONANDTREATIES/PDFFILES/VNM_1982_Sta
tement.pdf
10