Komunitas Skenario 1 Fikkksss
Komunitas Skenario 1 Fikkksss
Disusun Oleh :
Kelompok 5
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
TUTOR KOMUNITAS SKENARIO 1
1. Hal apa saja yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk mengedukasi
masyarakat untuk meminimalisir terjadinya leptospirosis ? (Eka)
- Membersihkan gotdari sampah-sampah agar tidak ada tikusnya, harus pakai
alas kaki disawah (Rina)
- Mencari kader dalm masyarakat, berkomunikasi untuk bergotong royong
seminggu sekali setelah melakukan kegiatan mencuci tangan dan sesudah
(Novi Y)
2. Kenapa bisa muncul leptospirosis ? (Angel)
- Karena kurang penegathuan tentang kebersihan lingkungan (Tegar)
- Sudah tercemar lingkungan dengan bakteri leptospira sp yang ditularkan
melalui kencing hewan yg mengendap dilingkungan (Galuh)
- Tidak menjaga kebersihan air sehingga banyak tikusnya (Vivi)
3
- Karena anak-anak aktivitasnya dari pagi – sore sering diluar dan nyamuk
jenis aedes ini aktivitasnya dari pagi-sore, perlindungan kurang, ceroboh
sering bermain ditempat yg tidak bersih (Novi Widya)
- Faktor system kekebalan tubuh anak-anak masih rentan (Neni)
6. Faktor apa yang sangat cepat untuk pertumbuhan jentik-jentik ? (Siska)
- Genangan air, kaleng bekas yang tidak dibuang pada tempatnya (Dewi)
- Kaleng bekas yang minim dari sinar matahari dan cahaya (Tegar)
- Faktor lingkungan yang kotor dengan suhu lembab, dipinggir aliran sungai
yang banyak sampah masyarakat (Eka)
- Melalui pakaian kotor yang selalu tergantung, tanaman kebun yang rimbun,
dan nyamuk dapat terbang berpindah kurang lebih 2kilo meter (Galuh)
7. Bagaimana penangan terkait kehidupan sehari-hari terkait kasus ?(Vivi)
- Kasus DBD, contoh dikasih obat anti jentik-jentik di bak mandi (Rina)
- Melakukan tindakan foging untuk membasmi nyamuk (Andre)
- Selalu airnya diganti atau dikuras 2 hari sekali(Novi Y)
- Berdasarkan data dikasus kan banyak masyarakat berkeja, sebagai perwat
mendatangi masyrakat dijam yang longgar atau pas hari libur, memberi tahu,
memberi obat-obatan (Ratih)
8. Hal apa saja yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk menyadarkan
masyarakat dalam meningkatkan pentingnya kebersihan lingkungan ?(Dewi) dan
Cara atau upaya yg bisa dilakukan agar gerakan yg telah direncakan bisa berjalan
dg lancar ? (Neni)
- Memberikanm edukasi kepada keluarga klien agar tidak terulang kembali
kejadian DBD dan leptospirosis (Ratih)
- Memberikan penyuluhan dengan cara mendatangi desa tersebut memberikan
media pembelajaran, yang bisa diberikan penjelasan cara penularan dan
pencegahan di desa tersebut, memaksukan dalil-dalil islam (Eka)
- Penyuluhan dampak lingkungan yang kotor (Andre)
- Memberitahu masyarakat bahwa banyak manfaat dari lingkungan yang bersih
(Novi Y)
- Kerja sama dengan tokoh setempat untuk dapat mengumpulkan masykarat
lalu disampaikan penyuluhan (Neni)
- Dengan memberikan lembaran JMK di rumah (Fikri)
9. Mengapa penyakit DBD sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan hal yang
fatal seperti meninggal dunia ?(Novi Widya)
- DBD dapat menyebabkan kematian jika pasien tidak bisa melewati masa kritis
dengan baik. Ada fase kritis virus dengue penyebab DBD mulai bereaksi
merusak celah antarsel di pembuluh darah. Ketika celah antarsel ini melebar,
maka cairan pada darah akan keluar melalui celah ini. Jika plasma darah
4
keluar, maka darah akan menjadi lebih kental. Komplikasi pengentalan darah
inilah yang dapat berakibat fatal. (Siska)
- galuh
10. Bagaimana pendekatan yang harus dilakukan agar masyarakat sadar pentingnya
menjaga kesehatan ? (Galuh)
- Dengan pendekatan model community as partner ini member penekanan
pada filosofi yang mendasari perawatan kesehatan utama (Novi Widya)
Data Subyektif
Hasil Survey : Setiap kegiatan kerja bakti di
tingkat RT hanya dihadiri 5-7 orang saja.
2. Data Obyektif
Hasil Survey : Data puskesmas bulan Januari
2017 ABJ mencapai 70 %. Ketidakefektifan pemeliharaan
5
kesehatan
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung
Wawancara : disurvey, 79 % masyarakat belum
tahu tentang leptospirosis, cara penularan dan
cara pencegahannya
Data Subyektif
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung. Selama ini masyarakat
membiarkan saja, karena menganggap keadaan
ini adalah hal yang biasa
Wawancara :Menurut kader kesehatan, selain
DBD juga muncul leptospirosis yang mengenai
seorang warga di Nogotirto
3. Data Obyektif
Data Survey : jumantik mandiri tidak terpantau
dengan baik, Ketidakefektifan koping komunitas
Winsley Survey : hasil survey menunjukan
lingkungan kotor, banyak pohon yang rimbun,
kandang ternak menempel di rumah dan
sebagian unggas berada di dalam rumah
Wawancara : Kebiasaan cuci tangan sebelum
makan kurang lebih hanya 29 % dilakukan oleh
masyarakat, gerakan PSN dan 3M selama ini
yang dicanangkan puskesmas Gamping tidak
bisa berjalan dengan baik
Data Subyektif
Hasil Survey : Setiap kegiatan kerja bakti di
tingkat RT hanya dihadiri 5-7 orang saja.
6
dilakukan karena menganggap memakai sendok
sudah aman
4. Data Obyektif
Hasil Survey : Data puskesmas bulan Januari Defisien pengetahuan
2017 ABJ mencapai 70 %.
Data Subyektif
Winsley Survey : Vektor tikus banyak
ditemukan di sekitar rumah, di got dan di jalanan
sepanjang kampung. Selama ini masyarakat
membiarkan saja, karena menganggap keadaan
ini adalah hal yang biasa
Wawancara :Menurut kader kesehatan, selain
DBD juga muncul leptospirosis yang mengenai
seorang warga di Nogotirto.
7
D. Buatlah Web of Causation atau pohon masalah
Dbd,
Leptospirosis
Defisien kesehatan
komunitas
8
E. Rumusan diagnosis keperawatan komunitas
1. Defisien kesehatan komunitas
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Ketidakefektifan koping komunitas
4. Defisien pengetahuan
9
mengganggap hal yang Sekunder proses modifikasi
sepele Keefektifan skrining perilaku dengan cara
kesehatan komunitas yang tepat
1.Identifikasi kondisi dokumentasikan dan
beresiko tinggi yang umum komunikasikan proses
di komunitas 1(buruk)- modifikasi untuk
(baik) penanganan tim sesuai
2.Identifikasi kondisi yangdengan kebutuhan
bisa mendapatkan manfaat Sekunder
dari deteksi dini dan Skrining Kesehatan
pengobatan 2(cukup baik)- 1.Monitor populasi yg
3(baik) bersiko dalam rangka
3. Identifikasi sumber dayapemenuhan regimen
yang dibutuhkan untuk prevensi dan
skrining 2(cukup baik)-3 perawatan
(baik) 2. Monitor sanitasi.
3.Monitor faktor-
Tersier faktor lingkungan yg
Kontrol resiko mempengaruhi
komunitas: penyakit penyebaran penyakit
menular menular
1.penegakan kebijakan 4.Sediakan informasi
pemantauan lingkungan (1- mengenai kontrol
3) terhadap vector dan
2.pemantauan kematian hewan penjamu
akibat penyakit menular(1- reservoir yang
3) adekuat, seperti yang
3.pemantuan komplikasi dibutuhkan
penyakit menular(1-3) 5.Dapatkan riwayat
kesehatan yang sesuai
6. Berikan
kenyamanan selama
prosedur skrining
Tersier
Perlindungan
Lingkungan yang
beresiko
1.Kaji lingkungan
terkait dengan adanya
resiko potensial dan
actual
2.analisa tingkat risiko
terkait dengan
lingkungan.
3.Skrining opulasi
berisiko untuk
10
mendapatkan bukti
adanya paparan
terhadap bahaya yang
ada di lingkungan.
4. Berpartisipasi
dalam pengumpulan
data terkait dengan
kejadian dan
pravalensi paparan
bahaya yang ada di
lingkungan.
2. DO Primer Primer
-Kandang ternak Pengetahuan promosi Pendidikan
menempel dirumah Ketidakefektif kesehatan kesehatan
-Sebagian unggas berada an 1.Perilaku yang 1.Identifikasi sumber
di dalam rumah pemeliharaan meningkatkan kesehatan daya yang diperlukan
-Penderita DBD sebagian kesehatan 2(pengetahuan terbatas)- 4 untuk melaksanakan
besar 56% berusia 4-12 (pengetahuan banyak) program
tahun 2.Sumber informasi 2.Berikan ceramah
peningkatan kesehatan untuk menyampaikan
DS terkemuka 2(pengetahuan informasi dalam
-Masyarakat membiarkan terbatas)- 4 (pengetahuan jumlah besar
saja, dan menganggap banyak) 3.Ajarkan strategi
keadaan ini sepele 3.Strategi untuk yang dapat digunakan
menghindari paparan untuk menolak
bahaya lingkungan perilaku tidak sehat
2(pengetahuan terbatas)- 4 atau berisiko
(pengetahuan banyak) 4.Manfaatkan system
dukungan social dan
Sekunder keluarga untuk
Perilaku promosi meningkatkan
kesehatan efektivitas gaya hidup
1.Menggunakan perilaku atau modifikasi
yang menghindari resiko perilaku
(2-4) Sekunder
2.Menjaga hubungan Skrining Kesehatan
social (1-3) 1.Tentukan populasi
3.Melakukan perilaku target untuk
kesehatan secara rutin pemeriksaan
(2-3) kesehatan
4.Menggunakan dukungan 2.Iklankan layanan
social untuk skrining kesehatan
meningkatkan kesehatan untuk meningkatkan
(1-3) kesadaran masyarakat.
5.Mendapatkan sreening 3.Berikan informasi
kesehatan yang pemeriksaan diri yang
11
direkomendasikan( 2-3) tepat selama skrining
6.Memperoleh 4.Sediakan akses yang
pemeriksaan rutin (2-3) mudah bagi layanan
Tersier skrining
Pengaturan Psikososial Tersier
perubahan kehidupan Peningkatan
1.Menggunakan strategi kesadaran kesehatan
koping yang efektif 1.Gunakan
2(jarang menunjukkan)- komunikasi yangs
4(sering menunjukkan) sesuai dan jelas
2. Menggunakaan 2. Berkomunikasi
dukungan social yang dengan
tersedia 2(jarang mempertimbangkan
menunjukkan)- 4(sering keseuaian budaya,
menunjukkan) kesesuaian usia, dan
3.Partisipasi dalam ksesuaian jenis
aktivitas waktu luang kelamin
2(jarang menunjukkan)- 3. Observasi tanda-
4(sering menunjukkan) tanda kesadaran
4.Mempertahankan kesehatan yang
produktivitas2(jarang terganggu
menunjukkan)- 4(sering 4. Sediakan materi
menunjukkan) informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami
5. Gunakan strategi
untuk meningkatkan
pemahaman
6. Gunakan beberapa
alat komunikasi
7. Evaluasi
pemahaman pasien
mengulangi kembali
menggunakan kata-
kata sendiri atau
memperagakan
keterampilan
8. Bantu individu
untuk mengatisipasi
pengalaman mereka
terhadap system
perawatan kesehatan.
12
3. DO Primer Primer
-Setiap kegiatan kerja Status kesehatan Manajemen
bakti di tingkat RT hanya Ketidakefektif komunitas Lingkungan
dihadiri 5-7 orang saja an koping 1.Pravalensi program Komunitas
komunitas peningkatan kesehatan 1.Inisiasi skrining
DS 1(buruk)- 3(baik) resiko kesehatan yang
-Dari permasalahan yang 2.tingkatkan partisipasi berasal dari
ada masyarakat dalam program kesehatan lingkungan
membiarkan saja dan 1(buruk)-3(baik) 2.Berpasrtisipasi
mengganggap hal yang 3.pravalensi program dalam program
sepele perlindungan kesehatan dikomunitas untuk
1(buruk)-3(baik) mengatasi resiko yang
4.monitoring standar sudah diketahui
kesehatan komunitas untuk 3.Dorong lingkungan
ukuran dan evaluasi untuk berpartisipasi
kesehatan 2(cukup baik)- aktif dalm
3(baik keselamatan
Sekunder komunitas
Keefektifan Skrining 4.Lakukan program
Kesehatan Komunitas edukasi untuk
1.Identifikasi kondisi kelompok berisiko
beresiko tinggi yang umum Sekunder
dikomunitas 1 (Buruk) – Latihan Kontrol
3(Baik) Implus
2.Identifikasi kondisi yang 1.gunakan rencana
bisa mendapatkan manfaat modifikasi perilaku,
dari deteksi dini dan sesuai kebutuhan,
pengobatan 1 (Buruk) – untuk mendukung
3(Baik) strategi pemecahan
3.Penyediaan Skrining masalah yang sudah
untuk pravalensi umum diajarkan
dimasyarakat 2 (Cukup 2. bantu pasien untuk
Baik ) – 4( Sangat Baik) memilih tindakan
4.Pendidikan Kepada yang paling
anggota komunitas akan menguntungkan
pentingnya skrining 2 3.bantu pasien
(Cukup Baik ) – 4( Sangat mengevaluasi hasil
Baik) dari serangkaian
5.Identifikasi sumber daya tindakan yang sudah
yang dibutuhkan untuk dilakukan
skrining 2 (Cukup Baik ) – 4. bantu pasien
4( Sangat Baik) mengidentifikasi
6.Tingkat Partisipasi target masalah yang
pada saat skrining 1 membutuhkjan
(Buruk) – 3(Baik) tindakan yang
menguras pikiran
13
Kompetensi komunitas Tersier
1.Tingkat partisipasi dalam Peningkatan Koping
kegiatan 1(buruk)- 3(baik) 1.Berikan penilaian
2.kehadiran anggota pada mengenahi
forum komunitas 1(buruk)- pemahaman pasien
3(baik) terhadap proses
penyakit
Tersier 2.Sediakan informasi
Kontrol resiko actual mengenai
komunitas: penyakit diagnosis,
menular penanganan, dan
1.penegakan kebijakan prognosis
pemantauan lingkungan (1- 3.Evaluasi
3) kemampuan pasien
2.pemantauan kematian dalam mengambil
akibat penyakit menular(1- keputuasan
3) 4.Bantu pasien untuk
3.pemantuan komplikasi menyelesaikan
penyakit menular(1-3) masalah dengan cara
yang konstruktif
5.Bantu pasien dalam
memeriksa sumber-
sumber yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan-tujuannya.
4. DO Defisien Primer Primer
-Berdasarkan survey 79% pengetahuan Pengetahuan: Promosi Modifikasi Perilaku
masyarakat belum tahu kesehatan 1.Bantu masyarakat
tentang leptospirosis,cara 1.Perilaku yang dalam
penularan, dan cara meningkatkan kesehatan mengidentifikasi
penanganannya 2(pengetahuan terbatas)- 4 masalah kesehatan
DS (pengetahuan banyak) 2.Diskusikan proses
2.Sumber informasi modifikasi perilaku
peningkatan kesehatan dengan pihak yang
terkemuka 2(pengetahuan penting dari
terbatas)- 4 (pengetahuan masyarakat
banyak) 3.Fasilitas keterlibatan
3.Strategi untuk masyarakat dalam
menghindari paparan proses modifikasi
bahaya lingkungan perilaku dengan cara
2(pengetahuan terbatas)- 4 yang tepat
(pengetahuan banyak) dokumentasikan dan
Sekunder komunikasikan proses
Pengetahuan: modifikasi untuk
Perilaku kesehatan penanganan tim sesuai
1.strategi untuk mencegah dengan kebutuhan
14
penyebaran penyakit
menular 2(pengetahuan Sekunder
terbatas)-4(pengetahuan Pendidikan
banyak) kesehatan
2. layanan peningkatan 1.Identifikasi sumber
kesehatan 2(pengetahuan daya yang diperlukan
terbatas)-4(pengetahuan untuk melaksanakan
banyak) program
3. layanan perlindungan 2.Berikan ceramah
kesehatan 2(pengetahuan untuk menyampaikan
terbatas)-4(pengetahuan informasi dalam
banyak) jumlah besar
Tersier 3.Ajarkan strategi
Perilaku Pencarian yang dapat digunakan
kesehatan untuk menolak
1.Melakukan skrining diri perilaku tidak sehat
2(jarang menunjukkan )- 4 atau berisiko
(sering menunjukkan) 4.Manfaatkan system
2. Melalukanm perilaku dukungan social dan
kesehatan yang keluarga untuk
disarankan2(jarang meningkatkan
menunjukkan )- 4 (sering efektivitas gaya hidup
menunjukkan) atau modifikasi
3.Menggunkan informasi perilaku
kesehatan yang
terkemuka2(jarang Tersier
menunjukkan )- 4 (sering Peningkatan
menunjukkan) kesadaran kesehatan
4. Menjelaskan strategi 1.Gunakan
untuk mneghilangkan komunikasi yangs
perilaku yang tidak sesuai dan jelas
sehat2(jarang 2. Berkomunikasi
menunjukkan )- 4 (sering dengan
menunjukkan) mempertimbangkan
5. Melakukan perilaku keseuaian budaya,
kesehatan dengan inisiatif kesesuaian usia, dan
diri sendiri 2(jarang ksesuaian jenis
menunjukkan )- 4 (sering kelamin
menunjukkan) 3. Observasi tanda-
tanda kesadaran
kesehatan yang
terganggu
4. Sediakan materi
informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami
15
5. Gunakan strategi
untuk meningkatkan
pemahaman
6. Gunakan beberapa
alat komunikasi
7. Evaluasi
pemahaman pasien
mengulangi kembali
menggunakan kata-
kata sendiri atau
memperagakan
keterampilan
8. Bantu individu
untuk mengatisipasi
pengalaman mereka
terhadap system
perawatan kesehatan.
2. Ketidakef Tujuan Umum : -Kerja Semua warga Minggu, 3 Balai Iuran Kelompok Noviy
ektifan bakti Nogotirto November desa Rp. 1.500.000 anti
Menumbuhkan
pemelihar Jam Nogotirt Rincian dana
aan kesadaran 08.00- o Rp.1.300.000
kesehatan selesai dana konsumsi
masyarakat untuk
Rp.200.000
meningkatkan Iuran kelompok
16
pemeliharaan Rp. 300.000
Untuk pembelian
kesehatan dan
konsumsi ringan
lingkungan
Tujuan Khusus :
Memberdayakan
masyarakat agar
dapat melaksanan
program-program
kesehatan di
masyarakat
Nogotirto
3. Ketidakef Tujuan umum Penyuluha Semua warga Minggu 3 Lingkun Iuran Kelompok Ratih
ektifan Meningkatkan n Nogotirto November gan desa Rp. 1.500.000
koping kesadaran penguatan 2019 Nogotirt Rincian dana
komunita masayakat dalam koping Jam o Rp.1.300.000
s pemeliharan menjaga 08.00- dana konsumsi
kesehatan dan kebersihan selesai Rp.200.000
lingkungan
Tujuan khusus
Diharapkan
masyarakat dapat
sadar bahwa
lingkungan yang
bersih dapat
memberikan
dampak yang baik
bagi kesehatan
4. Defisien Tujuan umum Penyuluha Semua warga Minggu, 3 Tempat Iuran kelompok Neni
pengeta Meningkatkan n DBD Nogotirto November Bapak Rp. 1.500.000
pengetahuan dan 2019 Dukuh Rincian dana
huan masyarakat Leptospiro 08.00- Nogotiro Rp.1.300.000
Tujuan khusus sis selesai dana konsumsi
Diharapkan dengan Rp.200.000
adanya untuk FC materi
pengetahuan yang penyuluhan
lebih masayarakat
dapat lebih paham
dalam menjaga
kesehatan
17
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi salah satu factor perilaku hidup yang tidak
sehat hingga saat ini. DBD merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Infeksi DBD
dapat terus mengalami peningkatan apabila tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan. Berdasarkan data di kecamatan Gamping angka kejadian DBD menduduki
peringkat 1 selama tahun 2018. Dampaknya pada pertengahan bulan Februari 2016 sebanyak
12 orang dirawat dan 1 diantaranya meninggal dunia. Penderita DBD ini sebagian besar
(56%) berusia 4-12 tahun. Pada bulan Januari 2017 hasil observasi oleh juru pemantau jentik
18
(jumantik) masih ada rumah tangga dengan jentik positif yang menunjukkan angka mencapai
70%. Kebiasaan perilaku hidup yang tidak sehat ini merupakan factor utama penyebab
masalah tersebut dan dapat menimbulkan masalah yang lain yaitu munculnya penyakit
leptospirosis.Karena kesibukan masyarakat yang bekerja seharian sehingga gerakan PSN dan
3M yang dicanangkan puskesmas Gamping tidak bisa berjalan dengan baik. Upaya untuk
menangani masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan dan demonstrasi
untukmeningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
sehingga dapat terciptanya lingkungan yang bebas dari sumber penyakit.
2. MASALAH KESEHATAN
Berdasarkan masalah diatas penerapan perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang.
Sehingga penyakit berbasis lingkungan yang muncul belum bisa dikendalikan. Beberapa
masalah kesehatan yang dapat muncul antara lain kurangnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kesehatan lingkungan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan.
3. TUJUAN
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan selama 2x45 menit, masyarakat dapat memahami dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik dan benar.
4. SASARAN
Semua Kalangan Masyarakat Desa Nogotirto
5. STRATEGI
1. Ceramah
2. Pemutaran Video
3. Demonstrasi
19
6. PENGORGANISASIAN WAKTU
Hari/
KEGIATAN KEGIATAN
tanggal WAKTU TEMPAT PELAKSANA
PENYULUHAN PESERTA
10 menit PEMBUKAAN : a. Menjawab MC
a. Memberikan salam
salam b. Mendengarkan
b. Perkenalan dan
c. Kontrak memperhatikan
kegiatan c. Mendengarkan
d. Menjelaskan dan
TIU (tujuan memperhatikan
umum) dan d. Mendengarkan
TIK (tujuan dan
khusus) memperhatikan
e. Menyebutkan e. Menjawab
materi yang pertanyaan
akan
diberikan
f. Pretest
20
3 menit PENUTUP : Menjawab MC
Mengucapkan salam
salam penutup
7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Soal Pernyataan
(lampiran 4)
21
Lampiran SAP
22
Topik Penyakit Berbasis Lingkungan
Tujuan 1. Masyarakatdapat memahami pengertian DBD dan
Leptospirosis
2. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Masyarakat dapat mengetahui dampak dari perilaku hidup
yang tidak sehat
4. Masyarakat dapat mengetahui factor yang dapat memicu
timbulnya penyakit
5. Masyarakat dapatmenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan
Sasaran Semua Kalangan Masyarakat Desa Nogotirto
Kisi-kisi Materi PHBS (lampiran 1)
1. Pengertian PHBS
2. Tujuan PHBS
3. Manfaat PHBS
4. Upaya PHBS
5. Komponen PHBS
DBD (lampiran 2)
1. Pengertian DBD
2. Klasifikasi DBD
3. Tanda dan gejala DBD
4. Penyebab DBD
5. Penanganan DBD
6. Pencegahan DBD
Leptospirosis (lampiran 3)
1. Pengertian Leptospirosis
2. Klasifikasi Leptospirosis
3. Tanda dan gejala Leptospirosis
4. Penyebab Leptospirosis
5. Penanganan Leptospirosis
6. Pencegahan Leptospirosis
2. Evaluasi Proses
a. Kelancaran penyampaian materi
Pemateri dapat menyampaikan materi dengan baik
b. Keaktifan peserta
Sebagian masyarakat kurang antuasias, masih
terdapat masyarakat yang sibuk sendiri
c. Penanganan hambatan
Pemateri dapat melibatkan masyarakat ikut
berdiskusi untuk memfokuskan konsentrasi
Ice breaking pada saat masyarakat terlihat bosan
3. Evaluasi Hasil
(Soal Pernyataan)
PHBS 5
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%
DBD 5
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%
Leptospirosis 4
a. Hasil pre test : 30%
b. Hasil post test : 65%
24
(Lampiran 1)
MATERI PEMBELAJARAN
( PHBS )
Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup bersih membuang
sampah pada tempatnya dan sehat
2. Memperdayakan masyarakat dalam memelihara kesehatan dengan mengkondisikan jarak kandang
ternak dan rumah
3. Meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar dan mampu secara
mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status kesehatannya dengan cara kerja bakti
4. Meningkatkan kualitas hidup dengan cara menjaga Perilaku sehat Mencuci tangan sebelum
makan,
5. Menyimpan alat dapur seperti piring, gelas, sendok dan alat lain di rak tertutup dan tidak
mencucinya sebelum digunakan
Manfaat
Bagi Masyarakat:
25
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
Upaya
Komponen
26
(Lampiran 2)
MATERI PEMBELAJARAN
( DBD )
A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang
akan muncul seperti ditandaidengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual
dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanyakemerahan di bagian
permukaan tubuh pada penderita.
B. Klasifikasi
1. Dengue tanpa/dengan tanda bahaya (dengue without/with warning signs)
Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :
Dengue probable :
a) Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue
b) Demam disertai 2 dari hal berikut :Mual, muntah
c) Ruam
d) Sakit dan nyeri
e) Uji torniket positif
f) Lekopenia
g) Adanya tanda bahaya, Tanda bahaya adalah :
1) Nyeri perut atau kelembutannya
2) Muntah berkepanjangan
3) Terdapat akumulasi cairan
4) Perdarahan mukosa
5) Letargi, lemah
6) Pembesaran hati > 2 cm
7) Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat
8) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma
tidak jelas)
27
2. Dengue berat (severe Dengue)
a) Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan
dengan distress pernafasan.
b) Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi
c) Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan
jantung dan organ lain)
D. Penyebab
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus aedes mampu bermulitiplikasi pada kelenjar ludah
dari nyamuk aedes argepty.
E. Penanganan
Pemberantasan terhaap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan istilah pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) yang dilakukan dengan cara:
1. Fisik
Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan menyikat) bak mandi, WC,
dan lain-lain, Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain),
dan Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat
penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar
nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M”
28
plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat,
maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan
DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk
berkaitan era dengan perilaku masyarakat.
2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand
granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata) untuk tiap 100
liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
3. Biologi
Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan
memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan
lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).
F. Pencegahan
Pecegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup
yang tepat, yaitu dari sisi :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi:
a) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
penampung air lemari es dan lain-lain
b) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan
c) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
29
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan
a) Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas, yang disebut dengan “3M Plus”. Konsep 3M
yaitu, menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan strategi “Plus”
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memangsa kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan lotion anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik
berkala sesuai dengan kondisi setempat.
30
(Lampiran 3)
MATERI PEMBELAJARAN
(LEPTOSPIROSIS)
A. Definisi Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menjangkiti banyak jenis hewan,
termasuk burung, reptil, amphibi, dan mamalia. Jadi pada dasarnya leptospirosis merupakan penyakit
hewan yang ditularkan ke manusia melalui air, makanan, dan lingkungan yang terkontaminasi.
Menurut Kementrian Republik Indonesia Leptospirosis merupakan penyakit bersumber dari binatang
(zoonosis) yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira dengan spektrum penyakit
yang luas dan dapat menyebabkan kematian.
B. Klasifikasi Leptospirosis
Famili Leptospiraceae hanya terdiri dari tiga genara yaitu : Leptonema, Turmearia, dan Leptospira.
Genus Leptospira terdiri dari 10 genomospesies dan yang paling penting adalah, L, interrogens
merupakan kelompok patogenik dan L. biflexa merupakan kelompok non patogen. Masing-masing
genomospesies dibagi lagi menjadi 23 serogrup yang di dalamnya terdapat serovar yang memiliki
hubungan antigenic. Sampai saat ini sudah dikenal lebih dari 250 serovar.
Untuk membuat klasifikasi yang tepat dari masing-masing spesies adalah sangat sulit, karena diantara
serovar hampir tidak ditemukan adanya perbedaan yang dapat dilihat. Sebelum berkembangnya analisis
DNA, klasifikasi dibuat berdasarkan tes serologis silang (untuk mengelompokkan bakteri yang
mempunyai tipe yang sama menggunakan antibodi serum). Dalam pelaksanaan sehari-hari, Grup
Spirochaeta Institut Pastur di Paris saat ini memakai sistem pengelompokan yaitu, kelompok serovar L.
interrogans adalah kelompok galur patogen, sementara galur L. Biflexa adalah kelompok non patogen
Galur L interrogans termasuk kelompok Leptospira patogen terdiri lebih dari 250 serovar,
misalnya icterohaemorrhagie, hebdomadis , autumnalis, pyrogenes,bataviae, dll, sedangkan L bifleka
terdiri lebih dari 60 serovar, merupakan kelompok leptospira non-patogen atau saprofit terdiri dari L
biflexa patoc , dll . penentuan serovar dilakukan dengan cara serum penderita yang terinfeksi direaksikan
dengan antigen yang homologus, maka terjadi reaksi aglutinasi. Jika ditemukan titer homologous kurang
10% satu dari dua antisera dengan tes secara berulang, maka kedua galur dikatakan berbeda.
Klasifikasi berdasarkan serologis tampak nya akan digantikan oleh klasifikasi berdasarkan
genetik. Klasifikasi genotipe sangat berbeda dengan klasifikasi berdasarkan serologis , karena didalam
31
genomospesies sering ditemukan serovar yang berasal dari L . interrogans dan juga dari L biflexa.
Adanya heterogenitas genetik sudah dikenal sejak dulu. Dengan melakukan studi berdasarkan hibridisasi,
maka saat in sudah dikenal lebih dari 16 genomospesies. Membuat klasifikasi Leptospira baru
betrdasarkan genotipe untuk taxonomi merupakan cara klasifikasi yang benar serta memberikan dasar
yang kuat dimasa yang akan datang. Akan tetapi, klasifikasi molokuler merupan masalah bagi ahli
mikrobiologi klinik, karena tidak cocok dengan sistem serogrup yang telah lama digunakan baik oleh para
klinisi dan ahli epidemologi .
1. Mual muntah
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
4. Sakit perut
5. Diare
6. Mata merah
7. Demam
8. Konjungtivitis
Leptospirosis biasanya menunjukkan gejala secara mendadak dalam waktu 2 minggu setelah
penderita terinfeksi. Pada sebagian kasus, gejala baru terlihat setelah 1 bulan. Pasca kemunculan
gejala, penderita leptospirosis biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah sistem
imunitas dapat mengalahkan infeksi. Namun sebagian penderita akan mengalami tahap kedua
penyakit leptospirosis yang dikenal sebagai penyakit Weil. Gejala penyakit Weil ini ditandai
dengan dada terasa nyeri, serta kaki dan tangan yang bengkak.
Selama terserang tahap kedua penyakit leptospirosis ini, bakteri dapat menyerang organ lain
sehingga kondisi menjadi lebih parah. Keadaan tersebut ditunjukkan dengan:
1. Gangguan pada paru-paru dengan gejala batuk, napas pendek, dan batuk yang mengeluarkan
darah.
2. Gangguan pada ginjal yang dapat berujung dengan kondisi gagal ginjal.
3. Gangguan pada otak yang ditunjukkan dengan gejala meningitis
32
4. Gangguan pada jantung yang memicu peradangan jantung (miokarditis) atau gagal jantung.
D. Penyebab Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. yang masih
termasuk dalam famili Leptospiraceae dan ordo Spirochatales. Leptospirosis ditularkan dari binatang ke
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai faktor yang meningkatkan risiko
seseorang terinfeksi bakteri Leptospira antara lain: kepadatan penduduk yang tinggi, pengelolaan sampah
yang kurang baik, kondisi iklim (cuaca hangat, hujan, dan banjir), sanitasi buruk, pekerjaan tertentu
(penambang, petani, dan peternak), serta aktivitas rekreasi (memancing dan berenang). Dokter hewan
maupun staf laboratorium yang kontak dengan kultur leptospirosis juga memiliki risiko terpapar
leptospirosis. Beberapa kegemaran yang bersentuhan dengan air atau tanah yang tercemar, bisa
menularkan leptospirosis,seperti berkemah, berkebun, Meskipun leptospirosis sering dianggap sebagai
penyakit pedesaan, orang yang tinggal di kota juga dapat terkena, tergantung pada kondisi hidup dan
tingkat kebersihan baik di rumah maupun lingkungan terdekatnya.
E. Penanganan
Infeksi leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk membasmi bakteri dan mengembalikan
fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini. Obat antibiotik yang umumnya digunakan untuk
leptospirosis adalah penisilin dan doksisiklin. Untuk kasus yang ringan, pasien dapat diberikan obat
antibiotik tablet. Antibiotik biasanya diberikan selama 1 minggu dan harus dikonsumsi hingga obat habis
untuk memastikan infeksi sudah bersih. Dalam waktu beberapa hari setelah pengobatan, kondisi penderita
biasanya sudah pulih.
Selain antibiotik, obat pereda nyeri, seperti paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi
gejala awal leptospirosis, seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot.
Jika penyakit leptirospirosis berkembang lebih parah atau sering disebut penyakit Weil, maka
pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pada kondisi ini, antibiotik akan disuntikkan ke
dalam pembuluh darah vena dalam tubuh. Saat infeksi telah menyerang organ tubuh, maka beberapa
penanganan tambahan diperlukan untuk menjaga sekaligus mengembalikan fungsi tubuh, seperti:
33
1. Infus cairan, untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada penderita yang tidak bisa minum banyak
air.
2. Pemantauan terhadap kerja jantung.
3. Pemakaian alat bantu pernapasan jika terjadi gangguan pernapasan pada penderita.
4. Dialisis atau cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal.
F. Pencegahan
Prinsip kerja fdari pencegahan primer adalah mengendalikan agar tidak terjadi kontak leptospira
dengan manusia, yang meliputi :
34
5. Pengendalian hospes perantara leptospira
6. Edukasi pada daerah satu dengan daerah yang lainya mempunyai sorovar dan epidemi leptospira
yang berbeda.
35
(Lampiran 4)
Soal Pernyataan
PHBS
DBD
36
LEPTOSPIROSIS
37
h. Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas
1. Lakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai masalah yang suadara temukan dan
yang telah saudara tulis pada rencana asuhan keperawatan.
Pendidikan kesehatan akan dinilai dengan menggunakan format sebagai berikut :
Ya Tidak
: 10/12 x 100 = 83
38
2. Lakukan evaluasi terhadap yang Saudara tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Kemudian
lakukan dokumentasi mengkuti ketentuan sebagai berikut.
No. Diagnosis Kep Implementasi Evaluasi Rencana tindak
lanjut
39
2. Ketidakefektifan 1. Menanggapi respon 1. komunikasi 1. mempertahankan
pemeliharaan masyarakat sesuai
dalam rentang usia komuniasi yang
kesehatan dengan usianya
2. Menambahkan dapat sesuai
pengetahuan yang
menyesuaikan
masyarakat belum 2. meningkatkan
mengetahuinya dengan baik
3. Dengan pengetahuan
menyediakan media 2. adanya masyarakat dengan
yang menarik
4. Melakukan peningkatan promosi kesehatan
diskusi ketika pengetahuan setelah
penyuluhan 4. meningkatkan
berlangsung diadakan
5. melakukan kreatifitas media
penyuluhan
pretest dan post test penyuluhan
untuk melihat
pemahaman 4. masyarakat
5. lebih
masyarakat tampak antusias
ditingkatkan dalam
5. masyarakat dapat pemberian materi
menjawab pretest promosi kesehatan
30% dan Posttest
65%
40
bakti kerja bakti 5. mempertahankan
5. mengajak dan meningkatkan
5. masyarakat dapat
masyarakat untuk prinsip PHBS
menerapka prinsip
dapat menerapkan
kesehatan dasar 6.
prinsip kesehatan
rumah tangga memepertahankan
dasar rumah tangga
rutinitas kerja bakti
6. membuat jadwal 6. masyakat
sesuai jadwal
harian melaksanan kerja
bakti sesuai jadwa
41
Daftar Pustaka
42