Anda di halaman 1dari 6

GAMELAN SEKATEN SURAKARTA

Disusun Oleh :

Maulidana Setyarachman Husni


17112145

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN


PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

ISI SURAKARTA

2018
Gamelan Sekaten (atau Sekati ) adalah gamelan seremonial (ensembel musik)
dari Jawa Tengah, Indonesia , yang dimainkan selama festival tahunan Sekaten . Kata " sekaten "
sendiri berasal dari syahadatain atau shahada , persyaratan pertama untuk berubah menjadi iman
Islam. Secara tradisional dimainkan sekali per tahun, pada kesempatan Maulid , ulang
tahun Muhammad, untuk minggu dari 6-12 bulan Mulud (bulan ketiga dari kalender Jawa , sesuai
dengan Rabi Islam 'al-awwal ). Pada perayaan ini dibawa dari istana pada jam 11 malam ke dua
paviliun di depan Masjid Agung . Ini dimainkan setiap hari selama minggu itu kecuali Kamis malam /
Jumat pagi. Pada malam ulang tahun yang tepat, itu dikembalikan pada pukul 11 malam.
Ensemble ini konon diciptakan oleh pangeran Muslim pertama di Jawa, atau salah satu dari Wali
Sanga, yakni sunan kalijaga atau Raden Mas Said untuk mengonversi orang Jawa yang enggan ke
agama Islam. Namun, hampir pasti sudah ada, meskipun musik itu mungkin digunakan untuk
menyebarkan iman. Gaya ansambel Sekaten sangat keras dan megah, karena berusaha menarik orang
ke masjid. Dikatakan bahwa jika pemain saron bisa bermain sangat keras hingga ia memecahkan
salah satu kunci perunggu, ia akan mendapat hadiah dari sultan. Gamelan sekaten tidak termasuk
penyanyi atau instrumen lembut, tidak seperti kebanyakan ensembel Jawa.
Ansambel disimpan di istana kerajaan. Dua set yang berasal dari abad ke-16 ditemukan di masing-
masing keraton di Surakarta dan Yogyakarta , dan dua di Cirebon , satu di Keraton Kasepuhan dan
satu di Keraton Kanoman. Sebelumnya mereka ditemukan di Madura dan Banten juga. Nama-nama
set di Yogyakarta adalah Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga ; mereka yang di Surakarta
adalah Kyai Guntur Madu Baru dan Kyai Guntur Sari. Adapun awalnya gamelan ini adalah
Pilar ansambel Sekaten dalam pelog , tetapi lebih rendah dari ansambel standar saat ini. Menurut
Benjamin Brinner, ini adalah ensambel bernada terendah, terbesar, dan paling keras di Jawa.
Secara historis, ansambel Sekaten terkenal dalam perkembangan gamelan karena ia menandai
perubahan dari penggunaan bonang sebagai instrumen melodi yang paling penting, seperti di
awal Munggang dan Kodokngorek , untuk "memimpin" ensemble dengan bermain pitches dalam
mengantisipasi pola. Dalam ensemble, pemain duduk di sisi yang berlawanan dari bonang , yang
mungkin mengarah ke konfigurasi modern pot, yang bertujuan membuat oktaf nyaman. Adapun
instrumen yang terdapat pada gamelan sekaten antara lain :
- Bonang Panembung

Bonang Panembung termasuk dalam jenis idiophone, bonang panembung memiliki ukuran
lebih besar daripada bonang barung atau bonang penerus. Karena pada bonang panembung
berlaras pelog maka terdapat 14 pot atau 7 pasang, masing masing 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat),
5 (mo), 6 (nem), 7 (pi).
- Demung

Demung pada gamelan sekaten juga lebih besar daripada demung pada umumnya, demung ini
juga termasuk dalam kelompok idiophone. Demung pada gamelan sekaten terdapat 7 bilah
karena berlaras pelog, yakni masing 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem), 7 (pi).
- Saron

Saron pada gamelan sekaten juga lebih besar daripada saron pada gamelan lain. Saron ini juga
termasuk dalam idiophone, sama seperti halnya demung, saron juga memiliki 7 bilah karena
berlaras pelog, namun suara yang dihasilkan lebih high dari demung karena ukuran bilahnya
lebih kecil dari demung.

- Saron Penerus

Saron penerus pada gamelan sekaten juga lebih besar dari saron penerus pada gamelan lain.
Saron penerus juga termasuk dalam idiophone, dan juga memiliki 7 bilah. Namun saron
penerus lebih kecil dari saron, dan juga demung, sehingga suara yang dihasilkan oleh saron
penerus cenderung lebih high dari saron, maupun demung.
- Kempyang

Kempyang pada gamelan sekaten juga lebih besar dari kempyang pada gamelan lain.
Kempyang ini juga masih satu kelompok dengan bonang, yakni kelompok idiophone. Bentuk
pot kempyang tak jauh berbeda dengan bonang, namun pada kempyang hanya terdapat 2 pot,
yakni dengan nada 7 (pi), dan 6 (nem).

- Bedhug

Bedhug adalah instrumen yang masuk dalam kelompok membranophone. Bedhug hanya
terdapat dalam rancakan gamelan sekaten, dan tidak terdapat pada rancakan gamelan lain.
Bedhug biasanya terbuat dari kayu mahoni atau nangka, dan pada membran biasanya
menggunakan kulit lembu atau kulit kerbau. Bedhug biasanya digantung pada gayor.
- Gong

Gong pada gamelan sekaten menggunakan gong ageng. Gong ini termasuk dalam jenis
idiophone. Gong terbuat dari bahan perunggu, berbentuk bulat dan terdapat pencon di
tengahnya. Gong menggantung pada gayor, yakni tempat penyangga gong.

Anda mungkin juga menyukai