Anda di halaman 1dari 22

LECTURE NOTES

ECON 6066
Macro and Micro Economics

Week 10
Short Run Economic Fluctuations

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


LEARNING OUTCOMES

Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang penentu permintaan agregat dan penawaran
agregat jangka panjang dan jangka pendek, serta mampu menjelaskan pengaruh kebijakan
moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat.

OUTLINE MATERI :

• Aggregate Demand and Aggregate Supply


• The Influence of Monetary and Fiscal Policy On Aggregate Demand

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


ISI MATERI

10.1. Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat

10.1.1. Aggregate Demand (AD)


Model penawaran agregat (Aggregate Supply/AS) dan permintaan agregat (Aggregate
Demand/AD) sering kali digunakan untuk membantu menganalisis fluktuasi ekonomi dalam
jangka pendek. Permintaan agregat (AD) adalah keseluruhan permintaan terhadap barang &
jasa oleh pengguna dalam ekonomi. Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh
sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga.
Empat komponen PDB (Y) berkontribusi pada permintaan agregat untuk barang dan jasa
dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX
10.1.1.1. Kurva Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat pada dasarnya melambangkan jumlah dari seluruh barang dan
jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tiap tingkat harga. Artinya, jika hal lain
tetap sama, penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung
meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Kurva permintaan agregat mempunyai
slope negatif. Kurva permintaan agregat dapat dilihat pada gambar 10.1.
Faktor-faktor yang menyebabkan Kurva permintaan agregat mempunyai slope negatif
adalah :
- Tingkat Harga dan Konsumsi : Efek Kekayaan
• Penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang pada gilirannya
mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak.
• Peningkatan dalam belanja konsumen berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan
jasa yang diminta.
- Tingkat Harga dan Investasi : Dampak Suku Bunga
Efek suku bunga ditujukan karena perubahan tingkat harga mempengaruhi suku bunga. Efek
ini mempengaruhi produksi & investasi.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


• Tingkat harga yang lebih rendah mengurangi tingkat suku bunga, yang mendorong
pengeluaran yang lebih besar pada barang-barang investasi.
• Peningkatan pengeluaran investasi berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan jasa
yang diminta.
- Tingkat Harga dan Ekspor Neto: Efek Nilai Tukar
Ketika penurunan tingkat harga US menyebabkan suku bunga AS turun, nilai tukar riil
terdepresiasi, yang merangsang ekspor neto AS.
Peningkatan pengeluaran ekspor neto berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan jasa
yang diminta Jumlah ekspor dan impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga
Domestik dan asing.

Gambar 10.1. Kurva Aggregate Demand

10.1.1.2. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat

Kemiringan ke bawah dari kurva permintaan agregat menunjukkan bahwa penurunan


tingkat harga meningkatkan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang diminta.
Banyak faktor lain, bagaimanapun, mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta
pada setiap tingkat harga tertentu.
Ketika salah satu dari faktor-faktor lain ini berubah, kurva permintaan agregat bergeser.
Pergeseran kurva permintaan agregat disebabkan oleh perubahan :
- Konsumsi - Belanja pemerintah
- Investasi - Ekspor neto

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


10.1.1.3. Faktor-Faktor yang Menggeser Kurva Permintaan Agregat
Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang beredar menyebabkan uang beredar
riil meningkat (M/P), yang menyebabkan kenaikan permintaan agregat. Dengan demikian,
kenaikan uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kanan, hal ini
dikarenakan kenaikan uang beredar akan menurunkan suku bunga dan mendorong pengeluaran
investasi yang direncanakan dan ekspor bersih. Pendekatan komponen menyatakan bahwa
faktor lain juga merupakan penyebab penting bergesernya kurva permintaan agregat.

Gambar 10.2. Pergeseran kurva aggregate demand

10.1.2. Penawaran agregat


Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan jasa akhir
perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda, pada kapasitas
produksi tertentu dan dengan biaya-biaya tertentu.
Penawaran agregat di dalam suatu perekonomian dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1. Besarnya angkatan kerja
2. Besarnya stok capital
3. Keadaan atau tingkat tekhnologi
4. Tingkat pengangguran alamiah
5. Harga faktor-faktor produksi.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


10.1.2.1. Kurva Penawaran Agregat
Kurva Penawaran Agregat adalah kurva yang menggambarkan pada tingkat harga tertentu,
jumlah output yang ingin ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan. Karena perusahaan yang
menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga kaku
dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva penawaran agregat
jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran agregat jangka
pendek (short-run aggregate supply) SRAS.
Bentuk kurva penawaran agregat dalam jangka panjang, berbentuk vertikal, sedangkan
dalam jangka pendek, akan miring ke atas.
10.1.2.2. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, produksi barang dan jasa suatu perekonomian tergantung pada
pasokan atas tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam dan teknologi yang tersedia yang
digunakan untuk mengubah faktor-faktor produksi menjadi barang dan jasa. Tingkat harga
tidak mempengaruhi variabel-variabel ini dalam jangka panjang.

Gambar 10.3. Kurva Penawaran agregat jangka panjang


Bentuk kurva penawaran agregat dalam jangka panjang (Gambar 10.3) adalah vertikal pada
tingkat output alamiah. Tingkat produksi ini juga disebut sebagai output potensial atau output
dengan full-employment.
Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja
dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga
kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk
mewujudkan produksi nasional.
Kurva Penawaran Agregat (AS) memiliki slope menaik ke atas karena perusahaan ingin
menawarkan output lebih banyak pada harga yang lebih tinggi.
Ciri-ciri Kurva AS:
1. Ketika tingkat pengangguran masih tinggi, kurva penawaran agregat relatif landai.
Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat dilakukan perusahaan-
perusahaan pada harga yang relatif tetap karena tingkat penggunaan barang modal
belum mencapai kapasitasnya yang optimum dan upah masih relatif tetap.
2. Pada tingkat kesempatan kerja penuh, kurva AS bertambah tingkat kenaikannya.
Penyebabnya: pengangguran semakin merosot dan kapasitas pabrik-pabrik mencapai
optimum.
3. Sesudah tingkat kesempatan keja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.

10.1.2.3. Pergeseran kurva penawaran agregat jangka panjang

Setiap perubahan dalam perekonomian yang mengubah tingkat output alamiah


menggeser kurva penawaran agregat jangka-panjang. Pergeseran tersebut dapat dikategorikan
sesuai dengan berbagai faktor dalam model klasik yang mempengaruhi output.

Gambar 10.4. Pergeseran kurva penawaran agregat jangka panjang

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Pergeseran kurva penawaran agregat jangka panjang berasal dari :
• Tenaga kerja
• Modal
• Sumber Daya Alam
• Pengetahuan Teknologi
10.1.2.4. Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek
Yang dimaksud ‘jangka pendek’ adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang
dan harga barang mentah yang akan mengalami perubahan. Karena upah dan harga
memerlukan waktu untuk menyesuaikan terhadap kondisi perekonomian, suatu proses yang
dijelaskan dengan mengatakan bahwa upah dan harga bersifat kaku (sticky), kurva penawaran
agregat (AS) dalam jangka pendek mempunyai kemiringan ke atas.

10.1.2.5. Kurva Penawaran Aggregat Bergradien Positif pada Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, peningkatan tingkat harga dalam perekonomian cenderung


meningkatkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Penurunan tingkat harga cenderung
mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.

Gambar 10.5. Kurva Penawaran agregat jangka pendek


Karena tujuan perusahaan memaksimumkan keuntungan, jumlah output yang ditawarkan
ditentukan oleh keuntungan yang dibuat atas setiap unit output. Jika keuntungan meningkat,
lebih banyak output agregat yang akan dihasikan, dan jumah output yang ditawarkan akan
meningkat, jika keuntungan menurun, lebih sedikit output agregat yang akan dihasilkan, dan
jumlah output agregat yang ditawarkan.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk unit tersebut dikurangi dengan
biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya dari banyak faktor yang masuk ke dalam
produksi barang dan jasa adalah tetap. Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka
pendek, ketika tingkat harga keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat
relatif terhadap biaya produksi dan keuntungan per unit akan meningkat. Karena tingkat harga
yang lebih tinggi menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek,
perusahaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan meningkat, yang
menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang memiliki kemiringan ke atas.

10.1.2.6. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek

Jika biaya produksi suatu output meningkat, maka keuntungan atas suatu unit output
menurun, dan jumlah output yang ditawarkan pada setiap tingkat harga menurun.
Dapat disimpulkan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika
biaya produksi meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun.
Pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek berasal dari :
- tenaga kerja
- Modal
- Sumber Daya Alam.
- Teknologi.
- Tingkat Harga yang Diharapkan.
- Kenaikan tingkat harga yang diharapkan mengurangi jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri.
- Penurunan tingkat harga yang diharapkan meningkatkan jumlah barang dan jasa
yang ditawarkan dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan.

10.1.2.7. Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek

Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek bergeser adalah factor
yang mempengaruhi biaya produksi;
1. tingkat kekakuan pasar tenaga kerja
2. perkiraan inflasi
3. upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka
4. perubahan biaya produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti biaya energi).

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan
mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.

10.1.3. Keseimbangan AD-AS

Teori keseimbangan dalam konteks Ekomoni makro, dimaksudkan sebagai keseimbangan


pasar yang terjadi ketika Agregat Demand (AD) bertemu dengan Agregat Supply. Bila seluruh
individu dijumlahkan secara horisontal menjadi industri sehingga didapat kuantitas barang A
yang ditawarkan dalam suatu perekonomian, dan jumlah kuantitas barang A yang diminta
dalam suatu perekonomian, maka didapatkan kurva demand agregat industri A dan kurva
supply agregat Industri A. Selanjutnya bila kuantitas barang dan jasa masing-masing industri
dikonversi dalam satuan yang sama, katakan saja output nasional Y, maka didapatkan kurva
Agregat Demand (AD) dan Agregart Supply (AS) nasional. Secara grafis sumbu vertikal
menggambarkan harga-harga umum P, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan output
nasional Y. (Gambar 10.6).

Gambar 10.6. Kurva keseimbangan jangka panjang

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Gambar 10.7. Kontraksi pada permintaan agregat

10.1.4. Efek Kebijakan Ekspansi Moneter

Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan moneter ekspansif


(expansionary monetary policy), yaitu melalui peningkatan jumlah uang beredar (money
supply atau Ms) di dalam perekonomian. Dengan adanya ekspansi moneter tersebut, akan
menyebabkan tingkat bunga (i) turun, dan yang pada gilirannya mendorong investasi (I) naik,
dan naiknya investasi selanjutnya menyebabkan permintaan agregat (AD) juga mengalami
kenaikan. Dalam kerangka model IS-LM, naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan
oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar tadi, akan mendorong kurva LM bergeser ke
kanan. Sebagai akibatnya, tingkat bunga (i) akan turun, namun pendapatan (Y) sebaliknya
mengalami kenaikan. Dalam kerangka model AS-AD, adanya kenaikan jumlah uang beredar
(Ms) yang menyebabkan kurva AD bergeser ke kanan, (dengan kurva AS yang tertentu), telah
menyebabkan baik tingkat pendapatan (Y) maupun tingkat harga (P) di dalam perekonomian
juga mengalami kenaikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 10.8a. dan 10.8b. dimana dengan adanya kenaikan
jumlah uang beredar (Ms) dari dari Ms0 menjadi Ms1, telah menyebabkan kurva LM bergeser
ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1 (Ms1). Dengan kurva IS yang tertentu, maka kenaikan
di dalam jumlah uang beredar yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan itu telah
mendorong tingkat bunga (i) turun dari i0 menjadi i1, dan pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke
Y1 (gambar 6.7a).

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


(a) Kebijakan Moneter Ekspansif (b) Kebijakan Moneter Ekspansif
dalam model IS-LM dalam model AD-AS

Gambar 10.8. Kebijakan moneter Ekspansif

Pada gambar 10.8b. tampak bahwa dengan adanya kenaikan di dalam jumlah uang beredar,
telah menyebabkan kurva permintaan agregat (AD) bergeser dari AD0 (Ms0) ke ADl, (Msl),
yang selanjutnya mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0 ke P1, dan pendapatan (Y) juga
naik dari Y0 ke Y1.
Sebaliknya, apabila sekarang pemerintah menjalankan suatu kebijakan moneter kontraktif
(contractionary monetary policy) yaitu dengan mengurangi jumlah uang beredar (Ms) di dalam
perekonomian, dalam kerangka model AS-AD akan menyebabkan kurva AD bergeser ke kiri.
Dengan kurva AS yang tertentu, bergesernya kurva AD ke kiri akan menyebabkan tingkat
harga dan pendapatan turun (lihat gambar 10.9a dan 10.9b)

(b) Kebijakan Moneter Kontraktif (a) Kebijakan Moneter Kontraktif


dalam model IS-LM dalam model AD-AS
Gambar 10.9. Kebijakan moneter Kontraktif

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


10.2. Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
10.2.1. Bagaimana Kebijakan Moneter Memengaruhi Permintaan Agregat

Kurva permintaan agregat menunjukan jumlah permintaan barang dan jasa dalam
perekonomian pada setiap tingkat harga. Seperti telah kita pelajari pada pembahasan
sebelumnya, kemiringan kurva permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alasan
sebagai berikut:

1. Pengaruh kekayaan: Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang
dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong
belanja konsumen.
2. Pengaruh suku bunga: Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena
orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan
suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.
3. Pengaruh nilai tukar: Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku
bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan
menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang
asing. Depresiasi ini membuat barang-barang didalam negeri menjadi lebih murah
dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan akibatnya mendorong belanja
ekspor neto.

Untuk memahami bagaimana kebijakan memengaruhi permintaan agregat, kita memepelajari


pengaruh suku bunga secara mendalam. Disini, kita mengembangkan teori tentang bagaimana
suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas (theory of liquidity
preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya untuk memahami
kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana kebijakan moneter
mengubah kurva ini. Dengan memberikan pemahaman tentang kurva permintaan agregat, teori
preferensi likuiditas memperkaya pemahaman kita tentang fluktuasi ekonomi jangka pendek.

10.2.2. Teori Preferensi Likuiditas

Teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference) –teori Keynes yang menyatakan
bahwa suku bunga berubah-ubah untuk membuat jumlah uang yang beredar dan permintaan
uang menjadi seimbang.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Anda mungkin masih ingat bahwa para ekonom membagi suku bunga menjadi dua macam,
yaitu suku bunga nominal –suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil –suku
bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita bahas,
tingkat inflasi harapan diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik
atau turun suku bunga riil yang diinginkan oleh masyarakat juga naik atau turun.

Sekarang, mari kita kembangkan teori preferensi likuiditas dengan memperhatikan jumlah
uang yang beredar dan permintaan uang serta bagaimana masing-masing bergantung pada suku
bunga.

10.2.2.1. Jumlah Uang yang Beredar.

Bagian pertama dari teori preferensi likuiditas adalah jumlah uang yang beredar. Seperti
telah kita bahas, jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh Bank Sentral. Karena ditetapkan
oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel
ekonomi lainnya. Secara khusus jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga.
Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak berubah, tanpa
memandang suku bunga yang berlaku. Kita menggambarkan jumlah uang yang beredar tetap
dengan kurva penawaran vertikal.

10.2.2.2. Permintaan Uang.

Bagian ke dua dari teori preferensi likuiditas adalah permintaan uang. Meskipun ada
banyak faktor yang memengaruhi jumlah permintaan uang, faktor yang digaris bawahi oleh
teori preferensi likuiditas adalah suku bunga. Alasannya adalah suku bunga merupakan biaya
kesempatan untuk memiliki uang. Artinya, apabila kita memiliki kekayaan berupa uang tunai
didompet, bukan berupa obligasi berbunga, kita kehilangan bunga yang seharusnya kita
peroleh. Kenaikan suku bunga menaikkan biaya kepemilikan uang sehingga mengurangi
jumlah permintaan uang. Penurunan suku bunga mengurangi biaya kepemilikan uang dan
menaikkan jumlah permintaan. Oleh karena itu, kurva permintaan uang miring ke bawah.

10.2.2.3. Keseimbangan dalam Pasar Uang.

Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan


jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Ada dua jenis suku bunga yang disebut dengan
suku bunga keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan
jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada ditingkat lain, orang akan berusaha

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


menyesuaikan portofoloio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik
keseimbangannya.

10.2.3. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat

Analisis pengaruh suku bunga terhadap permintaan agregat barang dan jasa dapat
dirangkum menjadi 3 langkah, (1) tingkat harga yang lebih tinggi meningkatkan permintaan
uang, (2) permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi,
(3) suku bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa. Hasil akhir
analisis ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan
jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring ke bawah.

10.2.4. Perubahan Jumlah Uang yang Beredar

Sejauh ini, kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan
bagaimana jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah
seiring dengan berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan disepanjang
kurva permintaan agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa
peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah permintaan
barang dan jasa berada pada tingkat harga tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.

Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan
moneter: Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan
jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva
permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, apabila bank sentral menurunkan jumlah
uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga
tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.

10.2.5. Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter

Bagaimana bank sentral memengaruhi perekonomian? Sebelumnya telah kita bahas


bahwa bank sentral memberlakukan jumlah uang yang beredar sebagai instrumen kebijakan
moneter. Cara lain bagi bank sentral untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan
menargetkan suku bunga pinjaman jangka pendek bagi bank-bank.

Keputusan bank sentral untuk menargetkan suku bunga pada dasarnya tidak mengubah analisis
kita terhadap kebijakan moneter. Teori preferensi likuiditas memberi satu prinsip

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


penting: Kebijakan moneter dapat dijelaskan, baik dalam terminologi jumlah uang yang
beredar maupun terminologi suku bunga. Apabila target suku bunga telah ditetapkan, misalnya
6 persen, penjual obigasi bank sentral seakan-akan diberitahu:”Lakukan segala operasi pasar
terbuka yang diperlukan untuk memastikan bahwa suku bunga keseimbangan sama dengan 6
persen”. Dengan kata lain, apabila bank sentral menetapkan target suku bunga, bank sentral
berkomitmen untuk menyesuaikan jumlah uang yang beredar untuk membuat keseimbangan
dipasar uang guna mencapai target tersebut.

Hasilnya, perubahan kebijakan moneter dapat dipandang, baik sebagai target suku bunga yang
berubah-ubah maupun sebagai perubahan jumlah uang yang beredar. Prinsipnya: Perubahan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk memperluas permintaan agregat dapat dijabarkan,
baik sebagai kenaikan jumlah uang yang beredar atau sebagai penurunan suku
bunga. Perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menurunkan permintaan
agregat dapat dijabarkan, baik sebagai penurunan jumlah uang yang beredar maupun sebagai
kenaikan suku bunga.

10.2.6. Bagaimana Kebijakan Fiskal Memengaruhi Permintaan Agregat

Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan


moneter, tetapi juga melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merujuk pada pilihan-pilihan
pemerintah mengenai tingkat pembelanjaan atau pajak Negara secara keseluruhan. Dalam
jangka pendek, pengaruh utama kebijakan fiskal adalah terhadap permintaan agregat barang
dan jasa.

10.2.6.1. Perubahan-perubahan dalam Pembelanjaan Negara

Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah kurva
permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah tangga.
Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri, pemerintah mengubah kurva
permintaan agregat secara langsung.

Ada dua efek ekonomi makro yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan agregat
berbeda dengan perubahan belanja pemerintah. Pertama –efek pengganda. Kedua –efek
pembatasan paksa.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


1. Efek Penggandaan
Efek Penggandaan (multiplier effect) –pergeseran tambahan pada permintaan agregat
yang muncul jika kebijakan fiskal ekspansif meningkatkan pendapatan yang
menyebabkan kenaikan belanja konsumen. Ketika belanja konsumen meningkat,
perusahan-perusahan yang memproduksi barang-barang konsumen mempekerjakan
lebih banyak orang dan meraih keuntungan. Pendapatan dan keuntungan yang lebih
tinggi kembali moendorong belanja konsumen, begitu seterusnya. Oleh karena itu, ada
umpan balik positif terhadap permintaan yang meningkat yang menimbulkan kenaikan
pendapatan dan menyebabkan permintaan menjadi lebih meningkat. Apabila seluruh
efek ini digabungkan, efek totalnya terhadap jumlah permintaan barang dan jasa dapat
lebih besar daripada rangsangan awal dari belanja pemerintah yang lebih besar.

Rumus Penggandaan Belanja

Angka penting dalam rumus ini adalah kecenderungan konsumsi marginal (marginal
propensity to consume –MPC).

Pengganda = 1 / (1 – MPC)

Rumus penggandaan ini memberikan kesimpulan penting: Besar pengganda


bergantung pada kecenderungan konsumsi marginal. Oleh karena itu, MPC lebih besar
berarti pengganda lebih besar. Untuk melihat kebenaran dari pernyataan ini, ingat
bahwa pengganda muncul karena pendapatan yang lebih besar menyebabkan belanja
konsumen meningkat. Semakin besar MPC, semakin besar pula pengaruh yang
ditimbulkan terhadap konsumsi dan semakin besar pula penggandanya.

Penerapan Lain dari Efek Penggandaan

Akibat efek penggandaan, satu dolar belanja pemerintah dapat menghasilkan lebih dari
satu dolar permintaan agregat. Namun, dasar pemikiran dari efek penggandaan ini tidak
terbatas pada perubahan belanja pemerintah. Sebaliknya, logika tersebut berlaku
terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen PDB –konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, atau ekspor neto.

Sebagai contoh, anggap bahwa ledakan pasar saham meningkatkan kekayaan rumah
tangga dan meningkatkan belanja barang dan jasa mereka sebesar $20 miliar.
Tambahan belanja rumah tangga ini meningkatkan pendapatan nasional yang kemudian

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


menghasilkan lebih banyak lagi belanja konsumen. Apabila kecenderungan
mengonsumsi marginal adalah ¾ dan penggandanya 4 maka rangsangan awal belanja
konsumen sebesar $20 miliar diterjemahkan menjadi peningkatan permintaan agregat
sebesar $80 miliar.

Penggandaan merupakan konsep penting dalam ekonomi makro karena


memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan dampak perubahan
belanja. Perubahan awal yang kecil dalam konsumsi, investasi, belanja pemerintah atau
ekspor neto dapat berdampak besar terhadap permintaan agregat. Begitu pula dengan
produksi barang dan jasa dalam perekonomian.

2. Efek Pembatasan Paksa

Efek pembatasan paksa (crowding out effect) –imbangan permintaan agregat yang
muncul apabila kebijakan fiskal yang mengekspansi menaikkan suku bunga dan
akibatnya menurunkan belanja investasi.

Dengan meningkatnya pendapatan, rumah tangga berencana untuk membeli lebih


banyak barang sehingga memilih untuk memiliki kekayaan mereka yang lebih banyak
dalam bentuk likuid. Artinya, kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh ekspansi
fiskal meningkatkan permintaan uang.

Tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva permintaan uang ke kanan, suku bunga
harus naik untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Kenaikan suku bunga
menurunkan jumlah permintaan barang dan jasa, terutama barang-barang investasi. Sebagian
dari investasi yang mendesak mengimbangi ekspansi fiskal, permintaan agregat.

Apabila Negara menaikkan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan agregat barang dan jasa
dapat naik sebesar lebih kurang dari $20 miliar, tergantung apakah efek penggandaan atau efek
pemaksaan lebih besar.

Perubahan-perubahan dalam Perpajakan

Perangat kebijakan fiskal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah, adalah tingkat
perpajakan. Penurunan pajak meningkatkan belanja konsumen dan menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan. Kanaikan pajak menekan belanja konsumen dan menggeser
kurva permintaan agregat ke kiri.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan pajak juga
dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika pemerintah menurunkan
pajak dan belanja konsumen, penghasilan dan keuntungan meningkat yang juga mendorong
belanja konsumen. Ini merupakan efek penggandaan. Pada saat yang bersamaan, pendapatan
lebih tinggi meningkatkan permintaan uang yang cenderung menaikkan suku bunga. Suku
bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja
investasi. Ini merupakan efek pembatasan paksa. Tergantung besar efek penggandaan dan efek
pembatasan paksa, pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar atau lebih kecil daripada
pajak perubahan yang menyebabkannya.

10.2.6.2. Menggunakan Kebijakan Untuk Menstabilkan Perekonomian

Pendukung Kebijakan Stabilisasi Aktif

Keynes dan banyak pengikutnya berpendapat bahwa permintaan agregat berfluktuasi akibat
gelombang pesimisme dan optimisme yang irasional. Pada prinsipnya, pemerintah dapat
mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya untuk merespon gelombang optimisme dan
pesimisme ini sehingga menstabilkan ekonomi. Sebagai contoh, ketika orang bersikap pesimis
secara berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk
menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat. Ketike mereka bersikap
optimis secara berlebihan, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar untuk
meningkatkan suku bunga dan menurunkan permintaan agregat.

Penentang Kebijakan Stabilisasi Aktif

Sebagian ekonom berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak menggunakan kebijakan


moneter dan fiskal aktif untuk menstabilkan perekonomian. Mereka menyatakan bahwa kedua
perangkat kebijakan itu seharusnya dibuat untk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang,
misalnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan inflasi yang rendah, dan behwa perekonomian
harus dibiarkan menghadapi fluktuasi ekonomi jangka pendek. Meskipun para ekonom ini
mengakui bahwa kebijakan moneter dan fiskal ini secara teoritis dapat menstabilkan
perekonomian, mereka meragukan apakah pada praktiknya kedua kebijakan itu dapat
melakukannya.

Para kritikus kebijakan stabilisasi berpendapat bahwa karena keterlambatan selalu ada, bank
sentral tidak seharusnya berusaha untuk memperbaiki perekonomian. Kebijakan fiskal juga

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


dapat menghadapi kelambanan, namun tidak seperti kalambanan kebijakan moneter,
kelambanan kebijakan fiskal sebagian besar disebabkan oleh proses politik.

Kelambanan kebijakan fiskal dan moneter ini menyebabkan masalah karena sebagian prakiraan
ekonomi sangat tidak tepat. Apabila para peramal dapat memprediksi kondisi perekonomian
setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan moneter dan fiskal dapat memandang ke depan
saat membuat kebijakan tersebut. Dalam kasus ini, pemerintah dapat menstabilkan
perekonomian meskipunmenghadapi kelambanan. Hal terbaik yang dapat dilakukan
pemerintah setiap saat adalah merespon perubahan ekonomi ketika terjadi.

Stabilisator Otomatis

Stabilisator otomatis (automatic stabilizers) –perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang


mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami resesi yang tidak
mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disengaja. Stabilisator otomatis
terpenting adalah sistem pajak. Belanja pemerintah juga bertindak sebagai stabilisator
otomatis.

Stabilisator otomatis tidak cukup tangguh untuk mencegah resesi sepenuhnya. Meskipun
demikian, tanpa stabilisator otomatis, output dan lapangan kerja jauh lebih rawan. Oleh karena
itu, banyak ekonom yang menentang legislasi yang mengharuskan pemerintah menetapkan
anggaran seimbang, seperti yang diusulkan oleh sebagian politisi. Ketika perekonomian
mengalami resesi, pajak menurun, belanja pemerintah meningkat, dan anggaran pemerintah
besar kemungkinan mengalami defisit. Jika pemerintah menghadapi aturan anggaran
berimbang yang ketat maka pemerintah dapat terpaksa mencari cara untuk menaikkan pajak
atau mengurangi belanja selama resesi. Dengan kata lain, aturan anggaran berimbang dapat
menghapuskan stabilisator ekonomi.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


SIMPULAN

Model permintaan dan penawaran agregat digunakan untuk menunjukkan penentuan


tingkat keseimbangan baik dari output maupun harga. Kurva permintaan agregat (AD)
menunjukkan tingkat output pada setiap tingkat harga dimana pasar barang dan pasar aset
berada pada kondisi keseimbangan. Ini adalah kuantitas dari output yang diminta pada setiap
tingkat harga.
Kurva penawaran keynesian adalah horisontal, berimplikasi bahwa perusahaan akan
menawarkan barang sebanyak yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran
klasik adalah vertikal. Hal ini dapat diterapkan pada perkonomian yang memiliki fleksibilitas
harga dan upah yang tinggi. Pada perekonomian tanpa friksi, pengangguran dan output akan
selalu berada pada kondisi full employment.
Teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference) –teori Keynes yang
menyatakan bahwa suku bunga berubah-ubah untuk membuat jumlah uang yang beredar dan
permintaan uang menjadi seimbang.
Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah mengubah
kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan atau rumah
tangga. Sebaliknya, ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri, pemerintah
mengubah kurva permintaan agregat secara langsung.

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1


DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2018). Principles of Economics. 08. Cengage Learning Asia Pte
Ltd. Singapore. ISBN: 978-981-4780-35-3

ECON6066 – Macro and Micro Economics-R1

Anda mungkin juga menyukai