Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUTOR KOMUNITAS SKENARIO 1

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Ratih Sekar Wangi (1710201254) Galuh Damar Sari (1710201262)

Rina Ayuhana P.K (1710201255) Vivi Kartika Dewi (1710201261)

Julaikhah P.Dewi (1710201256) Tegar Wira D (1710201263)

Novi Widya N (1710201257) Abdurrahman Fikri (1710201267)

Angelica Budi S (1710201291) Andrie Wijaya P (1710201273)

Eka Trisna W (1710201259) Neni Adekayani (1710201285)

Novi Yanti (1710201260) Siska Tri Hapsari (1710201290)

Angelica Budi (1710201291)


Septiani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2019
TUTOR KOMUNITAS SKENARIO 1

Ketua : Neni Adekayanti

Sekertaris : Siska Tri Hapsari

A. Klasifikasi Istilah dan Konsep


1. Leptospirosis (Angel)
- Adalah penyakit yg disebabkan oleh bakteri leptospira intergans yang disebarkan
urine atau darah hewan yang terinfeksi (Rina)
- Biasanya bersumber dari binatang yang bersifat akut dengan spectrum penyakit
yang luas dan menyebabkan kematian biasanya dikenal dengan penyakit kencing
tikus (Dewi)
- Penyakit yang ditularkan dari hewaan ke manusia (Novi Yanti)
2. Windshield survey (Ratih)
- Adalah penilaian masyarakat yang dilakukan keliling menggunakan mobil atau
transport umum, untuk melakukan pengamatan tentang masyarakat. (Andre)
- Kunjungan observasi door to door dan diberikan dengan hasil berbentuk peta
topografi (Galuh)
- Survey dengan cara mengelilingi wilayah komunitas dengan memperhatikan
beberapa komponen meliputi perumahan, lingkungan atau daerah, lingkungan
terbuka, batas kebiasaan, transport, pusat pelayanan, warung, orang dijalan, suku,
tempat ibadah, kesehatan politik dan media. (Eka)
- Pengamatan terhadap suatu wilayah untuk mendapatkan gambaran umum
melalui wawancara dengan penduduk setempat, tokoh masyarakat dalam
observasi lingkungan . (Vivi)
3. Gerakan PSN 3N (Novi Yanti)
- Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) , Menguras Menutup dan Mengubur( 3M)
(Novi Widya)
- Menguras membersihkan tempat penampungan air. Menutup rapat-rapat
penampungan- penampungan air seperti bak mandi. Mendaur ulang barang-
barang yang tidak terpakai (Neni)
4. Vector (Siska)
- Penyebar atau pembawa ( Ratih)
- Organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkan dengan
membawa patogen dari satu inang ke yang lain (Noviyanti)
5. ABJ(Vivi)
- Jenis data penelitian berupa data kuantitatif yaitu berupa data keberadaan jentik
(fikri)
- Angka bebas jentik presentase rumah atau tempat umum yang ditemukan jentik
pada pemeriksaan jentik (Angel)
6. JMK(Fikri)
2
- Personil dalam satu keluarga melakukan tindakan melakukan pembasmian
nyamuk secara continue (Tegar)
7. DBD (Tegar)
- Adalah virus dengue yg ditularkan dengan gigitan nyamuk aedes aegypt (Galuh)
- Orang terinfeksi virus ini kedua kalinya memiliki resiko jauh lebih besar penyakit
lebih parah ( Andre)
- Demam berdarah dengue (Neni)

B. Analisis atau jawaban sementara

1. Hal apa saja yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk mengedukasi
masyarakat untuk meminimalisir terjadinya leptospirosis ? (Eka)
- Membersihkan gotdari sampah-sampah agar tidak ada tikusnya, harus pakai
alas kaki disawah (Rina)
- Mencari kader dalm masyarakat, berkomunikasi untuk bergotong royong
seminggu sekali setelah melakukan kegiatan mencuci tangan dan sesudah
(Novi Y)
2. Kenapa bisa muncul leptospirosis ? (Angel)
- Karena kurang penegathuan tentang kebersihan lingkungan (Tegar)
- Sudah tercemar lingkungan dengan bakteri leptospira sp yang ditularkan
melalui kencing hewan yg mengendap dilingkungan (Galuh)
- Tidak menjaga kebersihan air sehingga banyak tikusnya (Vivi)

3. Apakah faktor kurang pengetahuan menjadi penyebab utama DBD?jelaskan (Novi


Y)
- Iya karena kalau ada penegathuan pasti tahu tentang 3M, tahap pencegahan
dari DBD (Rina)
- Hal ini perilaku dari masyarakat sekitar karena masyarakat menganggap
sepele hal-hal yang ada diksus (Neni)
4. Bagaimana peran perawat mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan?
(Fikri)
- Bisa melakukan survey mengkaji tingkat resiko masalah, bisa melakukan
pengendalian vector, melakukan penanganan lingkungan 3M pengendalian
terpadu secara terus menerus dengan melakukan kerja sama(Galuh)
- Melakukan penyuluhan kepada kader, nanti dari kader- kader mensharingkan
ke masyarakat tentang menjaga kebersihan lingkungan, seperti kerja bakti
setiap 1 minggu sekali (Siska)
5. Kenapa dominan anak-anak yang terkena DBD ( berumur 4-12 tahun) (Ratih)

3
- Karena anak-anak aktivitasnya dari pagi – sore sering diluar dan nyamuk
jenis aedes ini aktivitasnya dari pagi-sore, perlindungan kurang, ceroboh
sering bermain ditempat yg tidak bersih (Novi Widya)
- Faktor system kekebalan tubuh anak-anak masih rentan (Neni)
6. Faktor apa yang sangat cepat untuk pertumbuhan jentik-jentik ? (Siska)
- Genangan air, kaleng bekas yang tidak dibuang pada tempatnya (Dewi)
- Kaleng bekas yang minim dari sinar matahari dan cahaya (Tegar)
- Faktor lingkungan yang kotor dengan suhu lembab, dipinggir aliran sungai
yang banyak sampah masyarakat (Eka)
- Melalui pakaian kotor yang selalu tergantung, tanaman kebun yang rimbun,
dan nyamuk dapat terbang berpindah kurang lebih 2kilo meter (Galuh)
7. Bagaimana penangan terkait kehidupan sehari-hari terkait kasus ?(Vivi)
- Kasus DBD, contoh dikasih obat anti jentik-jentik di bak mandi (Rina)
- Melakukan tindakan foging untuk membasmi nyamuk (Andre)
- Selalu airnya diganti atau dikuras 2 hari sekali(Novi Y)
- Berdasarkan data dikasus kan banyak masyarakat berkeja, sebagai perwat
mendatangi masyrakat dijam yang longgar atau pas hari libur, memberi tahu,
memberi obat-obatan (Ratih)
8. Hal apa saja yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk menyadarkan
masyarakat dalam meningkatkan pentingnya kebersihan lingkungan ?(Dewi) dan
Cara atau upaya yg bisa dilakukan agar gerakan yg telah direncakan bisa berjalan
dg lancar ? (Neni)
- Memberikanm edukasi kepada keluarga klien agar tidak terulang kembali
kejadian DBD dan leptospirosis (Ratih)
- Memberikan penyuluhan dengan cara mendatangi desa tersebut memberikan
media pembelajaran, yang bisa diberikan penjelasan cara penularan dan
pencegahan di desa tersebut, memaksukan dalil-dalil islam (Eka)
- Penyuluhan dampak lingkungan yang kotor (Andre)
- Memberitahu masyarakat bahwa banyak manfaat dari lingkungan yang bersih
(Novi Y)
- Kerja sama dengan tokoh setempat untuk dapat mengumpulkan masykarat
lalu disampaikan penyuluhan (Neni)
- Dengan memberikan lembaran JMK di rumah (Fikri)

9. Mengapa penyakit DBD sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan hal yang
fatal seperti meninggal dunia ?(Novi Widya)
- DBD dapat menyebabkan kematian jika pasien tidak bisa melewati masa kritis
dengan baik. Ada fase kritis virus dengue penyebab DBD mulai bereaksi
merusak celah antarsel di pembuluh darah. Ketika celah antarsel ini melebar,
maka cairan pada darah akan keluar melalui celah ini. Jika plasma darah

4
keluar, maka darah akan menjadi lebih kental. Komplikasi pengentalan darah
inilah yang dapat berakibat fatal. (Siska)
- galuh

10. Bagaimana pendekatan yang harus dilakukan agar masyarakat sadar pentingnya
menjaga kesehatan ? (Galuh)
- Dengan pendekatan model community as partner ini member penekanan
pada filosofi yang mendasari perawatan kesehatan utama (Novi Widya)

C. Analisis data pengkajian keperawatan komunitas


NO ANALISIS DATA MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Data Obyektif
Data Survey : jumantik mandiri tidak terpantau
dengan baik,
Winsley Survey : hasil survey menunjukan
lingkungan kotor, banyak pohon yang rimbun,
kandang ternak menempel di rumah dan Defisien kesehatan komunitas
sebagian unggas berada di dalam rumah
Wawancara : Kebiasaan cuci tangan sebelum
makan kurang lebih hanya 29 % dilakukan oleh
masyarakat, gerakan PSN dan 3M selama ini
yang dicanangkan puskesmas Gamping tidak
bisa berjalan dengan baik

Data Subyektif
Hasil Survey : Setiap kegiatan kerja bakti di
tingkat RT hanya dihadiri 5-7 orang saja.

Winsley Survey : Sebagian besar masyarakat


bekerja sebagai petani, buruh pekerja bangunan
dan karyawan industri roti yang bekerja
sepanjang hari mulai jam 07.00-17.00, sehingga
gerakan PSN dan 3M selama ini yang
dicanangkan puskesmas Gamping tidak bisa
berjalan dengan baik.
Wawancara : Kebiasaan cuci tangan sebelum
makan kurang lebih hanya 29 % dilakukan oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan masih jarang
dilakukan karena menganggap memakai sendok
sudah aman

2. Data Obyektif
Hasil Survey : Data puskesmas bulan Januari
2017 ABJ mencapai 70 %. Ketidakefektifan pemeliharaan

5
kesehatan
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung
Wawancara : disurvey, 79 % masyarakat belum
tahu tentang leptospirosis, cara penularan dan
cara pencegahannya

Data Subyektif
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung. Selama ini masyarakat
membiarkan saja, karena menganggap keadaan
ini adalah hal yang biasa
Wawancara :Menurut kader kesehatan, selain
DBD juga muncul leptospirosis yang mengenai
seorang warga di Nogotirto

3. Data Obyektif
Data Survey : jumantik mandiri tidak terpantau
dengan baik, Ketidakefektifan koping komunitas
Winsley Survey : hasil survey menunjukan
lingkungan kotor, banyak pohon yang rimbun,
kandang ternak menempel di rumah dan
sebagian unggas berada di dalam rumah
Wawancara : Kebiasaan cuci tangan sebelum
makan kurang lebih hanya 29 % dilakukan oleh
masyarakat, gerakan PSN dan 3M selama ini
yang dicanangkan puskesmas Gamping tidak
bisa berjalan dengan baik

Data Subyektif
Hasil Survey : Setiap kegiatan kerja bakti di
tingkat RT hanya dihadiri 5-7 orang saja.

Winsley Survey : Sebagian besar masyarakat


bekerja sebagai petani, buruh pekerja bangunan
dan karyawan industri roti yang bekerja
sepanjang hari mulai jam 07.00-17.00, sehingga
gerakan PSN dan 3M selama ini yang
dicanangkan puskesmas Gamping tidak bisa
berjalan dengan baik.
Wawancara : Kebiasaan cuci tangan sebelum
makan kurang lebih hanya 29 % dilakukan oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan masih jarang

6
dilakukan karena menganggap memakai sendok
sudah aman

4. Data Obyektif
Hasil Survey : Data puskesmas bulan Januari Defisien pengetahuan
2017 ABJ mencapai 70 %.

Winsley Survey : Vektor tikus banyak


ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung
Wawancara : disurvey, 79 % masyarakat belum
tahu tentang leptospirosis, cara penularan dan
cara pencegahannya

Data Subyektif
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung. Selama ini masyarakat
membiarkan saja, karena menganggap keadaan
ini adalah hal yang biasa
Wawancara :Menurut kader kesehatan, selain
DBD juga muncul leptospirosis yang mengenai
seorang warga di Nogotirto.

7
D. Buatlah Web of Causation atau pohon masalah

Dbd,
Leptospirosis

Defisien kesehatan
komunitas

Ketidakefektifan Ketidakefektifan koping Defisien


pemeliharaan kesehatan komunitas pengetahuan

Kurangnya kebersihan lingkungan (


kandang ternak yang dekat dengan
rumah, banyak pohon rimbun
menjadi sarang nyamuk)

Menyimpan alat makan di rak Kurangnya Pengetahuan


terbuka, membiarkan tikus
Dan Kesadaran
berkeliaran di got

Tidak mencuci tangan sebelum makan,


padatnya kegiatan masyakat dalam
bekerja, kurangnya minat dalam kerja
bakti

8
E. Rumusan diagnosis keperawatan komunitas
1. Defisien kesehatan komunitas
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Ketidakefektifan koping komunitas
4. Defisien pengetahuan

F. Rencana asuhan keperawatan komunitas


1. Lakukan scoring untuk tiap masalah dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut
No Diagnosis Keperawatan A B C D E F G H I J K Total
skor

1. Defisien kesehatan komunitas 5 5 2 2 4 2 4 2 3 4 2 35

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 4 4 2 2 4 2 4 2 3 4 2 33

3. Ketidakefektifan koping komunitas 4 4 2 2 3 2 4 2 3 4 2 32


4. Defisien pengetahuan 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 2 31

2. Buatlah rencana asuhan keperawatan komuntias dengan menggunakan buku NOC


dan NIC dengan mengikuti format sebagai berikut
N Data Diagnosis NOC NIC
o Keperawatan
1. DO Primer Primer
-JMK tidak berjalan Status Kesehatan Manajemen perilaku
dengan baik Komunitas 1.Berikan tanggung
-Gerakan PSN 3M tidak 1.Tingkat partisipasi dlm jawab masyarakat
berjalan Defisien pelayanan kperawatan terhadap perilakunya
-Hasil survey dikelurahan kesehatan kesehatan preventif 2. Tingkatkan aktivitas
Nogotirto menunjukkan komunitas 1(buruk)-3(baik) fisik dengan cara yang
bahwa Selama tahun 2. Pravalensi program tepat
2018, angka kejadian peningkatan kesehatan Modifikasi Perilaku
DBD menduduki 1(buruk)-3(baik) 1.Bantu masyarakat
peringkat nomor 1 di 3.Tingkat partisipasidalam dalam
kecamatan Gamping program kesehatan mengidentifikasi
-Hasil windshield survey komunitas 1(buruk)- masalah kesehatan
menunjukkan lingkungan 3(baik) 2.Diskusikan proses
kotor 4. Standar kesehatan modifikasi perilaku
komunitas untuk ukuran dengan pihak yang
DS dan evaluasi yang penting dari
-Dari permasalahan yang ditetapkan 1(buruk)- masyarakat
ada masyarakat 3(baik) 3.Fasilitas keterlibatan
membiarkan saja dan masyarakat dalam

9
mengganggap hal yang Sekunder proses modifikasi
sepele Keefektifan skrining perilaku dengan cara
kesehatan komunitas yang tepat
1.Identifikasi kondisi dokumentasikan dan
beresiko tinggi yang umum komunikasikan proses
di komunitas 1(buruk)- modifikasi untuk
(baik) penanganan tim sesuai
2.Identifikasi kondisi yangdengan kebutuhan
bisa mendapatkan manfaat Sekunder
dari deteksi dini dan Skrining Kesehatan
pengobatan 2(cukup baik)- 1.Monitor populasi yg
3(baik) bersiko dalam rangka
3. Identifikasi sumber dayapemenuhan regimen
yang dibutuhkan untuk prevensi dan
skrining 2(cukup baik)-3 perawatan
(baik) 2. Monitor sanitasi.
3.Monitor faktor-
Tersier faktor lingkungan yg
Kontrol resiko mempengaruhi
komunitas: penyakit penyebaran penyakit
menular menular
1.penegakan kebijakan 4.Sediakan informasi
pemantauan lingkungan (1- mengenai kontrol
3) terhadap vector dan
2.pemantauan kematian hewan penjamu
akibat penyakit menular(1- reservoir yang
3) adekuat, seperti yang
3.pemantuan komplikasi dibutuhkan
penyakit menular(1-3) 5.Dapatkan riwayat
kesehatan yang sesuai
6. Berikan
kenyamanan selama
prosedur skrining
Tersier
Perlindungan
Lingkungan yang
beresiko
1.Kaji lingkungan
terkait dengan adanya
resiko potensial dan
actual
2.analisa tingkat risiko
terkait dengan
lingkungan.
3.Skrining opulasi
berisiko untuk

10
mendapatkan bukti
adanya paparan
terhadap bahaya yang
ada di lingkungan.
4. Berpartisipasi
dalam pengumpulan
data terkait dengan
kejadian dan
pravalensi paparan
bahaya yang ada di
lingkungan.
2. DO Primer Primer
-Kandang ternak Pengetahuan promosi Pendidikan
menempel dirumah Ketidakefektif kesehatan kesehatan
-Sebagian unggas berada an 1.Perilaku yang 1.Identifikasi sumber
di dalam rumah pemeliharaan meningkatkan kesehatan daya yang diperlukan
-Penderita DBD sebagian kesehatan 2(pengetahuan terbatas)- 4 untuk melaksanakan
besar 56% berusia 4-12 (pengetahuan banyak) program
tahun 2.Sumber informasi 2.Berikan ceramah
peningkatan kesehatan untuk menyampaikan
DS terkemuka 2(pengetahuan informasi dalam
-Masyarakat membiarkan terbatas)- 4 (pengetahuan jumlah besar
saja, dan menganggap banyak) 3.Ajarkan strategi
keadaan ini sepele 3.Strategi untuk yang dapat digunakan
menghindari paparan untuk menolak
bahaya lingkungan perilaku tidak sehat
2(pengetahuan terbatas)- 4 atau berisiko
(pengetahuan banyak) 4.Manfaatkan system
dukungan social dan
Sekunder keluarga untuk
Perilaku promosi meningkatkan
kesehatan efektivitas gaya hidup
1.Menggunakan perilaku atau modifikasi
yang menghindari resiko perilaku
(2-4) Sekunder
2.Menjaga hubungan Skrining Kesehatan
social (1-3) 1.Tentukan populasi
3.Melakukan perilaku target untuk
kesehatan secara rutin pemeriksaan
(2-3) kesehatan
4.Menggunakan dukungan 2.Iklankan layanan
social untuk skrining kesehatan
meningkatkan kesehatan untuk meningkatkan
(1-3) kesadaran masyarakat.
5.Mendapatkan sreening 3.Berikan informasi
kesehatan yang pemeriksaan diri yang

11
direkomendasikan( 2-3) tepat selama skrining
6.Memperoleh 4.Sediakan akses yang
pemeriksaan rutin (2-3) mudah bagi layanan
Tersier skrining
Pengaturan Psikososial Tersier
perubahan kehidupan Peningkatan
1.Menggunakan strategi kesadaran kesehatan
koping yang efektif 1.Gunakan
2(jarang menunjukkan)- komunikasi yangs
4(sering menunjukkan) sesuai dan jelas
2. Menggunakaan 2. Berkomunikasi
dukungan social yang dengan
tersedia 2(jarang mempertimbangkan
menunjukkan)- 4(sering keseuaian budaya,
menunjukkan) kesesuaian usia, dan
3.Partisipasi dalam ksesuaian jenis
aktivitas waktu luang kelamin
2(jarang menunjukkan)- 3. Observasi tanda-
4(sering menunjukkan) tanda kesadaran
4.Mempertahankan kesehatan yang
produktivitas2(jarang terganggu
menunjukkan)- 4(sering 4. Sediakan materi
menunjukkan) informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami
5. Gunakan strategi
untuk meningkatkan
pemahaman
6. Gunakan beberapa
alat komunikasi
7. Evaluasi
pemahaman pasien
mengulangi kembali
menggunakan kata-
kata sendiri atau
memperagakan
keterampilan
8. Bantu individu
untuk mengatisipasi
pengalaman mereka
terhadap system
perawatan kesehatan.

12
3. DO Primer Primer
-Setiap kegiatan kerja Status kesehatan Manajemen
bakti di tingkat RT hanya Ketidakefektif komunitas Lingkungan
dihadiri 5-7 orang saja an koping 1.Pravalensi program Komunitas
komunitas peningkatan kesehatan 1.Inisiasi skrining
DS 1(buruk)- 3(baik) resiko kesehatan yang
-Dari permasalahan yang 2.tingkatkan partisipasi berasal dari
ada masyarakat dalam program kesehatan lingkungan
membiarkan saja dan 1(buruk)-3(baik) 2.Berpasrtisipasi
mengganggap hal yang 3.pravalensi program dalam program
sepele perlindungan kesehatan dikomunitas untuk
1(buruk)-3(baik) mengatasi resiko yang
4.monitoring standar sudah diketahui
kesehatan komunitas untuk 3.Dorong lingkungan
ukuran dan evaluasi untuk berpartisipasi
kesehatan 2(cukup baik)- aktif dalm
3(baik keselamatan
Sekunder komunitas
Keefektifan Skrining 4.Lakukan program
Kesehatan Komunitas edukasi untuk
1.Identifikasi kondisi kelompok berisiko
beresiko tinggi yang umum Sekunder
dikomunitas 1 (Buruk) – Latihan Kontrol
3(Baik) Implus
2.Identifikasi kondisi yang 1.gunakan rencana
bisa mendapatkan manfaat modifikasi perilaku,
dari deteksi dini dan sesuai kebutuhan,
pengobatan 1 (Buruk) – untuk mendukung
3(Baik) strategi pemecahan
3.Penyediaan Skrining masalah yang sudah
untuk pravalensi umum diajarkan
dimasyarakat 2 (Cukup 2. bantu pasien untuk
Baik ) – 4( Sangat Baik) memilih tindakan
4.Pendidikan Kepada yang paling
anggota komunitas akan menguntungkan
pentingnya skrining 2 3.bantu pasien
(Cukup Baik ) – 4( Sangat mengevaluasi hasil
Baik) dari serangkaian
5.Identifikasi sumber daya tindakan yang sudah
yang dibutuhkan untuk dilakukan
skrining 2 (Cukup Baik ) – 4. bantu pasien
4( Sangat Baik) mengidentifikasi
6.Tingkat Partisipasi target masalah yang
pada saat skrining 1 membutuhkjan
(Buruk) – 3(Baik) tindakan yang
menguras pikiran

13
Kompetensi komunitas Tersier
1.Tingkat partisipasi dalam Peningkatan Koping
kegiatan 1(buruk)- 3(baik) 1.Berikan penilaian
2.kehadiran anggota pada mengenahi
forum komunitas 1(buruk)- pemahaman pasien
3(baik) terhadap proses
penyakit
Tersier 2.Sediakan informasi
Kontrol resiko actual mengenai
komunitas: penyakit diagnosis,
menular penanganan, dan
1.penegakan kebijakan prognosis
pemantauan lingkungan (1- 3.Evaluasi
3) kemampuan pasien
2.pemantauan kematian dalam mengambil
akibat penyakit menular(1- keputuasan
3) 4.Bantu pasien untuk
3.pemantuan komplikasi menyelesaikan
penyakit menular(1-3) masalah dengan cara
yang konstruktif
5.Bantu pasien dalam
memeriksa sumber-
sumber yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan-tujuannya.
4. DO Defisien Primer Primer
-Berdasarkan survey 79% pengetahuan Pengetahuan: Promosi Modifikasi Perilaku
masyarakat belum tahu kesehatan 1.Bantu masyarakat
tentang leptospirosis,cara 1.Perilaku yang dalam
penularan, dan cara meningkatkan kesehatan mengidentifikasi
penanganannya 2(pengetahuan terbatas)- 4 masalah kesehatan
DS (pengetahuan banyak) 2.Diskusikan proses
2.Sumber informasi modifikasi perilaku
peningkatan kesehatan dengan pihak yang
terkemuka 2(pengetahuan penting dari
terbatas)- 4 (pengetahuan masyarakat
banyak) 3.Fasilitas keterlibatan
3.Strategi untuk masyarakat dalam
menghindari paparan proses modifikasi
bahaya lingkungan perilaku dengan cara
2(pengetahuan terbatas)- 4 yang tepat
(pengetahuan banyak) dokumentasikan dan
Sekunder komunikasikan proses
Pengetahuan: modifikasi untuk
Perilaku kesehatan penanganan tim sesuai
1.strategi untuk mencegah dengan kebutuhan

14
penyebaran penyakit
menular 2(pengetahuan Sekunder
terbatas)-4(pengetahuan Pendidikan
banyak) kesehatan
2. layanan peningkatan 1.Identifikasi sumber
kesehatan 2(pengetahuan daya yang diperlukan
terbatas)-4(pengetahuan untuk melaksanakan
banyak) program
3. layanan perlindungan 2.Berikan ceramah
kesehatan 2(pengetahuan untuk menyampaikan
terbatas)-4(pengetahuan informasi dalam
banyak) jumlah besar
Tersier 3.Ajarkan strategi
Perilaku Pencarian yang dapat digunakan
kesehatan untuk menolak
1.Melakukan skrining diri perilaku tidak sehat
2(jarang menunjukkan )- 4 atau berisiko
(sering menunjukkan) 4.Manfaatkan system
2. Melalukanm perilaku dukungan social dan
kesehatan yang keluarga untuk
disarankan2(jarang meningkatkan
menunjukkan )- 4 (sering efektivitas gaya hidup
menunjukkan) atau modifikasi
3.Menggunkan informasi perilaku
kesehatan yang
terkemuka2(jarang Tersier
menunjukkan )- 4 (sering Peningkatan
menunjukkan) kesadaran kesehatan
4. Menjelaskan strategi 1.Gunakan
untuk mneghilangkan komunikasi yangs
perilaku yang tidak sesuai dan jelas
sehat2(jarang 2. Berkomunikasi
menunjukkan )- 4 (sering dengan
menunjukkan) mempertimbangkan
5. Melakukan perilaku keseuaian budaya,
kesehatan dengan inisiatif kesesuaian usia, dan
diri sendiri 2(jarang ksesuaian jenis
menunjukkan )- 4 (sering kelamin
menunjukkan) 3. Observasi tanda-
tanda kesadaran
kesehatan yang
terganggu
4. Sediakan materi
informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami

15
5. Gunakan strategi
untuk meningkatkan
pemahaman
6. Gunakan beberapa
alat komunikasi
7. Evaluasi
pemahaman pasien
mengulangi kembali
menggunakan kata-
kata sendiri atau
memperagakan
keterampilan
8. Bantu individu
untuk mengatisipasi
pengalaman mereka
terhadap system
perawatan kesehatan.

3. Buatlah POA kegiatan implementasi keperawatan komunitas mengikuti format


sebagai berikut
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
1. Defisien Tujuan Umum : Penyuluha Semua warga Minggu, 3 Balai Iuran kelompok Siska
kesehatan n tentang Nogotirto November desa Rp. 1.500.000
Meningkatnya
komunita PHBS 2019 Nogotirt Rincian dana
s kesehatan di Jam o Rp.1.300.000
08.00- dana konsumsi
komunitas tersebut
selesai Rp.200.000
Tujuan Khusus : untuk FC materi
penyuluhan
Mempertahankan
perilaku sehat
masyarakat yang
ada di masyarakat
agar tidak terkena
penyakit DBD, dan
Leptospirosis

2. Ketidakef Tujuan Umum : -Kerja Semua warga Minggu, 3 Balai Iuran Kelompok Noviy
ektifan bakti Nogotirto November desa Rp. 1.500.000 anti
Menumbuhkan
pemelihar Jam Nogotirt Rincian dana
aan kesadaran 08.00- o Rp.1.300.000
kesehatan selesai dana konsumsi
masyarakat untuk
Rp.200.000
meningkatkan Iuran kelompok

16
pemeliharaan Rp. 300.000
Untuk pembelian
kesehatan dan
konsumsi ringan
lingkungan
Tujuan Khusus :
Memberdayakan
masyarakat agar
dapat melaksanan
program-program
kesehatan di
masyarakat
Nogotirto
3. Ketidakef Tujuan umum Penyuluha Semua warga Minggu 3 Lingkun Iuran Kelompok Ratih
ektifan Meningkatkan n Nogotirto November gan desa Rp. 1.500.000
koping kesadaran penguatan 2019 Nogotirt Rincian dana
komunita masayakat dalam koping Jam o Rp.1.300.000
s pemeliharan menjaga 08.00- dana konsumsi
kesehatan dan kebersihan selesai Rp.200.000
lingkungan
Tujuan khusus
Diharapkan
masyarakat dapat
sadar bahwa
lingkungan yang
bersih dapat
memberikan
dampak yang baik
bagi kesehatan
4. Defisien Tujuan umum Penyuluha Semua warga Minggu, 3 Tempat Iuran kelompok Neni
pengeta Meningkatkan n DBD Nogotirto November Bapak Rp. 1.500.000
pengetahuan dan 2019 Dukuh Rincian dana
huan masyarakat Leptospiro 08.00- Nogotiro Rp.1.300.000
Tujuan khusus sis selesai dana konsumsi
Diharapkan dengan Rp.200.000
adanya untuk FC materi
pengetahuan yang penyuluhan
lebih masayarakat
dapat lebih paham
dalam menjaga
kesehatan

G. Persiapan implementasi Keperawatan Komunitas


Sebelum implementasi dilakukan terlebih dahulu mahasiswa menyusun rencana
implementasi (pre planning) dan rencana pendidikan kesehatan dalam bentuk SAP

17
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi salah satu factor perilaku hidup yang tidak
sehat hingga saat ini. DBD merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Infeksi DBD
dapat terus mengalami peningkatan apabila tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan. Berdasarkan data di kecamatan Gamping angka kejadian DBD menduduki
peringkat 1 selama tahun 2018. Dampaknya pada pertengahan bulan Februari 2016 sebanyak
12 orang dirawat dan 1 diantaranya meninggal dunia. Penderita DBD ini sebagian besar
(56%) berusia 4-12 tahun. Pada bulan Januari 2017 hasil observasi oleh juru pemantau jentik

18
(jumantik) masih ada rumah tangga dengan jentik positif yang menunjukkan angka mencapai
70%. Kebiasaan perilaku hidup yang tidak sehat ini merupakan factor utama penyebab
masalah tersebut dan dapat menimbulkan masalah yang lain yaitu munculnya penyakit
leptospirosis.Karena kesibukan masyarakat yang bekerja seharian sehingga gerakan PSN dan
3M yang dicanangkan puskesmas Gamping tidak bisa berjalan dengan baik. Upaya untuk
menangani masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan dan demonstrasi
untukmeningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
sehingga dapat terciptanya lingkungan yang bebas dari sumber penyakit.

2. MASALAH KESEHATAN
Berdasarkan masalah diatas penerapan perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang.
Sehingga penyakit berbasis lingkungan yang muncul belum bisa dikendalikan. Beberapa
masalah kesehatan yang dapat muncul antara lain kurangnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kesehatan lingkungan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan.

3. TUJUAN
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan selama 2x45 menit, masyarakat dapat memahami dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik dan benar.

b. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan selama 2x45 menit, diharapkan :
- Masyarakatdapat memahami pengertian DBD dan Leptospirosis
- Masyarakat dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
- Masyarakat dapat mengetahui dampak dari perilaku hidup yang tidak sehat
- Masyarakat dapat mengetahui factor yang dapat memicu timbulnya penyakit
- Masyarakat dapatmenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan

4. SASARAN
Semua Kalangan Masyarakat Desa Nogotirto

5. STRATEGI
1. Ceramah
2. Pemutaran Video
3. Demonstrasi

19
6. PENGORGANISASIAN WAKTU

Hari/
KEGIATAN KEGIATAN
tanggal WAKTU TEMPAT PELAKSANA
PENYULUHAN PESERTA
10 menit PEMBUKAAN : a. Menjawab MC
a. Memberikan salam
salam b. Mendengarkan
b. Perkenalan dan
c. Kontrak memperhatikan
kegiatan c. Mendengarkan
d. Menjelaskan dan
TIU (tujuan memperhatikan
umum) dan d. Mendengarkan
TIK (tujuan dan
khusus) memperhatikan
e. Menyebutkan e. Menjawab
materi yang pertanyaan
akan
diberikan
f. Pretest

67 menit INTI : a. Menjawab PEMATERI


a. Brainstorming pertanyaan
atau apersepsi penyuluh
(review) b. Mendengarkan
b. Menjelaskan dan
materi : memperhatikan
Minggu, 3 - PHBS, DBD, c. Memperhatikan Balai
November Leptospirosis, video Desa
2019 c. Pemutaran d. Melakukan Nogotirto
Video relaksasi
d. Ice Breaking audiens
e. Demonstrasi e. Bertanya pada
& diskusi penyuluh bila
f. Kesimpulan masih ada yang
belum jelas
f. Mendengarkan
dan
memperhatikan
10 menit EVALUASI : a. Menjawab PEMATERI
a. Memberikan pertanyaan
pertanyaan
kepada
peserta
(posttest)
b. Memberikan
reinfocement
positif jika
jawaban benar
dan
membetulkan
jika masih ada
kekurangan

20
3 menit PENUTUP : Menjawab MC
Mengucapkan salam
salam penutup

7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Soal Pernyataan
(lampiran 4)

21
Lampiran SAP

22
Topik Penyakit Berbasis Lingkungan
Tujuan 1. Masyarakatdapat memahami pengertian DBD dan
Leptospirosis
2. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Masyarakat dapat mengetahui dampak dari perilaku hidup
yang tidak sehat
4. Masyarakat dapat mengetahui factor yang dapat memicu
timbulnya penyakit
5. Masyarakat dapatmenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan
Sasaran Semua Kalangan Masyarakat Desa Nogotirto
Kisi-kisi Materi PHBS (lampiran 1)
1. Pengertian PHBS
2. Tujuan PHBS
3. Manfaat PHBS
4. Upaya PHBS
5. Komponen PHBS

DBD (lampiran 2)
1. Pengertian DBD
2. Klasifikasi DBD
3. Tanda dan gejala DBD
4. Penyebab DBD
5. Penanganan DBD
6. Pencegahan DBD

Leptospirosis (lampiran 3)
1. Pengertian Leptospirosis
2. Klasifikasi Leptospirosis
3. Tanda dan gejala Leptospirosis
4. Penyebab Leptospirosis
5. Penanganan Leptospirosis
6. Pencegahan Leptospirosis

Media 1. Power Point


2. Poster
3. Leaflet

Evaluasi 1. Evaluasi Struktur


1. Kesiapan SAP
 Cukup
2. Kesiapan materi
 Sesuai dengan masalah
3. Kesiapan media
 poster, leaflet dan alat demonstrasidapat
23
digunakan
4. Kesiapan undangan
 Penyebaran undangan sudah merata
5. Kesiapan tempat
 Kapasitas tempat cukup untuk undangan

2. Evaluasi Proses
a. Kelancaran penyampaian materi
 Pemateri dapat menyampaikan materi dengan baik
b. Keaktifan peserta
 Sebagian masyarakat kurang antuasias, masih
terdapat masyarakat yang sibuk sendiri
c. Penanganan hambatan
 Pemateri dapat melibatkan masyarakat ikut
berdiskusi untuk memfokuskan konsentrasi
 Ice breaking pada saat masyarakat terlihat bosan

3. Evaluasi Hasil
(Soal Pernyataan)
PHBS 5
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%

DBD 5
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%

Leptospirosis 4
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%

24
(Lampiran 1)

MATERI PEMBELAJARAN

( PHBS )

Definisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.

Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup bersih membuang
sampah pada tempatnya dan sehat
2. Memperdayakan masyarakat dalam memelihara kesehatan dengan mengkondisikan jarak kandang
ternak dan rumah
3. Meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar dan mampu secara
mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status kesehatannya dengan cara kerja bakti
4. Meningkatkan kualitas hidup dengan cara menjaga Perilaku sehat Mencuci tangan sebelum
makan,
5. Menyimpan alat dapur seperti piring, gelas, sendok dan alat lain di rak tertutup dan tidak
mencucinya sebelum digunakan

Manfaat

Bagi Rumah Tangga :

 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.


 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Anggota keluarga giat bekerja.
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:

 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

25
 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

Upaya

1. Ketersediaan air bersih.


2. Ketersediaan jamban sehat.
3. Memberantas jentik nyamuk.
4. Mencuci tangan 6 langkah dengan air bersih dan sabun
5. Tidak merokok dalam rumah.
6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
7. Makan buah dan sayur.
8. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
9. Membuang sampah pada tempatnya
10. Tidak meludah sembarangan
11. Menjaga Kebersihan Alat makan

Komponen

1. PHBS lingkungan rumah tangga


2. PHBS lingkungan sekolah
3. PHBS lingkungan kerja
4. PHBS lingkungan umum
5. PHBS institusi kesehatan

26
(Lampiran 2)

MATERI PEMBELAJARAN

( DBD )

A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang
akan muncul seperti ditandaidengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual
dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanyakemerahan di bagian
permukaan tubuh pada penderita.

B. Klasifikasi
1. Dengue tanpa/dengan tanda bahaya (dengue without/with warning signs)
Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

Dengue probable :
a) Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue
b) Demam disertai 2 dari hal berikut :Mual, muntah
c) Ruam
d) Sakit dan nyeri
e) Uji torniket positif
f) Lekopenia
g) Adanya tanda bahaya, Tanda bahaya adalah :
1) Nyeri perut atau kelembutannya
2) Muntah berkepanjangan
3) Terdapat akumulasi cairan
4) Perdarahan mukosa
5) Letargi, lemah
6) Pembesaran hati > 2 cm
7) Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat
8) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma
tidak jelas)

27
2. Dengue berat (severe Dengue)
a) Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan
dengan distress pernafasan.
b) Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi
c) Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan
jantung dan organ lain)

C. Tanda dan Gejala DBD


1. Nyeri pada area mata, daerah perut, otot, punggung, sendi atau tulang.
2. Demam tinggi secara mendadak
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kelelahan
5. Mual muntah
6. Mudah memar
7. Sakit kepala
8. Sakit tengorokan
9. Terjadi perdarahan keluar dari hidung/telinga

D. Penyebab
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus aedes mampu bermulitiplikasi pada kelenjar ludah
dari nyamuk aedes argepty.

E. Penanganan

Pemberantasan terhaap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan istilah pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) yang dilakukan dengan cara:

1. Fisik
Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan menyikat) bak mandi, WC,
dan lain-lain, Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain),
dan Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat
penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar
nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M”

28
plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat,
maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan
DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk
berkaitan era dengan perilaku masyarakat.
2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand
granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata) untuk tiap 100
liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
3. Biologi
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan
memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan
lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).

F. Pencegahan
Pecegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup
yang tepat, yaitu dari sisi :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi:
a) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
penampung air lemari es dan lain-lain
b) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan
c) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi

29
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan
a) Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas, yang disebut dengan “3M Plus”. Konsep 3M
yaitu, menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan strategi “Plus”
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memangsa kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan lotion anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik
berkala sesuai dengan kondisi setempat.

30
(Lampiran 3)

MATERI PEMBELAJARAN

(LEPTOSPIROSIS)

A. Definisi Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menjangkiti banyak jenis hewan,
termasuk burung, reptil, amphibi, dan mamalia. Jadi pada dasarnya leptospirosis merupakan penyakit
hewan yang ditularkan ke manusia melalui air, makanan, dan lingkungan yang terkontaminasi.

Menurut Kementrian Republik Indonesia Leptospirosis merupakan penyakit bersumber dari binatang
(zoonosis) yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira dengan spektrum penyakit
yang luas dan dapat menyebabkan kematian.

B. Klasifikasi Leptospirosis

Famili Leptospiraceae hanya terdiri dari tiga genara yaitu : Leptonema, Turmearia, dan Leptospira.
Genus Leptospira terdiri dari 10 genomospesies dan yang paling penting adalah, L, interrogens
merupakan kelompok patogenik dan L. biflexa merupakan kelompok non patogen. Masing-masing
genomospesies dibagi lagi menjadi 23 serogrup yang di dalamnya terdapat serovar yang memiliki
hubungan antigenic. Sampai saat ini sudah dikenal lebih dari 250 serovar.

Untuk membuat klasifikasi yang tepat dari masing-masing spesies adalah sangat sulit, karena diantara
serovar hampir tidak ditemukan adanya perbedaan yang dapat dilihat. Sebelum berkembangnya analisis
DNA, klasifikasi dibuat berdasarkan tes serologis silang (untuk mengelompokkan bakteri yang
mempunyai tipe yang sama menggunakan antibodi serum). Dalam pelaksanaan sehari-hari, Grup
Spirochaeta Institut Pastur di Paris saat ini memakai sistem pengelompokan yaitu, kelompok serovar L.
interrogans adalah kelompok galur patogen, sementara galur L. Biflexa adalah kelompok non patogen

Galur L interrogans termasuk kelompok Leptospira patogen terdiri lebih dari 250 serovar,
misalnya icterohaemorrhagie, hebdomadis , autumnalis, pyrogenes,bataviae, dll, sedangkan L bifleka
terdiri lebih dari 60 serovar, merupakan kelompok leptospira non-patogen atau saprofit terdiri dari L
biflexa patoc , dll . penentuan serovar dilakukan dengan cara serum penderita yang terinfeksi direaksikan
dengan antigen yang homologus, maka terjadi reaksi aglutinasi. Jika ditemukan titer homologous kurang
10% satu dari dua antisera dengan tes secara berulang, maka kedua galur dikatakan berbeda.

Klasifikasi berdasarkan serologis tampak nya akan digantikan oleh klasifikasi berdasarkan
genetik. Klasifikasi genotipe sangat berbeda dengan klasifikasi berdasarkan serologis , karena didalam

31
genomospesies sering ditemukan serovar yang berasal dari L . interrogans dan juga dari L biflexa.
Adanya heterogenitas genetik sudah dikenal sejak dulu. Dengan melakukan studi berdasarkan hibridisasi,
maka saat in sudah dikenal lebih dari 16 genomospesies. Membuat klasifikasi Leptospira baru
betrdasarkan genotipe untuk taxonomi merupakan cara klasifikasi yang benar serta memberikan dasar
yang kuat dimasa yang akan datang. Akan tetapi, klasifikasi molokuler merupan masalah bagi ahli
mikrobiologi klinik, karena tidak cocok dengan sistem serogrup yang telah lama digunakan baik oleh para
klinisi dan ahli epidemologi .

C. Tanda Gejala Leptospirosis

Gejala penyakit leptospirosis, di antaranya adalah:

1. Mual muntah
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
4. Sakit perut
5. Diare
6. Mata merah
7. Demam
8. Konjungtivitis

Leptospirosis biasanya menunjukkan gejala secara mendadak dalam waktu 2 minggu setelah
penderita terinfeksi. Pada sebagian kasus, gejala baru terlihat setelah 1 bulan. Pasca kemunculan
gejala, penderita leptospirosis biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah sistem
imunitas dapat mengalahkan infeksi. Namun sebagian penderita akan mengalami tahap kedua
penyakit leptospirosis yang dikenal sebagai penyakit Weil. Gejala penyakit Weil ini ditandai
dengan dada terasa nyeri, serta kaki dan tangan yang bengkak.

Selama terserang tahap kedua penyakit leptospirosis ini, bakteri dapat menyerang organ lain
sehingga kondisi menjadi lebih parah. Keadaan tersebut ditunjukkan dengan:

1. Gangguan pada paru-paru dengan gejala batuk, napas pendek, dan batuk yang mengeluarkan
darah.
2. Gangguan pada ginjal yang dapat berujung dengan kondisi gagal ginjal.
3. Gangguan pada otak yang ditunjukkan dengan gejala meningitis

32
4. Gangguan pada jantung yang memicu peradangan jantung (miokarditis) atau gagal jantung.

D. Penyebab Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. yang masih
termasuk dalam famili Leptospiraceae dan ordo Spirochatales. Leptospirosis ditularkan dari binatang ke
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai faktor yang meningkatkan risiko
seseorang terinfeksi bakteri Leptospira antara lain: kepadatan penduduk yang tinggi, pengelolaan sampah
yang kurang baik, kondisi iklim (cuaca hangat, hujan, dan banjir), sanitasi buruk, pekerjaan tertentu
(penambang, petani, dan peternak), serta aktivitas rekreasi (memancing dan berenang). Dokter hewan
maupun staf laboratorium yang kontak dengan kultur leptospirosis juga memiliki risiko terpapar
leptospirosis. Beberapa kegemaran yang bersentuhan dengan air atau tanah yang tercemar, bisa
menularkan leptospirosis,seperti berkemah, berkebun, Meskipun leptospirosis sering dianggap sebagai
penyakit pedesaan, orang yang tinggal di kota juga dapat terkena, tergantung pada kondisi hidup dan
tingkat kebersihan baik di rumah maupun lingkungan terdekatnya.

E. Penanganan

Infeksi leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk membasmi bakteri dan mengembalikan
fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini. Obat antibiotik yang umumnya digunakan untuk
leptospirosis adalah penisilin dan doksisiklin. Untuk kasus yang ringan, pasien dapat diberikan obat
antibiotik tablet. Antibiotik biasanya diberikan selama 1 minggu dan harus dikonsumsi hingga obat habis
untuk memastikan infeksi sudah bersih. Dalam waktu beberapa hari setelah pengobatan, kondisi penderita
biasanya sudah pulih.

Selain antibiotik, obat pereda nyeri, seperti paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi
gejala awal leptospirosis, seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot.

Jika penyakit leptirospirosis berkembang lebih parah atau sering disebut penyakit Weil, maka
pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pada kondisi ini, antibiotik akan disuntikkan ke
dalam pembuluh darah vena dalam tubuh. Saat infeksi telah menyerang organ tubuh, maka beberapa
penanganan tambahan diperlukan untuk menjaga sekaligus mengembalikan fungsi tubuh, seperti:

33
1. Infus cairan, untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada penderita yang tidak bisa minum banyak
air.
2. Pemantauan terhadap kerja jantung.
3. Pemakaian alat bantu pernapasan jika terjadi gangguan pernapasan pada penderita.
4. Dialisis atau cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal.

Indikasi Regimen dan dosis


Leptospirosis ringan (mild - Doxycycline (kapsul) 100 mg 2x/ hari
illness/ suspect case selama 7 hari; atau
- Amoxicillin atau Ampicillin (kapsul) 2 gr/
hari selama 7 hari
Leptospirosis berat (severe - Penicillin G (injeksi) 2 juta unit IV / 6 jam
case/ probable case) selama 7 hari;
- Ceftrioxine (injeksi) 1 gr IV/ hari selama 7
hari

F. Pencegahan

Prinsip kerja fdari pencegahan primer adalah mengendalikan agar tidak terjadi kontak leptospira
dengan manusia, yang meliputi :

1. Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi


Para pekerja mempunyai resiko tinggi terkena leptospira, misalnya pekerja irigasi, petani, pekerja
laboratorium, dokter hewan, harus meakai pakaian khusus yang dapat melindungi dengan kontta
air atau tanah yang terkontaminasi leptospira. Misalnya dengan menggunakan sepatu boot,
masker, dan asrung tangan
2. Melindungi sanitasi air minum penduduk
Dilakukan pengolahan air minum yang baik, dilakukan filtrasi dan deklorinai untuk mencegah
invasi leptospira.
3. Pemberian vaksin
Vaksin diberikan sesuai dengan leptospira ditempat tersebut, akan memberikan manfaat cukup
poten dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja resiko tinggi.
4. Pencegahan dengan antibiotik kemoprofilasis

34
5. Pengendalian hospes perantara leptospira
6. Edukasi pada daerah satu dengan daerah yang lainya mempunyai sorovar dan epidemi leptospira
yang berbeda.

35
(Lampiran 4)

Soal Pernyataan

Berilah tanda (√) pada kolom benar atau salah

PHBS

No. Pernyataan Benar Salah


1. Membuang sampah tidak pada tempatnya v
2. Menyimpan alat dapur di tempat terbuka v
Makan buah dan sayur meningkatkan v
3.
kesehatan
Cuci tangan sebelum makan mencegah v
4.
penyakit
5. Jarak kandang dengan rumah menempel v

DBD

No. Pernyataan Benar Salah


Nyamuk Aedes Aegypti berada di v
1.
genangan air kotor
Kepanjangan 3M : Melihat, v
2.
membersihkan, dan membuang
PSN singkatan dari Pemberantasan Sarang v
3.
Nyamuk
4. Fooging dapat mengurangi sarang nyamuk v
5. DBD adalah Penyakit menular v

36
LEPTOSPIROSIS

No. Pernyataan Benar Salah


Leptospirosis adalah penyakit yang v
1.
disebabkan oleh bakteri
Pipis tikus dapat menyebabkan v
2.
Leptospirosis
Nyamuk Aedes Aegypti dapat v
3.
menyebabkan Leptospirosis
Vaksin tidak dapat mengobati v
4.
Leptospirosis

37
h. Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas
1. Lakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai masalah yang suadara temukan dan
yang telah saudara tulis pada rencana asuhan keperawatan.
Pendidikan kesehatan akan dinilai dengan menggunakan format sebagai berikut :

No. Elemen Kriteria pencapaian kompetensi Skala Ket


penilaian

Ya Tidak

1 Membuka 1. Membuka dengan salam dan ucapan v


acara terima kasih
penyuluhan 2. Apersepsi : menanyakan pengetahuan v
klien tentang materi penyuluhan
(nilai 3) 3. Menyampaikan tujuan v

2 Pelaksanaan 1. Menyampaikan materi dengan bahasa v


yang mudah dipahami
(nilai 7) 2. Menggunakan media dengan tepat v
3. Menyampaikan materi secara
sistematis v
4. Menggunakan waktu dengan baik
5. Mengguggah minat audien v
6. Menyampaikan materi didasari dengan
Alquran dan hadits ** v
7. Melakukan evaluasi pemahaman
audien v

3 Menutup acara 1. Menyimpulkan atau memberikan v


penyuluhan penegasan hal-hal yang penting
2. Menutup dengan ucapan terima kasih v
(nilai 2) dan salam

Nilai : Nilai perolehan x 100


12

: 10/12 x 100 = 83

38
2. Lakukan evaluasi terhadap yang Saudara tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Kemudian
lakukan dokumentasi mengkuti ketentuan sebagai berikut.
No. Diagnosis Kep Implementasi Evaluasi Rencana tindak
lanjut

1. Defisien 1. Menggerakkan toma 1. Tokoh 1. mempertahankan


untuk menggerakkan
kesehatan masyarakat ikut tokoh masyarakat
kesehatan komunitas
komunitas desa nogotirto menggerakkan untuk tetap
2. Memfasilitasi
masyarakat untuk menggerakkan
rencana kegiatan
penyuluhan berkontribusi dalam masyarakat dalam
3. Bekerja sama antar
meningkatkan melakukan
desa mengenai
strategi peningkatan kesehatan program kesehatan
kesehatan
komunitas
4. Bantu masyarakat 2. melengkapi
untuk meningkatkan
kesadaran mengenai 2. fasilitas yang fasilitas yang
masalah kesehatan sudah tersedia belum tersedia
5. Memusyawarahkan
pendapat yang masih belum
berlawan 3. mempertahankan
memadai
kerjasama dan
3. masyarakat antar komunikasi antar
desa saling bekerja desa.
sama dan
4. meningkatkan
komunikasi dengan
partisipasi
baik.
masyarakat dengan
4. kehadiran membuat jadwal 2
masyarakat lebih minggu sekali kerja
banyak dari kerja bakti
bakti yang
5. musyawarah
sebelumnya.
dipertahankan
5. musyawarah dengan voting
pendapat terbanyak.
berlawanan dapat
diatasi

39
2. Ketidakefektifan 1. Menanggapi respon 1. komunikasi 1. mempertahankan
pemeliharaan masyarakat sesuai
dalam rentang usia komuniasi yang
kesehatan dengan usianya
2. Menambahkan dapat sesuai
pengetahuan yang
menyesuaikan
masyarakat belum 2. meningkatkan
mengetahuinya dengan baik
3. Dengan pengetahuan
menyediakan media 2. adanya masyarakat dengan
yang menarik
4. Melakukan peningkatan promosi kesehatan
diskusi ketika pengetahuan setelah
penyuluhan 4. meningkatkan
berlangsung diadakan
5. melakukan kreatifitas media
penyuluhan
pretest dan post test penyuluhan
untuk melihat
pemahaman 4. masyarakat
5. lebih
masyarakat tampak antusias
ditingkatkan dalam
5. masyarakat dapat pemberian materi
menjawab pretest promosi kesehatan
30% dan Posttest
65%

3. Ketidakefektifan 1. menginformasikan 1. masyarakat 1. meningkatkan


koping komunitas kepada masyarakat memahami dampak pengetahuan
manfaat menjaga positif dari perilaku masyarakat tentang
perilaku kesehatan sehat perilaku sehat
& kerugian jika
2. lingkungan di 2. mempertahankan
tidak menjaga
daerah nogotirto dan meningkatkan
perilaku kesehatan
terlihat lebih bersih lingkungan bersih
2. melakukan
windshield survey 3. pemahaman 3. pergantian
3. membuat & masyarakat lebih materi poster secara
menempelkan poster meningkat berkala
di mading pos ronda
4. masyarakat 4. mempertahankan
dan papan informasi
tampak lebih dan meningkatkan
desa
bersemangat dalam rutinitas kerja bakti
4. melakukan kerja

40
bakti kerja bakti 5. mempertahankan
5. mengajak dan meningkatkan
5. masyarakat dapat
masyarakat untuk prinsip PHBS
menerapka prinsip
dapat menerapkan
kesehatan dasar 6.
prinsip kesehatan
rumah tangga memepertahankan
dasar rumah tangga
rutinitas kerja bakti
6. membuat jadwal 6. masyakat
sesuai jadwal
harian melaksanan kerja
bakti sesuai jadwa

4. Defisien 1. Melakukan diskusi 1. Masyarakat 1. Meningkatkan


pengetahuan ketika penyuluhan
tampak antusias kreatifitas media
berlangsung
penyuluhan
2. Melakukan pretest 2. Masyarakat
dan post test untuk dapat menjawab 2.Lebih
melihat pemahaman
masyarakat pretest 30% dan ditingkatkan dalam
Posttest 65% pemberian materi
promosi kesehatan

41
Daftar Pustaka

Ernawati. (2018). Jurnal Keperawatan. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah


Dengue (DBD) di Wilayah Endemik DBD, Volume 2.
Fallen, R., & Dwi K, R. B. (211). Keperawatan Komunitas. Medical Book.
Kementerian Kesehatan Republik RI. (2016, February 07). Kendalikan DBD dengan 3M Plus.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Terapi dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Mediak.
Mubarak, W. I., Santoso, B. A., Roziqin, K., & Patonah, S. (2006). Ilmu Keperawatan
Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan
Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Soegianto, S. (2006). Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press.
World Health Organization (WHO). (2013). Demam Berdarah Dengue. Buku Kedokteran.
Zulkoni , A. (2011). Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

42

Anda mungkin juga menyukai