Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Gala Najmi Haradea 1706042333


Rahmania Hanifa 1706986252
Namira Ghanimi 1706986246
KELOMPOK : L13
TANGGAL PRAKTIKUM : 6 April 2019
JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio
ASISTEN : Dicky Vito Aryanto
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 1883 “Standard Test Method for CBR (California
Bearing Ratio) of Laboratory-Compacted Soils”
AASHTO T 193 “Standard Method of Test for The California
Bearing Ratio”
SNI 1744:1989 “Metode Pengujian CBR Laboratorium”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah pada
kondisi kadar air optimum atau pada rentang kadar air tertentu
dari uji pemadatan.

Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan


kekuatan dari lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada
perkerasan jalan berdasarkan uji laboratorium.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Compaction Hammer (10 lbs)
 Mould (diameter 6”)
 Sendok pengaduk tanah

1
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Wadah untuk mencampur tanah dengan air


 Botol penyemprot air
 Pisau baja (straight edge)
 Timbangan
 Oven
 Aluminum can
 Stopwatch
 Beban logam berbentuk lingkaran ( ± 10 lbs)
 Bak air
 Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
 Mesin Uji CBR

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak
minimal 3 kantong @ 5 kg

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah
(dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap
kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material
dengan nilai CBR = 100. Untuk mencari nilai CBR dipakai
rumus:

𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑙𝑜𝑎𝑑 (𝑝𝑠𝑖)


𝐶𝐵𝑅 = × 100% (1.1)
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑙𝑜𝑎𝑑 (𝑝𝑠𝑖)

Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:

2
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 1. Standar Unit Stress pada Pengujian


CBR
PENETRATION STANDARD UNIT STRESS
mm inch MPa psi
2.5 0.10 6.9 1000
5.0 0.20 10.3 1500
7.5 0.30 13.0 1900
10.0 0.40 16.0 2300
12.7 0.50 18.0 2600
Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang


kemudian dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving
Ring.
Test Unit Load (psi) = Tegangan (σ)

σ = P
𝐴
= 𝑀(𝐿𝑅𝐶)
𝐴
(1.2)
Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibarsi

Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk


penetrasi sedalam 2.5 mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada
saat penetrasi 5.0 mm lebih besar, maka pengujian seharusnya
diulang. Jika pengujian kedua memiliki nilai CBR yang lebih
besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR tersebut dapat
digunakan.
Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian
segera (unsoaked condition) dan pengujian jenuh (soaked
condition). Pengujian unsoaked condition dilakukan segera
setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian soaked condition
dilakukan setelah sampel tanah dalam mould
direndam/dijenuhkan selama 96 jam sambil dibebani oleh beban
surcharge sesuai dengan tekanan perkerasan jalan. Dilakukan

3
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

pula pembacaan pengembangan tanah (swell reading) pada


interval waktu tertentu.
Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR
pada saat berada dalam kondisi jenuh. Nilai CBR pada kondisi
jenuh ini akan memberikan informasi terkait peristiwa
pengembangan tanah (soil expansion) di bawah perkerasan jalan
ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi adanya
perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.
Nilai CBR digunakan untuk mengetahui kualitas tanah
terutama yang digunakan sebagai lapisan base dan subgrade
dibawah perkerasan jalan atau lapangan terbang. Berikut
merupakan penilaian CBR dan klasifikasinya berdasarkan The
Asphalt Handbook (1970).

Tabel 2. Nilai CBR tanah berdasarkan kualitas dan juga kegunaan


serta sistem klasifikasinya

Sistem Klasifikasi
Nilai
Kualitas Kegunaan
CBR
Unified AASHTO

Sangat OH, CH, MH,


0-3 Subgrade A5, A6, A7
rendah OL
Rendah
s/d OH, CH, MH, A4, A5, A6,
3-7 Subgrade
cukup OL A7
baik
Cukup OL, CL, ML, A2, A4, A6,
7-20 Subbase
baik SC, SM, SP A7
20- Base atau GM, GC, SW, A1b, A2-5, A-
Baik
50 Subbase SM, SP, GP 3, A2-6
Sangat
>50 Base GW, GM A1a, A2-4, A3
baik

Sumber: The Asphalt Handbook, 1970

4
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

E. Teori Tambahan
Kebutuhan akan jalanan merupakan kebutuhan yang
semakin meningkat. Namun dalam memenuhi kebutuhan ini
tidak selalu didukung dengan keadaan tanah yang baik. Maka dari
itu, harus diadakan stabilisasi pada tanah tersebut yang salah satu
caranya adalah dengan penambahan tanah timbunan. Tanah
timbunan yang baik adalah tanah yang memenuhi persyaratan
baik pada pemadatannya maupun daya dukung atau CBR-nya
(Helmi, 2016). Pada peningkatan rekonstruksi jalan, pendekatan
yang praktis adalah melakukan pengukuran penetrasi CBR di
lokasi pembangunan. Metode pendekatan ini biasanya
menggunakan Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
Selain metode tersebut, penambahan suatu bahan pada
tanah juga dapat mempengaruhi nilai CBR. Beberapa penelitian
sudah membuktikan meningkatnya nilai CBR tanah dengan
penambahan limbah karbit, abu terbang, abu sekam padi, abu
sekam padi dicampur kapur, dan abu sekam padi dicampur semen
(Widianti, 2009). Penambahan bahan-bahan ini dapat
meringankan tanah dan meningkatkan kuat geser, kuat tekan, dan
kuat tariknya.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan No. 4
ASTM seberat 5 kg.
2. Merancanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar
air ini divariasikan -2% s/d -2.5% dari kadar air optimum.
Untuk membuat kadar air yang diinginkan, praktikan
mencari kadar air awal terlebih dahulu. Kemudian
menambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk
mencapai kadar air yang diinginkan dengan menggunakan
persamaan berikut:

5
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Wx−W0
𝐕𝐚𝐝𝐝 = × 100% (1.3)
1+ 𝑊0

3. Setelah praktikan mencampur sampel tanah dengan air


hingga merata, mendiamkan/memeram sampel tanah
tersebut selama ± 24 jam sebelum dilakukan proses
pemadatan.

B. Jalannya Praktikum
1. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan
Compaction
2. Melakukan penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked.
a. Menimbang mould dan tanah, kemudian meletakkannya
pada mesin CBR dan memberikan beban ring diatas
permukaan sampel tanah. Meletakkan piston ditengah-
tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Memeriksa dan mengatur coading dan dial sehingga
menjadi nol.
c. Melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05" per
menit.
d. Mencatat pembacaan dial pada penetrasi 0.025"; 0.050";
0.075"; 0.100"; 0.125"; 0.150"; 0.175"; 0.200"; dan
0.250".
3. Melakukan penetrasi pada kondisi Soaked
a. Setelah melakukan percobaan pada kondisi unsoaked,
praktikan merendam sampel tanah ± 96 jam untuk
mengetahui nilai CBR tanah pada kondisi swelling.
b. Melakukan pencatatan swelling pada jam pertama dan
kedua sejak mulai dimasukkannya kedalam air. Mencatat
pembacaan selanjutnya pada jam ke-24,48,72 dan 96 jam.
c. Setelah ± 96 jam, mengangkat mould dan tanah,
kemudian melakukan penetrasi seperti pada percobaan

6
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

unsoaked namun permukaan yang digunakan adalah


sebaliknya.
d. Setelah selesai, mengeluarkan sampel tanah dan
kemudian mengambil sebagian tanah pada lapisan atas,
sebagian tanah di lapisan tengah dan sebagian lagi tanah
pada lapisan bawah untuk menghtung kadar airnya.

C. Perbandingan dengan ASTM


1. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan pada jam
pertama, kedua, ketiga, hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4.
Sedangkan pada praktikum ini hanya dilakukan pembacaan
pada dua jam pertama berturut-turut dilanjutkan dengan hari
ke-2, hari ke-3 dan hari ke-4.
2. Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan hingga dial
menunjukkan 0.3", sedangkan pada praktikum ini dlakukan
pembacaan dial hingga 0.25".

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Tabel 3. Dimensi Mould
Diameter Volume
Tinggi (cm)
(cm) (cm3)
15.224 11.575
Mould 1 15.222 11.585
2108.80
15.223 11.585
Rata-rata 15.22 11.58
15.235 11.45
Mould 2 15.245 11.43
2089.49
15.25 11.455
Rata-rata 15.24 11.45

7
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

15.24 11.4
Mould 3 15.255 11.42
2085.23
15.245 11.43
Rata-rata 15.25 11.42
Sumber: Data Pengamatan Penulis (2019)

Kadar air awal


Wwet+can = 88.2 gr
Wcan = 16.8 gr
Wdry+can = 73.4 gr
Wdry = 73.4-16.8 = 56.6 gr
Wwater = 88.2-73.4 = 14.8 gr
𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 14.8
𝑤= = 𝑥100% = 26.15%
𝑊𝑑𝑟𝑦 56.6

B. Perhitungan
Volume air tambahan sampel
𝑊𝑥−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = ×𝑤 (1.3)
1+𝑊0

Dimana:
Vadd = Volume air yang ditambahkan
W0 = kadar air awal
Wx = kadar air rencana
W = berat tanah = 5000 gram

Tabel 4. Besar Penambahan Volume Air pada Sampel Tanah

Sampel 1 2 3
Berat tanah (gr) Ws 5000
Kadar air awal w0 % 26% 26% 26%
Kadar air optimum Compaction wopt% 42%
Kadar air yang diinginkan wx% 39.50% 42.00% 44.50%
Volume air tambahan (mL) Vadd 529.2016807 628.2913165 727.3087594
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

8
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menentukan Kadar Air Setelah Pemadatan


Setelah pemadatan, praktikan mencari besar kadar air tanah
baik saat unsoaked maupun soaked.
a. Unsoaked
Tabel 5. Perhitungan Kadar Air Kondisi Unsoaked

Sampel 1 2 3
Kadar air awal WInitial % 39.50% 42.00% 44.50%
Berat tanah basah + can (gr) Wwet+can 88.7 80.9 87.4
Berat can (gr) Wcan 20.2 18.8 18.8
Berat tanah kering + can (gr) Wdry+can 69.6 62.6 66.4
Berat tanah kering (gr) Wdry 49.4 43.8 47.6
Berat air (gr) Wwater 19.1 18.3 21
Kadar air akhir Wfinal % 38.66% 41.78% 44.12%
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Berdasarkan kadar air yang diperoleh maka dapat dicari


kesalahan relatif dengan persamaan:
|𝑊𝑥−𝑊|
𝐾𝑅 = × 100% (1.4)
𝑊

Sehingga didapatkan besarnya kesalahan relatif


perhitungan kadar air pada kondisi Unsoaked sebagai berikut:

Tabel 6. Kesalahan Relatif Kadar Air Kondisi


Unsoaked
Sampel 1 2 3
Kadar air
37.50 42 44.50
rencana (%)
Kadar air
diperoleh 38.66 41.78 44.12
(%)
Kesalahan
3.09 0.52 0.85
Relatif (%)
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

9
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Soaked
Tabel 7. Perhitungan Kadar Air Kondisi Soaked
Sampel 1 2 3
Kadar air awal WInitial % 38.66% 41.78% 44.12%
Berat tanah basah + can (gr) Wwet+can 157.4 179.8 193.2
Berat can (gr) Wcan 18.8 17.5 17.7
Berat tanah kering + can (gr) Wdry+can 111.9 131.5 139.7
Berat tanah kering (gr) Wdry 93.1 114 122
Berat air (gr) Wwater 45.5 48.3 53.5
Kadar air akhir Wfinal % 48.8721805 42.3684211 43.852459
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Tabel 8. Kesalahan Relatif Kadar Air Kondisi Soaked


Sampel 1 2 3
Kadar air
37.50 42 44.50
rencana (%)
Kadar air
diperoleh 48.87 42.37 43.85
(%)
Kesalahan
30.32 0.88 1.46
Relatif (%)
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Menentukan Kerapatan Kering (gdry)


Dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
𝑊𝑤𝑒𝑡
𝛾 𝑤𝑒𝑡 = (1.5)
𝑉

𝑊𝑑𝑟𝑦 𝑊𝑤𝑒𝑡 𝛾 𝑤𝑒𝑡


𝛾 𝑑𝑟𝑦 = = (1+𝑊)𝑉 = (1+𝑊) (1.6)
𝑉

Dengan:
Wwet = berat tanah dalam mould
V = volume mould

10
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

w = kadar air sampel tanah

Berdasarkan persamaan diatas, didapatkan data sebagai berikut:


 Untuk sampel tanah 1 menggunakan mould 1
 Untuk sampel tanah 2 menggunakan mould 2
 Untuk sampel tanah 3 menggunakan mould 3

a. Unsoaked
Tabel 9. Perhitungan Kerapatan Kering Kondisi Unsoaked

Sampel 1 2 3
Berat tanah basah + mould
wwet+mould 7510 7430 7440
(gr)
Berat mould (gr) wmould 2510 2430 2440
Berat tanah basah (gr) wwet 5000 5000 5000
Volume sampel (gr) Vsoil 2108.803946 2089.490206 2085.229122
Kerapatan basah (gr/cc) γwet initial 2.371012255 2.392928182 2.397818036
Kerapatan kering (gr/cc) γwet initial 1.709897889 1.687765771 1.663792107
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

b. Soaked
Tabel 10. Perhitungan Kerapatan Kering Kondisi Soaked

Berat tanah basah + mould (gr) wwet+mould 7640 7470 7470


Berat mould (gr) wmould 2510 2430 2440
Berat tanah basah (gr) wwet 5130 5040 5030
Volume sampel (gr) Vsoil 2108.803946 2089.490206 2085.229122
Kerapatan basah (gr/cc) γwet initial 2.432658574 2.412071608 2.412204945
Kerapatan kering (gr/cc) γwet initial 1.634058537 1.694246231 1.676860417
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Menghitung Tegangan pada Penetrasi


Dengan persamaan (1.2) dapat ditentukan besar tegangan
tanah untuk masing-masing sampel.
P 𝑀(𝐿𝑅𝐶)
σ = =
𝐴 𝐴

11
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dengan:
A = Luas Piston = 3 in2
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibrasi = 23.2203

a. Sampel 1

Tabel 11. Perhitungan Penetrasi Tegangan Sampel 1


LRC
Sampel 1
Penetrasi
Bacaan Dial Tegangan
(in)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0 0 0 0 0
0.025 0 2 0 15.4802
0.05 1 5 7.7401 38.7005
0.075 5.5 7.5 42.57055 58.05075
0.1 10.5 8.5 81.27105 65.79085
0.125 15 9.5 116.1015 73.53095
0.15 18 10 139.3218 77.401
0.175 21.5 11 166.41215 85.1411
0.2 24 12 185.7624 92.8812
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Data di atas dapat menunjukkan grafik sebagai berikut


untuk sampel 1 atau kadar air 39.5%.

12
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 1
200

150

Tegangan (psi)
100

50

0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2

-50
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 1. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan


Soaked Sampel 1
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

b. Sampel 2
Tabel 12. Perhitungan Penetrasi Tegangan Sampel 2
LRC
Sampel 2
Penetrasi
Bacaan Dial Tegangan
(in)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0 0 0
0.025 0 0.5 0 3.87005
0.05 3 2.5 23.2203 19.35025
0.075 7 5.5 54.1807 42.57055
0.1 10 8.5 77.401 65.79085
0.125 12.5 11 96.75125 85.1411
0.15 14 12 108.3614 92.8812
0.175 15.5 13.5 119.97155 104.49135
0.2 16.7 14 129.25967 108.3614
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

13
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Data di atas menunjukkan grafik sebagai berikut untuk


sampel 2 atau kadar air 42%.

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 2
140

120

100
Tegangan (psi)

80

60

40

20

0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
-20
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 2. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan Soaked


Sampel 2
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

c. Sampel 3
Tabel 13. Perhitungan Penetrasi Tegangan Sampel 3
LRC
Sampel 3
Penetrasi
Bacaan Dial Tegangan
(in)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0 0 0
0.025 2 1 15.4802 7.7401
0.05 4 2.5 30.9604 19.35025
0.075 6 5 46.4406 38.7005
0.1 7.5 7 58.05075 54.1807
0.125 9 8.5 69.6609 65.79085
0.15 10 9.5 77.401 73.53095
0.175 11 10.5 85.1411 81.27105
0.2 12 11 92.8812 85.1411

14
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Data tersebut menunjukkan grafik keadaan unsoaked dan soaked kadar


air 44.5% sebagai berikut

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 3
100
90
80
70
Tegangan (psi)

60
50
40
30
20
10
0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 3. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan Soaked


Sampel 3
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Swelling Test
Besar nilai swelling pada sampel dicari dengan persamaan berikut:
𝑑𝑖𝑎𝑙×2.54×0.001
Swelling = ℎ (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 mould cm) × 100% (1.7)

Sehingga didapatkan data berikut:

Tabel 14. Perhitungan Nilai Swelling


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Waktu
(jam) Bacaan Swell Bacaan Swell Bacaan Swell
Swell % Swell % Swell %
Dial Dial Dial
1 83 0.018202907 2 0.000443862 45 0.010011679
2 34 0.007456612 3 0.000665793 50 0.011124088
24 48 0.010526982 14 0.003107034 10 0.002224818

15
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

48 83 0.018202907 42.5 0.009432066 36 0.008009343


72 56 0.012281479 16 0.003550896 9 0.002002336
96 95 0.020834652 28.5 0.006325033 56 0.012458978
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)
Data tersebut jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut

Grafik Hasil Swelling Test


Seluruh Sampel
2.50%

2.00%

1.50%
Swell (%)

1.00%

0.50%

0.00%
0 24 48 72 96
Waktu (jam)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Grafik 4. Grafik Swelling Test


Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Menghitung Nilai CBR


Nilai CBR dapat diperoleh dari penetrasi 0.1 dan 0.2 inci.
a. Penetrasi 0.1 inci
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
%𝐶𝐵𝑅 = × 100% (1.8)
1000

b. Penetrasi 0.2 inci


ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
%𝐶𝐵𝑅 = × 100% (1.9)
1500

Angka 1000 dan 1500 adalah beban standar uji. Hasil perhitungan
menunjukkan nilai CBR sebagai berikut.

16
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 15. Nilai CBR


39.5% 42% 44.5%
Penetrasi
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
(in)
0.1 8% 7% 8% 7% 6% 5%
0.2 19% 9% 13% 11% 9% 9%
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikum California Bearing Ratio (CBR) bertujuan
mendapatkan nilai CBR tanah pada kondisi air optimum atau
pada rentang kadar air tertentu dari uji pemadatan. Praktikum ini
dilaksanakan pada 6 April 2019 di Laboratorium Mekanika
Tanah Fakultas Teknik UI.
Alat yang digunakan adalah compaction hammer untuk
memadatkan tanah, mould sebagai tempat tanah, pisau untuk
memotong dan meratakan tanah, wadah untuk mencampur tanah
dan air, timbangan untuk mengukur berat tanah, oven untuk
mengeringkan tanah saat akan mencari kadar air, beban logam
untuk membebani tanah, bak air untuk proses swelling, piringan
berlubang dengan dial pengukur swell, dan mesin uji CBR untuk
mengukur nilai CBR tanah.
Percobaan CBR terdiri dari persiapan dan praktikumnya
sendiri. Bagian persiapan merupakan bagian penambahan
volume air pada tanah. Sebelumnya praktikan telah mendapatkan
kadar air optimum dari praktikum compaction. Pada praktikum
ini praktikan menentukan tiga variasi kadar air, yaitu 2.5% di
bawah kadar air optimum, kadar air optimum itu sendiri, dan
2.5% di atas kadar air optimum. Kadar air yang ditargetkan pada
praktikum ini adalah 39.5%, 42%, dan 44.5%. Setelah
ditambahkan volume air sesuai perhitungan, tanah didiamkan di
plastik kurang lebih 24 jam agar air merata.

17
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Selanjutnya merupakan bagian praktikum. Praktikan


memadatkan tanah yang telah diperam 24 jam. Pertama,
praktikan memasukkan tanah ke dalam mould kira-kira hingga
mencapai 1/3 tinggi mould setelah dipadatkan. Setelah itu
praktikan menggunakan hammer untuk memadatkan tanah
sebanyak 56 kali tiap lapisan. Penggunaan hammer dibagi
menjadi dua bagian yaitu 28 kali menggunakan hammer,
mengecek tinggi tanah yang telah dipadatkan, lalu 28 kali
menggunakan hammer lagi. Tujuannya adalah agar tanah setelah
dipadatkan tidak terlalu sedikit. Setelah ditumbuk 56 kali,
langkah ini dilakukan kembali ke lapisan-lapisan selanjutnya.
Pada lapisan ketiga, ditambahkan collar terlebih dahulu agar
tanah dapat dipadatkan sampai setinggi mould. Pemadatan
dilakukan bertahap dengan tiga lapisan agar pemadatan merata.
Ketika tinggi tanah telah sama dengan mould, collar dilepas.
Setelah itu praktikan menutup bagian-bagian tanah yang
berlubang agar volume tanah sama dengan volume mould.
Kemudian praktikan menimbang mould dan tanah lalu
meletakkan mould pada mesin CBR. Sebelumnya beban
diletakkan di atas permukaan tanah agar tanah tetap pada
posisinya. Lalu praktikan meletakkan piston di tengah-tengah
beban dan mengatur dial sehingga menunjukkan angka 0.
Praktikan melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05”
per menit dan mencatat pembacaan dial pada 0.025”, 0.05”,
0.075”, 0.1”, 0.125”, 0.15”, 0.175”, 0.2”, dan 0.25”. Satuan inci
kemudian dikonversi ke mm untuk mempermudah pembacaan
menjadi 63, 127, 190, 254, 317, 380, 444, dan 508 mm.
Setelah penetrasi pada kondisi unsoaked, praktikan
merendam tanah selama kurang lebih 96 jam agar nilai CBR pada
kondisi soaked juga dapat diketahui. Pembacaan swelling
dilaksanakan pada jam ke-1, 2, 24,48, 72, dan 96. Tiap
pembacaan praktikan harus menambahkan kembali air jika

18
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

permukaan air telah menurun. Tujuannya agar selama 96 jam


tanah terus tersaturasi dan tidak ada udara di dalamnya. Setelah
proses swelling selesai, praktikan kembali melaksanakan
penetrasi dengan kedalaman yang sama sehingga nilai CBR pada
kondisi soaked didapatkan. Setelah penetrasi, tanah dikeluarkan
dari mould dengan bantuan extruder. Kemudian bagian tengah
tanah diambil dan ditimbang. Setelah itu tanah dimasukkan ke
oven agar kadar air bisa didapatkan.

B. Analisis Data dan Hasil


Setelah melaksanakan praktikum maka didapat data kadar
air, kerapatan kering, dan tegangan pada penetrasi pada kondisi
unsoaked dan soaked, nilai swelling, dan nilai CBR.
Pada praktikum ini, kadar air yang ditargetkan adalah
39.5%, 42%, 44.5%. Namun hasil kadar air yang diperoleh tidak
sesuai target dengan didapatkannya hasil sebagai berikut

Tabel 16. Kadar Air Kondisi Unsoaked


Kesalahan Relatif
Target (%) Hasil (%)
(%)
39.5 38.66 3.09
42 41.78 0.52
44.5 44.12 0.85
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Sementara itu setelah tanah direndam, kadar air berubah


menjadi sebagai berikut

19
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 17. Kadar Air Kondisi Soaked


Kesalahan Relatif
Target (%) Hasil (%)
(%)
39.5 48.87 30.32
42 42.37 0.88
44.5 43.85 1.46
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Kondisi soaked memiliki kadar air yang lebih tinggi


daripada unsoaked karena pada saat tanah direndam seluruh
bagian void terisi air yang menyebabkan kadar air lebih tinggi.
Sementara itu, mengapa sampel pertama kesalahan relatifnya
sampai 30.32% yaitu karena pada awalnya tanah tersebut
memiliki kadar air yang sedikit sehingga kemampuannya
menyerap air lebih besar.
Setelah kadar air didapatkan, kerapatan basah dan kering
dapat dihitung dengan rumus (1.5) dan (1.6).

Tabel 18. Nilai Kerapatan Tanah pada Kondisi Unsoaked


dan Soaked
Unsoaked Soaked
Sampel γ wet γ dry γ wet γ dry
(gr/cm3) (gr/cm3) (gr/cm3) (gr/cm3)
1 2.37 1.71 2.43 1.63
2 2.39 1.69 2.41 1.69
3 2.40 1.66 2.41 1.68
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Dapat disimpulkan bahwa kerapatan basah pada kondisi


soaked lebih besar tentunya karena kandungan air pada tanah
soaked lebih besar.

20
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Setelah melakukan pengujian pada mesin CBR, didapatkan


besar tegangan pada penetrasi sebagai berikut

Tabel 19. Perbandingan Nilai Tegangan pada Penetrasi Tanah


Kondisi Unsoaked dan Soaked
Penetrasi Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
(in) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0 0 0 0 0 0 0
0.025 0 15.4802 0 3.87005 15.4802 7.7401
0.05 7.7401 38.7005 23.2203 19.35025 30.9604 19.35025
0.075 42.57055 58.05075 54.1807 42.57055 46.4406 38.7005
0.1 81.27105 65.79085 77.401 65.79085 58.05075 54.1807
0.125 116.1015 73.53095 96.75125 85.1411 69.6609 65.79085
0.15 139.3218 77.401 108.3614 92.8812 77.401 73.53095
0.175 166.41215 85.1411 119.97155 104.49135 85.1411 81.27105
0.2 185.7624 92.8812 129.25967 108.3614 92.8812 85.1411
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Berikut merupakan grafik hubungan penetrasi dengan


tegangan tiap sampel

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 1
200

150
Tegangan (psi)

100

50

0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
-50
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 5. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan


Soaked Sampel 1
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

21
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 2
140
120
100

Tegangan (psi)
80
60
40
20
0
-20 0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 6. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan


Soaked Sampel 2
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Grafik Hubungan Penetrasi terhadap Tegangan


Sampel 3
100

80
Tegangan (psi)

60

40

20

0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
Penetrasi (in)

Unsoaked Soaked

Grafik 7. Grafik Hubungan Tegangan Kondisi Unsoaked dan


Soaked Sampel 3
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

22
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Ketiga grafik menunjukkan bahwa tegangan pada kondisi


unsoaked cenderung lebih besar. Artinya, dibutuhkan tegangan
yang lebih besar untuk memadatkan tanah dengan kadar air
rendah.
Selanjutnya nilai CBR dapat diperoleh dari tegangan pada
penetrasi 0.1” dan 0.2”. Rumus yang digunakan adalah rumus
(1.8) dan (1.9). Maka dari itu didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 20. Nilai CBR


39.5% 42% 44.5%
Penetrasi
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
(in)
0.1 8% 7% 8% 7% 6% 5%
0.2 19% 9% 13% 11% 9% 9%
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Nilai CBR pada kondisi soaked lebih kecil daripada


kondisi unsoaked. Hal ini menunjukkan bahwa tanah dalam
keadaan basah tidak sekuat pada keadaan kering. Walau begitu,
nilai CBR soaked tanah dengan kadar air optimal lebih besar
daripada nilai CBR soaked tanah yang lainnya. Kualitas dan
kegunaan tanah dapat ditentukan sesuai dengan tabel berikut
Tabel 21. Nilai CBR tanah berdasarkan kualitas dan juga
kegunaan serta sistem klasifikasinya

Sistem Klasifikasi
Nilai
Kualitas Kegunaan
CBR
Unified AASHTO

Sangat OH, CH, MH,


0-3 Subgrade A5, A6, A7
rendah OL
Rendah OH, CH, MH, A4, A5, A6,
3-7 Subgrade
s/d OL A7

23
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

cukup
baik
Cukup OL, CL, ML, A2, A4, A6,
7-20 Subbase
baik SC, SM, SP A7
20- Base atau GM, GC, SW, A1b, A2-5, A-
Baik
50 Subbase SM, SP, GP 3, A2-6
Sangat
>50 Base GW, GM A1a, A2-4, A3
baik
Sumber: The Asphalt Handbook (1970)
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah
kondisi unsoaked yang memiliki nilai CBR 6-19% masuk
kategori rendah sampai cukup baik dan dapat digunakan sebagai
subgrade ataupun subbase. Sementara itu, tanah kondisi soaked
dengan nilai CBR 5-11% juga termasuk kategori rendah sampai
cukup baik dan dapat digunakan sebagai subgrade dan subbase.
Selanjutnya adalah hasil swelling test yang diperoleh
dengan persamaan (1.7) dan hasilnya sebagai berikut

Tabel 22. Perhitungan Nilai Swelling


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Waktu
(jam) Bacaan Swell Bacaan Swell Bacaan Swell
Swell % Swell % Swell %
Dial Dial Dial
1 83 0.018202907 2 0.000443862 45 0.010011679
2 34 0.007456612 3 0.000665793 50 0.011124088
24 48 0.010526982 14 0.003107034 10 0.002224818
48 83 0.018202907 42.5 0.009432066 36 0.008009343
72 56 0.012281479 16 0.003550896 9 0.002002336
96 95 0.020834652 28.5 0.006325033 56 0.012458978
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)

Nilai ini menunjukkan pengembangan yang terjadi saat


tanah direndam. Penurunan swelling bisa terjadi karena tanah
mengalami fase jenuh dimana nilai swelling tanah tetap atau
turun. Hasil menunjukkan bahwa tanah dengan kadar air optimal

24
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

akan mengalami swelling yang kecil yang mendukung kualitas


tanah tersebut. Sementara itu, di antara kadar air di bawah dan di
atas kadar air optimal, tanah dengan kadar air di bawah memiliki
nilai swelling yang lebih besar. Hal ini karena tanah tersebut
memiliki kemampuan menyerap air yang lebih besar karena tidak
seluruh void-nya diisi air.

C. Analisis Kesalahan
Kesalahan pada praktikum ini dapat terjadi karena hal-hal
berikut:
 Penambahan volume air pada penentuan kadar air yang
tidak sesuai karena tabung ukur yang kurang detail. Hal
ini menyebabkan ketidaksesuaian kadar air yang
ditargetkan dengan yang didapatkan.
 Proses pemadatan yang kurang merata dalam pembagian
lapisannya.
 Kesalahan dalam pembacaan pada mesin CBR, sehingga
data penetrasi kurang akurat.
 Kesalahan dalam mengatur dial pengukur swell sehingga
data swelling tidak sesuai.
 Pembacaan data swelling terakhir yang tidak tepat pada
jam ke-96 sehingga data swelling kurang akurat.

V. KESIMPULAN
 Nilai CBR yang diperoleh adalah:
39.5% 42% 44.5%
Penetrasi
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
(in)
0.1 8% 7% 8% 7% 6% 5%
0.2 19% 9% 13% 11% 9% 9%
 Tanah dikategorikan sebagai tanah kualitas rendah sampai cukup
baik yang dapat digunakan sebagai subgrade dan subbase
 Semakin besar nilai swelling semakin rendah kualitas tanahnya

25
California Bearing Ratio
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

VI. APLIKASI
Nilai CBR merupakan nilai yang perlu diketahui untuk
menentukan kekuatan dan daya dukung tanah. Pengetahuan ini akan
digunakan dalam desain dasar dan bahan dasar untuk perkerasan jalan
(Juansyah, 2016). Perkerasan jalan harus cukup kuat untuk menopang
berat kendaraan yang akan melaluinya. Selain itu, permukaan jalan juga
harus tahan dari gesekan, air, sinar matahari, dan hujan. Bila tanah tidak
memiliki kekuatan tersebut, maka jalan akan mengalami penurunan
ataupun pergeseran. Hal ini tentunya sangat membahayakan manusia.

VII. REFERENSI
Helmi, e. a. (2016). Korelasi Nilai California Bearing Ratio (CBR) Lapangan dengan
Menggunakan Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dan California Bearing Ratio
(CBR) Mekanis. Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura.

Widianti, A. (2009). Peningkatan Nilai CBR Laboratorium Rendaman Tanah dengan Campuran
Kapur, Abu Sekam Padi dan Serat Karung Plastik. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.

Juansyah, Y. (2016). Analisa Karakteristik Tanah Timbunan Ditinjau dari Hubungan Gradasi
Butiran Tanah dengan Nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman. Jurnal Rekayasa.

VIII. LAMPIRAN

Memasukkan tanah ke mould Proses pemadatan tanah


Sumber: Dokumentasi penulis (2019) Sumber: Dokumentasi penulis (2019)

26
California Bearing Ratio

Anda mungkin juga menyukai