Anda di halaman 1dari 10

6) Silikat Sekunder

6.1) Struktur
Struktur lempung silikat serupa dengan struktur silikat primer eg. silikat lembaran
(sheet silicate). Mineral sekunder terdiri atas lembaran silikon tetrahedral, lembaran
aluminium hidroksida, dan atau lembaran magnesium hidroksida. Pada kondisi pelapukan
Iemah, mineral sekunder dapat merupakan warisan berupa fragmen berukuran koloid dari
lapisan silikat primer sepert mika. Dibawah lingkungan pelapukan yang lebih kuat, mineral
primer dapat mengalami transformasi menjadi mineral lempung sekunder, sebagaimana
terbentuknva hidrous-mica dan vermicullite akibat terlindinya K (interlayer) dari mika primer.
Neoformasi mineral lempung adalah pertanda akan pelapukan yang sangat intensif dimana
mineral yang terbentuk samasekali berbeda dengan mineral semula. Berikut ini adalah
beberapa mineral lempung terpenting di dalam tanah:

Kaolinite
Kaolinite terdiri atas satu tetrahedral berikatan dengan satu oktahedral dan karena itu
digolongkan sebagai lempung silikat tipe 1:1. Dua permukaan dari mineral 1:1 terbentuk oleh
ion yang berbeda. Satu terdiri atas oksigen tetrahedral dan yang lain adalah ion hidroksida
kepunyaan lembaran oktahedra. Apabila lembaran 1:1 berada dalam satu tumpukan, ion OH-
dari satu lembaran terletak berdampingan dan rapat dengan lapisan O2-, tetangganya.
Dengan pengaturan semacam ini, muatan positif dari ion H+ di dalam lapisan OH-
menimbulkan daya tarik kuat untuk oksigen negatif dari lembaran tetangga.

Universitas Gadjah Mada 43


Dengan cara ini struktur kaolinite amat kuat dan rapat sehingga molekul air tidak
mampu menerobos struktur. Hal inilah varg menyebabkan kolinite tergolong mineral yang
tidak mengembang (non-expanding mineral). Sifat ini pula yang menjelaskan mengapa pada
pembasahan kaolinite tidak mengembang dan pada pengeringan tidak mengerut. Kaolinite
mempunyai ukuran (basal spacing) 0.72 nm. yang tergolong kecil dibandingkan dengan
mineral lempung yang lain.

Montmorillonit (kelompok smectite)


Lempung silikat ini terbentuk oleh kristalisasi dari larutan yang mengandung silika
dan magnesium tinggi. Montmorillonit mempunyai struktur lapisan 2:1. Semua tetrahedral
mengandung ion Si4+. Aluminium biasanya terdapat pada lembaran tengah (oktahedral)
tetapi lebih kurang 1/8 dari oktahedral ini mengandung Mg2+. Muatan negatif yang timbul
akibat substitusi Al oleh Mg dinetralisir oleh berbagai kation terhidrat yang terjerap pada
permukaan lembaran aktahedral. Kekuatan ikatan antara katian dan lembaran tadi tidak
begitu kuat tergantung iumlah air yang tersedia. Dalam keadaan kering daya ikatan reklatif
kuat. Tetapi pada kondisi basah, air akan menyusup kedalam ruang antar lapisan (interlayer
space) yang menyebabkan lempung mengembang secara dramatis. Sifat khas
montmorillonit adalah total luas permukaan yang tinggi sehingga daya serap air dan ion serta
kapasitas pertukaran ion juga tinggi dimensi unit struktur pada kelompok smectite berkisar
antara 0.98-1 8 nm atau lebih.

STRUKTUR UMUM MONMORILLONIT

Universitas Gadjah Mada 44


Vermiculite
Lempung ini mempunyai struktur 2:1 serupa mika. Vermiculite mengandung salah
satu Al3+ atau Mg2+ dan Fe2+ sebagai ion oktahedral, dan pada tetrahedral terdapat Al3+
sebagai substitusi dari sebagian ion Si4+. Vermiculite berbeda dengan mika karena mineral
lempung ini pada ruang antara lapisan (interlayer space) mengandung kation terhidrat bukan
K+ sebagaimana pada mika. Ikatan lemah yang tercipta memungkinkan vermiculite untuk
mengembang pada pembasahan. Pengembangan pada vermiculite tidak hebat pada
monmorillonite. Tidak seperti montmorillonite dan kaolinite, vermiculite tidak terbentuk lewat
kristalisasi dari larutan tetapi terbentuk lewat alterasi atau pergantian ion secara selektif di
dalam struktur tanpa merusak struktur (e.g. mika mengalami alterasi menjadi vermiculite).
Jarak unit struktur berkisar antara 1.0-1.5 nm atau lebih.

Universitas Gadjah Mada 45


Illite (Hydrous mica)
Illite dikenal juga sebagai mika-hidrat (hydrous mica) adalah mineral lempung tipe 2:1
yang mengandung K+ pada ruang antara lapisan dalam jumlah cukup untuk membatasi
pengembangan pada pembasahan. Kandungan K+ pada illite tidak setinggi pada mika.
pembentukan illite sangat didukung pada kondisi pada sedimen kaya K. Proses
pembentukan illite diawali K+ menggantikan kation interlayer pada montmorillonite atau
vermiculite, dan disempurnakan bilamana terdapat panas dan tekanan yang menyebabkan
terjadinya dehidrasi sehingga lempung beralih menjadi bentuk yang tidak rnengembang
(non-expanding clay). Illite banyak dijumpai di dalam tanah dengan ketebalan (basal
spacing) sekitar 1.0 nm.

Universitas Gadjah Mada 46


Chlorite
Kelompok ini mencakup serangkaian mineral yang mempunyai karakteristik utama
yang sama mempunyai struktur 2:1, dan tidak mengembang (nonexpanding). Chlorite
berbeda dengan mineral lempung 2:1 yang lain dalam satu sifat unik, yaitu stabil dan unit
oktahedral bermuatan positif. Lembaran oktahedral terdiri atas dua lapisan ion OH- yang
berikatan dengan Mg2+, Fe2+, atau Al3+ sebagai ion pusat sehingga lembaran oktahedral
netto bermuatan positif. Karena chlorite mengandung dua lembaran oktahedral maka disebut
juga mineral 2:1:1. Ketebalan lapisan chlorite adalah 1.4 nm.

Universitas Gadjah Mada 47


Allophane
Penggolongan allophane kurang begitu pasti, suatu ketika dikelompokan ke dalam
mineral lempung tetapi pada kesempatan lain digolongkan ke dalam hidroksida. Struktur
mineral lemah e.g. mempunyai karakteristik amorf dan mengandung silika dan hidroksida.
Mineral ini banyak dijumpai di dalam tanah yang berkembang dari deposit abu volkan.
Rumus struktur allophane dituliskan sbb: Si3Al4O12.nH2O, silikat lain yang serupa yaitu
imogolite dengan rumus: Si2Al4O10.5H2O.

Satu hal yang perlu diingat bahwa mineral lempung jarang sekali terdapat dalam bentuk
murni tetapi berbaur dengan mineral-mineral lain yang telah dibahas di atas.

6.2) Sifat-Sifat Silikat Sekunder


Mineral lempung memperlihatkan perbedaan dalam kapasitas mengembang dan
mengerut. Kaolinite, illite dan chlorite tergolong mineral lempung yang tidak mengembang
(non-expanding), sedangkan yang lain termasuk golongan mineral lempung yang
mempunyai sifat mengembang dan mengerut tinggi. Pada kaolinite ikatan (bonding) kuat
karena ikatan kuat H-OH antar lapisan. Ikatan antar lapisan (interlayer) pada illite
kebanyakan oleh ion K+ yang relatif kuat. Montmorillonite dan vermiculite mempunyai ikatan
yang lemah sampai sangat lemah karena keterdapatan berbagai kation diruang antar

Universitas Gadjah Mada 48


lembaran, dan oleh karenanya memperlihatkan pengembangan kuat terutama dalam kondisi
basah. Pada chlorite ikatan sedang sampai kuat karena lapisan oktahedral bermuatan
positif.

Sifat mineral lempung diringkas dalam tabel 6.1. dibawah ini:

Makin kecil ukuran partikel akan makin besar rasio permukaan terhadap volume. Ini berarti
luas permukaan spesifik (specific surface area) semakin tinggi dengan makin kecilnya
ukuran pertikel. Luas permukaan spesifik rendah untuk kaolinite dan illite, dan tinggi untuk
montmorillonite, vermiculite dan allophane. Hal ini disebabkan luas permukaan spesifik
sebenarnya terdiri atas luas permukaan luar ditambah luas permukaan antar lembaran yang
disebut juga luas permukaan dalam (internal surface). Sebagai contoh, pasir kasar
mempunyai luas permukaan spesifik sekitar 0.01 m2/g, pasir halus 0.1 m2/g, debu ~0.1-1
m2/g, dan asam humat 800-1000m2/g (White, 1987).

Kapasitas pertukaran kation (KPK) cukup beragam di dalam dan antar kelompok mineral.
Sebagai contoh, KPK kaolinite, illite, dan chlorite rendah sedangkan KPK montmorillonite

Universitas Gadjah Mada 49


dan vermiculite tinggi. Asam humat (humic acid) memperlihatkan KPK tertinggi sekitar 180-
300 cmol/kg. Terdapat dua mekanisme yang menentukan KPK dimana keduanya berkaitan
dengan muatan negatif lempung silikat. Mekanisme pertama disebabkan tidak
terpuaskannya valensi pada tepi patahan lembaran silika dan alumina. Juga permukaan luar
yang datar mempunyai gugus oksigen dan hidroksil yang tersingkap, yang berlaku sebagai
tapak bermuatan negatif. Terutama pada pH tinggi, hidrogen dari hidroksil ini sedikit
terdisosiasi dan permukaan koloid menjadi bermuatan negatif yang disandang oleh oksigen.
Pada tanah masam sedang sampai sangat masam, hidrogen ternyata diikat dengan kuat
dan tidak mudah ditukar oleh kation lain. Besarnya muatan tergantung pH ini berbeda
tergantung tipe koloid lempung. Pada tipe mineral 1:1 hampir semua muatan tergantung pH,
tetapi hanya sekitar seperempat pada tipe mineral lempung 2:1.

Kapasitas pertukaran kation tanah yang kandungan mineral lempung 2:1 tinggi bersumber
terutama dari substitusi isomorf. Tapak bermuatan negatif ini tidak terpengaruh pH dan
menjadi sumber muatan permanen. Pada mineral lempung kaolinite dimana substitusi
isomorf absen sehingga tapak pertukaran terbatas pada bagian tepi patahan kristal dan
karena itu KPK kecil. Dilain pihak, pada montmorillonite dan vermiculite substitusi isomorf
relatif tinggi menghasilkan tapak pertukaran yang besar sehingga KPK tinggi.

Flokulasi dan dispersi


Flokulasi dan dispersi merupakan sifat penting berikutnya bagi mineral lempung.
Flokulasi adalah proses dimana partikel menggumpal membentuk aggregat. Tingkat dari
ketahanan agregat tergantung jenis ion yang terdapat dalam partikel yang bersangkutan.
Sebagai contoh, kalsium dan hidrogen cenderung untuk meningkatkan flokulasi. Dispersi
ditakrifkan sebagai proses yang menyebabkan partikel tetap berada dalam keadaan terpisah
satu dengan yang lain. Fungsi ini dilakukan oleh ion kalium dan natrium. Dengan demikian
tergantung dari jenis kation yang dominan di dalam tanah, maka zarah-zarah tanah dapat
berada dalam keadaan teraggregasi atau terdispersi. Lempung yang jenuh natrium
mempunyai lapisan rangkap listrik (electric double layer) yang tebal mengelilingi ion, ini
berarti lempung tetap tersuspensikan. Kalsium menekan lapisan rangkap dan dengan
demikian mendorong flokulasi, sementara ion bervalensi tiga (tri-) atau empat (tetravalent)
lebih efisien lagi dalam mendorong flokulasi. Translokasi lempung sangat erat kaitannya
dengan flokulasi dan dispersi. Translokasi lempung hanya mungkin apabila lempung terlebih
dahulu berada dalam keadaan terdispersi serta tetap berupa suspensi selama dalam proses
transportasi mengikuti gerakan air dalam pori dan retakan tanah.

Universitas Gadjah Mada 50


6.3) Pembentukan Lempung Silikat
Pada umumnya kaolinite dan montmorillonite bersumber dari hasil pelapukan. Illite
(hydrous mica) terbentuk karena alterasi vermiculite atau montmorillonite, demikian juga
pembentukan vermiculite merupakan hasil alterasi mika atau mika hidrat. Chlorite terbentuk
dari hasil alterasi vermiculite dan montmorillonite. Tahapan pelapukan disajikan dalam Tabel
6.2.

Dari tabel di atas jelaslah bahwa komposisi larutan tanah sangat tergantung dari jenis
mineral yang mengalami pelapukan. Tahap pertama mineral primer terlapuk/ terlarutkan dan
mineral sekunder dapat terbentuk daripadanya. Pelindian unsur misalnya kalsium,
magnesium, natrium, kalium, dan silika mendukung proses transformasi berikutnya.

Kehilangan silika terlarutkan secara berangsur mengakibatkan pembentukan dan


menghilangnya lempung dengan urutan yang teratur, mulai dengan lempung yang
mengandung silika tertinggi dan berakhir dengan lempung yang tidak mengandung silika e.g.
oksida terhidrat. Dalam jangka waktu panjang terbukti lempung yang terbentuk pertama tidak
stabil, mengalami dekomposisi dan digantikan oleh mineral lempung sekunder yang lebih

Universitas Gadjah Mada 51


stabil. Pada umumnya, pertama kali terbentuk mineral lempung 2:1. Oksida besi mungkin
juga timbul pada awal pelapukan dan karena stabilitas yang sangat tinggi mineral ini
bertahan hampir selamanya pada lingkungan pelapukan. Dengan berlanjutnya pelapukan,
lempung kaolinit muncul yang kemudian juga mengalami dekomposisi. Silika yang
terbebaskan terlindi dan aluminium kemudian beralih bentuk menjadi oksida terhidrat,
biasanya gibbsite (AlOOH). Mineral ini cenderung bertahan sebagai hasil akhir dari proses
pelapukan intensif dan lempung silikat. Tahapan pelapukan merupakan proses yang terkait
waktu, dimana kecepatan pelapukan terutama tergantung faktor iklim (temperatur dan curah
hujan). Pelapukan mineral silikat dan sintesis lempung berlangsung terbatas pada kondisi
iklim kering dan dingin, tetapi berlangsung cepat pada daerah hangat dan basah
sebagaimana di daerah tropis. Rentang waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya
pelapukan sempurna disajikan pada tabel 6.2. di atas.

Arti penting dalam pedologi


Bentukan lempung (argillans) sering menunjukan warna yang berbeda dengan S-
matriks pada gumpal tanah (ped). Selaput lempung ini mudah diamati pada tanah pasiran
atau geluhan (loamy), tetapi sukar dibedakan dari permukaan cermin sesar (slickenside)
pada tanah lempungan. Pada notasi horizon, akumulasi lempung silikat ditandai oleh huruf
“t” yang menunjukkan ada selaput lempung pada permukaan ped dan/atau pori. Selaput
lempung mungkin terbentuk oleh proses illuviasi atau migrasi didalam horizon yang
bersangkutan. Apabila tendapat cermin sesar, yang terbentuk akibat gesekan (ped) pada
saat tanah mengembang karena pembasahan (sifat vertik) maka diberi tanda dengan huruf
“ss”.

Universitas Gadjah Mada 52

Anda mungkin juga menyukai